Cerita Sex Sahabat Tempat Berkeluh Kesah – Aku baru seminggu di Surabaya. Setelah lulus SMA di Medan aku ingin meneruskan ke perguruan tinggi di Jawa. Di rumah nenek di Surabaya selalu ramai. Adik-adik ibuku banyak tinggal di sekitar Surabaya, bahkan yang tinggal serumah ada 3 orang. Mereka cewek-cewek belum menikah.
Sambil mencari perguruan tinggi aku menyempatkan diri berjalan-jalan, ke jakarta – Jogyakarta dan akhirnya ke Surabaya. Hari itu di Surabaya muncul salah satu adik ibuku yang biasa kupanggil Oom Minto. Dia bekerja di perkebunan di Jawa Tengah, dekat Jepara. Melihat aku belum ada kesibukan Oom Minto mengajakku ke rumahnya di dekat Jepara.
Dua hari kemudian kami menggunakan bus ke Semarang dan selanjutnya ke Jepara. Rumah Oom Minto di perkebunan sangat asri, rumah kuno peninggalan Belanda yang cukup besar . Dia mempunyai 3 anak yang seluruhnya perempuan. Anak terbesar baru kelas 2 SMA bernama Chandra, yang kedua Pungki kelas 3 SMP dan yang paling kecil baru kelas 6 SD namanya Shinta.
Ngocoks Aku sudah mengenal mereka , karena ketika mereka tinggal di Probolinggo aku pernah juga nginap dirumah Oom Minto. Itu kejadian sudah lama , mungkin ketika aku baru lulus SMP, ketika itu bersama orang tuaku mengunjungi nenek di Surabaya.
Chandra cukup cantik sebagai gadis remaja, kulitnya putih seperti ibunya dan bongsor seperti ayahnya. Aku segera akrab dengan anak-anak Oom Minto. Di hari kedua yang kalau tidak salah ku ingat waktu itu hari Jumat, aku diajak jalan oleh Chandra ke rumah temannya yang orang tuanya juga bekerja sebagai asisten di perkebunan. Aku diperkenalkan dengan seorang gadis hitam manis yang sebaya dengan ku, memperkenalkan diri bernama Nina.
Dari pandangan pertama, terlihat bahwa Nina seperti punya perhatian ke padaku. Kami ngobrol sampai agak sore. Pada waktu itu aku minta mereka mengantar aku jalan-jalan ke Jepara, yang kudengar memiliki pantai indah, kalau tidak salah namanya Pantai Kartini.
Nina antusias ingin menemaniku jalan ke sana. Chandra sebenarnya juga ingin ikut, tetapi hari itu dia ada kegiatan Osis di sekolah, sehingga aku akhirnya jalan berdua saja dengan Nina.. Ketika turun dari angkutan yang membawa kami ke Jepara, Nina sudah terlihat akrab sekali denganku. Dia langsung menggandeng tanganku berjalan-jalan menyusuri pantai. Kami berhenti menikmati Es Kelapa muda lalu makan bakso. Ngocoks.com
Perlu pembaca Ngocokers ketahui bahwa hari itu Pantai Kartini suasananya sepi. Kami berdua kemudian berhenti di sebuah pondok kosong yang biasa digunakan untuk berjualan. Tempatnya memang agak mojok sehingga agak terlindung dari keramaian. Awalnya kami hanya ngobrol santai sampai akhirnya kami berpagutan. Itu juga gara-gara ina yang memulai. Dia memang agresif sekali.
Aku walaupun masih muda sekali, tetapi sudah punya pengalaman berhubungan dengan beberapa gadis sebelumnya. Bahkan aku sudah merasakan ML dengan gadis-gadisku ketika masih di Medan. Mungkin orang banyak salah mengira jika melihat penampilanku yang masih hijau dan imut. Ciuman Nina aku balas dengan agresif. Paling tidak aku tidak ingin mengecewakannya.
Aku sempat meremas-remas teteknya yang tidak begitu besar. Namun karena tempatnya tidak terlalu aman , aku tidak berani bertindak terlalu jauh. Meski demikian tanganku sempat juga merogoh memeknya di balik rok. Memeknya ketika ku rogoh sudah basah. Nina kelihatannya bernafsu besar, karena dia merelakan saja emaluannya aku sentuh bahkan dia mendengus-dengus karena rangsangan..
