Cerita Sex Otak yang Sudah Tercemar Oleh Nafsu – Suatu hari ayahku menawariku pekerjaan. Ia menawariku kerja jaga malam di rumah bosnya. Bosnya adalah orang asing yang bekerja di Jakarta. Dia tinggal di wilayah Kemang Jakarta, tempat para ekspatriat bermukim. Menurut ayahku, jika aku mau bekerja, baginya agak ringan membiayaiku. Paling tidak aku bisa membiayai sendiri kuliahku dari honorku.
Aku sebenarnya sudah lama mengidam-idamkan pekerjaan, tetapi tidak aku sangka peluang yang ada hanya jaga malam. Menurutku pekerjaan ini terlalu sepele buat pengetahuanku yang sudah semester 6. Namun apa boleh buat, ayah berharap aku mau menerima pekerjaan itu, karena dia memang sering mengeluh mengenai biaya ku yang makin lama makin banyak. Sementara itu dua adikku yang sudah mulai masuk SMA juga butuh biaya lumayan besar.
Aku kemudian diperkenalkan kepada bos ayahku. Kami bersandiwara bukan sebagai ayah dan anak. Untungnya tampangku tidak ada kemiripan dengan ayahku, sehingga bos ayahku dan istrinya tidak curiga. Aku memang punya bekal ilmu bela diri, inilah yang dipromosikan ayahku sehingga si bule itu cepat mengambil keputusan untuk menerima.
Lagian menuntut syarat apa sih, untuk seorang penjaga malam, pokoknya kelakuannya baik, ada yang bisa menjamin dan tidak penakut, itu saja kan cukup. Jadilah aku penjaga malam. Malam duduk bengong sambil nonton TV kecil di rumah pos jaga sampai pagi. Nyatanya kalau sudah tengah malam aku tidur juga. Lagian mau jaga apa, orang rumah bos ku ini dikelilingi pagar dan tembok tinggi. Paling-paling aku menyaring tamu kalau pun ada. Itu jarang sekali ada tamu pada saat aku bertugas dari jam 7 malam sampai jam 6 pagi. Paling-paling kerjaku hanya membukakan gerbang kalau mobil mereka datang.
Ngocoks Jika aku tidak kuliah aku nongol di rumah bosku, meski bukan jam dinasku. Ada saja yang kukerjakan, mulai memotong rumput, membersihkan halaman, mencuci mobil membantu ayah. Abis dirumah bosan, mau jalan gak punya ongkos. Yah mending aku main di rumah bossku . itung-itung nglancarin ngomong Inggris.
Rupanya karena aku bekerja melebihi tanggung jawabku, akhirnya bosku senang. Dia sering kasih tips dan yang membuat aku berbunga-bunga dia mau membiayai aku membuat SIM A. Meski bagi pembaca biaya membuat SIM A tidak ada artinya, tetapi bagiku, itu amat banyak.
Aku memang sudah mahir mengendarai mobil. Itu juga sebabnya ketika aku diminta membawa mobil memnggantikan ayahku yang kebetulan sedang sakit perut, si bos kelihatannya puas dengan caraku membawa. Dia terkejut, ketika dijalan mengetahui bahwa aku belum mempunyai SIM.
Wah ceritanya jadi kemana-mana ya. Bos ku sebutlah dia Mr William, orang Amrik, umurnya kira-kira 45 tahun dan istrinya lebih muda dikit, mungkin sekitar 40 tahun. Susah sih sebenarnya nebak umur orang bule, karena pada tahap usia setengah umur, kelihatannya mereka nggak tua-tua.
Mereka mempunyai anak 4 orang perempuan semua. Anak yang pertama Lisa katanya usianya belum genap 13 tahun. Tapi anak bule biar baru segitu badannya udah kayak cewek kita yang umurnya 15 tahun. Yang kedua adalah kembar panggilannya Terri dan Sue umurnya 11 tahun kata mereka dan yang bungsu Kim baru 9 tahun.
Aku akrab dengan mereka berempat, karena kalau aku lagi kosong tidak ada kuliah aku sering mengawal mereka, baik jalan ke mall, maupun mengantar les.
Wuis jangan salah kira, kalau aku jalan di Mall, gak ngejomplang amat dengan mereka. Pokoknya aku gak keliatan sebagai supir or babi sitter mereka. Aku makin dipercaya bukan hanya mengantar nyonya William saja ke supermaket, tetapi juga mendampingi anak-anak. Jadi kalau aku ada jadwal kuliah sore, banyak yang kecewa. Aku sudah menjadi bagian dari keluarga mereka. Aku malah lebih akrab dibanding ayahku yang sudah lebih dari 5 tahun bekerja dengan mereka.
Mungkin inisiatifku dengan gerakan one step a head, membuat mr William suka ke aku. Misalnya bila mereka ingin makan malam di satu restoran. Sebelum berangkat aku sudah melakukan reservasi tempat duduk bahkan menu yang akan mereka santap. Jadi sesampainya mereka di restoran, tidak perlu menunggu lama, langsung deh terhidang.
