Cerita Seks Tergres Akibat Cacing Keluar dari Anus – Sebelumnya saya minta maaf jika ceritaku ini terlalu mengusik rasa moral para pembaca. Namun saya harus menuangkan apa yang sesungguhnya pernah terjadi.
Ceritanya berawal dari rumah petak kontrakanku di dalam gang yang agak terisolir dan gelap. Saya memilih tempat ini karena selain murah, juga karena rasanya rada ekslusif karena luput dari perhatian para tetangga. Hanya satu kamar tamu, satu kamar tidur, kamar mandi. Tidak terlalu besar, karena harganya murah. Tapi membayangkan yang merantau ke Jakarta ini rasanya cukuplah, karena dana kiriman orang tua untuk membiayai kuliah saya juga tidak berlebihan.
Aku baru sekitar 3 bulan menempati rumah petak ini, setelah sebelumnya kost di dekat kampus. Kegiatan kuliah di tahun pertama tidak terlalu padat. Biasanya sekitar jam 3 sore aku sudah kembali ke rumah. Fotografi adalah hobiku. Untunglah aku hidup di masa foto digital sudah merebak, sehingga hobiku tidak terlalu membebani biaya rutin bulanan.
Di samping rumahku ada sebidang tanah kosong yang sering dijadikan arena bermain anak-anak yang tinggal di sekitar situ. Mereka adalah obyek fotoku.
Mereka senang difoto ketika sedang bermain dan saya senang menangkap ekspresi polos anak-anak. Karena itu maka saya banyak mengenal anak-anak di lingkungan itu.
Cerita Sex Terekspos Salah satu anak yang paling centil dan paling sering saya jadikan model adalah Ery. Dia cantik dan masih duduk di kelas 5. Dia paling akrab denganku sehingga sering menerobos ke kamarku ketika aku sedang asyik menonton TV. Tidak ada lagi rasa canggung dan dia sering pula minta diajari menyelesaikan PR nya.
Aku tentu saja tidak punya perasaan apa-apa selain senang mempunyai teman kecil dan dengan sepenuh hati ingin membantu dia agar nilai pelajarannya selalu unggul. Itu pulalah akhirnya yang mengakibatkan Ery sering main ke rumahku. Ia anak tunggal dan hidup hanya dengan ibunya. Seharian dia hanya sendirian di rumah, karena ibunya bekerja dari pagi sampai petang.
Sebagai anak yang masih berumur sekitar 10 tahun, ia tampak bongsor dan genit. Tapi saat itu saya tidak berpikir sedikit pun untuk tertarik secara seksual.
Suatu hari ketika dia tersesak buang air, dia langsung masuk kamar mandi. Rumahku memang sudah dianggap sebagai rumahnya. Dia memang luar biasa. Namun tiba-tiba aku mendengar dia berteriak memanggilku. “Mas….. mas…..mas… tolong mas ada cacing”
Aku kaget dan langsung bangun dari tempat duduk, ” dimana”
“Ini di sini aku jelek, tapi aku malu,” jeritnya sambil menangis dan terhiba-hiba.
“Lantas gimana, apa perlu aku tolong,”
Pintu kamar mandi masih terkunci dan dari dalam masih terdengar Ery menghiba , ” mas tolong massal.”
Kunci pintu kamar mandi terdengar terbuka dan Ery dengan handuk berpenutup berdiri sambil agak nungging.
Aku masuk dan mencari di sekitar lantai, ”mana” kataku.
“Ini mas di pantat dia tidak mau keluar gantung.
Ery berbalik dan menungging di depan ku. Ternyata cacing itu menggantung di lubang duburnya.
“Sebentar aku ambil tisu”
Aku keluar dan mulai berpikir, kalau aku cabut dari lubang anusnya pasti akan terlihat kemaluannya. Akal iseng ku mulai keluar. “Sini nungging, gak usah malu kalau takut sama cacing.”
Ery tanpa berpikir panjang lalu nungging di depan ku, maka terpaparlah anus dengan cacing tergantung dan kemaluannya dari belakang. Pelan-pelan aku cabut cacing dari lubang anusnya dan keluarlah cacing sepanjang hampir 10 cm.
Ery bergidik melihat cacing, karena dia geli pada binatang cacing. “Mas aku takut, nanti ada lagi yang keluar.”
“Ya udah mas tunggin di sini kamu terusin buang airnya.” Ery kembali nongkrong menghadap ke arahku. Maka terpaparlah gundukan kemaluan yang masih gundul.
Aku pura-pura tidak tertarik melihat kamaluannya, padahal kemaluanku mulai ngaceng.
Ery masih mengeluarkan sisa tinja yang tertahan. Dia rupanya trauma dengan cacing tadi sehingga tidak berani melihat ke bawah. “Mas Ada lagi bukan cacing yang keluar?”
Karena kamar mandi sempit maka tidak ada ruang untuk aku melihatnya dari belakang. Satu-satunya celah hanya memandang dari depan. Aku pun dengan gaya ditenang-tenangkan jongkok untuk memeriksa apa yang ada cacing yang tergantung. Yang saya perhatikan tentu saja bukan cacing, tetapi memeknya yang merekah. Aku pura-pura memperhatikan kemungkinan ada cacing, padahal meneliti bentuk kemalauannyanya yang merah.
Kemalauanku mengkonsumsi secara maksimal. “nggak ada lagi kok,’ kataku datar.
“Mas cebokin mas aku takut, nanti msih ada cacingnya.”
Astaga, ini anak kenapa jadi begini. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, akhirnya saya mengeliminir rasa jelek. Ery ku suruh jongkok di depanku dan dengan gayung aku mencebokinya. Berkali-kali aku usap diterima di sekitar anusnya sampai bersih dan tentu saja menyenggol memeknya. “Mas jangan ke situ mas geli,” kata Ery ketika kesenggol clitorisnya.
Setelah aku sabuni dan bersih, aku pun menyabuni berkali-kali. “Masih ada cacingnya nggak mas,” tanya Ery.
“Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang.”
Padahal mana mungkin memeriksa cacing di anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa.
Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan mengangkat kakinya. Kemalauannya nampak jelas dan anusnya juga. Aku sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang vagina yang kecil dan tertutup.
Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tapi tidak bisa. Tak kurang akal aku mencari krim body lotion dan kulumasi jari tengah lalu kutusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. “Sakit” tanyaku.
“Sedikit tapi juga geli”
Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis. “Ssssshhh…..ssssshhh….sssshhh”
“Nggak ada lagi kok” kataku menyudahi pemeriksaan jahil.
Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya.
“Ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya,” kata Ery bersungut-sungut.
Penisku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh.
Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri.
Celakanya Ery sejak saat itu sering minta diceboki. Anak ini makin manja. “Abis enak sih diceboki ama Mas,” katanya manja.
Aku selalu mengambil kesempatan meraba klitorisnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian.
Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba klitorisnya, tititku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat.
Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil. Dia sangat senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. Jadi tidak ada penghalang. Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik langsung atau dalam file di komputer.
Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi pribadi.
Dia akhirnya setuju. Segera ubah aku kamar tidurku menjadi studio dan berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri malu-malu sampai tangan menguak vaginanya dan kuambil dari dekat. Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya kemaluannya memeknya dimegarkan. Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina. Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktikkan pada Ery. Akhirnya kepalaku jadi ngeres, tapi aku tidak berani mengingat berbagai risiko yang akan muncul jika aku menyetubuhinya. jadi cenggur (ngaceng Keadaan nganggur) terus. Pelampiasannya hanya onani.
Suatu hari Ery menegurku. ” Mas sudah lihat Ery telanjang, tapi Ery belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong,” katanya.
Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan.
“Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?” tanyaku sambil mencari waktu berpikir untuk bertahan.
“Ery juga pengin motret mas telanjang,’ katanya.
“Mati aku,” aku jadi semakin terpojok.
Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk bertahan. ” Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?”
Ery hanya mengangguk.
Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi penisku ini ngaceng, kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku menerangkannya.
Muncul akal. “Sebentar Mas mau buang air dulu ya.” Aku buru-buru masuk kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku keluar dan berdiskusi dengan Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital ku.
Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi menyorot diriku dari berbagai posisi. “Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan,” kata ku dalam hati.
Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up titit ku. Bukan hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi penis ketika aku
pada posisi duduk setengah berbaring.
Penisku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. ” Lho mas kok tititmu jadi bengkak,” katanya
“Ya orang disenggol-senggol ya jadi bengkak,” kataku sekenanya.
“Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak,” katanya polos.
“Ya agak sakit,” kataku berbohong.
“Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak,” katanya bersungguh-sungguh.
“Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai.
“Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil telanjang, kata ku.” Otakku jadi kurang kurang waras kalau lagi sange. Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar. Tapi kalau tidak lagi, tidak ada salahnya berpikir panjang begitu.
Ery setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya. Bayangkan dalam berbagai pose dimana terdapat memegang teteknya yang baru numbuh dan kemaluannya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang juga. Buktinya kemaluannya ketika kuraba mulai basah.
Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan vaginanya basah juga. Aku pun makin gila dan tercipta makin mesra, mulai pose mencium ciuman, mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika ciuman ciuman aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi. Ery bingung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan.
Aku kemudian mengusulkan posisi gambar aku menjilat memeknya. Dia Protes karena dianggap menjijikkan. Aku bilang aku tidak meremehkan, cobalah. Dia memegang kamera dan aku tiap di antara kangkangan kakinya dan dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung klitorisnya. “Ah geli mas,” sambil menarik menjauhkan memeknya dari lidahku. Foto tidak sempat diambil karena dia kaget.
“Coba lagi” kataku.
Kini diterima merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi.
“Oke, siap ya” kataku.
Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut ke vaginanya dan lidahku mencari klitoris di ujung atas lipatan memeknya bagian dalam. Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan jilatan lembut ke klitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung klitorisnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah telentang sepenuhnya. Aku pun semakin bersemangat menjilati klitorisnya. Ery mulai mendesah dan semakin lama semakin panjang. Sssshh….. sssshhhh….. ssssssshhhhh.
Mungkin sekitar 5 menit setelah itu tiba-tiba Ery menjerit tertahan dan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Aku menghentikan jilatan dan menekan lidahku di klitorisnya.
Tangan Ery juga menarik kepalaku agar menekan vaginanya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya.
Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang. ” Geli dan enak banget mas, apasih tadi itu,” katanya kemudian setelah dia mulai siuman.
“Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual.”
Aku tidur telentang di tempatnya, dengan posisi penisku mengacung tegak ke atas.
Tangannya kuraih dan kubawa ke kemaluanku untuk menggenggamnya. ” Keras amat mas, kenapa sih,” tanyanya penuh keheranan.
“Bisa sembuh nggak,” tanynya lagi.
“Bisa tapi kamu harus membantu mengobatinya”
“Caranya gimana”
“Caranya sama seperti tadi mas lakukan pada Ery.”
“Ih Ery nggak bisa mas, Ery jelek” protesnya.
” Kalau mas gak jelek, kenapa Ery jelek, coba dulu, kalau gak gitu bengkaknya makin besar dan gak bisa sembuh.” ujar ku.
Ery bangkit dan mendekatkan kepalanya ke titit ku. Tangannya mulai menggenggam batang penisku yang keras seperti kayu.
“Coba jilat titik” kata ku memberi komando.
Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh kepala tititku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa.
“Kulum,” perintahku.
“Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin,” protesnya.
Aku ambil celana dalam yang letaknya di samping ku dan aku lap lendir di ujung titit ku.
Ery dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala tititku.,
“Jangan sampai kena gigi Ry”
Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar gigi tidak menggeser titit ku.
“Maju mundur dan sedot yang kuat,” kataku sambil aku mengambil foto pada momen yang sangat merangsang ini.
Ery dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir. Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya.
“Ry bawahnya juga dijilat ,” Kataku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku.
Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak berusia 10 tahun yang mulai pintar ini. Ssshhh…… sssshhh ….. aduh enak Ry terus Ry, Sedot lagi Ry. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat menjauh dari penisku dan kubekap yang segera memancarkan cairan kental putih ke atas perutku.
Ery menatap heran. “Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu,” tanyanya.
“Itu mani, sebagai tanda akan mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi,” kataku.
Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku.
Sekitar 5 menit kami tidur telanjang bersama.
Sejak saat itu, Ery jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan dirinya dan memuaskan diriku juga.
Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Ery makin lengkap dalam koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku bisa melihatnya.
Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan lebih dari itu.
Otakku semakin gila dan tidak lagi memikirkan risiko-risiko yang akan muncul.
Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluanku di mulut vaginanya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh.
Saya ingin membenamkan kepala penisku saja, untuk merasakan kenikmatan vaginanya tanpa merusak selaput keperawanannya. Pada awalnya sulit sekali menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala penisku mulai bisa menyeruak lipatan vaginanya. Aku berhenti ketika di dalam vagina ada yang terasa menghalangi. Gerakanku hanya maju mundur 1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam vaginanya.
Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala penisku.
Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh lagi. Saya mencoba untuk memasukkan setengah batang penisku, karena kalau hanya kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang nikmat.
Ketika kepala penisku tertahan untuk masuk terus, aku berhenti dan menarik napas. Penisku aku pertegang sehingga ada efek sedikit mendorong masuk, lalu aku
kendurkan lagi ketika Ery mengernyit kesakitan. Kemudian aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti ketika Ery mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang penisku masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi.
Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali.
Ery semakin ketagihan dengan permainan yang semakin meningkat ini. Dia tidak lagi merasakan sakit ketika permainan 2 inci itu berlangsung. Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama dengan sebelumnya berhenti ditegangkan lalu tekan sedikit. berhenti lagi lalu ditegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa tititku terbenam sekitar sebagiannya. Saya pun berhenti pada posisi ini dan hanya bermain setengah tiang.