Sekitar jam 3 sore kami meninggalkan pantai Kartini kembali ke rumah. Aku mengantar sampai ke rumah Nina.
Rumah yang besar itu terlihat lengang. Kata Nina, kakaknya sedang ke luar kota. Dia memang tinggal bersama kakaknya dan suami kakaknya bekerja di perkebunan seperti Oom Minto.
Setiba di rumah itu pembantu yang mengasuh anak kakaknya menyerahkan anak usia 2 tahun ke Nina. Pembantu itu katanya minta izin mau pulang dulu dan besok pagi baru kembali. Seorang lagi pembantu untuk urusan dapur masih tinggal dan sedang sibuk menyiapkan makan malam di belakang.
Aku ditahan Nina untuk tidak segera pulang. Kami meneruskan obrolan sambil Nina mengasuh keponakannya. Jam 7 anak asuhnya kelihatan ngantuk. Nina membawanya ke kamar tidur dan tidak lama kemudian dia sudah kembali menemuiku. Keponakannya katanya sudah tidur.
Sedang kami asyik ngobrol, muncul suami kakak Nina yang kupanggil dengan sebutan Oom Badi. Dia katanya hanya pulang sebentar karena akan kembali ke kebun yang sedang ada masalah. Aku tidak bisa menolak ketika diajak makan malam bertiga dengan kakak ipar Nina. Selepas makan malam Oom Badi meninggalkan kami. Nina masih menahanku. Rumah terasa sepi karena hanya ada pembantu perempuan yang sudah cukup umur, Nina dan keponakannya.
Nina mengajakku duduk berdampingan di ruang tamu yang letaknya agak menyudut. Sehingga dari situ kami bisa mengawasi halaman depan, ruang tengah , tetapi tempat kami sebenarnya agak terlindung. Setelah suasana sepi, dan Nina ke belakang sepertinya ingin memastikan bahwa pembantu tuanya sudah masuk kamar. Sekembalinya dia langsung menubrukku dengan langsung duduk di pangkuanku.
Dia menyerangku dengan memagut sangat ganas. Aku yang tidak punya persiapan sempat gelagapan. Akhirnya bisa mengimbangi juga. Akupun terus menyusuri kuping nya kiri dan kanan, lalu lehernya dan akhirnya menggigit pelan kedua ujung payu daranya yang masih terbungkus BH.
Tiba tiba Nina bangkit masuk kedalam. Aku sempat kecewa, karena suasana yang sudah memanas tiba-tiba putus. Tidak lama kemudian dia kembali dan langsung menubrukku dengan duduk dipangkuanku berhadapan. Sebentar saja kami berpagut, aku lalu meremas kedua payudaranya. Terasa tidak ada BH lagi di dalamnya. Ada belahan dengan kancing di bagian depan, kubuka satu persatu.
Terlihatlah dua gundukan payudara yang tidak terlalu besar dengan pentilnya yang masih kecil berwarna gelap. Sasaran ku berikutnya adalah menghisap kedua ujung tetek yang tidak bisa dikatakan putih. Kedua pentil kecilnya terasa mengeras di ujung lidahku. Nina mendesis desis ketika payudaranya aku hisap pelan kiri dan kanan.
Sementara itu tanganku mencari celah untuk kembali merogoh belahan kemaluannya. Aku masih merasa ada celana dalam yang menghalangi. Dari luar celana dalam aku gelitik-gelitik memeknya sampai akhirnya celana dalamnya jadi basah seperti ompol. Tidak puas rasanya mengobel memek dari luar celana dalam.
Aku mencoba menguak celana dalamnya. Terasanya karetnya tidak terlalu kencang sehingga dengan mudah tanganku bisa mencapai belahan memeknya. Terasa berlendir di sekujur belahan memeknya yang berbulu tetapi tidak terlalu lebat. Aku mengorek-ngorek memeknya dan mencari letak clitorisnya. Nina menggeliat-geliat sambil tangannya merangkul leherku. Serangan ke clitorisnya aku gencarkan sampai akhirnya memeknya berkedut-kedut dan Nina minta tanganku berhenti mengorek memeknya.