Di rumah aku sudah seperti sekretaris mereka, mengurusi segala macam tetek bengek, mulai dari pesan hotel, pesan tiket sampai ngurus surat-surat ke imigrasi, semua bisa kulakukan. Awalnya memang aku tidak tau, tetapi modal nekat dan kemauan besar akhirnya banyak hal aku bisa kuasai.
Wah ternyata meski resminya aku hanya penjaga malam, tetapi tugas dan tanggung jawabku besar sekali. Setahun aku bekerja disitu, honorku sudah lebih besar dari ayahku. Yang bikin nggak enak, Ayahku seolah-olah malah menjadi supir serapku. Sebab jika ada aku Mr William lebih suka pakai aku. Kadang-kadang aku jadi rebutan antara tuan-nyonya dan anak-anak.
Mr William menjanjikan akan memberi pekerjaan yang lebih baik dikantornya jika kelak aku sudah selesai kuliah.
Nah ceritanya dimulai dari sini. Suatu saat tuan dan nyonya William harus bepergian keluar negeri selama 2 minggu. Anak-anak tidak ada yang ikut, karena kepergian mereka bukan dalam rangka liburan, tapi dalam rangka tugas.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh ayahku untuk mengambil cuti. Mr William tidak keberatan, tetapi dia mewanti-wanti aku agar tetap bekerja. Untungnya kuliahku lagi libur sebulan, jadi aku bisa ngepos seharian di rumah Mr William.
Di rumah itu ada 2 pembantu cewek, Mbak Sri dan Mbak Yanti. Mereka sudah sekitar 40 an dan tugasnya masak dan membersihkan rumah. Selepas makan malam, tugas mereka selesai dan mereka berdua kalau nggak ngrumpi dengan pembantu di sebelah ya nonton TV dikamarnya.
Aku diminta mengawasi anak-anak, soal makannya, soal jam tidur dan sebagainya. Dua pembantu seharusnya yang bertugas untuk ini, tetapi mereka, kurang disukai anak-anak dan bahasa inggrisnya blekok banget.
Begitu kedua orang tuanya berangkat, keempat anak-anak ini bukannya sedih malah bergembira. Mereka merasa bebas dari pengawasan orang tua.
Aku malam itu sedang mengikuti tayangan film di tv di pos jaga. Pintu gerbang sudah kukunci dan rencananya jika aku ngantuk tinggal tidur di pos jaga. Telepon lokal berbunyi, ternyata anak-anak yang memanggil Aku diminta Lisa menemani mereka menonton TV di ruang tengah. Aku bilang Bik Sri atau Bik Yanti kemana. Lisa bilang mereka tidak mau ditemani oleh dua orang itu.
Padahal aku sudah agak ngantuk, dengan berat hati aku masuk ke ruang tengah. Aku duduk di sofa. Rupanya ruang tengah berantakan. TV sedang menayangkan chanel MTV dan suaranya cukup keras, karena menggunakan home theater. Lisa Duduk di sofa panjang bersama Terri dan Sue, aku duduk di sofa kecil. Kim terlihat larut dengan lagu-lagu yang sedang hit. Kim meski umurnya 9 tahun, tetapi dia kelihatan lebih besar. Mungkin karena anak bule jadi agak bongsor. Malam itu Kim mengenakan piyama dengan atasan dari bahan kaus putih.
Baru sekarang aku tau bahwa tetek Kim sudah mulai tumbuh. Bagian putingnyanya menonjol mendorong kaus putih yang memberi pemandangan agak transparan. Kim menari-nari di depan TV. Tarian Kim pada awalnya ngasal, tetapi lama-lama dia melakukan gerakan seperti penari striptease. “Hey, Kim looks like a stripper the way she’s dancing, Yeah! Hey Kim, take it off! Take it all off! Tssst, Tst Tst Tssst, Tssst, Tst Tst Tssst!” teriak Sue and Terri.
Aku diam saja dan begitu juga Lisa. Kami hanya menyaksikan aksi Kim.
Gerakan Kim makin hot bahkan pingggulnya digerak-gerakkan seperti goyangan Inul. Dia beberapa kali menghampiriku lalu menggusek-gusekkan pantatnya ke pangkuanku. Aku diam saja . Disamping aku mendapat rangsangan, aku berpikir harus bertindak apa terhadap mereka. Bagaimana pun ini adalah tanggung jawabku.
Kim makin menjadi-jadi, Dengan gerakan pelan dia mulai menurunkan celana luarnya sambil terus melakukan gerakan berputar-putar. Aku bingung, antara harus berbuat apa dengan ingin melihat lebih jauh. Tiba-tiba Lisa berteriak. “Now that’s enough! Stop it!”
“Yes, put your clothes on right now, little lady! And you twins stop encouraging her!” sambung ku
“Ahhh, too bad, show’s over,” said Terri.
Kedua kembar yang dari tadi ngompori adiknya langsung kecewa. Terri mendekati Kim dia seperti membisikkan sesuatu. Kim lalu tertawa.
“Time for bed, you guys,” kata Lisa ke adik-adiknya.
“Hey, who died and made you queen?” si kembar komplain.
