Setelah penisku tenggelam tertelan memek Nek Ijah, dia langsung melakukan gerakan berputar. Luar biasa rasa nikmat penisku yang seperti diperas-peras oleh memeknya.
Mungkin inilah yang disebut “Goyang Karawang”. Penisku bagaikan sendok yang mengaduk vaginanya. Aku tidak peduli apakah Nek Ijah bisa merasakan nikmatnya ngentot, karena aku merasa kan nikmatnya di penisku luar biasa.
Aku mampu bertahan, walaupun permainan Nek Ijah ini top banget. Mungkin karena semalam aku sudah ngecrot dua kali, jadi penisku agak imum. Nek Ijah rupanya asyik sendiri dengan erangan-erangannya.
Mungkin gerakan ini mengakibatkan clitorisnya tergerus maksimal dan G-spotnya juga seperti kena ulegan. Dia mendahului ku mencapai orgasmenya . Tampaknya dia mendapat orgasme yang luar biasa, karena, nenek-nenek ini menjerit tanpa sadar, sampai menarik perhatian semua orang di dalam rumah.
Memang aku merasa penisku seperti dipijat-pijat oleh gelombang orgasmenya. Penisku juga terasa hangat oleh siraman lendir vagina Nek Ijah. Dia sudah ambruk menindih tubuhku dengan nafas terengah-engah.
Setelah usai, perlahan-lahan kubalikkan posisinya sambil menjaga jangan sampai penisku lepas. Aku berhasil menindihnya. Nek Ijah menurut saja kemauanku. Setelah posisinya mantap, aku mulai menggenjot. Terasa agak beda memek nene-nenek ini.
Rasanya sekarang malah lebih menggigit, dibanding tadi. Aku terus bermain mencari jalan ke puncak kepuasanku sendiri. Aku tidak peduli apakah Nek Ijah juga merasakan nikmat. Hampir 10 menit aku mengayuh, mulai terasa aku akan ejakulasi.
Gerakanku dipercepat, sementara itu Nek ijah rupanya syur pula dengan gerak cepatku. Dia merintih seperti menangis lalu berteriak mengejutkanku, ketika aku menembakkan spermaku ke dalam memek nya.
Badanku terasa lelah, sepagi ini sudah bekerja keras. Aku berbaring disamping Nek Ijah sambil mengatur nafasku sampai normal kembali. Nek Ijah mengusap-usap rambutku. Dia kata aku pintar membahagiakan perempuan, karena bisa bermain dan memuaskan pasangannya.
Kupakai kembali celana pendekku dan aku kembali ke kamar mandi mencuci alat vitalku. Bukan itu saja aku mengulang mandi lagi, karena badanku berkeringat. Lepas mandi perutku terasa lapar.
Mereka seperti pandai menduga, karena hidangan nasi goreng, yang cukup pedas dengan telor mata sapi kesukaanku sudah tersedia. Tanpa diminta dua kali aku langsung melahap sepiring penuh nasi goreng yang cukup pedas, tapi rasanya nikmat banget.
Mandi, udah, ngentot udah, makan sampai kenyang. Apalagi kesenangan yang belum kudapat. Dalam hati aku tertawa geli, karena kejadianku dirumah ini seperti “Buy one get four”. Badanku segar, kenyang, dan ringan.
Aku mencari udara segar duduk di amben sambil menghisap rokok dan menyeruput hidangan kopi tubruk. Tidak lama kemudian ke empat bidadariku mengerumuni ku dan kami bercanda sambil berbual-bual.
Mereka memintaku menginap semalam lagi, karena mereka menyenangi aku. Kata Amah aku pinter mainnya, dan kuat. Nek Ijah menimpali dengan mengatakan aku orangnya bagus.
Sudah terbayang dikepalaku, jika aku nginap semalam lagi, maka akan terjadi pesta orgy paling tidak dengan 3 perempuan dewasa. Aku melihat Ani tidak bakal bisa ikut, karena memeknya masih sakit.