Seminggu bermain setengah tiang, tidak ada lagi rasa sakit pada memek Ery membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh penisku ke dalam vaginanya.
Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk membenamkan seluruh batang penisku, meskipun gerakanku tetap hati-hati dengan menegangkan dan mendorong secara pelan. Berkat masuklah seluruh batang tititku ke dalam memek kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti selama sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat dan sempitnya vagina Ery.
Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan penisku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan lama di dalam vagina yang sempit, sekitar 5 menit penahananku jebol dan aku muntahkan di perut cewek imut ini.
Sebelum memulai membenamkan penisku aku selalu memuaskan Ery dengan oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadarinya, aku tidak bisa membawanya
orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya vaginanya tidak mungkin aku bertahan bisa bertahan lama.
Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai pada posisi-posisi close up. Bersetubuh kegiatan menjadi rutin kami sampai Ery mencapai usia 11 tahun.
***
Persahabatan ku dengan Ery jadi semakin akrab dan berkat bimbinganku pada pelajaran sekolahnya, dia berhasil meraih peringkat 1 di kelasnya. Aku bangga dan juga puas. Meski perbedaan usia kami terpaut 9 tahun, tetapi dalam hubungan seks hampir tidak ada artinya.
Hampir setahun aku berteman dengan Ery, namun aku belum pernah melihat Ibunya, apalagi mengenalnya. Aku memang kurang tertarik untuk mengenal ibunya dan kalau begitu malah bisa menghindar untuk mengenalnya. Ternyata Ery juga menutup rapat dirinya terhadap ibunya, ia hanya mengaku sering belajar bersama teman sekelasnya.
Sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Ery sampai ia berusia 11 tahun. Dia belum mendapatkan menstruasinya. Meski usianya masih terlalu muda, namun nafsu seksnya ternyata cukup tinggi. Aku seringkali menghadapi permintaannya. Hampir setiap hari dia memintaku untuk menyetubuhinya. Setiap kali hubungan seringkali aku harus meladeninya sampai 2-3 ronde. Kadang-kadang pinggang ku rasanya sampai mau patah, karena pada ronde ke dua dan seterusnya aku baru bisa ejakulasi setelah sekitar 30 menit. Kecil-kecil sudah hiper, bagaimana besarnya nanti.
Suatu kali dia pernah meminta ibunya untuk menginap di rumah temannya karena ibunya harus pergi ke luar kota selama 2 hari. Ibunya percaya saja kalau Ery memang benar menginap di rumah temannya, tanpa dia memeriksa. Padahal Ery mendekam dirumahku. Karena dua hari itu adalah hari Sabtu dan Minggu, maka Ery seharian di rumah ku. Dalam 24 jam aku menyajikannya sampai 6 ronde.
Akhir-akhir ini aku agak jarang menyetubuhi Ery karena kegiatan kuliahku padat, dan kadang-kadang sampai malam. Ery protes karena dia jarang disetubuhi. Namun keadaan yang tidak memungkinkan. Aku menyetubuhinya paling pada hari Minggu, karena sampai malam minggu aku disibukkan dengan kuliah.
Sudah sekitar 3 bulan kemaluan Ery hanya aku pesanan seminggu sekali. Pada awalnya setiap kesempatan hari minggu Ery menuntutku bermain sampai 3 ronde. Namun karena aku lama-lama hubungan akhirnya aku hanya penuhi 2 ronde saja.
Begitulah berjalan beberapa bulan sampai Ery bercerita bahwa dia tertarik pada teman laki-laki sebayanya. Aku kenal anaknya bernama Aryo, karena dia juga dari lingkungan sekitarku juga.
Suatu malam minggu ketika aku pulang kuliah sekitar jam setengah 7, aku menangkap bayangan di halaman kosong sebelah rumah ku ada seperti orang yang mengendap-endap. Aku pun berjalan menetap untuk memastikan melihat apa gerakan itu, pencurikah, atau hewan. Sampai jarak 5 meter, aku baru bisa melihat dengan agak jelas bahwa di sudut tanah kosong itu ada dua anak yang sedang bergumul. Aku dekati sampai sekitar 2 meter aku kejutkan mereka, ” Ngapain ini” dengan nada suara membentak.
Mereka kaget dan tak segera bisa lari, karena kulihat Ery dan Ary sedang bertindih-tindihan. Celana mereka tidak dilepas hanya diturunkan sampai sebatas
betis, sehingga susah berlari. Keduanya pucat dan malu.
Dengan nada tetap garang saya perintahkan mereka mengenakan kembali pakaiannya. Keduanya aku gelandang masuk ke rumah ku.
Mereka duduk di ruang depan dengan kepala tertunduk, malu takut bercampur baur.
“Kamu masih kecil kenapa sudah bermain seperti orang dewasa,” kata ku sok berwibawa dan bersih.
Mereka lalu saling tuduh menuduh mengenai siapa yang memulai dan siapa yang mengajak.
“Sudahlah” kataku
“Kamu nggak usah takut, tadi aku sudah lihat kamu.” kataku.
“Mas tolong mas saya jangan diadukan ke orang tua saya atau di bawa ke polisi, tolong mas,” kata Aryo.
“Baik,” kataku.
“Saya tidak melaporkan perbuatan kalian asal menurut saya,” kataku
“Saya kasih kalian kesempatan melanjutkan permainan kalian tadi di sini dan saya akan melihatnya, jika kalian tidak bisa, maka akan saya laporkan ke orang tua kalian,”
Aryo baru berani mengangkat kepala dan bertanya. “benar boleh di sini”.
“Benar, di sini kalian aman tidak ada yang memegoki.”
Kuperintahkan keduanya membersihkan diri ke kamar mandi dan dari kamar mandi keluar harus dalam keadaan talanjang masuk ke kamar ku.
Pertama Aryo masuk ke kamar mandi, Dia mandi, mungkin di semak-semak tadi gatal., Keluar dengan malu-malu menutup burungnya masuk ke kamar ku. Aryo umurnya
12 tahun. Ery kemudian masuk kamar mandi dan dia mencuci seluruh badannya dan menyabuninya. Dia keluar dari kamar mandi dengan tenang jalan sambil telanjang masuk ke kamar ku.
Aku duduk dikursi dan siap memberi aba-aba. “Aryo apakah kamu sudah pernah onani dan mengeluarkan mani.”
“Sudah mas” jawabnya singkat.
“Baik sekarang kamu telentang.”
Ery kuperintahkan memegang kemaluan Aryo yang belum berbulu agar bangun menegangkan. Dalam beberapa saat saja kemaluan Ery sudah bangun dan tegak dengan panjang sekitar 10 cm. Dia sudah sunat. Ery kuperintahkan untuk mengulumnya. Aryo kaget dan protes. “Kok diemut mas, kan jelek katanya.”