“Lisa’s right,” kataku. “Your mother said that you three younger girls have to be in bed by ten, and Lisa can stay up to eleven because she’s older.”
“Ohhh, come on, please…?” si kembar mencoba menawar.
“That’s final,” kataku dengan gaya agak diwibawakan
Mereka bertiga dengan langkah berat akhirnya jalan menuju tangga dan naik ke kamar tidurnya masing-masing.
Sepintas aku mendengar bahwa Kim dan Terri sedang membicarakan diriku, samar-samar sepertinya dia mengatakan bahwa Terri menanyakan apakah “barangku” mengeras. Si Kim menjawab kayaknya gitu.
Wah sialan nih anak-anak kecil, sudah berani ngomongi barang orang dewasa. Aku berusaha memaklumi bahwa mungkin anak bule lebih cepat mateng, dari pada anak kampung.
Lisa pamit mau ke kamar dulu, sementara aku disuruhnya menunggu. Rasa kantukku memang hilang gara-gara sajian si Kim tadi. Malahan barangku jadi ngaceng terus. Apalagi membayangkan bakal nonton berduaan dengan Lisa.
Lisa turun. Dia mengenakan piyama dari bahan kaus berwarna pink. Aku jadi terpaku memandangnya. Teteknya yang sudah agak membulat tercetak di baju atasnya, karena kelihatannya dia tidak mengenakan apa-apa seperti mini set atau bh. Sedang celananya yang ketat di bagian pinggulnya demikian ketatnya sampai bentuk memeknya seperti tercetak menyembul.
Aku makin terangsang, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Lisa lalu mengeluarkan keping DVD. “Let’s watch something different,” katanya.
“Hey,” tegurku, “you’re too young to be watching this stuff.”
“Oh, come on,” Lisa memohon, “mom never lets us watch this at night, and I won’t tell if you won’t.”
“Well, maybe it’s O.K.,” kataku memberinya kelonggaran.
Film yang diputarnya adalah film dewasa yang mempertontonkan ketelanjangan dan hubungan sex.
Ruang dalam ini memang dingin baget, karena ACnya distel terlalu dingin. Jadi aku yang hanya mengenakan kaos oblong tipis sejak tadi sudah berselimut, bekas yang dipakai Kim tadi. Aku duduk sendirian kedinginan di sofaku.
Lisa rupanya kedinginan juga sehingga dia ingin ikutan berselimut. “I’m a little chilly. Would you mind sharing that blanket with me?” katanya.
Aku dimintanya pindah ke sofa panjang dan akhirnya kami berdua berselimut satu selimut. Suasana makin menegangkan.
Adegan di TV makin seru. Tiba-tiba Lisa nyeletuk. , “I sure wish I was that girl.” kata Lisa yang membayangkan cewek di film itu adalah dia. Padahal cewek itu sedang dicumbu oleh aktornya.
Tanpa kusadari, mungkin karena sudah dorongan birahi aku juga ikut nyeletuk “W-Well, m-maybe we could just play pretend, I mean like we are the actors in the movie,” kata saya mengajaknya kita berpura-pura saja mengikuti pemain di film itu. Yang lebih mengejutkan lagi Lisa langsung menimpali “I guess we could try as long as we’re just pretending.”
Di layar TV sedang berlangsung adegan si cowok menciumi telinga ceweknya. Sementara itu Lisa duduknya sudah makin merapat, sehingga aku langsung merangkul dan beraksi menciumi telinganya seperti di TV. Kami berdua tidak saling berpandangan, kecuali memperhatikan adegan di layar TV.
Adegan di layar tv meningkat, tangan si cowok menggerayangki tetek ceweknya. Ini sebenarnya yang aku harapkan. Aku pun mulai memasukkan tanganku ke bawah kaus atasannya dan pelan-pelan mencari gundukan teteknya. Lisa diam saja malah makin nglendot ke aku.
Telapak tanganku menelungkup ke buah dadanya yang belum begitu besar, tetapi cukup mantap di telapak tanganku karena volumenya segenggam penuh. Putingnya aku pelintir-pelintir dan kayaknya belum tumbuh membesar, masih kecil. Di usia 13 tahun Lisa sudah lumayan sekel untuk dipeluk dan dicumbu. Tiba-tiba telepon berdering. Rupanya Ny William sedang mengontrol anaknya.
Cumbuan kami terpaksa berakhir dan Lisa mengatakan dia akan naik dan tidur.
Aku pasrah dan kembali ke pos jagaku di depan.
Selagi asyik-asyik nonton tv, telepon berdering lagi. Aku malas ngangkat, karena anak-anak pasti yang akan mengangkatnya. Benar saja di dalam sudah ada yang mengangkat. Aku iseng-iseng menghidupkan speaker phone, ada suara. Ternyata teleponku induksi. Tedengar percakapan Lisa dengan Jenni temannya. Mereka membicarakan soal cowok. Gilanya si Lisa menceritakan cumbuan yang kami lakukan tadi. Rupanya Lisa memang sudah mempersiapkan ingin dicumbu. Ini yang dia ungkapkan ketika mereka ngobrol di telepon. Lisa diam-diam mengidolakan diriku
Jenni ternyata kompor juga, dia mendorong Lisa untuk melihat penisku dan menganjurkan Lisa telanjang di depanku. Lisa mengatakan, bahwa dia masih ragu apakah penisku boleh dipegang dan apakah juga mau melihat Lisa telanjang. Karena Lisa dianggap olehku masih sebagai anak kecil. Si kompor Jenni mendorong Lisa agar mencobanya.
