Ani kemudian tergeletak pasrah dan menutup matanya. Air mukanya menunjukkan rasa puas. Aku mengambil pelumas Jelly untuk melicinkan penisku memasuki lubang memek kecilnya. Lubang memeknya juga aku lumasi.
Ani diam saja dan pasrah. Dengan hati-hati aku menusuk kepala penisku yang sudah licin karena pelumas jelly. Ani mengernyit menahan sakit.
Penisku terus aku dorong dengan tekanan yang sangat hati-hati sampai akhirnya terbenam seluruhnya. Memperhatikan bibir memeknya, terlihat memek itu seperti terkuak paksa menerima hunjaman penisku.
Perlahan-lahan sekali aku menggenjot memeknya. Aku merasa memeknya masih sangat sempit, tetapi penisku tidak merasa sakit seperti ketika memerawani waktu itu. Setelah berkali-kali gerakan maju mundur, terasa lubang nya makin menerima penisku. Aku pun merasa nikmat oleh jepitan memeknya. Ani diam saja tida merespon gerakanku.
Mungkin anak di bawah umur belum mampu menikmati entotan, sehingga dia tidak bereaksi. Berbeda dengan wanita yang sudah cukup umur, mereka biasanya sudah mengerang jika aku genjot begini.
Aku nikmati saja jepitan memek anak 12 tahun yang sangat nikmat. Lelah main dengan posisi aku diatas, aku berguling sambil memeluk Ani sehingga dia menjadi berposisi di atas. Emaknya, neneknya dan buyutnya memberi arahan agar dia mengatur posisi yang nikmat.
Awalnya Ani jongkok diatasku dan melakukan gerakan naik turun. Namun kontrolnya masih belum bagus sehingga penisku berkali-kali lepas dari lubangnya. Emaknya mengajarinya melakukan gerakan maju mundur.
Gerakan itu memberikan rasa pada penisku seperti diperas-peras. Mungkin Ani merasa sakit melakukan gerakan itu, dia tanpa arahan telungkup diatasku. Dia tidak melakukan gerakan, sehingga akulah yang bergerak dibawahnya.
Posisi aku balik lagi namun kali ini aku tidak menindihnya, tetapi duduk bersimpuh sehingga aku bisa melihat penisku menerjang memek kecilnya. Pemandangan itu menambah rangsangan bagiku sehingga tak lama kemudian aku mencapai puncak dan melepaskan semprotan maniku di dalam memeknya.
Aku tahu si Ani tidak sampai orgasme, mungkin karena dia belum mampu menikmati persetubuhan ini. Badanku penuh keringat. Imah mengurus tubuhku yang penuh berkeringat dengan menyeka menggunakan handuk.
Aku terbaring dalam keadaan masih bugil, lalu ditutupi oleh sarung. Sekitar setengah jam aku istirahat. Sementara itu Ani sudah kembali berpakaian.
Kami kemudian menuju kamar mandi untuk mandi bersama, sebelum hari gelap. Dinginnya air pompa terasa sangat menyegarkan. Aku dimandikan oleh 4 wanita yang semua bugil. Dari ujung kaki sampai rambut semuanya ada yang mengurus. Aku bagaikan anak bayi, diurus oleh 4 perempuan.
Setelah badan segar aku menikmati segelas kopi tubruk, singkong rebus dan rokok kretek. Nikmat sekali suasana desa seperti ini, apalagi perasaanku lega karena habis ngentot dan 2 kali crot.
Sehabis makan malam, mereka masih mematut-matut baju, sepatu dan tas yang aku berikan kepada mereka. Pakaian yang mereka miliki sebelumnya tidak sebanyak yang aku bawakan, sehingga pemberianku ini sangat luar biasa bagi mereka. Padahal aku belanja itu semua tidak sampai sejuta.
Setelah mereka puas dengan baju-baju barunya dan malam juga makin larut, akhirnya kami berkumpul di kasur. Mataku belum merasa ngantuk, sehingga aku duduk bersila. Melihat aku belum rebah, mereka menyesuaikan duduk di dekatku. Amah mengambil kesempatan memijat bahuku, sementara Nek Ijah memijat tangan kanan dan Imah memijat tangan kiri.
