Mengenang Kenakalan Tempo Dulu – Aku menuangkan kisah ini sambil hatiku diiliputi rasa sedih. Nantilah aku ceritakan mengapa sampai aku bersedih. Jarang-jarang pendekar birahi, bisa sedih, tetapi sekali ini memang benar-benar sedih.
Kejadian ini sudah lama sekali, aku berusaha mengingat-ingat kembali dan ceritaku ini kujadikan dokumen. Siapa tahu tahun-tahun mendatang aku memerlukan catatan ini untuk merangkai sejarah, sengaja kutuliskan cerita nyata ini di situs ngocoks.com dengan harapan agar suatu saat nanti dapat kubaca kembali.
Aku bersahabat dengan Adek dan Sari. Kedua cewek ini sering kuajak jalan bareng dan bahkan tidur bareng. Diantara kami tidak ada lagi jarak. Aku sering main ke rumah kontrakannya di Kebayoran. Suatu kali aku dikenalkan dengan Nani. Cewek manis berambut ikal, baru kelas 2 SMA.
Adek cerita si Nani baru diperawani pacarnya. Aku memang berminat juga menggarap Nani, tetapi karena dia punya pacar jadi susah di dekati. Saya sudah lupa perkenalan kami yang pertama sudah berapa bulan, sampai suatu hari janjian dengan Adek dan Sari untuk dugem. Kujemput mereka di rumahnya sekitar jam 9 malam, setelah bebas tugas dari kantorku.
Saat dia mau ke kamar mandi, diam-diam aku ikuti dari jarak jauh. Di kira Adek dan Sari aku turun ke lantai dansa. Sekeluarnya dia dari toilet, aku cegat dia. “ Nan sekali-kali kita jalan yuk berdua, bisa nggak,” tanyaku.
“Kapan,” tanyanya.
“Aku sih kapan aja bisa, asal jangan jam kerja,” kata ku.
“Sabtu besok bisa,” katanya.
Aku menyanggupi dan kami pun janjian ketemu di satu tempat .
Pada saat hari yang ditunggu tunggu, aku bertemu dengan Nani. Dia kelihatan ceria sekali. Tidak ada tanda-tanda sebagai cewek yang punya cowok ragu jalan ama cowok lain.
Aku tidak menanyakan ke Nani maunya kemana, dan dia pun tidak pula bertanya soal tujuan. Aku sudah yakin 100 persen dia tidak akan nolak kalau aku tenteng masuk ke dalam motel. Memang motellah tujuanku dan tempat yang kupilih di sekitar jalan Latumeten.
Memang Nani tidak ragu-ragu ketika kuajak turun masuk ke dalam motel.
Aku memesan 2 botol bir, dan aku sekali lagi menyaksikan kehebatannya menenggak bir dalam satu nafas langsung dari botolnya. Dia memang luar biasa dalam hal ini.
Selesai menyeruput bir, kami berciuman. Aroma bir di mulut rasanya sedap sekali untuk berciuman. Sambil berpagutan, aku mulai menggerayangi badannya, sampai semua pakaiannya terbuka.
Seperti kelihatannya dari luar, payudara Nani memang cukup besar. Bentuknya agak menggelantung, tapi padat tidak lembek. Bulu kemaluannya tidak terlalu lebat, tetapi keriting ikal, seperti rambut atasnya.
Entah karena pengaruh bir, atau karena Nani suka kepadaku, dia ganas sekali mencumbuku. Aku jadi tidak perlu bersusah payah memainkan foreplay, karena dia aktif sekali. Aku didorongnya sampai tidur telentang. Dengan tangkas dia memegang kemaluanku dan langsung mengulumnya.
Kulumannya kurasakan lain dari yang lain. Dia pandai sekali melumat penisku. Aku seperti merasa dijepit vagina. Sebab itu tidak terlalu lama aku bisa bertahan. Aku memberi isyarat kepadanya bahwa aku segera ejakulasi. Biasanya cewek-cewek yang mengoralku akan melepas penis dari mulutnya, tetapi dia lain, dia malah lebih bersemangat mengulum dan menghisap.
Semua cairan spermaku ditelannya dan dia terus bertahan di penisku sampai ejakulasiku selesai. Pada akhir masa akhir ejakulasi, kepala penisku terasa ngilu dan sangat geli. Aku berusaha menyudahi kulumannya, tetapi dia tetap bertahan .
Geli yang luar biasa kurasakan. Saking gelinya aku sampai-sampai membayangkan rasanya hampir mati kegelian. Aku berampun-ampun kepada Nani agar dia melepas kuluman di penisku.