Gila juga percakapan dua anak remaja bule ini. Jenni masih belum cukup umur, masih sepantar dengan Lisa, ya masih sekitar 13 tahun . Mereka satu kelas di sekolah internasional. Ini baru setengah hari mereka ditinggal kedua orang tuanya. Padahal mereka akan ditinggal 2 minggu.
Keesokan harinya adalah hari pertama aku meladeni mereka. Pagi-pagi aku mengantar Kim ke kelas senamnya. Ia mengenakan baju seam yang ketat.
Dalam perjalanan Kim bertanya apakah aku suka dengan dancenya tadi malam. Kukatakan aku suka dan tidak menyangka bahwa Kim bisa menari demikian bagus. Namun selayaknya Kim tidak membuka baju ketika menari di depanku. Anak perempuan tidak baik bertelanjang di depan anak laki-laki. “ Tapi saya ingin menunjukkan seluruh tubuh saya, sayang si Lisa sudah men stop, jadi acaranya terganggu.” Kata Kim “ Saya suka menari tanpa baju, apalagi di depan cowok, rasanya kemaluan saya geli dan lembab. Malam itu sebenarnya untuk pertama kalinya aku mau menari begitu.” kata Kim.
Rupanya Terri menyuruh Kim menari telanjang agar mereka bisa melihat kontolku menegang. Patti teman sekelasnya juga menceritakan bahwa kemaluan laki-laki bisa menegang jika terangsang melihat cewe. Terri kata Kim sudah pernah membuktikannya. Gimana ceritanya, tanyaku.
Kim menolak menceritakan, karena katanya ini rahasia mereka berdua.
Aku membujuknya dan berjanji tidak akan bercerita kepada siapapun. Akhirnya Kim luluh. Dia bercerita bahwa Patti pernah diminta menari telanjang di depan abangnya dan 2 temannya yang berusia 12 tahun. Ketika cowok-cowok itu membuka celananya sehingga burungnya kelihatan. Petti diberi uang 50 ribu lalu diminta menari telanjang di depan mereka. Ketika Patti menari, ketiga cowok itu burungnya langsung berdiri. Mereka lalu mengocoknya sambil melihat Patti menari.
Kim lalu menanyaku, apakah aku juga ingin melihatnya telanjang dan melakukan sesuatu di penisku. Aku langsung menjawab, “I don’t think it’s such a good idea, Kim.” Padahal di dalam hatiku sebenarnya berkata sebaliknya, dan tentu ingin sekali melihat Kim telanjang.
“You don’t have to give me five O Rups ,” kata Kim , “I like to be naked, and especially if you’re watching. I want to see your thing too, when you rub it. I’ll show you how I rub mine. Please?” kata Kim.
Gila ini anak umur 9 tahun lho sudah punya keinginan melihat kontol dewasa dan orang memainkan kontolnya. Dia juga ingin memperlihatkan bagaimana dia merabai memeknya. Wah dasar bule cepet mateng.
Sesampainya di sekolah, Patti menjemput Kim aku lalu diperkenalkan ke Patti. Anak nya seumuran dengan Kim dan tingginya sama. Bedanya dia rambutnya lebih pirang. Patti menyalamiku dan mengatakan, biasanya mama si Kim memberi tumpangan pulang, karena mamanya tidak bisa menjemput. Aku menjawab, tidak masalah.
Aku kembali pulang.Di rumah aku menemukan catatan dari Lisa bahwa dia naik sepeda ke rumah Jenni. Kepalaku langsung berdenting, apalagi yang akan mereka bicarakan.
Si kembar sedang main pingpong di lantai basement. Aku meneruskan pekerjaanku membersihkan kolam renang dari daun-daun. Tidak lama kemudian si kembar Sue dan Terri muncul dengan baju renang bikini. Aku terbiasa melihat mereka begini, tetapi kali ini rasanya agak lain. Mungkin karena tidak ada orang tuanya. Tetek keduanya masih sebesar apel manalagi, tapi bongkahannya terlihat karena bhnya kecil bener, hanya menutupi bagian putingnya saja.
Mereka nyebur dan berenang sebentar lalu mentas dan mondar-mandir di depanku. Aku jadi bisa melihat benda yang berada dibalik bikini basah itu. Ini membuatku jadi tambah ngaceng.
Untuk menyembunyikan perasaan penisku aku terpaksa ikut nyebur. Aku ikut berenang bersama mereka.
Kedua kembar ini nakal, mereka bergelayutan ke badanku sehinga aku tidak bisa meneruskan berenang. Kedua teteknya sengaja banget di dempet-dempetkan ke badanku.
