Cerita Sex Tujuan Fitness yang Sebenarnya – Suatu saat, aku menyempatkan diriku untuk melakukan kebugaran agar kondisiku terjaga, dan aku bekerja di tanggerang dan sedang ada peristiwa yang terkenal yang akan aku jalani, setiap dua hari sekali dan setiap aku sehabis kerja, aku langsung fitnes yang letaknya ada di hotel dengan alat-alatnya yang lengkap.
Maklum, pekerjaanku membutuhkan vitalitas tinggi. Maka walaupun libur di Bandung, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, saya tidak pernah melewatkan olahragaku, aku Aryo, biasa dipanggil Ary. Usiaku 31 tahun, dan belum menikah. Pastinya ini merupakan keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama, bersenang-senang dan mencari kehidupan.
Sebenarnya tujuan fitnessku adalah, ingin melihat wanita-wanita berpakaian ketat (baju senam), tapi akhirnya bermanfaat, otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, hingga membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng wanita berpakaian seksi tidak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee.
Oke, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku tidak langsung pulang ke rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendiri, dibandingkan dengan rumah orang-orang. Orang tuaku termasuk gaya lama, yang penuh dengan aturan ketat, walaupun tidak sadar akan hal itu yang dapat membuatku hidup mandiri.
Hari itu masih sakit sekitar pukul 17.00 WIB. Setelah aku cek dan istirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku. Aku mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan t-shirt tanpa lengan.
Ngocoks Ketika aku memasuki ruang kebugaran, aku melihat sekeliling, masih agak kosong. Hanya ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, ini bukan hari keberuntunganku, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.
Sepuluh menit pukul lima sore, satu dua wanita masuk. Oke, ini bukan hari sialku. Aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa wanita lainnya, yang tentunya berpakain senam, warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, celana pendek dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut. Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber-aerobik, pikirku.
Hanya saja ketika seorang wanita berpakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house dengan tempo cepat. Masing-masing baris menyusun dan mulai bergerak mengikuti struktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. masih pemanasan.
Tiba-tiba seorang wanita masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi 165 kira-kira, memakai pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem dengan model tank top dan g-string di pantatnya.
Bongkahan pantatnya tertutup lycra ketat warna krem lebih muda, sehingga menyerupai warna kulit dengan warna kuning langsat hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu. Wow, sangat seksi. Tak sengaja melihat bagian karena handuk yang menggantung di dekat kursi dengan alat yang kupakai.
Tonjolan menempatkannya terlihat jelas sekali, tonjolan indah yang kira-kira 36 b ukuran. Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari baris yang masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dadaku berdegup kencang pada saat dia melirik walaupun hanya sedetik.
Gerakan demi gerakan instruktur yang diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan hingga gerakan cepat sehingga bongkahan payudaranya bergerak turun naik. Batangku mulai membengkak seiring dengan lincahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia.
Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm syukurnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. Keringat di punggungnya, tercetak jelas di sekali dan di belakang, sehingga tonjolan meletakkan itu terlihat jelas, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Hingga akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat kaca cermin yang berada di atas pengamatan aku memperhatikan kaca pandangan. Dia melihat lewat cerminan. Entah berapa lama dia memandangku sebelum aku sadar dipandangi. Aku langsung buang muka dan beranjak dari alat yang kupakai.
Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya hingga akhirnya balikan ke empat gaya punggung, menabrak seseorang dan terjatuh ke air.
Sama-sama kami membalikkan dan membalik-balik ku bawah sadar ku tabrak adalah berganti pakaian, potongan tinggi di pinggul dengan warna biru yang seksi. Kini tonjolan tersembunyi dibalik cangkir baju renangnya, membuatku sedikit kecewa.
“Eh, maaf Mbak, nggak terlihat, habis gaya punggung sih” kataku meminta maaf.
“Tidak kok Mas, aku yang salah, tidak melihat jalur orang berenang”, sambil mengusap muka dan menghadap ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka hingga bagian pusarku.
