Aku gak tau napa kok dia dikirim orang tuanya ke tempat kakaknya (istriku) untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dia baru kelas 1. Biasanya kalo dah lulus SMU ya mo nerusin sekolah pindah bisa dimengerti.
Aku gak banyak nanya ke istri tentang kepindahan Vivi kerumahku. Yg aku tau, Vivi tu bukan adik kandung istri tapi dia diangkat anak oleh mertuaku sejak kecil, dan sdh dianggap sebagai anak sendiri.
Istriku kerja sebagai tenaga marketing suatu perusahan asing sehingga sering sekali mendapat tugas keluar kota, sedang aku bekerja sebagai konsultan freelance, sehingga banyak melakukan pekerjaan dari rumah saja. Ketempat klien kalo diperlukan saja. Ya gak apa si, itung-itung aku jadi penunggu rumah.
Makanya aku seneng banget ketika Vivi tinggal dirumahku. Aku membantu mengurus kepindahan Vivi ke SMU yg deket dengan rumahku, repot juga birokrasinya, tapi dengan sedikti pelicin semuanya akhirnya beres dan Vivi diterima disekolah tersebut dan katanya boleh langsung masuk.
Baru 3 hari Vivi dirumah, istriku dapet tugas keluar kota lagi ke Sulawesi sehingga makan waktu 2 mingguan. Ya namanya tugas, harus dilaksanakan, baeknya kami belon punya anak, sehingga aku gak repot kalo ditinggal2 seperti itu. aku terbiasa mengurus rumahtangga, karena sejak dulu aku selalu hidup sendiri.
Sore itu, Vivi aku ngajak ngobrol di sofa. Dia pake celana pendek yg pendek banget dan tanktop, kayanya gak pake bra, sehingga toketnya bergerak mengikuti gerakan badannya. Merangsang juga ni anak. Aku nanya kenapa kok dia pindah ketempatku.
“Mangnya mas gak tau ya”, kata Vivi.
“Aku gak nanya kakakmu Vi, dia juga gak crita apa-apa ke aku, cuma bilang kamu mo pindah skolah kesini ja”.
“Vivi malu ni mas critanya”.
“Napa malu, aku kan masmu sendiri”.
“aku maen ma om tetangga rumah mas”.
“Wah, enak dong si om dapetin kamu”.
“Ah mas, Vivi serius ni”.
“Ya terus?”
“Si om juga yg mrawanin Vivi, tapi enak, makanya Vivi jadi ketagihan terus deh maen ma si om”.
“Kamu maennya dimana Vi’.
“Mula-mula dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan di mal, trus cek in ke motel, waktu Vivi pulang skolah”.
“maennya brapa ronde kalo dimotel”.
“Karna gak bisa lama-lama ya cuma 2 ronde, kan mesti pulang sore Vivi nya”.
“Gak perna sampe nginep ya Vi”. Perna mas, si om bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Vivi di hotel semalem. Vivi bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas”.
“Wah mas jadi kringeten neh ngebayangin Vivi maen ma si om”.
“Kok ngebayangin si mas”.
“La iya lah, kamu critanya napsuin gitu”.
“Trus mas ngaceng ya”
“La iya lah, lelaki mana yg gak ngaceng kalo dengerin Vivi crita lagi maen. Trus kenapa kok Vivi disuru ketempat mas ma kakak?”
“Ketauan juga mas ma bonyok. Ada yg bilang dia liat Vivi ma si om gandengan di ml. Ya udah deh, Vivi gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi segala. Baeknya enggak”.
“Kadung malu, makanya Vivi disuru ke tempat mas ma kakak. Mas masi kringeten?” tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra.
“Mas, dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya”.
“Enak aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?” jawabku membuka front.
“Mangnya mas brani ngelakuin ma Vivi?”
“Napa enggak, kalo Vivinya mau tapi”. Vivi diem saja.
“Mau gak Vi, aku si mau banget lo”.
“Gak enak ma kakak mas”.
“Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal sendiri terus, gimana mo bikin anak kan”.
“Kacian, mas kesepian ya, kan skarang ada Vivi yg nemenin”. Dia duduk merapat ke aku.
“Mau ya Vi”, kataku sambil mengelus pipiku.