Malahan memeknya di dekapkannya ke badanku dengan melingkarkan kedua kakinya ke badanku. Yang parah Terri merangkulkan kedua kakinya ke leherku, sehingga memeknya tepat berada didepan mlutku. Dia sengaja banget menempelkan memeknya ke mulutku sampai tidak ada jarak. Mulutku ketekan oleh gundukan memeknya. Aku dapat merasakan cembungan memeknya di mulutku. Merasa diberi angin maka lidahku langsung menjilati belahan memeknya yang tercetak di celana bikininya.
Kepalaku dipegang oleh kedua tangannya dan menarik kepalaku agar lebih keras menekan memeknya. Tiba tiba tangannya menguakkan celah bikininya dan tarpampanglah belahan memek gundulnya . Lidahku langsung menyerobot masuk ke belahan memeknya. Terri kelihatan sangat menikmati jilatanku karena dia sampai mendesis-desis.
Sementara itu Sue mulai memegangi kontolku yang ngaceng. Tangannya nakal mulai menelusup ke dalam celanaku dan langsung memegang penisku yang sudah mengeras. Sue menyelam dan menarik celanaku ke bawah. Penisku langsung dikulumnya di bawah air.
Aku seperti diperkosa oleh dua gadis cilik ini. Kedua tanganku berpegangan ke sudut kolam renang. Sementara Terri terus-terusan minta dioral, si Sue mengangkat bagian bawahku keatas sehingga penisku mendekati permukaan air. Sue sambil berdiri di air memegangi badanku dan mulutnya melanjutkan menghisap penisku. Dia tidak perlu menyelam lagi karena dengan posisi begini aku jadi seperti mengambang dan Sue dapat bernafas sambil mengulum penisku.
Sue lalu menodorong badanku turun kembali ke dalam air. Aku tidak bisa melihat apa yang akan dilakukan, tetapi hanya bisa merasakan bahwa penisku seperti di gesek-gesekkan ke belahan memeknya di dalam air. Sue berusaha memasukkan penisku ke dalam lubang vaginanya tetapi selalu tidak berhasil karena terasa agak seret.
Sue lalu memberitahukan ke Terri yang sedang asih aku jilati, bahwa susah memasukkannya. Aku diam saja. Sue meminta Terri mencobanya. Mereka lalu bergantian posisi, Sue mengangkangiku dan menyibakkan celana renangnya sehingga aku bisa menjilati belahan memeknya . aku mencari kelentitnya. Sue langsung menggelinjang ketika clitorisnya terkena lidahku.
Sementara itu Terri mulai berusaha memasukkan penisku ke memeknya. Tentu juga sudah seperti Sue tadi. Berkali-kali dia rapatkan penisku ke lubang memeknya tetapi tetap tidak berhasil. Terri membenarkan penisku susah masuk. Mereka lalu membisikiku agar aku nyusul ke kamar mereka.
Mereka berdua mentas lalu berlari-lari masuk rumah. Kolam renang ini agak tertutup dari pandangan tempat para pembantu lain beraktifitas. Keberadaanku di kolam renang juga sudah biasa karena memang tiap hari aku membersihkan kolam renang. Jadi Mbak Sri dan Mbak Yanti tidak curiga dan mungkin juga tidak mengetahui aktifitas ku yang barusan tadi.
Aku mentas dan segera ganti baju.
Pikiranku berperang antara ingin melanjutkan permainan atau menghentikannya. Tapi karena otakku sudah tercemar oleh nafsu, akhirnya kuturuti kemauan mereka. Aku nyusul mereka masuk ke dalam kamarnya.
Sue mendorongku berbaring Terri langsung menarik celanaku sehingga penisku yang sudah mengeras langsung melenting. Tanpa menunggu lama, Terri langsung membuka celananya dan mendudukiku sambil memegang penisku dan berusaha memasukkan ke lubang vaginanya.
Di cobanya berkali-kali, tetap saja penisku susah memasuki lubangnya. Dia baru berhasil memasukkan kepala penisku saja. Sementara itu Sue yang sudah bertelanjang penuh menduduki mulutku. Aku mengerti bahwa dia minta dioral. Sue duduk menghadap ke Terri yang sedang berusaha memperkosaku. Dia mengatur posisi agak nungging sehingga aku masih punya ruang untuk bernafas, meskipun di depan hidungku tepat adalah lubang anusnya.
Terri berkali-kali memaksakan masuk, tetapi dia merasa kesakitan. Gerakan penisku di lubang vaginanya agak licin. Rasanya Sue melumuri penisku dengan ludahnya. Entah apa yang mendorong Terri, tetapi dia tiba-tiba menekankan badannya sekeras mungkin sehingga penisku melesat masuk ke dalam memeknya
Terri menjerit kesakitan, tetapi dia tidak segera melepaskan batang penisku yang sekarang tenggelam di memeknya.
Kemudian dia mencoba menarik sedikit, tetapi mungkin dia merasa sakit, lalu dia benamkan lagi.
Aku tidak tahu apa yang dirasakan Terri, tetapi dia melakukan gerakan ayunan pelan-pelan. Aku merasa penisku sangat ketat terjepit. Tiba-tiba aku tidak mampu menahan ejakulasiku dan menyemburlah lahar panas di dalam memek Terri. Terri terkejut karena disemprot oleh cairan panas di dalam memeknya. Dia tidak tahu bahwa aku sudah ejakulasi. Dia tetap melakukan gerakan sampai akhirnya penisku lepas karena sudah makin mengecil dan makin loyo.