Sementara itu penisku sudah tegang full dan rasanya sakit terjepit di dalam. Nina kuminta bergeser ke belakang sedikit. Aku membuka resleting celana dan berusaha mengeluarkan batang penisku. Nina langsung menggenggam penisku yang sedang tegak sempurnya. Dia mambantuku menurunkan sedikit celanaku sehingga kemaluanku bebas dari himpitan.
Nina kuminta membuka celana dalamnya. Permintaan itu langsung dia turuti dan celana dalamnya yang sebagian sudah basah oleh lendir dikantonginya. Posisi Nina kembali berada di atas pangkuanku, bedanya sekarang meski masih menggunakan rok, tetapi sudah tidak ada penghalang celana dalam lagi. Penisku ku oles-oleskan ke belahan memeknya. Nina makin naik birahinya menikmati sensasi memeknya bertemu dengan kepala penisku.
Kepala penisku basah oleh cairan lendir memek Nina. Dia kuminta mengangkat sedikit pinggulnya lalu aku mengarahkan kepala penisku ke gerbang vaginanya. Penisku sudah berada tepat di pintu vaginanya dan aku mengatur tubuhku agar penisku tegak lurus. Selanjutnya aku meyerahkan kepada Nina , apakah dia akan merendahkan badannya yang berarti penisku menerobos masuk ke dalam vaginanya, atau dia tahan hanya kepala penisku mengganjal di luar lubang senggama.
Nina mencoba merendahkan badannya perlahan-lahan. Tapi kemudian dia angkat lagi karena katanya perih. Tak lama dia rendahkan lagi, lalu diangkat lagi. Demikian berkali-kali dan berkali-kali pula lepas sehingga aku harus terus memperbaiki posisi kepala penisku.
Pada gerakan yang kesekian terasa kepala penisku sudah agak lebih dalam memasuki lubang memeknya.
Dia mengatakan memeknya perih. Oleh karenanya aku minta dia menyudahi saja. Namun dia juga mengatakan enak, jadi sayang katanya kalau dihentikan. Kepala penisku sudah lancar keluar masuk meski hanya beberapa centi.
Entah karena bisikan apa, atau dorongan dari siapa, tiba-tiba Nina melepaskan berat tubuhnya sehingga masuklah penisku makin dalam sampai mentok. Terlihat sekali Nina berusaha menahan sakit akibat ulahnya sendiri. “ periiiiihh,” katanya.
“ Kenapa kamu masukkan kalau perih,” tanyaku.
“Abisnya penasaran,” katanya lagi.
Dia diam sejenak lalu berusaha perlahan-lahan mengangkat tubuhnya. Mungkin karena terasa perih dia masukkan lagi penisku terbenam habis. Begitu berkali-kali sampai akhirnya dia agak tinggi menaikkan tubuhnya dan penisku copot dari lubang vaginanya. Nina tidak bisa mengontrol gerakannya sehingga penisku berkali-kali copot dan harus kembali dimasukkan pelan-pelan. Aku akhirnya ikut mengontrol gerakannya dengan menahan pinggangnya.
Penisku terasa diperas oleh memek Nina. Meskipun memeknya banjir oleh lendir pelicin, tetapi rasanya sangat ketat. Penisku pun terasa agak sakit, seperti diremas. Dia terus bergerak-gerak sampai akhirnya aku tidak mampu lagi bertahan. Dengan gerakan sekuat tenaga kuangkat tubuhnya dan kusambar penisku dan aku bekap dengan kaus singletku. Tumpahlah seluruh cairan spermaku membasahi singletku. Rasa nikmatnya luar biasa. Setelah semua carian spermaku terpompa keluar kuperhatikan singletku seperti terkena darah.
“Nina kamu belum pernah melakukan gini, kamu masih perawan ?,” tanyaku dengan nada khawatir.
Dia hanya mengangguk lemah. “ Aku suka kamu, abis kamu imut dan cakep sih, baik lagian,” katanya.
Aku kembali mengenakan celana, meski didalamnya basah. Nina sambil ngobrol terus meremas-remas penisku. Mungkin karena usia masih muda, penisku tidak perlu waktu terlalu lama istirahat dia sudah bangun kembali.
Aku mengulangi kembali posisi tadi. Nina tetap diatasku dan dia mulai melakukan gerakan yang liar diatasku. Mungkin saja clitorisnya tergerus oleh jembutku atau mungkin juga Gspotnya kesodok-sodok (pada waktu itu aku belum paham soal G spot).