Vivi noleh ke aku, aku tdk menyia-nyiakan kesempatan ini, perlahan tapi pasti aku mengecup bibir mungilnya. Vivi membiarkan aku mengulum-ngulum bibirnya, kemudian ciuman kuarahkan ke lehernya, terus menyusur kepipinya. Tubuhnya bergeser makin merapat, bibirnya kulumat lagi dengan lembut. Sambil kunikmati lidahnya yg menjelajah di mulutku, tangan kuslusupkan kedalam tanktopnya dan meremas lembut toketnya yg masih terbungkus bra. Ohh.., toketnya ternyata tercakup seluruhnya dalam tanganku.
Dan Vivi rasanya sdh tdk kuat menahan gejolak napsunya, padahal baru awal pemanasan.
“Kamu dah pengen ya Vi”.
“Iya mas, dah lama rasanya Vivi gak ngerasain nikmat lagi”.
“Mau kan aku kasi kenikmatan”.
“Mau banget mas”. Bibirku mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tanktopnya, lehernya kukecup, kujilat kadang kugigit lembut.
Sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. Kemudian tanganku menjalar ke punggungnya dan melepas kaitan branya sehingga toketnya bebas dari penutup. Bibirku terus menelusur di permukaan kulitnya. Dan mulai pentil kirinya tersentuh lidahku dan kuhisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketnya akan kuhisap. Dan tangan satuku mulai turun dan memainkan pusernya, membuat Vivi merasa geli tapi nikmat, napsunya makin berkobar karena elusan tanganku.
Kemudian tanganku turun lagi dan menjamah selangkangannya. mekinya yg pasti sdh basah sekali. Lama hal itu kulakukan sampai akhirnya aku kemudian membuka ristsluiting celana pendeknya dan menarik celananya ke bawah. Tinggalah CD mininya yg tipis yg memperlihatkan jembutnya yg lebat, saking lebatnya jembutnya muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu. jembutnya lebih terlihat jelas karena CDnya sdh basah karena cairan mekinya yg sdh banjir.
Kubelai celah mekinya dengan perlahan. Sesekali jariku menyentuh i tilnya’ karena ketika dielus pahanya otomatis mengangkang agar aku bisa mengakses daerah mekinya dengan leluasa. kemudian CDnya yg sdh basah itu kulepaskan. Vivi mengangkat pantatnya agar aku bisa melepas pembungkus tubuhnya yg terakhir.
Jariku mulai sengaja memainkan i tilnya. Dan akhirnya jariku itu masuk ke dalam mekinya. bibirku terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali kuhisap dan terus menjalar ke perutnya. Dan akhirnya sampailah ke mekinya.
Kali ini kucium jembutnya yg lebat dan bibir mekinya kubuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali mekinya kumainkan dengan bibirku, kadang bibirnya kuhisap, kadang i tilnya, akhirnya lidahku masuk di antara kedua bibir mekinya sambil menghisap i tilnya. Hanya dalam beberapa menit Vivi benar-benar tak tahan. Dan.. Vivi mengejang dan dengan sekuatnya Vivi berteriak sambil mengangkat pantatnya supaya merapatkan i tilnya dengan mulutku, dia meremas-remas rambutku. Aku terus mencumbu mekinya, belum puas aku memainkan mekinya hingga napsunya bangkit kembali dengan cepat.
“Mas, Vivi sdh pengen dientot.” katanya memohon sambil membuka pahanya lebih lebar.
Aku pun bangkit, mengangkat badannya yg sdh lemes dan kubawa ke kamar. Vivi kubaringkan di ranjang dan aku mulai membuka baju, kemudian celana. Vivi terkejut melihat penisku yg besar dan panjang nongol dari bagian atas CDku. Kemudian aku juga melepas CDku.
“Mas, gede banget penis mas, mana panjang lagi”.
“Mana gedean ma si om?”
“gedean mas lah”. Sementara itu Vivi terbaring menunggu.
Penisku yg besar dan panjang dan sdh maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Vivi merinding apakah muat penis segitu besarnya di mekinya. Dan saat aku pelan-pelan menindihnya, Vivi membuka pahanya makin lebar, rasanya tdk sabar mekinya menunggu masuknya penisku yg extra gede itu.
Vivi pejamkan mata. Aku mulai mendekapnya sambil terus mencium bibirnya, bibir mekinya mulai tersentuh ujung penisku. Sebentar kuusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir mekinya terdesak menyamping. Terdesak penis besarku itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang mekinya dimasuki penisku. Vivi menahan nafas. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk penisku. Vivi mendesah tertahan karena rasa yg luar biasa nikmatnya.