Merinding semua badanku merasakan kegelian yang amat sangat itu. Aku terhenyak di tempat tidur dengan rasa lemas di seluruh sendiku. Kenikmatan luar biasa serta sensasi rasa geli membuatku seperti mencapai kepuasan yang amat maksimal.
Aku kemudian dilayani Nani mengambilkan rokok dan membantu menyalakan serta menuang sisa bir yang masih ada di botol. Aku tidak menyangka dia begitu telaten menserviceku.
Setelah beristirahat sekitar 30 menit dan membersihkan badan, Nani mulai lagi merangsangku. Mulanya meremas-remas. penisku, sempai cukup mengeras. Setelah mencapai bentuk yang hampir maksimal, dia kembali mengulum.
Kulumannya sulit kugambarkan, pokoknya rasanya nikmat sekali. Aku sebenarnya termasuk yang kurang bisa terangsang apalagi sampai muncrat hanya karena kuluman. Tapi kuluman Nani ini adalah pengecualian.
Setelah batangku keras, dia mengambil posisi di atas dan mulai menggenjotku dengan gerakan perlahan-lahan. Alamak rasa sensasi gerakan slow motion ini memang nikmat sekali. Rasanya centi demi centi hunjaman penisku ke vaginanya sangat nikmat.
Aku tidak ingat apakah dia waktu itu mencapai orgasme atau tidak. Tetapi permainan kami di ronde keduaku cukup lama dan berganti-ganti posisi. Nani tergolong cewek yang servicenya luar biasa. Aku menyukai dia karena itu. Belakangan kemudian kuketahui dari Ade dan Sari, ternyata Nani memang menaruh hati terhadapku.
Itulah permainanku pertama dengan Nani. Setelah itu aku sering janjian jalan dengan dia ke berbagai motel.
Pernah kami main di motel di kawasan Kemang. Saat ini motel itu sudah tidak ada. Ketika kami main di situ, Nani menawarkan kepada ku seorang teman ceweknya yang kerja sebagaii kasir Kem Chick, Kemang.
Tawaran itu meski malu-malu aku terima juga. Dia menjanjikan akan membawa temannya itu untuk jalan bareng. Di hari yang dijanjikan kami bertemu dan aku langsung membawa keduanya ke motel di Kemang.Aku pastikan temannya itu tidak akan menolak di bawa ke motel. Nyatanya memang begitu. Kalau nggak salah ingat aku cewek yang diaku teman Nani itu bernama Endah. Nani memanggilnya mbak.
Endah badannya twigi, kurus, payudaranya kecil, kulitnya putih, tapi mukanya ayu. Kami bertiga chek in di Motel Kemang. Endah kelihatannya cuek, dia suka nyanyi-nyanyi kecil.
Saat bertiga aku bingung bagaimana memulainya dan siapa yang pertama digarap. Meskipun aku berkeinginan menggarap keduanya berbarengan, tetapi toh selalu harus ada yang pertama ditangani.
Sedang aku dalam kebingungan, Nani menarikku ke toilet. Dia memberi kesempatan aku menggarap Endah dulu dan dia untuk sementara menunggu di toilet. Aku sebenarnya meminta dia untuk duduk saja di kursi, tapi kata Nani, Endah malu kalau diliati.
Pilihan skenario sudah dilakukan Nani, aku tinggal menjalani. Aku kembali ke tempat tidur dimana Endah sedang menyaksikan televisi sambil bernyanyi-nyani. Aku mulai melancarkan serangan cumuan. Mulai dari menciumi pipi, kening lalu mulutnya lehernya.
Dia pasrah saja ketika bajunya satu persatu aku buka, sampai dia telanjang bulat. Badannya meski kurus, tetapi cukup menarik juga. Paling tidak menarik bagiku yang belum pernah punya pengalaman menggarap cewek yang kurus.
Permainan Endah cenderung pasrah dan nyaris tanpa perlawanan.Aku yang lebih banyak mengambil inisiatif, sedangkan dia menurut saja apa yang kumaui.
Pertempuran ronde pertama berjalan sangat singkat, karena penisku tidak mampu bertahan lama di dalam jepitan sempit vagina Endah.
Selesai pertempuran aku langsung ke toilet dalam keadaan masih bugil. Di toilet aku ditanya Nani mengenai permainan Endah. Aku berterus terang kepada Nani bahwa cumbuan Endah masih jauh di bawah Nani, dia seperti kurang pengalaman, kataku.
Selesai mencuci aku mulai meremas-remas payudara Nani yang kusenangani karena besarnya. Dia tidak menolak, kucumbui sampai semua pakaiannya terlepas.