Permintaan mereka aku setujui, dan mereka menyambutnya dengan menyiumiku bergantian. Meski aku senang tetapi benakku bertanya. Bagaimana jalan pikiran perempuan-perempuan ini, sehingga mereka dengan seenaknya mengentot denganku di depan anak dan ibunya bahkan neneknya, juga tidak peduli pada cucuk dan cicitnya.
Ketika hal itu kutanyakan dalam obrolan di teras rumah, Imah menimpalinya dengan santai bahwa mereka merasa tidak perlu malu, karena sudah sama-sama dewasa.
Akhirnya dari obrolan itu aku menyimpulkan bahwa mereka meskipun adalah anak, cucu, cicit, emak, nenek dan buyut, sepertinya hubungan itu diabaikan. Mereka menganggap ya sebagai sesama perempuan yang ingin mendapat kepuasan saja.
Entah karena jalan pikirannya terlalu sederhana, atau memang karena norma soal hubungan sex di kampung ini begitu longgar. Jadi mereka tidak perlu ambil pusing, atau merasa malu apalagi segan, jika harus ngentot di depan anak atau cucunya bahkan cicitnya. Karena sama-sama perempuan, sama-sama punya keinginan, ya penuhi saja keinginan itu selagi bisa.
Seharian bergaul dengan mereka aku menjadi makin akrab dan sudah dianggap sebagai keluarga, atau bahkan dianggap sebagai suami mereka. Dengan santainya masing-masing bermanja-manjaan denganku, menggelendot, menciumi dan memelukku dikasur.
Malam kedua, aku bekerja lebih keras, karena kami bermain 4some. Agak berkepanjangan jika aku uraikan permainan kami. Tapi semalam itu aku berhasil mengoral mereka, termasuk Suryani.
Tapi yang bisa dientot tidak termasuk Ani. Hebatnya aku berhasil membuat mereka squirt melalui olahan tanganku. Ini yang membuat mereka makin senang denganku. Malam itu aku sempat dua kali berejakulasi. Agak lupa di memek siapa aku ngecrot malam itu.
Hari itu aku harus pulang ke Jakarta, karena banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Meski pun Amah.Imah dan Ijah tidak menuntut, tetapi aku tidak tega, sehingga mereka kuberi sejuta-sejuta. Mulanya mereka menolak, tetapi aku tahu bahwa uang itu sangat berarti, sehingga aku memaksa mereka menerimanya.
Ketika aku kembali pulang, mereka dengan berat hati melepas, bahkan sampai berlinangan air mata. Mereka menuntutku agar seminggu lagi aku datang lagi dan menginap lebih lama.
Setelah hampir dua minggu aku baru bisa kembali ketempat gubuk mereka. Bukan main senangnya melihat kedatanganku. Itu adalah hari jumat sore. Kau berencana akan menginap di rumah mereka sampai hari minggu. Jadi ada 2 malam yang bakal kuhabiskan untuk pesta orgy di gubuk di tengah desa.
Kedatanganku kali itu aku membawa oleh-oleh. Pakaian-pakaian cukup banyak. Aku memang bukan membeli baju-baju baru, tetapi aku memborong baju-baju bekas eks impor.
Hampir seharian aku memilih dan menaksir ukuran baju-baju mereka. Mungkin sekitar 10 stel untuk setiap orang. Meski pun bekas, tetapi masih sangat layak pakai. Apalagi untuk dipakai di desa, masih kelihatan sangat bagus.
Oleh-oleh setiap orang aku bungkus, satu persatu. Bukan hanya pakaian, tetapi juga ada tas wanita, 3 buah masing-masing, lalu sepatu dan sendal. Semuanya barang bekas eks impor.
Semua baju aku laundry dan barang-barang lain aku bungkus dengan plastik seperti kelihatan baru. Baju-bajunya pun terlihat seperti baru karena terbungkus rapi dalam plastik laundry. Bagasi mobilku penuh.
Sesampai aku ditempat mereka, aku tidak membawanya, karena aku datang sendiri, sehingga tidak bisa aku jinjing sendiri semuanya. Aku ajak mereka ke mobilku, lalu masing-masing membawa oleh-olehnya.