Terus.. Terus..Akhirnya ujung penisku menyentuh bagian dalam mekinya, maka secara refleks Vivi merapatkan pahanya, aku terus menciumi bibir dan lehernya. Dan tanganku tak henti-henti meremas-remas toketnya. penis besarku mulai kuenjotkan halus dan pelan. supaya Vivi tdk kesakitan. Vivi benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yg belum pernah dia alami.
Nafasnya cepat sekali memburu, terengah-engah. Vivi benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan penis besar ku. Maka hanya dalam waktu yg singkat Vivi makin tak tahan. aku tahu bahwa Vivi semakin hanyut. Maka makin gencar aku melumat bibir dan lehernya, dan remasan di toketnya makin kuat.
Dengan tusukan penisku yg agak kuat dan kupepet i tilnya dengan menggoyang goyangnya, Vivi menggelepar, tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram kuat-kuat sekenanya. mekinya menegang, berdenyutdan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yg belum pernah dia alami. Vivi benar benar menerima kenikmatan yg luar biasa. Vivi tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan.
“Mas, Vivi nyampe maas”, teriaknya.
Setelah selesai, pelan pelan tubuhnya lunglai, lemas. dua kali Vivi nyampe dalam waktu relatif singkat, aku membelai rambutnya yg basah keringatan. Dia membuka matanya, aku tersenyum dan menciumnya lembut sekali, tak henti hentinya toketnya kuremas-remas pelan.
Tiba tiba, serangan cepat bibirku melumat bibirbya kuat dan diteruskan ke leher serta tanganku meremas-remas toketnya lebih kuat. Napsunya naik lagi dengan cepat, saat kembali aku mengenjotkan penisku semakin cepat. Uhh, sekali lagi Vivi nyampe, yg hanya selang beberapa menit, dan kembali Vivi berteriak lebih keras lagi. Aku terus mengenjotkan penisku dan kali ini aku ikut menggelepar, wajahku menengadah. Satu tanganku mencengkeram lengannya dan satunya menekan toketnya.
Vivi makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yg kuat di dalam mekinya, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi mekinya, hangat sekali dan terasa sekali peju yg keluar seolah menyembur seperti air yg memancar kuat.
Setelah selesai, aku memiringkan tubuh dan tanganku tetap meremas lembut toketnya sambil mencium wajahnya. Vivi senang dengan perlakuanku terhadapnya.
“Vi, kamu luar biasa, mekimu peret dan nikmat sekali”, pujiku sambil membelai dadanya.
“Mas juga hebat. Bisa membuat Vivi nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Vivi bisa nyampe dan merasakan penis raksasa. Hihi..”
“Jadi kamu suka dengan penisku?” godaku sambil menggerakkan penisku dan membelai belai wajahnya.
“Ya mas, penis mas nikmat, besar, panjang dan keras banget” jawabnya jujur.
“Enak mana mas, ngen totin kakak apa ngen totin Vivi”.
“Nikmat ma kamu Vi, meki kamu peret banget”.
“Mangnya meki kakak gak perert, kan kakak belon punya anak”.
“Gak tau deh, aku puas banget ngen totin kamu”.
“Ya udah, mas ngen totin Vivi ja kalo kakak kluar kota”. Aku tdk langsung mencabut penisku, tapi malah mengajak mengobrol sembari penisku makin mengecil.
Dan tak henti-hentinya aku mencium, membelai rambutnya dan yg paling aku suka membelai toketnya. Vivi merasakan pejuku yg bercampur dengan cairan mekinya mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan penis kucabut sambil menciumnya lembut sekali. Benar benar Vivi terbuai dengan perlakuanku. Vivi tertidur dalam pelukanku, sepertinya dia merasa nyaman dan benar-benar terpuaskan dan merasakan apa yg selama ini hanya dibayangkan saja.
Vivi bangun masih dalam pelukanku.
“Kamu tidur nyenyak sekali, Vi”, kataku sambil membelai rambutnya.
Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Aku lalu mengajaknya mandi. Kubimbing Vivi ke kamar mandi, saat berjalan Vivi merasa masih ada yg mengganjal mekinya dan ternyata masih ada peju yg mengalir di pahanya, saking banyaknya aku mengecretkan peju di dalam mekinya.
Dalam bathtub yg berisi air hangat, Vivi duduk di atas pahaku. Aku mengusap-usap menyabuni punggungnya, dan Vivipun menyabuni punggungku. Aku memeluknya sangat erat hingga dadaku menekan toketnya. Sesekali Vivi menggeliatkan badannya sehingga pentilnya bergesekan dengan dadaku yg dipenuhi busa sabun. pentilnya semakin mengeras. Pangkal pahanya yg terendam air hangat tersenggol-senggol penisku. Hal itu menyebabkan napsunya mulai berkobar kembali.