“Kenalan dong, aku Aryo, biasa dipanggil Ary”, kataku sambil menyodorkan tangan.
Dijabatnya sambil berkata ”Linda, lengkapnya Melinda”, perpustakaan.
Kami menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri ke dalam batas leher masing-masing. Kami duduk bersampingan.
“Baru disini Mas?”, Linda mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Ary aja cukup kok. Aku asli Bandung, tapi memang baru kes***** Aku kerja di Jakarta. Kamu Lin?”, ku balik bertanya.
“Aku asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok, seberangan. Aku biasa aerobik dan renang disini, dua hari sekali, yang ada jadwal aerobiknya saja”.
Pembicaraan kami berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang lebih pribadi. Linda baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu yang lalu. Keluarga pacarnya tidak setuju dengan Linda dan pacarnya dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Linda bercerita hingga..
“Lin, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo,..siapa takut?”.
Kami berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dengan mendorong bahunya ke belakang sehingga Linda sedikit tertinggal. Pada saat aku duluan di seberang..
“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul mata kita.
Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur Linda. Dia mengejarku, sampai akhirnya ”Byurr, .”., aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya hingga diapun terjatuh dan kami berdua tidak sengaja berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaku, membuat batangku kembali membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kami masih berpelukan walau agak renggang.
Kami saling pandang, kemudian Linda memelukku kembali. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan dengan balas memeluknya. Udara Bandung yang dingin pada sore yang beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kami.
Batangku yang sedari tadi mengeraskan menyentuh perut bagian bawahnya Linda, atau tepatnya diatas Linda sedikit. Pantat Linda bergerak mendorong, hingga batangku geli terjepit antara perut Linda dan perutku. Berulang-ulang Linda melakukan itu, sehingga darahku berdesir.
“Emhh.”., Linda dibangun.
Sadar aku berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi, hanya ada tiga orang selain kami, sedikit membuatku sedikit melepaskan pelukan walau sayang untuk dilakukan.
“Lin, mending kita sauna hotel yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Linda terlihat agak kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
“Oke!”, singkatnya.
Kami berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan secara bersamaan, menuju ruang sauna hotel yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang apa yang dilakukan Linda saat di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun rencana dengan Linda selanjutnya.
“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna hotel.
Kami berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sehingga orang lain tidak dapat melihat kami berdua lewat jendela kecil pintu sauna hotel.
“Lin.”., belum sempat aku bicara, Linda menciumku di bibir.
Bibir kami saling berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Linda di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Linda memegang dadaku, kemudian mengusap perut hingga sampai pada batangku yang sudah berdiri dari tadi. Linda meremas batangku yang masih terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencangnya payudaranya.
Temperatur ruang sauna hotel menambah panasnya hawa disana. Kubalik Linda membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas payudaranya”.Emhh.. Ary.. ahh”, Linda melenguh. Ku susupkan tanganku ke payudaranya, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Linda sedikit menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna hotel kedap suara.
“Ary, aku butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Linda berbisik di telingaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Linda menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di s*****.?”, tanyanya dengan muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.
Satu-satu kami keluar dari ruang sauna hotel. Linda bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Linda menenteng tasnya dan kami pun berjalan bersamaan. Kami berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing, layaknya sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari recepsionist, kami naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kami merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Linda masih memakai baju seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda. Seksi sekali!
Linda di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya. Linda meracau memanggil-manggil namaku. Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang.
Hmm, sengaja tidak memakai bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.
Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Linda tidak memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Linda yang masih terhalang stocking. Noda basah di bibir vagina tercetak jelas di pantyhosenya. Linda semakin mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yang menutupi vaginanya yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir vagina merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.
Linda mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.
“Emhh Arryy.. ahh”, Linda sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Linda merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aku Lin, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.
Linda kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yang masih menempel itu disingkirkannya. Hingga terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Vagina basah Linda terasa di perutku. Rok yang tersingkap dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya pun telah lepas.