Sesampai di rumah mereka tidak sabar membukanya. Sepertinya aku mengerti selera para perempuan itu, karena mereka merasa cocok dengan pilihanku termasuk model dan warnanya.
Aku tidak mengungkap bahwa itu barang bekas. Mereka menganggap semua itu adalah baru. Tanpa malu, mereka mencoba bajunya satu persatu, Untung ukurannya bisa masuk semua, termasuk sepatu dan sandal.
Aku tahu bahwa mereka tidak punya tempat untuk menyimpan baju-baju itu. Makanya aku menempatkan baju mereka di dalam box kontainer plastik. Jadi aku membawa 4 kontainer, dan kontainer itulah yang mereka gendong.
Aku sudah mempelajari situasi perjalanan dari mobil ke rumah mereka, sehingga aku membungkus kontainer itu dengan karung goni, jadi tidak terlihat mencolok oleh para tetangga mereka.
Aku sudah bagaikan raja di rumah itu. Mereka menawariku untuk dipijat. Bukan tanggung ke empat cewek itu memijatiku semua. Memang pijatannya terasa tidak karuan. Mungkin bukan karena pijatannya kurang nikmat, tetapi karena semua bagian dipijat jadi rasanya bingung untuk menikmati pijatan mana yang enak.
Meski hari masih sore, tetapi akibat pijatan itu suasana jadi hot. Aku hanya mengenakan celana dalam boxer. Mulanya dipijat dengan posisi telungkup, kemudian ya telentang.
Dari sejak telungkup tadi penisku sudah agak mengeras. Begitu telentang, karena tidak ada halangan, penisku jadi makin menggembung. Nek Ijah yang pertama berkomentar sambil meremas penisku. Tanpa menanya dan izinku, ditariknya satu-satunya penutup tubuhku, sehingga penisku berdiri gagah perkasa.
Imah yang sedang memijat paha kananku langsung meraih penisku dan digenggam lalu dikocoknya. Birahiku jadi meningkat. Ditengah kenikmatan itu rupanya Imah sudah mengambil posisi diantara selangkanganku lalu dilomotnya penisku dan melakukan gerakan maju mundur.
Nek Ijah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, dia menjilati pentil susuku bergantian kiri dan kanan. Amah nenbuka bagian atas pakaiannya dan menyodorkan susunya untuk aku hisap.
Susunya masih sangat kenyal dan pentilnya terasa pas sekali dipelintir pakai bibir. Aku merasa Suryani masih memijati tangan kananku. Mungkin dia bingung, apa yang harus dilakukan.
Aku dikeroyok begitu dan sudah dua minggu libur tidak ngentot, apalagi sedotan Imah nikmatnya luar biasa, spermaku tidak bisa kupertahankan sehingga meletuslah di dalam mulut Imah.
Ketika spermaku muncrat, terasa Imah diam saja membekap kontolku dengan mulutnya. Sebetulnya ketika ejakulasi, aku merasa kepala penisku geli sekali. Namun semaksimal mungkin aku tahan.
Setelah hentakan ejakulasi usai. Imah melepas mulutnya dari penisku. Aku tidak tahu apakah spermaku di telan atau dibuang, karena pemandanganku tertutup oleh badan si Amah yang masih menyodorkan susunya dan badan Nek Ijah yang masih menjilati putingku bergantian.
Setelah mereka tahu aku mencapai kepuasan, mereka menghentikan aktifitasnya di badanku. Aku tergolek lunglai dan pasrah. Imah membersihkan sekitar kontolku dengan handuk basah. Dengan handuk lain dia menyeka keringat di sekujur tubuhku. Aku benar-benar diperlakukan bagai raja.
Amah memerintahkan anaknya Suryani agar membuka semua bajunya sampai telanjang. Setelah itu dia membimbing anaknya untuk mengoral penisku yang sedang kuyu. Mulanya dia menolak, karena jijik katanya.
Namun ibunya mencontohkan melomot penisku. Neneknya si Imah juga memerintahkan Ani mengoral. Dia setengah memarahi cucunya yang masih belum mampu menghapus rasa jijiknya.