Vivi kutarik sehingga menempel lebih erat ke tubuhku. Aku menyabuni punggungnya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tanganku terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Aku mengusap-usap pantatnya dan kuremasnya. penisku pun mulai ngaceng ketika menyentuh mekinya. Terasa bibir luar mekinya bergesekan dengan penisku. Dengan usapan lembut, aku terus menyusuri pantatnya. Aku mengusap beberapa kali hingga ujung jariku menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan mekinya.
“Mas nakal!” desahnya sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.
Walau tengkuknya basah, Vivi merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yg mengalir dari mekinya. Vivi menggeliatkan pinggulnya. Aku mengecup lehernya berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir mekinya. Tak lama kemudian, tanganku semakin jauh menyusur hingga akhirnya mengusap-usap lipatan bibir luar mekinya. Aku berulang kali mengecup lehernya. Sesekali kujilat, sesekali kugigit dengan gemas.
“Aarrgghh.. mmmppphhh.. mmmppphhhh..” rintihnya berulang kali. Lalu Vivi bangkit dari pangkuanku. Vivi tak ingin nyampe hanya karena jari yg terasa kesat di mekinya.
Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Dengan cepat aku pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhnya. Aku tak ingin Vivi terjatuh. Aku menygga punggungnya dengan dadaku. Lalu kuusapkan kembali cairan sabun ke perutnya. Aku menggerakkan tangan keatas, meremas dengan lembut kedua toketnya dan pentilnya kujepit2 dengan jempol dan telunjuk. Pentil kiri dan kanan kuremas bersamaan. Lalu aku mengusap semakin ke atas dan berhenti di lehernya.
“Mas, lama amat menyabuninya” rintihnya sambil menggeliatkan pinggulnya.
Vivi merasakan penisku semakin keras dan besar. Hal itu dapat dirasakannya karena penisku makin dalam terselip di pantatnya. Tangan kirinya segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelerku dengan gemas. Aku menggerakkan telapak kanan ke arah pangkal pahanya. Sesaat aku mengusap usap jembut lebatnya, lalu mengusap mekinya berulang kali. Jari tengahku terselip di antara kedua bibir luar mekinya. Aku mengusap berulang kali. i tilnya pun menjadi sasaran usapanku.
“Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan penisku makin kuat menekan pantatnya.
Vivi merasa lendir membanjiri mekinya.Vivi jongkok agar mekinya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah diantara bibir mekinya dengan mengusapkan 2 jarinya.
Ketika menengadah Vivi melihat penisku telah berada persis didepannya. penisku telah ngaceng berat.
“Mas, kuat banget sih, baru aja ngecret di meki Vivi sekarang sdh ngaceng lagi”, katanya sambil meremas penisku, lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya ujung kepala penisku. Tubuhku bergetar menahan nikmat ketika Vivi menjilati kepala penisku. Aku meraih bahunya karena tak sanggup lagi menahan napsu.
Setelah Vivi berdiri, kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan di pinggir bath tub. Vivi kubuat menungging sambil memegang dinding di depannya dan aku menyelipkan kepala penisku ke celah di antara bibir mekinya.
“Argh, aarrgghh..,!” rintihnya.
Aku menarik penisku perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar mekinya ikut terdorong bersama penisku. Perlahan-lahan menarik kembali penisku sambil berkata
“Enak Vi?” “Enaak banget mas”. Aku mengenjotkan penisku dengan cepat sambil meremas bongkah pantatnya dan tanganku satunya meremas toketnya.
“Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan penisku kembali menghunjam mekinya.
Vivi terpaksa berjinjit karena penisku terasa seolah membelah mekinya karena besarnya. Terasa mekinya sesek kemasukan penisku yg besar dan panjang itu. Aku dengan erat mememegang pinggulnya dan mengenjotkan penisku keluar masuk dengan cepat dan keras.
Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahaku berbenturan dengan pantatnya.
“Aarrgghh.., aarrgghh..! Mas.., Vivi nyampe..!” Vivi lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya.
Aku juga tdk dapat menahan pejuku lebih lama lagi.
“Aarrgghh.., Vi”, kataku sambil menghunjamkan penisku sedalam-dalamnya.
“Mas.., sstt, sstt..” katanya karena berulangkali merasa tembakan pejuku dimekinya.