Linda kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya menyapu perutku hingga sampai ke batang penisku yang tegak. Linda mengocoknya perlahan.
Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan penisku. Seluruh batang penisku terbenam di mulut Linda. Sambil dikocok, keluar masuk mulutnya Linda.
“Ohh..!” aku pun tak luput meracau.
Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong linda menjauhi penisku, aku bangun dan berlutut di belakang Linda.
“Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Linda berteriak seiring dengan masuknya batang penisku sedikit-demi sedikit lewat celah stocking yang kugigit tadi.
“Bless.”..Pantat Linda bergerak maju mundur, demikian juga pantatku, saling berlawanan.
“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Ary.. yes”, begitulah kalinat tak beraturan meluncur dari mulut Linda, bersamaan dengan semakin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan pantat seksinya. Linda menjilati jari-jarinya sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Linda yang membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot pantatku.
Kemudian kami berganti posisi. Aku berbaring dan Linda berada di atasku. Linda mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisku ke dalam vagina basahnya. Linda terlebih dahulu mengusap-usapkan penisku di bibir vaginanya. Aku makin kelojotan dengan perlakuan Linda. Centi demi centi penisku dilahap vagina Linda.
“Blessh.”., lengkap sudah penisku dilahap vaginanya.
Linda bergerak turun naik beraturan. Payudaranya bergoyang turun naik pula. Pemandangan indah terebut tidak kulewatkan saat badanku bangun, dan wajahku menghampiri payudaranya. Kuremas dua gunung kembar yang begoyang mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
“Errgh.. erghh.. ahh.”., Linda mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.
Kini kutarik tubuh Linda sehingga ikut berbaring di atas tubuhku. Ku mulai menggenjot pantatku dari bawah. Linda teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sesaat kemudian Linda berteriak meracau.
“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tiada duanya.
5 menit dengan posisi seperti itu, Linda mengejang, dan berteriak panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Ary.. aaihh.”., tanda dia mencapai orgasme.
Terlepas penisku dari vaginanya tatkala Linda ambruk di sisiku. Linda ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Linda. Kubalik tubuh penuh keringat yang mengkilat terkena cahaya lampu. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari pantat hingga betis. Kujilati lubang anus Linda, dan membuat dia sedikit mengangkat pantatnya keatas.
“Please.. Ary.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika mendapat perlakuanku.
Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membuat penetrasi di lubangnya dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Linda, karena kulihat lubang anus Linda agak sedikit besar dibanding orang yang belum pernah disodomi.
“Lin, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di penis yang masih berdiri tegak.
“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Aryy.. Janng.. aahh”, belum selesai Linda bicara, aku telah menancapkan penisku di anusnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Linda pasrah, dan meracau tak karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. lin..?, tanyaku sambil menggenjot pantat Linda seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder baby.”., jawabnya.
10 menit aku memompa batang penisku di anusnya, terasa cairan sperma sudah ada di ujung kepala penisku. Buru-buru kutarik keluar penisku, dan kubalik Linda menghadapku. Sambil kukocok, spermaku muncrat di muka Linda.
Linda yang tidak siap menerima spermaku di mukanya, mengelengkan kepala kiri dan kanan, hingga spermaku membasahi rambut dan pipinya. Hingga akhirnya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan spermaku masuk di mulutnya. Setelah spermaku habis, dia mengulum penisku. Aku yang masih merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa oragasme panjangku.
“God.. Thank you dear.. Linda.”., kataku sesaat setelah roboh ke samping Linda.
“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau mucrat di muka, gitu”, Linda cemberut menjawabnya. Aku hanya tersenyum. Tak terasa kami bercinta cukup lama, hingga jam 10 malam.
Akhirnya Linda memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kami masih melakukannya beberapa kali hingga subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan Linda memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah pula yang membuat kami berpacaran selama 6 bulan hingga akhirnya kami putus.