Selepas Amah melompot penisku memberi contoh, si Imah ikut memberi contoh dengan menjilati kedua bijiku. Bagian itu adalah kelemahanku, karena jika dijilat disitu aku merasa nikmat sekali. Dia mencontohkan menjilat kontolku dan memperlihatkan bahwa tidak ada alasan jijik mengoral ku.
Karena si Buyut juga memberi perintah yang sama, tidak ada celah bagi Ani untuk mengelak. Aku tahu bahwa Ani belum terangsang, sehingga dia masih agak jijik.
Tapi karena dipaksa terus akhirnya dia mulai menciumi batang penisku yang sudah mulai bangun. Dari kegiatan menciumi lalu dia mulai berani memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Mulutnya tidak melahap semua kepala penisku, tetapi hanya sebagian saja. Meski begitu rasa nikmatnya sudah mulai menjalari tubuhku.
Perlahan-lahan penisku memuai. Aku bangkit dan dalam posisi duduk mengangkang memperhatikan kerja si Ani. Dia telungkup diantara selangkanganku. Ani kutarik keatas dan melepas kulumannya. Kini dia yang kubaringkan. Ani menuruti kemauanku. Dia tidur telentang dalam keadaan bugil.
Aku menciumi teteknya. Ani menggelinjang dan berusaha menahan kepalaku. Dia merasa geli dan tidak mampu menahannya. Karena kegelian aku menghentikan ciuman di teteknya yang masih kecil.
Tanganku yang kemudian meraba, meremas perlahan-lahan dan mempermainkan putingnya yang masih kecil. Kenyal sekali tetek yang baru tumbuh ini. Bentuknya masih sangat mancung.
Kelihatannya dia mulai bisa mengatasi rasa gelinya dan puting kecilnya mulai mencuat dan terasa agak mengeras. Tanganku yang satunya meraba belahan memeknya. Sumber ngocoks.com
Memek cembung dengan belahan yang rapat. Jari tengahku menekan belahan rapat itu, mencari letak clitorisnya. Tidak terasa dimana letak clitorisnya. Memeknya memang belum berkembang, aku usap-usap di titik yang kuduga adalah tempat clitoris berada.
Mulanya tanganku ditahan, karena dia menggelinjang kegelian juga. Namun aku memaksa bertahan terus mengusap posisi itilnya. Akhirnya dia melemah dan membiarkan aku memainkan memeknya dan mengusap itilnya.
Kucolek lubang vaginanya mulai terasa ada cairan agak kental keluar dari lubang vaginanya. Ini menandakan dia mulai terangsang. Aku penasaran ingin mengoral memek kecil yang baru aku jebol keperawanannya dua minggu lalu.
Kepalaku ditahannya dan dia berusaha menjauhkan kepalaku dari memeknya. Jilatanku masih terasa geli bagi memeknya. Aku memaksa tetap membekap memeknya, namun lidahku tidak menyentuh wilayah itilnya, aku menjilati sekitar lubang vaginanya.
Setelah dia mulai bisa menerima jilatanku, aku beralih ke wilayah itilnya. Setiap tersentuh titik tertentu dia menggelinjang. Aku menengarai di titik itulah letak clitorisnya yang masih tertutup oleh bibir vaginanya.
Aku menyerang titik sensitif itu dengan jilatan halus, sehingga Ani makin menggelinjang. Aku tahu gelinjang ini bukan karena geli, tetapi karena nikmat. Dia sudah terangsang dan cukup tinggi sehingga tidak lagi merasa geli. Jika dia belum terangsang dipastikan tidak mampu menahan rasa geli.
Cukup lama aku mengoral memek Ani sampai terasa secuil daging keras makin menonjol. ?Aku terus berkosentrasi menjilati titik itu. Tanpa dia sadari dia merintih sebagaimana rintihan cewek yang menikmati senggama.
Makin lama, makin menonjol itilnya dan akhirnya dia tidak mampu membendung gelombang orgasmenya. Kepalaku dijepitnya oleh kedua paha dan tangannya menekan kepalaku merapat ke memeknya. Mulutku merasai denyutan bibir memeknya berkali-kali.
Bersambung…