“Aarrgghh.., Vi, enaknya!” bisikku ditelinganya.
“Mas.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dientot mas”, jawabnya karena nikmat ketika dia nyampe. aku masih mencengkeram pantatnya sementara penisku masih nancep dimekinya. Beberapa saat kami diam di tempat dengan penisku yg masih menancap di mekinya.
Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Setelah selesai aku keluar duluan, sedang Vivi masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yg masih basah dan masih bertelanjang bulat, Vivi keluar dari kamar mandi. Aku sdh menyiapkan makan seadanya.
Vivi kupersilakan minum dan makan sambil mengobrol, dan diiringi lagu lembut. Setelah makan, aku lalu memintanya duduk di pangkuanku. Vivi menurut saja.
Sambil mengobrol, Vivi kumanja dengan belaian. Kuraih dagunya, dan kucium bibirnya dengan hangatnya, Vivi mengimbangi ciumanku. selanjutnya aku mulai meremas-remas lembut toketnya, kemudian menelusuri antara dada dan pahanya. Vivi sadar bahwa sesuatu yg dia duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung Vivi bangkit. Vivi bersimpuh di depanku, penisku sdh mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras.
Kepala penisku sdh mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu diraih,dibelai dan kulupnya ditutupkan lagi. sebelum penuh ngacengnya langsung Vivi mengulum penisku. Vivi memainkan kulup penis yg tebal dengan lidahnya. Ditariknya kulup ke ujung, membuat kepala penisku tertutup kulupnya dan segera dikulum, dimainkan kulupku dengan lidahnya dan diselipkannya lidahnya ke dalam kulupku sambil lidahnya berputar masuk di antara kulup dan kepala penisku. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya penisku makin membengkak. aku mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahnya dan membuat mulutnya semakin penuh.
“Mas hebat ya sdh ngaceng lagi, kita lanjut Vik mas”, katanya yg juga sdh terangsang. Aku makin tak tahan menerima rangsangan lidahnya.
Maka Vivi kuajak ke tempat tidur. kakinya kutahan sambil tersenyum, kuteruskan dengan membuka kakinya dan aku langsung menelungkup di antara pahanya.
“Aku suka melihat meki kamu Vi” ujarku sambil membelai bulu jembutnya yg lebat.
“Mengapa?”
“Sebab jembutmu lebat dan cewek yg jembutnya lebat napsunya besar, kalau dientot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya”.
Aku terus membelai jembutnya dan bibir mekinya. Kadang-kadang kucubit pelan, kutarik-tarik seperti mainan. Vivi suka mekinya dimainkan berlama-lama, Vivi terkadang melirik apa yg kulakukan. Seterusnya dengan dua jari aku membuka bibir mekinya, Vivi makin terangsang dan makin banyak keluar cairan dari mekinya. aku terus memainkan mekinya seolah tak puas-puas memperhatikan mekinya, kadang kadang kusentuh sedikit i tilnya, membuat Vivi penasaran.
Tak sadar pinggulnya mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat Vivi mengangkat pinggulnya, langsung kusambut dengan bibirku. Aku menghisap lubang mekinya yg sdh penuh cairan. Lidahku ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk mekinya, dan saat kujilat i tilnya dengan ujung lidah, cepat sekali menggelitik ujung i tilnya, benar benar Vivi tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat Vivi tak sadar berteriak..
“Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia terangsang, dan Vivi sdh tak tahan lagi.
“Ayo dong mas, Vivi pingin dientot lagi” ujarnya sambil menarik bantal.
Aku langsung menempatkan tubuhku makin ke atas dan mengarahkan penis gedeku ke arah mekinya. Vivi masih sempat melirik saat aku memegang penisku untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir mekinya. saat kepala penisku telah menyentuh di antara bibir mekinya, Vivi menahan nafas untuk menikmatinya.
Setelah kepala penisku mulai menyelinap di antara bibir mekinya dan menyelusup lubang mekinya, pelan-pelan kutekan dan aku mulai mencium bibirnya lembut. Makin ke dalam. Vivi merapatkan pahanya supaya penisku tdk terlalu masuk ke dalam. Aku langsung menjepit kedua pahanya hingga terasa sekali penisku menekan dinding mekinya. penisku semakin masuk. Belum semuanya masuk, aku menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulnya naik mencegahnya agar tdk lepas.