Diapun lalu terheran kenapa penisku jadi mengecil. Sementara itu memeknya kebanjiran spermaku. Terri bertanya apakah aku telah ejakulasi. Aku tidak bisa menjawab kecuali jempolku yang menjawab. Mulutku masih tertutup oleh memek si Sue, bagaimana bisa menjawab. Sue lalu berseru lirih bahwa ada darah di penisku. Terri lalu mengatakan bahwa mungkin itu darah keperawanannya. Sue penasaran, menanyakan apakah enak atau sakit. Terri mengatakan, mulanya sakit, tapi lama-lama agak enak juga. “Memek kita rasanya penuh dan mengganjal,” katanya.
Sue penasaran ingin juga merasakan, maka dia lalu bangkit dan memintaku untuk segera menegangkan penisku. Aku bilang tidak bisa semudah itu, perlu waktu. Sue lalu menggenggam penisku dan dikocok-kocok. Tanganku meremas susu Sue rasanya sangat mengkal dan kenyal. Tetek Sue maupun Terri sudah lumayan berkembang, namun belum maksimal. Oleh karena itu mereka berdua kelihatannya belum memakai BH, tetapi hanya menggunakan miniset. Jika dirumah mereka jarang menggunakan mini set, sehingga puting susunya sering kali terlihat menonjol.
Akibat rangsangan yang dilakukan Sue dan aku meremas susunya, perlahan-lahan penisku mulai bangun lagi.. Sue kelihatan senang karena usahanya mulai berhasil. Aku juga berpindah dari meremas susunya beralih memainkan vagina Sue. Vaginanya masih sedikit ditumbuhi bulu. Jariku mencari kelentitnya dan begitu kelentitnya kumainkan dengan menggosok-gosok jariku, Sue menggelinjang-gelinjang.
Dengan inisiatifnya sendiri dia mulai mengulum penisku. Mungkin dia tidak punya pengalaman, tetapi aku heran mengapa dia mengetahui soal aksi mengulum penis. Aku tanyakan darimana dia tahu cara mengulum penis untuk membangunkan gairah laki-laki. Menurut Terri mereka berdua sering ngobrol dengan temannya soal “senjata” cowok. Jadi mereka kemudian mengetahui setelah salah seorang temannya pernah melihat film blue.
Sue yang penasaran ingin merasakan memeknya dimasuki penis segera menarikku untuk menindihnya. Kakinya sudah dia kangkangkan lebar-lebar. Malah lututnya dia lipat sehingga aku bisa melihat celah vaginanya yang berwarna merah muda merekah.
Gairahku pun sudah meninggi. Aku melumuri kepala penisku dengan ludah agar lebih mudah masuk ke memeknya. Dengan bantuan tuntunan tangan Sue yang menepatkan di gerbang vaginanya. Aku tidak terlalu repot, hanya tinggal mendorong perlahan-lahan. Kepala penisku masuk sedikit demi sedikit. Sue mengatakan memeknya perih, sehingga dia menarik pinggulnya mengakibatkan penisku terlepas lagi.
Sue bertanya ke Terri, seberapa sakit, penis kalau masuk ke memek. Kata Terri hanya sakit sebentar. Tia malah menyarankan agar Sue melemaskan otot-otot di kemaluannya agar, tidak terasa lebih sakit.
Sue kembali membimbing penisku memasuki vaginanya. Aku segera menekan sampai akhirnya mentok setengah jalan tertahan selaput daranya. Sue meringis kesakitan. Dia mengeluh rasanya perih. Aku menahan gerakanku dan menahan posisi agar penisku tidak sampai keluar lagi. Sambil mendorong aku mengejan, sehingga penisku jadi makin keras. Akibatnya penisku menembus vaginanya dan Sue berteriak kesakitan.
Mungkin saja rasa sakit yang dirasakan anak umur 11 tahun ini lebih tinggi dari pada cewek dewasa yang diperawani. Selain lubang vagina mereka masih belum berkembang sempurna, selaput dara yang dimilikinya juga masih cukup kuat. Mungkin kalau sudah dewasa selaput dara itu agak getas sehingga mudah diretas.
Aku perlahan-lahan mendorong terus penisku makin dalam ke memek Sue. Sue terus merintih kesakitan sambil sekali-kali menarik pinggulnya. Namun aku terus menekan, sehingga batang penisku tidak terlepas. Seluruh penisku akhirnya terbenam ke dalam memek Sue. Sue meneteskan air mata. Aku tidak tahu air mata itu sebagai wujud rasa sakit, atau perasaan yang lain.
Pelan-pelan aku mulai memompa. Mulanya memang agak seret, tetapi lama-lama akhirnya agak licin juga. Sue mulai merasa tidak terlalu perih lagi. Dia malah sesekali menanggapi gerakanku dengan mengangkat-ngangkat pinggulnya seolah-olah mengharapkan penisku untuk masuk lebih dalam lagi. Gerakan Sue itu membuatku jadi lebih bersemangat.