Penisku bisa berdiri lagi berkat olahan Nani. Dia lalu kugeret masuk ke kamar. Kami jalan dari toilet berdua dalam keadaan berbalut handuk.
Nani kurebahkan ke tempat tidur di sebelah Endah . Aku memusatkan bercumbu dengan Nani sementara Endah bangkit menuju kamar mandi . Tidak lama kemudian dia kembali dengan berbalut handuk duduk di kursi memperhatikan kami bermain.
Endah kuhampiri agar dia berbaraing di sebelah nani. Dia menurut dan tidur berbaring. Kulepas handuk yang membelit tubuh Endah sehingga kami bertiga bugil.
Aku memompa Nani , tetapi tanganku meremas remas susu Endah yang tidak seberapa.
Dia kelihatannya ikut terangsang. Tapi aku tidak bisa membagi kemaluanku untuk dia. Aku fokus menggenjot Nani.
Permainanku cukup lama, karena biasanya ronde kedua aku bisa bertahan agak lama. Sekitar setengah jam baru aku mencapai ejakulasi.
Aku berbaring diantara kedua mereka, sampai aku tertidur.
Lalu terbangun, badanku sudah tertutup selimut dan kami dalam selimut itu bertiga. Kemudian berniat main 3 ronde, dan ronde ketigaku adalah untuk Endah.
Aku cumbui dia sampai kami sama-sama on dan Endah langsung kutunggangi. Sementara aku memompa Endah, Nani tidur bertutup selimut di sebelah kami. Nani kelihatannya tertidur. Aku tidak tahu pasti dia benar-benar tidur atau pura-pura. Aku main lama sekali dengan Endah sampai aku jatuh lemas di ejakulasiku yang ke tiga .
Kami meninggalkan motel setelah 4 jam kami berada di situ.
Aku bercerita kepada Ade dan Sari bahwa aku barusan menggarap Endah. Mereka bertanya, bagaimana aku bisa kenal Endah. Terus terang kujelaskan bahwa yang mengenalkan adalah Nani, bahkan kami main bertiga.
Ade dan Sari geleng-geleng kepala. Kata mereka Endah itu adalah kakaknya Nani. Aku terkesiap, karena tidak menduga.
Nani memang gila juga menyodorkan kakaknya untuk kumakan, sementara dia sendiri bisa pula bermain di depan kakaknya..
Aku kemudian masih tetap memainkan Endah , tetapi tidak lagi bersama Nani. Dan jika aku main dengan Nani , Endahnya tentu tidak ikut. Nani hanya senyum-senyum saja ketika kesebutkan bahwa aku tahu Endah itu adalah kakaknya.
Itulah ceritaku bersama Nani. Setelah cukup lama aku tidak pernah dengar berita Nani, suatu hari aku bertemu Ade kembali. Ade juga sudah lama tidak bertemu denganku. Dia sudah sempat kawin dengan pria bule kaya, sayang umur suaminya tidak panjang, sehingga ketika kami bertemu lagi Ade sudah menjada. Sementara Sari sudah menjadi istri yang alim. Sebelum dia kawin aku sempat juga jalan dengan dia. Tetapi setelah sekitar 10 tahun bertemu lagi, payudaranya sudah kendor sekali. Aku sampai prihatin melihat payudaranya yang dulu cukup besar, sekarang kempes. Kesanku payudara Sari sudah seperti nenek-nenek, karena menggantung dan berkeriput. Kasihan Sari.
Aku mendapat kabar, Nani sudah sempat kawin dengan orang Jepang, tetapi kemudian bercerai setelah mendapat 2 anak. Dalam keadaan menjanda dia terserang kanker payudara. Payudaranya sebelah sudah dioperasi dan diangkat kankernya. Namun kata Ade, kankernya sudah menyebar, sehingga sulit ditangkal.
Nani meski menghadapi ancaman maut dari penyakitnya, dia malah cuek saja. Apa-apa yang dilarang, dilanggarnya semua. Dia kelihatannya putus asa dengan penyakitnya itu.
Tulisan ini kutuang 15 hari setelah aku mendapat kabar dari Ade bahwa Nani akhirnya meninggal dunia setelah koma di Solo. Ade menyesal mengetahui kabar duka itu, karena dia baru dikabari 9 hari setelah Nani meninggal.
Selamat jalan Nan, aku mengenangmu sebagai sahabat yang sangat dekat. Kamu memang nakal, tetapi hatimu baik dan terima kasih atas empatimu kepadaku dulu.