Nina berhasil mencapai orgasmenya dan dia ambruk, Sementara aku masih belum sehingga akhirnya kubaringnya dia di sofa dan aku menggenjotnya dengan posisi man on top (MOT). Nikmat sekali persetubuhan itu sampai akhirnya aku menapai klimaks dan spermanya tetap aku lepas di luar memek Nina. Kali ini yang jadi sasarannya adalah roknya.
Kami berdua merasa lelah. Nina membuatkanku kopi . Sampai jam 10 ketika akhirnya Kakak iparnya kembali aku pun berpamitan pulang. Rumah Oom Minto tidak begitu jauh mungkin hanya sekitar 100 m dari rumah Nina.
Di rumah aku disambut Chandra, yang kelihatannya sengaja menungguku. Kedua orang tuanya tidak terlihat. Kata Nina Ibunya sudah tidur sedang ayahnya masih di kebun. Dia menawariku makan, Aku menuruti tawarannya dan makan sedikit. Agak lapar juga rasanya setelah bertempur tadi. Chandra menanyaiku macam-macam, tetapi jawabanku kelihatannya bisa diterima akalnya.
Selesai makan aku mandi menyegarkan diri dan singlet yang berdarah aku sembunyikan di dalam ranselku. Badanku segar kembali. Kami berdua menonton TV. Tapi mataku tidak tahan melotot lagi. Aku minta izin tidur duluan di kamar tamu di depan yang memang sudah disediakan untukku. Lampu kamar aku redupkan dan dalam waktu singkat aku sudah lelap tertidur.
Tengah malam aku merasa nafasku sesak dan tubuhku seperti tertindih benda yang berat. Aku tidak berani membuka mata, karena dari cerita-cerita misteri biasanya di rumah-rumah kuno sering ada hantu yang menggoda dengan cara menindih orang baru di rumah itu. Nyata sekali beratnya tindihan itu, sampai akhirnya kesadaranku pulih baru aku pelan-pelan membuka mata.
Di dalam keremangan aku merasa pula pipiku diciumi. Ketika pandanganku pulih aku terkejut karena ternyata yang menindih tubuhku bukan hantu, tetapi Chandra. Dia langsung aku peluk dan mengetahui aku terbangun dia langsung nyosor ke bibirku. Aku jadi agak galagapan juga sebentar. Agar Chandra tidak malu aku terpaksa mengimbangi pagutannya.
Gila, si Chandra buas sekali menyerangku, ada apa gerangan dengan anak ini. Kumiringkan tubuhku sehingga kami jadi tidur berdampingan dan berhadapan sambil terus berciuman di mulut. Sambil terus berciuman aku meraba dadanya, terasa gundukan kenyal dan di baliknya tidak dilapisi BH.
Kuremas-remas sebentar lalu tanganku menyusup dari bawah meraih buah dadanya lalu kupelintir pelan-pelan kedua puting susunya. Anak seusia Chandra sekitar 15 tahun, payudaranya termasuk gempal juga. Aku terus meremas buah dadanya. Dia kini melepas ciumanku dan berkosentrasi pada remasan buah dadanya.
Nafasnya sangat memburu. Kulepas 3 kancing baju piyamanya lalu aku menyosor ke kedua susunya. Aku menjilati bongkahan buah dadanya. Chandra kelihatan pasrah atas olahan tanganku.
“Gila kamu chan, kalau ketauan kedua orang tuamu gimana nih,’ tanyaku lirih.
“enggak mereka sudah lama tidur,” katanya lirih juga.
Bosan meremas buah dadanya tanganku tergerak menuju selangkangannya. Dia membiarkan memeknya kuremas-remas dari balik celana piyamanya. Nafasnya makin mendengus. Aku sudah tidak sabar lagi segera tanganku menerobos masuk ke celananya langsung membekap memeknya.
Terasa bulu jembutnya masih sedikit dan celahnya juga sudah berlendir. Jari tengahku yang sudah terlatih segera memainkan clitorisnya. Chandra menggigit bibir bawahnya merasakan nikmatnya permainan jari tengahku di clitorisnya. Aku terus merangsang clitorisnya sampai akhirnya dia mencapai orgasme.