Aku mulai memompa penisku dengan gerakan normal. Sue kelihatannya sudah mulai bisa menikmati penisku di dalam memeknya. Dia mendesis-desis dan mengatakan bahwa lama-lama rasanya enak juga. Memek Sue makin banjir sehingga gerakan penisku di dalam vaginanya makin lancar. Mungkin saja Sue sudah melupakan rasa sakitnya karena kedua kakinya malah merangkul badanku dan setiap kali aku melakukan gerakan menekan, kakinya merangkulku kuat. Ini seoalah-olah Sue minta penisku dihunjam sedalam-dalamnya ke memeknya.
Permainan di ronde kedua ini membuatku agak imum. Penisku bisa lebih lama bertahan untuk tidak segera ejakulasi. Aku lalu menukar posisi agar Sue berada di atasku. Sue mengerti kemauanku. Kami berguling sambil menjaga agar penisku tidak terlepas dari nonoknya. Sue bersimpuh diatas badanku dan melakukan gerakan maju mundur. Penisku terasa seperti diperas-peras oleh memeknya yang super ketat.
Aku merasa seolah-olah batang penisku seperti dicabut-cabut oleh cengkeraman memek sue yang mencengkeram. Memek Sue megang banget rasanya. Mungkin dia menemukan posisi nikmatnya sehingga dia melololong-lolong sambil melakukan gerakannya. Tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia berasa ingin pipis. Aku tahu bahwa dia akan mencapai orgasmenya. Kusarankan dia melepaskan saja sesak pipisnya diatasku. Tiba–tiba dia memekik dan terasa memeknya berkedut-kedut. Sue ambruk dipelukanku dan aku merasa penisku dijepit-jepit oleh gerakan orgasme di vaginanya.
Setelah orgasme tuntas badannya kubalikkan dan penisku copot akibat gerakan itu. Aku mencoba memasukkan penisku kembali. Kali ini lebih mudah dan penisku perlahan-lahan kembali terbenam di dalam nonok Sue. Aku langsung memompanya dengan gerakan hati-hati, karena kata Sue memeknya masih agak sakit. Aku terus memompa sampai akhirnya mencapai ejakulasi.
Setelah semua spermaku keluar pikiranku jadi siuman lagi. Aku teringat untuk menjemput Kim di kelas senamnya. Aku segera bangkit dan membersihkan diri. Kepada Sue dan Terri yang sedang tergolek bugil kukatakan bahwa aku akan menjemput Kim.
Di perjalanan aku tertawa geli sendiri dan rasanya ingin bercerita kepada orang-orang bahwa aku baru saja memperawani 2 cewek bule yang masih baru tumbuh. Aku menyetubuhi mereka karena mereka sendiri yang meminta secara paksa. Jadi bukan aku yang memperdayai mereka. Ini adalah suatu prestasi membanggakan yang saya share di situs Ngocoks.com
Aku tiba di tempat senam Kim. Mereka baru saja bubar. Kim dan Patti segera menghampiri mobil yang kuparkir agak jauh, karena tempat parkir penuh. Seperti kata Patti tadi, dia minta numpang pulang ke rumahnya. Aku katakan tidak masalah. Patti memandu jalan arah ke rumahnya. Kim bercerita bahwa Patti baru memiliki kamera video hadiah dari ayahnya. Kim ingin bisa mengambil gambar video. Oleh karena itu Kim meminta izinku untuk menginap semalam di rumah Patti. Mereka katanya akan mengambil gambar dari burung dan alam. Aku tidak bisa melarangnya kecuali memberi nasehat agar berhati-hati.
Akupun kembali ke rumah. Aku berpapasan di depan rumah dengan si kembar Sue dan Teri yang keluar dengan sepedanya. Mereka melambaikan tangan sambil mengatakan akan jalan-jalan ke rumah temannya.
Ketika aku memasuki rumah aku mendegar ada aktifitas di basment. Ada yang bermain pingpong di sana. Ketika kuhampiri kulihat Lisa dan Jenni sedang bermain.
Mereka berdua mengenakan baju yang sexi Lisa mengenakan tank top pink dengan perut yang terlihat sehingga pusarnya bisa jelas terlihat. Sementara puting susunya juga menonjol di balik kausnya. Celana putih pendek sekali sehingga sebagian bongkahan pantatnya terlihat. Jenni tak kalah sexynya. Dia mengenakan kaus puntung yang lengannya longgar. Sehingga berkali-kali aku bisa melihat teteknya yang lumayan gempal dengan puting merah jambu yang masih lancip dari sisi lubang lengannya. Aku merasa mereka sengaja mengenakan baju sexy begini agar aku melihat kelebihan mereka. Jenni sangat cantik. Dia mengingatkan aku akan muka Brooke Shields ketika masih kecil dulu.