“Udah kamu diam saja dan ikuti perintahku”
Aryo pssrah dan tidur telentang, Ery yang memang sudah lihai dengan segera mengambil posisi diantara kedua kaki Aryo dan mengulum penis Aryo.
Aryo mendesis-desis keenakan. “Enak yo,” tanyaku.
“Enak banget mas tapi rada geli, tapi enak.”
Ery yang sudah piawai mengoral akhirnya menjebol pertahanan Aryo hanya dalam waktu kurang dari 2 menit. Semua mani Aryo ditelan dan Aryo kelojotan kegelian
ketika ejakulasi penisnya masih diisap oleh Ery. Sampai penis Ary lemas baru dilepas oleh Ery.
“Enak banget mas, saya belum pernah ngerasakan seperti ini,” kata Aryo.
” Kamu juga harus membuat enak Ery, setelah istirahat sebentar, kamu juga harus menjilat memek Ery” kata ku.
Aku memerintahkan Ery tidur telentang dan Aryo kubimbing tengkurap diantara kedua paha Ery. Dia awalnya ragu, menjilat memek Ery. Aku kuak memek Ery dan kutujukkan klitorisnya yang harus dijilat dengan gerakan lembut.
“Kalau kamu tadi dienakkan oleh Ery, sekarang giliran kamu mengenakkan Ery, biar adil,”kataku.
Aryo dengan gerakan ragu dan penasaran melihat kemaluan yang merekah merah itu akhirnya dia mulai menjulurkan lidahnya ke klitoris Ery. Karena lidahnya yang terus dijulurkan Aryo mulai lelah. ” Bekap mulutmu ke memeknya, dan jilati terus,” perintahku.
Aryo kemudian menurut dan Ery mulai kelojotan klitorisnya dijilati. Sekitar 5 menit Ery meregang dan Aryo kuperintahkan mengehentikan jilatannnya dan lidahnya
menekan klitoris Ery. Ery pun menekan kepala Aryo ke kemaluannya dengan kuat-kuat. Baru 15 Detik Aryobersikeras mengangkat kepalanya menjauhi memek Ery, “nggak bisa bernafas” katanya.
Ery yang lagi tanggung orgasme akhirnya menekankan tangan ke kemaluannya sampai orgasmenya tuntas.
Penis Aryo sudah berdiri lagi, meski belum penuh. Ery yang baru menyelesaikan orgasmenya langsung meraih penis Aryo dan meremas-remasnya. Mendapat perlakuan itu, penis Aryo semakin mengeras sampai sempurna.
“Sekarang masukkan tititmu pelan-pelan ke memek Ery, kamu memuat diatas Ery, cium ciuman, lalu cium teteknya,”
Aryo yang sudah mulai bangkit nafsunya segera mencium Ery. Mereka berciuman penuh nafsu dan tidak memperdulikan ada orang lain yang menonton. Sementara aku penisku semakin tegang.
Aryo kemudian turuni tetek Ery yang baru numbuh sebesar “mouse” laptop. Sekitar 10 menit cumbuan aku perintahkan Aryo memasukkan penisnya ke vagina ry.
“Tadi waktu diluar kamu sudah sempat masukkan tititmu apa yang belum” tanya ku.
“Belum, dia nyodoknya selalu didepan, mana bisa masuk,” kata Ery.
“Abis aku nggak tau lobangnya ada di bawah,” kata Aryo.
Aryomembimbing penisnya menuju memek Ery, tetapi berkali-kali gagal masuk sampai Ery memimpin ke lubang vaginanyadan menarik pantat Aryo agar penisnya segera menerjang pintu masuk.
Aryo mulai menggenjeot dengan penuh semangat. Dia pompa bertenaga tenaga. Sekitar 5 menit dia bertahan pada posisi itu. Saya perintahkan untuk menukar posisi. Ery kini diatas dan Ery dalam posisi duduk bersimpuh mengangkangi badan Aryo ia melakukan gerakan maju mundur. Aryo nyengir-nyengir keenakan penisnya dibesut Ery. Pada posisi ini Ery sempat mencapai orgasme sempai dia lunglai jatuh memeluk Aryo.
Posisi kuperintahkan bergantian lagi, dengan posisi dog style. Ary menyodok penisnya dari belakang sambil memegangi pantat Ery. Mungkin posisi itu menstimulan G spot Ery, sehingga Ery tak lama kemudian mengerang dengan keras keenakan. Mendengar erangan itu Aryo semakin semangat dan semakin terangsang dia puun mencapai puncaknya dan membenamkan dalam-dalam penisnya menyemburkan lahar panas ke dalam vagina Ery
“Saya lupa mas menarik titit saya, dikeluarkan diluar, abis enak banget,” kata Aryo meminta maaf pada ku.
“Kalau dia hamil kamu harus bertanggung jawab,” kataku mengingatkannya.
Aryo wajahnya jadi kecut dan seketika itu juga tititnya menciut.
“Enggaklah mudah-mudah,” kata saya.
Aryo pun kembali bersinar mukanya.
Mereka aku perintahkan untuk kembali masuk kamar mandi bersama-sama untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam kutunggu kok gak selesai-selesai. Ketika
kubuka pintu kamar mandi ternyata melanjutkan ronde ketiga dalam posisi berdiri, Ery membungkuk dan Aryo menyikatnya dari belakang.
“Abis ngaceng lagi mas gara-gara tititku disabuni Ery,” kata Aryo sambil senyum-senyum-senyum.
“Awas jangan dikeluarkan didalam, cabut kalau mau nyembur, kata ku.
Sekitar 10 menit kemudian keduanya keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dan klimis. Sudah hampir jam setengah 10 kalian segera pulang aku antar ke dekat rumah kalian. Kami berjalan bertiga dan Aryo lebih dulu sampai ke rumahnya. Setelah aku dan Ery jalan berdua, Ery minta aku balik lagi ke rumah. “Ibu Lagi pergi mas.” katanya.
******************
Sejak saat itu rumahku dijadikan hotel jam-jaman oleh kedua anak itu. Ery kini melayani aku juga Aryo. Namun Aryo tidak pernah tahu hubunganku dengan Ery. Kami setuju merahasiakan.
Kedua anak itu juga membintangi film porno karya ku selama durasi sekitar 30 menit. Mereka sudah tidak lagi canggung di depanku. Saya pun memanfaatkan mereka untuk membersihkan dan merapikan, rumah ku.
Kuperhatikan hubungan Aryo-Ery hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun Ery tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Ery juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu diantara kami.
Suatu hari Ery mengajak seorang wanita ke rumah ku, “Kenalkan ini mama saya.”
Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, heran bercampur baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku.
“Oh ini mas Didit,” ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku.
Wanita cantik berusia sekitar 30, kulit putih dengan tubuh sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang.
“Mas Didit saya mau berterima kasih atas ini membimbing Ery sehingga dia unggul di sekolah,” kata wanita cantik ini.
Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku yang tadinya panas kini menjadi dingin secara tiba-tiba. Plong dadaku juga ikut lega.
“Ah nggak usah berpikir, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berinvestasi,” kataku merendah.
Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Ery dan ibunya mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tapi tidak punya alasan menolak.
Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi dan penataannya rapi. Ery hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti.
Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Ery pada usia 16 tahun. Celananya terlihat masih muda karena usianya sekarang baru 27 tahun.
Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi.
“Mas didit sering-sering kemari nemani Ery dan mengajarinya, saya tidak bisa terlalu banyak membimbing karena waktu saya habis menurusi bisnis yang kini memerlukan perhatian lebih serius.
Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Ery, dan jika aku libur kuliah aku bisa seharian di rumah Ery. Kami bertelajang bulat saja berkeliaran di rumah itu sepanjang hari.
Dari Ery kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan kuketahui Ery bahkan sering dilibatkan. Ery pun mengaku dia sering diminta ibunya jika sedang baik-baik saja sementara pasangan lesbinya tidak datang.
Aku hampir mati tiba-tiba terkejut mendengar pengakuan Ery yang mengungkapkan bahwa hubungan denganku juga sudah diketahui semua ibu. Jadi pengin malu tapi sudah terlambat.
Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan di rumah itu. aku pun sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung lagi dan rahasia diantara
kami berempat. Ibunya santai saja melakukan cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku dan Ery. Aku pun santai saja menyetubuhi Ery di depan ibunya dan pasangan lesbinya.
Mbak Vina begitu aku menyebut ibunya Ery dan Mbak Dian pasangan lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikit pun tertarik pada diri ku. Mereka
Keduanya memang pernah memegang-megang penisku yang menegangkan, tapi mereka terus bercumbu bersama.
Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan mereka.
Saya baru menyadari mengapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terganggu jika ada orang lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan masuk ke lingkungan ini karena ibu tahu aku telah menggauli anaknya berkali-kali.
Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan Ery dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam. Samar-sama kudengar
suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan santai bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati ruang keluarga. Kami biasa berlalu- lalang telanjang di rumah ini. Ada rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak kita jadi lebih terbuka dan jarang berbohong.
Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Dian sedang dijilati Ery dan Mbak Vina sedang menjilati anak perempuan usia sekitar 15 tahun.
Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Dian, “mirna” katanya menyalami ku dan aku balas “Didit” Kami dalam keadaan telanjang bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi istan di dapur, “lapar” kata ku.
Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku bersantai saja duduk di sofa dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya saya tetap makan, tetapi pelan-pelan penis juga terbangun. Apa boleh buat ketika aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan sambil dalam keadaan penis ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang, sulit menutupi keadaan yang sebenarnya.
Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar.
Sambil menenteng gelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa menyaksikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak Dian meski tomboi tapi fisiknya sebenarnya seksi. teteknya besar, mungkin ukuran 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak Vina teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar dan tonggeng.
Mirna kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru tumbuh beberapa lembar.
Mereka semua santai saja meski saya menonton, hanya Mirna yang terlihat rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah begitu.
“Dit ini ajari anggota baru kita,” kata Mbak Vina.
Mbak Vina lalu membimbing Mirna membungkuk lalu bersimpuh di depan penisku yang ngaceng. “Coba kamu pegang dan kamu isap titit Didit ini.” Mirna terdiam sesaat, aku pun mengangguk.
Dengan gerakan agak ragu Mirna mencekam tititku lalu didekatkannya kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke titit tinggal 5 cm. Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Saya mencoba pasif dan menikmati apa pun yang akan dilakukan Mirna.
Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Di sapunya dengan jilatan seluruh kepala penis, itu. Aku memberi respons dengan mendesis dan mengerang pelan. Ini menambah semangat Mirna untuk bertindak agresif sehingga semua batang penis dijilati termasuk ke kantong zakarku yang jadi sensitif.
Kali ini mendesis dan mengerang sesungguhnya karena memang semakin nikmat. “Mir isap mir” pintaku diselingi desis dan erangan pelan. Mirna mengetahui tindakkannya benar dan membakar birahiku dia pun semakin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras melampiaskan rasa nikmat. Mirna mulai mengerti cara mengulum tanpa diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang penisku sampai hampir masuk semua ke mulut.
Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulut mungkin mulai pegal sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku sosor dan mencium erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.
Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang.
Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Mirna mulai mengeluarkan desisan. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase endapat respon begitu. Memeknya ku raba, ternyata sudah basah kuyup.
Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian dalam. Mirna menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan bentangan kakinya dan ku kuak kemalauannya yang berbentuk montok kayak “mouse” . Klitorisnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak sulit aku memasang. Merah muda mengkilat keluar
dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya. Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar klitorisnya yang menonjol itu dan dengan sapuan lembut kujilat di sekeliling itil yang terasa menekan.
Mirna mengerang semakin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun mulai menuju ke ujung klitorisnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak. Pelan-pelan kusapu ujung klitnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia semakin mengerang dan bergerak liar, sehingga aku terpaksa menahan kedua pahanya dengan puas. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1.
Tidak sampai 5 menit Mirna berteriak keras dan menarik kepala erat kepalaku ke memeknya. Mulutku jadi belepotan cairan vagina Mirna, aku pun sulit bernapas. Kemaluaannya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. Rupanya semua kaget ketika Mirna berteriak saat awal orgasme, sampai semua aktivitas di ruang itu berhenti memperhatikan “Ada apa”. Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Dian.
Habis enak banget sih aku jadi gak tahan dan lupa. Dalam keadaan bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Mirna. Ku colok jariku ke dalam vagina Mirna. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam lubangnya.
Jaringan tambahan bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan di belakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan ritme yang tetap. Mirna kembali mengerang dan mendesis secara bergantian. Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Dian dan Mbak Vina tidak diperdulikan Mirna. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia berteriak pembelaan-kuatnya sendiri lalu sadar dan menutup mulutnya. Itupun dia tetap berteriak di dalam dekapan tangannya.
Jariku tetap di dalam memeknya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan denyut penisku ketika sedang ejakulasi. Cairan vaginanya meleleh makin banyak. Mirna baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang dialami cewek.
Kini Mirna terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras. Kami ternyata jadi tontonan “live Show” ini mulai mereka nikmati ketika Mirna mengerang dengan suara yang cukup keras.
Penisku yang mengacung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan bukan memek Mirna. Ujung penisku ku oles-oleskan dengan carian yang banjir di mulut
vaginanya, lalu pelan-pelan kusodokkan mmenyeruak ke dalam vagina Mirna. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan menerjang masuk semakin dalam ke dalam kemaluan Mirna. Sampai pada titik tertentu penisku tertahan tidak bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal penisku baru masuk setengah jalan. Aku menduga ini adalah selaput dara Mirna. Kalau kupaksa dengan dorongan kuat, Mirna pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegangkan untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselingi dengan gerakan maju mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos.