Meskipun tadi siang penisku telah kenyang menyantap memek Nina, tetapi malam ini tetap bisa berdiri juga. Namun dia tidak penasaran, jadi diam saja tegak di dalam celana pendekku. Chandra ragu-ragu ingin menyentuh penisku. Dari gerakan tangannya ke pahaku aku segera tahu kalau sebenarnya dia ingin merasakan kerasnya penisku di dalam genggamannya. Kubantu tangannya mencapai penisku.
Tangannya melemas mengikuti arahan tanganku. Sesampai di gundukan celanaku dia mulai meremas-remas. Kurang nikmat rasanya diremas karena terhalang celana pendek dan celana dalam. Tangan Chandra kubimbing memasuki celanaku sehingga tangannya bisa bersentuhan langsung dengan senjataku.
Dia makin giat meremas penisku sampai terasa agak sakit. Tapi aku terpaksa menahannya. Tanganku menarik celana panjang sekalian celana dalamnya sampai terlepas. Chandra ikut membantu dengan menaikkan pantatnya sehingga dengan mudah celananya terlepas dari kedua kakinya. Aku bangkit dan bergerak menciumi lutut Chandra.
Chandra kegelian sehingga dia berusaha menjauhkan kakinya dari ciumanku. Aku terus merayap ke paha. Chandra masih menggelepar kegelian. Dia terkejut ketika mulutku membekap ke selangkangannya. Lidahku menguak belahan memeknya yang basah berlendir. Aku langsung menyerang clitorisnya. Chandra terkejut karena rasa geli dan nikmat yang tiba-tiba menyetrum dirinya.
Terasa di ujung lidahku bahwa clitorisnya sudah menonjol dan tegang. Biasanya pada posisi demikian perempuan tidak akan mampu bertahan dan segera orgasme kalau dijilati terus ujung clitorisnya. Aku memberikan terapi sapuan halus ke clitorisnya. Chandra tidak sempat menghindar kecuali berjingkat-jingkat pantatnya kalau clitorisnya tersentuh lidahku.
Aku terus melakukan jilatan konstan sampai akhirnya Chandra mengejang ketika orgasmenya sampai. Kutekapkan mulutku dengan lidah pada posisi menekan clitorisnya tanpa bergerak, sampai dia merampungkan orgasmenya.
Setelah usai aku mengambil celananya dan kembali kupakaikan. Chandra memelukku erat sekali seolah-olah tidak ingin berpisah. Dia kuingatkan agar segera kembali ke kamarnya karena bisa-bisa nanti ketahuan orang tuanya. Dengan gerakan malas Chandra kembali ke kamarnya.
Pagi sekali aku sudah bangun langsung mandi ke kamar mandi. Itu mengesankan aku rajin, padahal sebenarnya untuk menghilangkan rasa risi setelah semalam menjilati memek Chandra. Pagi itu Chandra dan adik-adiknya berangkat ke sekolah. Sementara itu selepas sarapan Oom minto mengajakku melihat-lihat perkebunannya.
Kami kembali ke rumah sekitar jam 12 lalu menyantap makan siang yang sudah terhidang.
Habis makan siang mataku berat sekali sehingga aku minta izin istirahat di kamar sejenak untuk menuruti kantukku. Aku terbangun karena mendengar suara ramai dan kamarku terbuka Chandra rupanya masuk dan membangunkanku. Dia masih berseragam sekolah dan mencuri-curi mencium pipiku. Lalu dia berlalu. Aku terpaksa bangun.
Diluar kulihat ada Nina dan momongannya. Kami ngobrol sebentar di ruang tamu. Nina mengajakku dan Chandra main ke rumahnya. Mereka kupersilakan jalan duluan karena aku masih ingin kebelakang. Rasanya ada desakan dalam perutku untuk dikeluarkan. Sekeluar aku dari kamar mandi mereka bedua sudah tidak ada.
Aku langsung menyusul mereka ke rumah Nina. Kulihat di ruang tamu tidak ada orang. Sepi sekali rumah ini. Di ruang tengah juga kosong. Aku mendengar sayup-sayup suara mereka ngobrol di dalam kamar. Kuberanikan diriku membuka pelan-pelan kamar itu. Ternyata benar mereka lagi ngrumpi di situ sambil menidurkan anak kecil.