Sambil memijat kami mengrobrol mengenai macam-macam, mengenai keluarga mereka, mengenai keadaan kampung. Aku makin banyak tahu mengenai latar belakang mereka satu persatu.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang menikah secara resmi, maksudnya nikah dan mendapat surat nikah. Kebanyakan di kampung ini menikah, cukup mendatangkan kyai lalu mengucapkan ijab. Jadi mereka hanya melakukan nikah siri.
Suami-suami mereka juga mudah saja pergi meninggalkan rumah, dengan alasan mencari kerja di kota, ada yang kembali, tapi kebanyakan pergi begitu saja dan tidak peduli dengan keluarganya. Perempuan ditelantarkan oleh suami, sudah dianggap biasa di desa ini..
Ngobrol lama-lama membuat aku ngantuk. Kubaringkan diriku di kasur, tetapi mereka mengaturku agar aku berbaring di tengah, artinya aku diapit oleh dua orang di kiri dan dua di kanan, Siapa saja yang di kanan dan yang di kiri aku lupa.
Namun ketika aku tidur telentang mereka tidak lantas ikut berbaring. Aku kembali dipijat, sambil mereka terus bercerita bergantian. Sejujurnya aku hanya ingin tidur saja, karena nafsuku untuk “bertempur” sudah agak lemah.
Namun perempuan-perempuan ini tetap berusaha memuaskan hasrat sexku yang sebenarnya sedang dalam keadaan padam. Ada saja yang memijat-mijat penisku yang sedang loyo.
Tidak sekedar meremas dari luar celana, tetapi diraihnya batangku di dalam celana. Seingatku Nek Ijah yang memulai memijat ala vitalku. Dia katanya pernah belajar soal terapi kejantanan. sekeliling kemaluanku diurutnya.
Kepiawaiannya mengurut mengakibatkan perlahan-lahan penisku mengeras juga, makin lama penisku bangun makin keras. Padahal hasratku belum bangun. Urutan dengan tangan kemudian berlanjut dengan urutan dengan mulut. Nek Ijah yang paling senior, mahir sekali memainkan mulutnya.
Puas melumat kemaluanku dia melepas pakaian bawahnya dan mengangkangiku, vaginanya diadu dengan penisku sampai akhirnya penisku terbenam. Dia memainkan vaginanya sambil tetap duduk diam.
Aku merasa otot-otot di dalam kemaluannya berdenyut-denyut memijat penisku. Mungkin gerakan memeknya itulah yang disebut empot ayam. Meski umurnya sudah setengah abad lebih dan cengkeraman memeknya tidak seketat yang muda-muda, tetapi karena kemahirannya, aku merasakan nikmat juga dimainkan oleh memeknya.
Sekitar 10 menit dia melakukan olah otot vagina, rupanya dia makin bernafsu. Nek Ijah mulai memacu gerakan berputar kadang naik turun kadang maju mundur.
Begitu terus berganti-ganti dan dia syurr sendiri sampai akhirnya dia kelojotan karena orgasmenya. Memeknya memang tidak ketat lagi, tetapi karena cairan pelumasnya tidak banyak berproduksi lagi, dampaknya aku merasa dibekap juga oleh jepitan memeknya.
Nek Ijah bangkit, meninggalkan penisku yang masih berdiri tegak gagah berani. Amah yang sedari tadi berbaring disampingku dan membimbing tanganku agar beroperasi di memeknya sampai aku merasakan memeknya banjir, bangkit menggantikan posisi Nek Ijah.
Dia rupanya ingin melakukan dengan posisi berbeda. Di jongkok menduduki penisku dengan posisi membelakangiku. Dia melakukan gerakan mengulek. Aku menikmati pemandangan kemontokan pantatnya yang bergetar-getar ketika menabrak tubuhku.
Meski cahaya remang-remang, aku tetap cukup jelas melihat pantatnya yang semok naik turun dan berputar-putar diatas kemaluanku. Dia mengolah gerakannya sendiri untuk mendapatkan kenikmatan sampai akhirnya dia pun terpuaskan setelah mencapai puncak kenikmatannya dan rebah telentang di atas tubuhku.
Penisku masih terus tegak. Aku sendiri bingung atas kemampuan penisku bertahan keras terus, padahal aku sedang kurang bernafsu. Mungkin itu merupakan hasil kerja terapi kejantanan yang dilakukan nek Ijah tadi.