Keduanya main dengan penuh semangat sampai bermandi keringat. Lisa menghentikan permainan dan dia mengatakan akan mandi dan menyegarkan badannya. Sementara itu Jenni mengajakku main pingpong menggantikan posisi Lisa. Jenni mengajakku ngobrol sambil bermain. Dia menanyakan kesanku mengenai Lisa. Kukatakan cantik, tetapi dia masih terlalu muda umurnya saja belum genap 13. Jenni protes bahwa Lisa sudah tumbuh berkembang seperti cewek dewasa. Dia katanya sudah memiliki buah dada yang cukup besar dan rambut di kemaluannya juga sudah tumbuh. Wah dasar anak bule, pikirku, cara ngomongnya nggak pake tedeng aling-aling amat. Aku katakan Lisa masih bisa lebih berkembang lagi sampai dia mencapai umur 17. Jenni ngotot bahwa Lisa memiliki tubuh yang sempurna. Karena Jenni tidak konsentrasi bermain pingpong, dia berkali-kali tidak bisa mengembalikan bola.
Tiba-tiba Jenni mengatakan bahwa dia akan mengajakku melihat Lisa dalam keadaan telanjang. Ah aku tentu saja tidak percaya. Jenni lalu menarik tanganku. Dia membimbingku ke arah kamar mandi dekat kamar Lisa sambil jalan berjingkat-jingkat. Jenni memintaku agar tidak bersuara dan berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. Jenni mengetuk pintu kamar mandi. “Lisa, it’s just me. Open up!” kata Jenni. Lisa segera membuka pintu kamar mandi. Dia dalam keadaan telanjang menghadap kearahku. Aku tentu saja terkejut melihat bentuk lekuk tubuh Lisa yang sangat indah. “I’m sorry Lisa, I was just coming out your room, and I didn’t mean to look.” kataku sambil berharap Lisa percaya bahwa aku tidak sengaja melihatnya
“Th-that’s OK, I know you didn’t mean to…” jawab Lisa yang kelihatannya tidak keberatan aku melihatnya dalam keadaan telanjang. Aku tidak enak berlama-lama memandangnya lalu aku berlalu. Jenni tersenyum penuh arti ke arahku dan aku membalas senyumnya dengan mimik terima kasih. Drama satu babak yang mencengangkan itu membuatku makin terangsan oleh tubuh Lisa.
Jenni tak lama kemudian pamit pulang ke rumahnya dengan sepeda. Sementara itu aku mengajak Lisa bermain billiard. Lisa mengatakan bahwa dia tidak bisa memegang stick secara benar. Aku mengajarinya dengan menunjukkan cara yang benar di tangan kirinya pada ujung stick dan mengarahkan tangan kanannya ke pangkal stick. Posisiku jadi seperti setengah memeluk Lisa. Mulutku tepat sekali di kupingnya dan terasa bau harum. Kubisikkan ke Lisa bahwa dia memiliki tubuh yang sempurna dan cantik. Lisa kelihatanya senang atas pujianku. “You really think so?” katanya.
Untuk lebih menyenangkannya kukatakan, “I didn’t know you were so grown up.” Aku memujinya bahwa aku tidak menyangka tubuhnya sudah demikian tumbuh dewasa.
Lisa lalu menimpali “I-I think you have a g-great body too….but….I haven’t seen you y-yet…”. dia memujiku pula bahwa aku memiliki tubuh yang ideal. Kami berdua jadi terpaku.
Aku lalu menyarankan agar Lisa nanti malam tidur agak lebih lambat, agar si kembar tidur duluan. Permintaan ku ditanggapi antusias oleh Lisa.
Kukatakan aku memiliki video dengan adegan yang lebih seru dari yang ditonton semalam. Lisa senang dan dia langsung menjawab, bahwa kita bisa mengkuti permainan di Video itu. Selepas itu aku diminta mbak Yanti untuk membeli sesuatu ke supermaket. Segera aku keluarkan mobil dan menuju supermaket yang letaknya tidak terlalu jauh. Cerita sex ini diupload oleh situs ngocoks.com
Dalam pikiranku melayang membayangkan kejadian yang bakal terjadi nanti malam dengan Lisa. Namun kata-kata video mengingatkan aku akan Kim yang katanya malam ini akan merekam gambar burung-burung dan alam. Aku waktu itu kurang menyadari bahwa mana mungkin malam-malam bisa mengambil gambar burung. Pasti Kim dan Patti merekam gambar lain, yang kayaknya seputar kegiatan sex. Wah aku jadi tidak sabar ingin melihat rekaman gambar Kim juga.
Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba di belokan aku hampir menabrak sepeda. Sepintas terlihat kayak cewek bule, Dia terjatuh ke sisi pinggir jalan yang ditumbuhi rumput. Ah ini gara-gara melamun jadi gak konsentrasi. Kupinggirkan mobil dan aku segera menghampiri cewek yang jatuh tadi. Lha itu rupanya Jenni, teman Lisa.. Dia meringis kesakitan sambil memegang lututnya. Aku melihat sekeliling. Tidak ada orang. Kompleks perumahan bule emang sepi banget dan gak ada orang lalu lalang. Jenni kupapah ke mobil dan sandarannya kurebahkan agar dia bisa lebih lega. AC mobil ku hidupkan dan sepedanya kumasukkan ke dalam bagasi mobil.
Bersambung…