Nina menyilangkan telunjuknya di mulut memberi kode agar aku jangan berisik dan disuruhnya aku masuk dan menutup pintu lalu diberi tempat di pinggir tempat tidur untuk bergabung dengan mereka. Kulihat si kecil sudah tertidur pulas. Nina bangkit mengajak aku dan Chandra ke kamar sebelah. Kamar ini terhubung oleh pintu di dalam. Kamarnya lebih besar dan ada jendela yang menghadap ke halaman depan. Sehingga dari balik tirai dari dalam kamar ini bisa melihat kegiatan di halamanan depan. Ini adalah kamar Nina, rapi dan khas dengan asesoris kamar perempuan.
Tiba tiba aku didorong ke tempat tidur sampai telentang dengan kaki menjuntai kebawah. Chandra menduduki perutku bagian bawah dan kedua tangannya memegangi kedua tanganku. Aku sempat kaget, tetapi menuruti saja kehendak mereka. Seandainya melawan, aku masih cukup bisa mengalahkan tenaga Chandra. Sementara itu di bawah sana terasa Nina membukai celanaku sampai aku telanjang di bagian bawah. Penisku belum sempat berdiri, sehingga ketika bugil dia masih kuyu. Apalagi sanubarinya terkejut.
Nina merunduk lalu langsung memagutku. Stimulan ini cukup efektif juga karena pelan-pelan penisku mulai mengembang. Nina terasa menggenggam penisku. Selanjutnya aku menduga dia mengulumnya, karena aku merasa ada basah-basah dan bergerak naik turun.
Aku meremas payudara Chandra yang sengaja merenggangkan badannya untuk memberi ruang tanganku meremas aparatnya. Cukup lama aku disekap demikian. Sementara pandanganku terhalang untuk melihat aktifitas Nina di bawah sana. Badanku terasa ditindih makin berat dan penisku seperti sedang dilahap sesuatu. Aku menduga-duga Nina telah memerosokkan penisku ke dalam lubang vaginanya. Dia memang terlihat berposisi jongkok dan mendesak Chandra agar maju lebih ke depan.
Merasa ada aktifitas yang sibuk, Chandra melihat ke belakang. Benar saja, Nina telah menyetubuhiku dengan posisi berjongkok menghadap ke depan. Dengan sigap kutarik celana dalam Chandra dan melepasnya. Dia kuminta jongkok diatas mulutku.
Dia berjongkok seperti kodok hendak melompat menghadap ke bawah, sehingga dia dapat menonton aktifitas Nina yang sedang menggenjot sambil lidahnya sekali-kali menjilati bibirnya. Kurendahkan pantat Chandra sampai lidahku menyentuh clitorisnya. Lubang hidungku langsung berhadapan dengan lubang dubur Chandra.
Seandainya Chandra kentut maka akan langsung masuk ke lubang hidungku. Aku tidak peduli, sementara Chandra merasa keenakan dijilati memeknya. Dia menggoyang-goyangkan pinggulnya mengikuti nalurinya. Aku jadi kerepotan karena lidahku jadi nyasar kemana-mana. Pinggulnya kupegang erat dan memberi arahan agar dia jangan bergerak. Meski dia nurut, tetapi tak urung ada juga gerakan kecil maju mundur.
Konsentrasinya memang buyar, karena harus mengikuti gerakan Chandra sementara di bawah sana sedang digenjot. Nina makin trance lalu kemudian dia benamkan dalam-dalam penisku ke dalam memeknya. Penisku merasa diremas-remas oleh sekujur dinding vaginanya. Tidak lama kemudian Nina ambruk di sampingku. Sementara itu Chandra sudah 2 kali mengalami orgasmenya.
Melihat tongkat estafet dilepas, Chandra bangkit. Dia mencoba-coba mengikuti posisi Nina tadi dan berusaha sendiri memasukkan penisku ke lubang memeknya. Aku merasa penisku tepat di depan lubang vaginanya.
Chandra yang jongkok mengangkangiku, mengubah posisinya jadi bersimpuh. Mungkin gerakan dengan posisi jongkok agak sulit merendahkan pantatnya. Ditekannya badannya melawan penisku. Penisku pelan-pelan menyeruak masuk. “ Aduh kok perih Nin….” kata Chandra lirih.