Setelah gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan dengan sedikit menekan dan menegangkan penisku, aku akhirnya berhasil masuk
lebih dalam. Mirna meringis dan di ujung matanya melelehkan air mata. “Sakit Mir” Dia mengangguk. Aku majukan penisku pelan-pelan sampai seluruhnya terbenam.
Diamkan sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh, saya mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akan seret rasanya sampai kulit penisku ikut tertarik seperti kesedot memeknya mirna. Kutarik sedikit-kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik maju semakin panjang. Mirna pun mulai melupakan kepedihan vaginanya karena selain pantatnya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan mendesis lagi. Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati vagina sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain vagina peranwan, juga karena cairan kemaluannya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga di dalam hatiku,cewek berkulit hitam, vaginanya lebih enak dari yang berkulit putih.
Sekitar 15 menit aku pompa Mirna dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya, namun tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan penisku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan erangan-erangan seirama sodokkanku. Tiba-tiba dia berteriak kembali bertanya-tanya tanpa ingat harus menutup mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan mirna. Dia mencapai orgasmenya yang tertinggi. Mendapat respon itu aku jadi makin terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik penisku dan kukokok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Mirna. Mirna sudah pasrah saja.
Dia lemas abis, terkulai seperti tidak bertulang. Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Mirna, Dia tertidur pulas di kursi itu.
Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan pesta seks. Aku hanya satu-satunya pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang dua lagi nggak
tertarik ama penis. ” aku heran kok bisa begitu ya, padahal mereka juga menggunakan dildo.”
Aku tidak ambil pusing lah, kalau mereka normal, aku nanti yang suasananya, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir copot.
Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan ponsel dengan kapasitas besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing kamera video. telepon genggam,
stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai kamera video dan web cam yang saya hubungkan dengan laptop saya arahkan ke arena “sex party” 4 kali sex party saya memiliki banyak sekali file di dalam komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi sekitar 1 jam. Hasil kamera candid ternyata tidak terlalu mengecewakan, cukup detail dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada yang tahu kecuali aku sendiri.
**************
Saya sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, Andapun berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting bagus lah. Aku mencakup hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini.
Suasana di rumah Mbak Vina tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki-laki perempuan masuk ke rumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9 tahun mereka ditinggal mati kedua orang tua akibat kecelakaan. Mbak Vina adalah satu-satunya perselisihan sehingga terpaksa dia harus menampung kedua anak
yang manis dan cakep ini. Mereka polos berasal dari kota jauh dari Jakarta.
Anak kembar laki-laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka cenderung akan intim seperti pasangan pacar dan merasa kembarannya adalah jodohnya.
Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar yang berbedapun akan resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan dalam satu kamar dengan tempat tidur terpisah ketika tinggal bersama orang tuanya.
Ketika di rumah mbak Vina mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling menyayangi satu sama lain.
Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang kehadiran mereka. Kegiatanku bersama Ery dan Mirna akhirnya pindah ke rumah ku dan Mbak Vina dan Mbak Dian menutup diri di dalam ruangan.
Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran.
Vicky dan Dicky begitu mereka diberi nama kejutan melihat kehadiranku yang tiba-tiba meyakinkan ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada rasa bersalah,
Vicky si kembar cewek berkilah, “Aku menyayangi Dicky mas.”.
“Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu”
Untuk lebih meyakinkan mereka, saya mengajarkan trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku.
Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja.
Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau satu sama lain saling meraba. Yang diraba adalah masing-masing alat kelamin mereka. Awalnya aku ajari meraba dari luar
pakaian masing-masing alat kelamin sambil berciuman. Setelah mereka berlatih dan rupa mereka jadi terangsang. Kubimbing tangan Dicky masuk ke dalam celana
dalam Vicky sampai menemukan memeknya dan Vicky pun aku bimbing tangannya memasuki celana Dicky untuk memegang batang milik Dicky.
Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Dicky tiba-tiba protes, ” Mas Vicky pipis nih tangan saya jadi basah.”
protes Vicky. “enggak kok, vicky enggak pipis.”
Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Vicky terangsang dan memeknya mulai basah.
Aku menjelaskan bahwa Vicky memang benar tidak pipis. Bawuknya basah karena dipegang-pegang Dicky. ” Itu normal, dan tandanya Vicky senang dan menikmati. “Ya kan Vick,” Vicky mengangguk malu.
Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana lalu bertelanjang bulat. Vicky setuju dan agak protes, mereka malu kalau harus saling
telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan diriku.
Aku mematikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati rasa yang lebih
enak, akhirnya mereka melepas semua pakaiannya. Kambali mereka kusuruh berpelukan, mencium dan meraba alat kelamin masing-masing lawan. Mereka kembali ke adegan tadi
dan tangan Vicky kuarahkan agar melakukan gerakan mengocok penis Dicky dan tangan Dicky kuarahkan agar jari tengahnya menyelip ke dalam bagian memek vicky.
Keduanya semakin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku di sampingnya.
Dicky aku arahkan agar mencium kedua puting Vicky yang belum tumbuh karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Vicky makin terangsang meski belum
tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski tertahan dan pelan. Sedang Dicky pun semakin agresif dengan pentil Vicky yang rupanya juga mulai mendominasi.
Dicky kuarahkan agar tidur telentang dan Vicky duduk di sampingnya. Vicckya kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Dicky yang telah tegang sempurna dengan
panjang sekitar 10 cm. Dicky penisnya telah disunat. Kocokan Vicky semakin kencang hingga akhirnya Dicky mengerang. Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Vicky kuminta terhenti aktifitasnya karena penis Dicky jadi terasa ngilu. “Enak oom,” terima kasih ya. Dicky tersenyum puas.
“Sekarang giliran kamu memuaskan Vicky” perintahku.
“Gimana mas caranya,”.
Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan klitoris Vicky. Begitu jari tengah Dicky menyentuh klitoris Vicky, dia menggelinjang dan terkejut. Dicky pun bingung, “Kenapa Vick,” tanya Dicky.
“Geli,” katanya.
Kuarahkan agar Dicky memperlakukan klitoris Vicky secara halus dan jangan ditekan kuat-kuat. Dicky dengan sabar menuruti perintahku, tetapi dia selalu kehilangan arah mencari klitoris Vick. Nggak kelihatannya sih katanya.
Aku menyalakan lampu dan Dicky tidak protes malah dia senang. Aku pertunjukan dimana letak klitoris Vicky dan bagaimana memperlakukannya. Dicky akhirnya mulai mahir memainkan klitoris Vicky sampai sekitar 10 menit Vicky meregang dan aku perintahkan tangan Dicky mendekap memek Vicky. ” Mas memek Vicky kok berkedut-kedut,” ujar Dicky.
“Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut,” jeasku.
Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka berkuasa untuk membersihkan diri. Dicky dan Vicky semakin akrab denganku, mereka membuat banyak bertanya dan semakin terbuka. Nanti aku ajari yang lebih keren lagi, aku menjanjikan mereka. “Emang
ada yang lebih enak lagi mas,” tanya Vicky.
“Ada dong,”
Ajari lagi dong, sekarang dong mas,” kata Dicky.
Kusarnakan mereka membersihkan kemaluannya dan menyabuninya sampai terasa wangi. Tanpa menunggu lama mereka segera mengisi kamar mandi dan tidak sampai 5 menit mereka sudah mencapaiku di kamar mandi.
“Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan,” perintahku.
Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Dicky mulai pintar menciumi bagian-bagian tubuh Vicky. Demikian juga Vicky mulai pandai merangsang
alat kelamin Dicky. Sampai titik rangsangan tertentu mereka kuminta berhenti. Kuperintahkan Dicky tidur telentang dannya sudah menegangkan keras sekali, Vicky kuminta mencium batang penis Dicky. ” Ih buat pipis kok dicium, jelekan mas,” protes Vicky.
“Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak,” ujar ku.
Vicky mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun. “Jilat ujung penisnya,” perintahku.
Vicky agak ragu dan mulai menjilat saat dia sedang mencoba merasakan sesuatu. “Ngak ada rasanya mas,” ujarnya.
“Memang ngga ada rasanya, tapi Dicky terasa enak, benar gak Dick,”
Dicky hanya mengangguk.
Vicky mulai terbiasa menjilat, ujung penis Dicky lalu aku menunjuk bagian-bagian yang harus dia jilat. sampai ke kantong zakar.
Dicky keenakan, sambil menggelinjang. Setelah acara penjilatan lancar, saya minta Vicky mengulum batang Dicky. Vicky yang sudah terangsang tidak protes jelek
lagi dia mulai memasukkan batang Dicky ke dalam mulutnya. ” Jangan sampai kena gigi,” titahku pada Vicky.
“Isap dan maju mundur , ujarku pada Vicky.
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kelojotan keenakan. Kuperintahkan Vicky untuk menghentikan aktifitasnya.
“Lebih enak mas, top deh” puji Dicky.
Kini giliran kamu Dick memuaskan Vicky.
“Tapi Vicky kan nggak punya batang apanya yang mesti diemut,” protes Dicky.
Vicky ku suruh berbaring dan merenggangkan kedua kakinya dan menekuk ke atas. Kubuka lobang memek Vicky dan menunjukkan pada Dicky bagian mana yang harus di jilat.
“Tapi memek Vicky basah mas, kalau batangku kan kering,” protes Dicky.
“Coba cium wangi nggak,” ujar ku.
Dicky membaui memek Vicky “ Mas baunya seperti pensil abis diraut,” kata Dicky.
Dicky kuarahkan tidur telungkup diantara kedua kaki Vicky dan mulai menjilat klitorisnya. Bagitu sentuh lidah Vicky kaget. Kenapa Vick, sakit, tanya Dicky.
“Enggak kok tapi geli dan agak ngilu.”
Kuarahkan agar jilatan Dicky jangan langsung ke ujung klitorisnya tapi seputarannya saja dulu sampai Vicky terbiasa dan beradaptasi dengan jilatan Dicky. Dicky kusarankan untuk membekapkan mulut ke sekitar itil Vicky.
Vicky mulai terangsang hebat dan bergerak-gerak ketika klitorisnya menyentuh lidah Dicky.
Sekitar 10 menit, Vicky mulai kelojotan dan merintih keenakan. Dia mencapai orgasme. Dicky kusuruh menghentikan aktivitasnya dan kembali mencium mulut Vicky
yang masih sangat berat pasca orgasme. Vicky memeluk erat saudara kembar laki-lakinya.
Setelah dua minggu aku membiarkan pengetahuan cumbu mereka sampai disitu akhirnya, Dicky menarik diterima.” Mas katanya kalau batangku dimasukkan ke memek
Vicky rasanya bakal lebih enak lagi. Ada temen di sekolah yang cerita-cerita soal ngentot. Saya sudah coba tapi tidak bisa masuk,” kata Dicky.
“Sebetulnya belum waktunya kamu melakukan itu, jadi ya belum bisa,” ujarku enteng.
“Yah mas tapi Dicky kepengin,” Vcky yang kemudian merapat juga mengatakan hal yang sama.
“Ya sudah sana cuci-cuci dulu,” perintahku
Aku lalu setelah masuk ke kamar mereka.
Aku duduk di kursi dan mengamti dari kejauhah. Kuperintahkan mereka melakukan ritual seperti biasa, cium, raba dan lisan. Mereka memprotes dan mengatakan ingin
langsung. Aku yakin itu tidak bisa, harus ada proses tidak bisa langsung apalagi ini baru pertama, jadi harus melalui proses dari pelajaran sebalumnya.
Mereka pun akhirnya menuruti kata-kataku dan hampir 1 jam mereka menyelesaikan orgasmenya masing-masing.
Batang Dicky sudah tegak kembali setelah hampir 10 menit mengoral Vicky.
Vicky kuarahkan tidur dengan mengangkangkan kakinya dan menekuk ke atas.
Dicky berlutut di atasnya dan dengan menerima ku bimbing batang penisnya menemukan sasaran. Sebelumnya batang Dicky aku lumasi dengan KY Jelly agar lebih
. Kepala penis Dicky mengkilat karena sudah mencapai ketagangan yang sempurna aku kuakkan bagian memek Vicky dan Dicky dengan memegangi penisnya mendorong masuk ke dalam memek Vicky.
Berkali kali kepeleset ke atas dan ke bawah. sampai akhirnya kepala penis Dicky masuk. ” Pelan-pelan Dick, jangan dipaksa karena ini dirasakan sakit oleh Visky,” kata ku.
Vicky membenarkan dengan mengatakan “pelan-pelan Dick, sakit”.
Saya mohon Dicky sedikit menarik dan kembali memberi sedikit dorongan. ” TArik sedikit dan dorong lebih banyak,”
Gerakan itu berhasil membawa batang Dicky masuk hampir separo sampai dia merasakan buntu. Sementara Vicky sudah berlinangan air mata menahan rasa sakit.
Aku minta keduanya bersabar, karena memang pada usia kalian hal ini belum waktunya jadi agak sakit.
Dalam hatiku berkata bagus penisnya masih kecil kalau penisku yang menerobos, bisa pingsan si Vicky ini. Gerakan maju mundur setengah batang sudah mulai lancar dan Vicckya sudah mulai kurang merasa sakitnya.
Dicky kusuruh bertahan di dalam liang vagina dan kuminta untuk agak menekan sedikit , kalau sakit harus berhenti, kalau sudah tidak sakit lagi dimiringkan kembali. Dicky memang murid yang cerdas dia melakukan apa yang aku perintahkan sampai akhirnya semua batang penis tenggelam di memek Vicky.