Beberapa kali kulakukan sampai akhirnya Vivi penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah aku puas menggodanya, tiba tiba dengan hentakan agak keras, kupercepat gerakan mengenjot hingga Vivi kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, aku meremas toketnya dan menciumi lehernya. Akhirnya Vivi mengelepar-gelepar. Dan sampailah Vivi kepuncak. Tak tahan Vivi berteriak, terus.
aku menyerang dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya Vivi melewati puncak kenikmatan. Lama sekali.
Tak kuat Vivi meneruskannya. Vivi memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenaganya dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya aku pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatku. Vivi terkulai lemas sekali, keringatnya bercucuran. Hampir pingsan Vivi menerima kenikmatan yg berkepanjangan. Benar-benar Vivi tdk menyesal ngen tot dengan aku, aku dapat mengolah tubuhnya menuju kenikmatan yg tiada tara.
Kemudian pahaku mulai kembali menjepit kedua pahanya dan kurapatkan, tubuhku menindihnya serta lehernya kembali kucumbu. Vivi memeluk tubuhku yg besar dan aku kembali meremas toketnya. Pelan-pelan mulai kuenjotkan penisku. Kali ini Vivi ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yg terjadi di seluruh bagian tubuhnya. Tanganku terus menelusuri permukaan tubuhnya. Dadaku merangsang dadanya setiap kali bergeseran mengenai pentilnya. Dan penisku kupompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirku menjelajah leher dan bibirnya. Lama kelamaan tubuhnya yg semula lemas, mulai terbakar lagi.
Vivi berusaha menggeliat, tapi tubuhnya kupeluk cukup kuat, hanya tangannya yg mulai menggapai apa saja yg dia dapat. Aku makin meningkatkan cumbuan dan memompakan penisku makin cepat. Gesekan di dinding mekinya makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini lehernya kugigit agak kuat dan kumasukkan seluruh batang penisku serta kugoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di i tilnya. Maka jebol lah bendungannya, Vivi mencapai puncak kembali.
Kali ini terasa lain, tdk liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba aku dengan cepat mengenjot lagi. Kembali Vivi berteriak sekuatnya menikmati ledakan orgasme yg lebih kuat, Vivi meronta sekenanya. dia menggigit pundakku saat aku menghujani dengan kenikmatan yg bertingkat-tingkat. Sesaat aku menurunkan gerakanku, tapi saat itu kubalik tubuhnya hingga Vivi di atas tubuhku. Vivi terkulai di atas tubuhku.
Dengan sisa tenaganya Vivi mengeluarkan penisku dari mekinya. Dan diraihnya batang penisku. Tanpa pikir panjang, penisku yg masih berlumuran cairan mekinya sendiri dikulum dan dikocok. Dan pinggulnya kuraih hingga akhirnya Vivi telungkup di atasku lagi dengan posisi terbalik. Kembali mekinya yg berlumuran cairan jadi mainanku, Vivi makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian penisku. Aku memeluk pinggulnya. Kuhisap i tilnya sambil ujung lidahku menari cepat sekali.
Tubuhnya mengejang dan dia menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan dirapatkannya pinggulnya agar bibir mekinya merapat ke bibirku. Vivi gak bisa berteriak tapi karena mulutnya penuh, dan tanpa sadar Vivi menggigit agak kuat penisku dan dicengkeramnya dengan kuat saat dia masih menikmati orgasme.
“Vi, aku mau ngecret Vi, di dalam mekimu ya”, kataku sambil menelentangkan Vivi.
“Ya, mas”, jawabnya. Baca juga:
Bacaan Sex Dewasa Terbaru Gara Gara SunatAku menaiki Vivi dan dengan satu hentakan keras, penisku yg besar sdh kembali menyesaki mekinya. Aku langsung mengenjot penisku keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhkupun mengejang. Pantat dihentakkannya ke atas dengan kuat sehingga penisku nancap semuanya ke dalam mekinya dan akhirnya cret .. cret ..crett, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecret yg ketiga masih saja pejuku masi keluar banyak. Aku menelungkup diatasnya sambil memeluknya erat-erat.
“Vi, nikmat sekali ngen tot sama kamu, meki kamu kuat sekali cengkeramannya ke penisku”, bisikku di telinganya. “Ya mas, Vivi juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman meki Vivi terasa kuat karena penis mas kan gede banget. Rasanya sesek deh meki Vivi kalau mas neken penisku masuk semua. Kalau ada kesempatan, Vivi dientot lagi ya mas”, jawabnya.
“Ya sayang”, lalu bibirnya kucium dengan mesra.