Melihat penisku masih keras dan tegak, Imah duduk disampingku. Dia mengurut-urut di sekitar kemaluanku. Urutannya membrri kenikmatan sendiri dan mengakibatkan penisku terasa makin keras seperti kayu. Aku tidak tahu, untuk apa penisku diurut, aku senang karena urutannya menambah kekerasan senjataku.
Imah lalu menaikiku dan memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya. Setelah terbenam seluruhnya, Imah telungkup diatasku. Pinggulnya bergerak naik turun, kadang-kadang bergoyang kekiri-kekanan.
Aku merasakan permainannya itu sangat merangsang dan memacu birahiku sampai akhirnya hampir mencapai puncak. Kelihatannya Imah tahu jika aku sudah mendekati finish.
Dia lalu berhenti bergerak, sehingga libidoku turun kembali. Setelah itu dia melakukan olah pinggulnya lagi. Permainannya memang luar biasa, sebab dengan cepat birahiku naik lagi, lalu dia berhenti lagi bergerak.
Aku jadi merasa dipermainkan, karena menjelang aku tepancut, dia berhenti, sehingga aku gagal meraih puncak.. Aku jadi tidak sabar. Jika tadi aku diam saja alias pasif, kini aku berinisiatif bergerak-gerak menerjang ke atas.
Rupanya Imah kurang berkenan, tetapi dia tidak protes, dia hanya mengikuti gerakanku, sehingga dia mampu mengurangi gesekan. Sebab jika aku dorong naik dia ikut naik, aku tarik dia mendorong memeknya mendekat. Gerakanku agak kurang leluasa karena dia menindihku.
Aku menyerah lalu kembali diam. Imah kembali berperan. Dia melakukan gerakan yang unik menurutku. Badannya tidak bergerak, tetapi pinggulnya seperti bergerak seperti gerakan mengangguk-angguk sehingga aku merasakan penisku seperti dicabut-cabut. Gila nikmatnya luar biasa.
Lama-lama gerakannya makin buas dan aku pun terbawa nikmat dan aku sampailah digaris finish, tetapi Imah makin gila dan tidak peduli dengan ejakulasiku. Dia makin buas bergerak.
Rupanya ketika aku ejakulasi, dia pun hampir mencapai kenikmatan. Dampak semprotan spermaku yang hangat membuat dia mencapai kepuasannya sampai dia merintih panjang. Dia terengah-engah di atas tubuhku dan peluh kami mengucur cukup banyak.
Badanku terasa lelah sangat, sehingga aku tidak peduli lagi dengan keadaan tubuhku. Aku langsung tertidur.. Nyenyak sekali tidurku. Aku terbangun pagi-pagi karena mendengar kokok ayam jago.
Begitu bangun aku memegang senjataku. Sebab aku merasa, barangku seolah-olah hilang. Ketika kupegang, ternyata bukan hilang tetapi terkulai loyo.
Aku sempat syok, karena biasanya setiap bangun pagi barangku pasti mengeras, apalagi jika dalam keadaan sesak kencing. Pagi itu aku memang kebelet kencing, tetapi yang mengkhawatirkanku adalah barangku tidak bangun, malah loyo.
Aku bangun dan melepas hajat kecil di luar rumah. Aku kembali dan berbaring di samping Nek Ijah. Dia rupanya juga sudah siuman. Aku peluk tubuhnya lalu aku bisikkan masalahku. Dia senyum-senyum. Dia lalu duduk di sampingku, lalu melepas celanaku dan melakukan pijatan di sekitar kemaluanku.
Kelihatannya dia paham betul dengan otot kemaluan. Tidak terlalu lama dipijat dan diurut, penisku mulai bangun dan makin lama makin keras. Aku kagum juga kemahirannya membangunkan ular tidur. Penisku jadi keras, padahal aku tidak sesak kencing.
Nek Ijah berhenti memijat dan membiarkan penisku tegak berdiri mengeras. Sekitar 5 menit dia diamkan sambil terus diamati. Penisku tidak menyusut, masih tetap tegak. Nek Ijah mengangguk-angguk yang aku tidak tahu apa maksudnya.
Suryani yang baru bangun diperintahkan Nek Ijah membuka pakaian bawahnya. Ani tidak berani membantah kecuali mengikuti instruksi buyutnya. Aku menangkap rencana Nek Ijah.