Kemudian kuminta untuk tidak melakukan gerakan kasar, karena pasti merasakan sakit ada sedikit noda darah di sprei menandakan selaput dara Vicky sudah jebol.
Mungkin karena sempit dan demikian lamanya proses penerobosan itu. Dicky akhirnya mencapai orgasme di dalam memek Vicky.
Vicky tidak mendapatkan orgasme karena dia lebih merasa sakit dari pada enak
Keduanya terkulai lemas. Aku meninggalkan mereka dalam keadaan tertidur.
Di luar aku bertemu Ery.
“Abis ngapain mas,” tanya Ery.
“Ngajari Dicky dan Vicky,”
Ery lalu faham dan segera menarikku ke dalam ruangan.
Suatu hari aku bertanya pada Ery, “Mau gak ngajar praktik Dicky dan Vicky,”
Saya sangat gembira menyambut tawaran itu.
Ketika tawaran yang sama kusampaikan Dicky dan Vicky mereka juga setuju.
Pada hari yang sudah kami sepakati dimulailah pelajaran dengan guru Ery dan aku sebagai pengawas.
Untuk menghilangkan rasa canggung kami sepakati semua dalam keadaan telanjang di dalam kamar dan semua sudah dicuci bersih.
Bagitu kubuka celanaku maka penisku langsung ngacung ke depan, Dicky juga begitu. Ah biasa saja.
Ery teteknya sudah lebih besar karena dia kini sudah mencapai usia 12 tahun.
Pelajaran pertama adalah terhadap Dicky dan Ery akan melakukan praktek kepada Dicky. Vicky agak cemas tapi dia terpaksa menerima karena sudah kesepakatan.
Dengan kelihaian Ery dia mulai merangsang Dicky dengan mulai menghisap penis Dicky diseleingi menjilat dan sampai menjilati lubang dubur Dicky. Mendapat
serangan piawai dan tidak duduga, Ery jadi kelojotan keenakan dan mengerang tanpa sadar.
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kejang mencapai orgasme. di mulut Ery.
Ery puas karena sergapannya segera menghasilkan hasil. Vicky ternganga saja sambil duduk bersila di samping Dicky.
Ery lalu melepaskan Saran. Kalau Dicky yang diajari, Vicky juga harus diajari secara praktek dan yang melakukannya adalah Mas Didit. Vicky Terperangah dan
dia tidak bisa menangkis ketika Ery membujuk Vicky agar mau menerima pelajaran praktek dari ku.
Saya juga tidak menduga akan terlibat sejauh ini.
“Ayo mas ajarin Vicky tu biar lebih mahir,” ujar Ery.
Vicky aku membimbing untuk rebah dan perlahan-lahan kucium keningknya, pipinya, membaca , mendengarkan sampai dia mulai on. Bibirnya kusergap dengan gerakan yang menambah nafsu. Vicky jadi lupa dia sedang berhadapan dengan siapa . Tangannya segera merangkul leherku dan memeluknya erat. Aku semakin ganas menyerang
Vicky. mulai kuciumi kebawah, sampai bagian susunya yang rupnya sudah agak mengelembung sedikit terutama bagian sekitar putingnya. Vicky menggeliat dan merintih keenakan.
Jilatanku semakin ke bawah dan akhirnya mendarat sampai di sekitar memeknya. Tidak langsung menuju sasaran klitoris, tetapi diseputar lubang vagina dan lubang anusnya. Vicky makin kelojotan dan mulai mendesis. Memek kecil itu mulai basah dan mulai keluar mengalir dari celahnya.
Melihat aksiku, Dicky rupanya mulai terangsang dan pensinya perlahan-lahan bangun. Kesempatan itu tidak disia-siakan Ery lalu dia segera mendorong Dicky untuk tidur telentang dan Ery lalu memegang penis Dicky yang dengan mudahnya masuk ke memek Ery. Ery melakukan gerakan maju mundur.
Aku pun mulai melakukan serangan ke itil Vicky dan mulai dial bergelinjang-gelinjang smapia akhirnya dpada menit ke 10 dia mencapai orgasme. Setelah pulih dari ritme orgasmenya, aku mengarahkan penisku untuk mencoba menerobos masuk ke vagina gadis 9 tahun. Dengan hati hati ku sorongkan kepala Penisku yang tampaknya terlalu besar bagi lobang vagina Vicky. Pelan-pelan kudorong sampai semua bagian kepala masuk. Vicky hanya menenangkan kepala ketika kutanya apakah sakit. Aku maju mundurkan sedikit untuk melumasi batang penisku sebelum ku dorong lebih dalam.
Perlahan-lahan penisku mulai memenuhi rongga memek Vicky. Bibir Vagina Vicky terlihat terbuka lebar menyalakan batang penisku. Ternyata bisa juga seluruh batang ku ambles ke dalam memek kcil ini. Aku melakukan gerakan hati-hati. “Penuh banget mas rasanya” ujar Vicky.
Pelan pelan aku goyang sampai gerakan keluar masuk semakin lancar. Sekitar 15 menit pada posisi misionaris saya balikkan badan Vicky hingga sekarang berada
diatas ku dia duduk persimpuh dan kuperintahkan melakukan gerakan maju mundur jangan naik turun, karena dia tidak bisa mengontrol gerakan naik turun.
Khawatir nanti batangku copot dari memeknya. Vicky mulai terangsang karena dia mendapatkan posisi yang tepat dia semakin bersemangat menggerakkan pinggulnya sampai dia sendiri mengerang dan rebah ke badanku.
Vicky mencapai Orgasme.Kuminta Vicky Nugging dan kuterobos lobang memeknya dari belakang gerakan keluar masuk semakin merangsang dan hampir 10 menit Vicky berteriak. Penyelesaiannya dia mencapai organisasi G-SPot. Akupun jadi makin terangsang dan segera kutarik batangku lalu kusemprotkan seprma di pungkung Vicky.
Ery dan Dicky masih bergumul,. Mungkin sizenya tidak tepat jadi keduanya jadi mendapat rangsangan minimal. Hampir setengah jam kemudian Dickyy mengejang, sementara Ery belum mendapatkan orgasme. Ery lalu menyambar tititku dan diisapnya dengan penuh nafsu. setelah berdiri tegak dia segera duduk di atas penisku sambil terus melakukan gerakan ganas dan brutal sampai dia menjerit keenakan mendadapat orgasme.
Kami berempati kelelahan. Sejak saat itu kami berempat jadi bebas melakukan hubungan sex sampai akhirnya Mbak Vina mengetahuinya.
Komunitas telanjang kembali bersemi dan kami berenam lebih memilih telanjang di rumah dari mengenakan pakaian. Pesta seks pun kembali diselenggarakan. Saya berhasil mendokumentasikan pemecahan masalah perawan Vicky oleh Dicky dan tentu saja pelajaran praktek dengan pembimbing aku dan Ery.
Dokumentasiku semakin lengkap dan semakin bervariasi aktor dan aktresnya.