“Tahan saja dulu Chan, sebentar lagi sakitnya juga hilang,” kata Nina yang memperhatikan tingkah Chandra.
Nina mencoba melakukan gerakan naik turun sampai akhirnya penisku copot dari vaginanya. Penisku paling baru masuk kepalanya saja sudah dia tarik, terang saja copot.
Chandra kembali memasukkan penisku ke vaginanya . Dia meringis menahan sakit. Nina bangkit dan berdiri di belakang Chandra sambil kedua tangannya memegang pinggang Chandra. Dia membantu gerakan Chandra agar jangan sampai copot, “ Tahan ya Chan katanya menyuruh Chandra menghentikan gerakan,” kata Nina.
Tiba tiba Nina menekan pinggang Chandra kebawah. Chandra tidak siap dengan gerakan itu, sehingga dia terbawa ikut merendahkan badannya. Penisku dengan segera melesat masuk menerobos halangan selaput dara Chandra.
“Auuuw, sakit,“ kata Chandra sambil berusaha bertahan tidak bergerak dengan posisi seluruh penisku terbenam di memeknya.Setelah itu Chandra mengikuti saran Nina agar mengangkat pelan-pelan pantatnya dan kalau terasa sakit turunkan lagi. Chandra mengikuti saran itu sampai akhirnya dia melakukan gerakan agak panjang.
Sekarang Chandra sudah melonjak-lonjak. Tanganku membantu gerakannya agar tidak teralu jauh, sehingga tidak sampai penisku lepas dari sarangnya. Aku pun mengajarinya melakukan gerakan maju mundur. Penisku terasa sekali seperti dibetot-betot.
Chandra terus bergerak sampai dia merasakan ada nikmat di rongga vaginanya. Akhirnya dia bergerak liar lalu tiba tiba berhenti. Terasa penisku diperas-peras. Chandra berhasil untuk pertama kalinya seumur hidup mencapai orgasme melalui persetubuhan. Dia kemudian ambruk, disampingku.
Penisku yang masih menegang minta dituntaskan. Sasarannya adalah Nina yang sudah ready dengan posisi telentang kaki ditekuk dan dibuka selebar-lebarnya. Aku langsung menancapkan penisku ke memeknya yang masih terasa sempit. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Aku terus memacu. aku tidak memperhatikan apakahan Nina mencapai orgasme pada genjotanku ini apa tidak, karena aku sedang berkonsentrasi agar mencapai orgasme. Menjelang titik puncak kutarik penisku dan kusemprotkan ke perut Nina sampai semuanya keluar. Kami berbaring sejenak istirahat lalu bangkit merapikan diri dan kembali ke ruang depan, pura-pura ngobrol.
Menjelang gelap kami minta diri dan pulang bersama Chandra. Di kegelapan malam Chandra menggelendot sampai hampir masuk ke rumahnya. Di rumah ibunya telah menunggu kami untuk makan malam bersama.
Malam itu pun aku tidak tahan berlama-lama menonton TV. Jam 10 malam aku langsung masuk ke ranjangku dan menarik selimut. Kayaknya aku langsung tertidur pulas.
Aku kembali dikagetkan di tengah malam oleh kedatangan Chandra. Dia minta jatah lagi, yang tidak bisa aku tampik. Sekitar 2 jam kami memacu nafsu. Aku sempat melepas sekali spermaku diluar, sedang Chandra total mencapai 3 kali, sekali diantaranya dari olahan mulutku. Sebelum jam 4 pagi dia sudah mengendap-endap kembali ke kamarnya.
Begitulah seminggu aku dirumah Oom Minto mendapat suguhan dari 2 gadis yang kuperawani. Setiap hari aku melayani nafsu kedua ABG itu. Aku merasa khawatir kalau berlama-lama bisa ketahuan akhirnya. Hari Senin berikutnya aku minta izin ke Oom Minto dan istrinya dengan alasan aku akan mencari sekolah di Jogya.
Pagi-pagi sekali, aku sudah betolak menuju Semarang. Di terminal bus Semarang aku istirahat sejenak sambil mencicipi gule kambing di warung di terminal. Sebetulnya aku tidak harus ke Jogya, tetapi ke mana pun tidak ada masalah karena waktu untuk pendaftaran masih sebulan lagi.
Bersambung…