Dia menginginkan agar aku mencoba kedigdayaan penisku kelubang cicitnya. Aku meraih pelumas K Jelly dan melumasi seluruh batang penisku. Nek Ijah memerintah aku menindih cicitnya. A
ku bangkit mengikuti perintahnya dan langsung mengarahkan penisku memasuki lubang vagina yang masih belum berbulu. Ani sebetulnya belum siap menerima penisku, karena dia belum terangsang. Aku tahu itu makanya aku lumasi memeknya dengan K jelly.
Tidak terlalu sulit penisku masuk ke dalam memek sempit dibantu pelumas k Jelly. Nikmat sekali rasanya jepitan memek anak dibawah umur. Aku memompa per lahan-lahan dan makin lama makin cepat.
Cukup lama juga aku menggenjot Ani, meski pun memeknya menjepit dan nikmat tapi aku bisa bertahan cukup lama. Ani mulai terbawa gelombang birahi, sehingga tanpa sadar dia mendesis-desis lalu merintih. Aku makin bersemangat, karena aku tahu dia mulai merasa kenikmatan disetubuhi.
Tiba-tiba Ani merintih panjang dan memeluk diriku ketat sekali. Dia mendapatkan orgasme, aku makin yakin, karena memeknya menjepit-jepit dengan irama seperti orang berejakulasi.
Aku behenti sejenak sampai dia selesai meluapkan kenikmatannya. Setelah itu aku mainkan lagi genjotan dan rasa memeknya makin nikmat saja. Sebetulnya tadi aku sudah hampir sampai juga, tetapi hilang karena gerakan aku hentikan.
Aku genjot lagi dan aku berkosentrasi penuh sampai menjelang puncak kenikmatanku. Rupanya kosentrasiku memberi dampak pada permainanku yang menghantar punak kenikmatan Ani kembali.
Dia merintih panjang dan memelukku lagi, tapi aku tidak peduli aku sudah hampir sampai maka aku genjot dan tidak berselang lama aku pun sampai kepuncak kepuasanku. Cerita ini di upload oleh situs ngocoks.com
Luar biasa rasanya permainanku kali ini. Selain cukup lama, juga sangat nikmat. Aku tidak tahu pasti, penyebabnya apakah karena memek anak kecil yang sempit atau karena pijatan terapi kejantanan yang dilancarkan Nek Ijah tadi.
Dua malam aku menginap di rumah mereka aku menjadi kuda pacu yang seolah-olah tidak mengenal lelah karena semua lawanku bisa aku atasi dengan memuaskan. Meskipun spermaku makin lama sedikit keluarnya, tetapi vitalitasku tidak berkurang, tetap greng dan tetap bergerak tanpa lelah.
Berikutnya aku sering berkunjung ke desa mereka. Awalnya aku bisa sering ke desa mereka, rutin tiap dua minggu sekali. Kebetulan aku mendapat proyek konstruksi di Karawang, sehingga aku bisa dekat dengan mereka.
Setelah setahun dan proyekku selesai, aku menjadi jauh. Karenanya mereka sering aku boyong ke apartemenku. Aku memiliki apartemen dengan 3 kamar, yang sudah lama kubeli dari kawanku yang pada waktu itu butuh duit. Aku mendapatkan harga yang cukup murah waktu itu.
Aku di pertengahan usia 30 memang belum pernah menikah dan belum punya pasangan tetap. Dengan kehadiran mereka dalam hidupku aku bagaikan memiliki istri 4 orang sekaligus. Istri yang unik karena mereka adalah anak beranak dan usianya masing-masing berbeda 14 tahun.
Kehidupan mereka terangkat karena aku santuni. Penampilannya pun tidak lagi lusuh. Bahkan sudah dapat dikatakan bening-bening. Jika dilihat tampilan mereka terakhir, tidak terlihat bekas bahwa dahulunya mereka orang pelosok desa, yang tinggal di gubuk bambu.
Setehun kemudian aku mendapat proyek besar, sehingga bisa membelikan sebidang tanah, yang tidak terlalu luas, cuma sekitar 120 m2, di desa yang lebih dekat dengan kota Karawang Diatas tanah itu aku bangunkan sebuah rumah yang minimalis tetapi dirancang artistik.
Diruang tengah ada ruangan luas. Itu memang kurancang begitu, karena di ruangan itu kubangun 4 kompartemen untuk masing-masing mereka.
Aku mendadani mereka dan membantu merawat tubuh mereka. Rasanya kalau aku berjalan dengan ke 4 wanita ini di Senayan City, bakal banyak mata melirik iri kepadaku.