Cerita Sex Ayah Mertua – Baru-baru ini aku mendapat sebuah email dari seorang teman wanita yang menceritakan jika ia sangat tertarik untuk dapat melakukan hubungan seks dengan ayah mertuanya. Namun untuk dapat mewujudkan ketertarikan itu, ada beberapa hambatan yang sampai saat ini, temanku itu belum dapat menemukan solusinya.
Selain memikirkan akan adanya dosa, ada satu hal lagi yang mengganjal di hati teman wanitaku. Ia merasa begitu bersalah karena hal itu akan menyakiti dan mengkhianati dua orang yang ia cintai, suami dan ibu mertuanya.
Hmmm… Okelah, hal itu bisa dijadikan hal yang masuk akal mengapa sampai detik ini ia masih tersiksa dengan imajinasi dan keinginan ‘aneh’nya itu.
Tapiiii…. Jika menurut pandanganku, bercinta dengan ayah mertua bukanlah sebuah hal yang patut dipermasalahkan. Tak ada salahnya menantu dan mertua untuk melakukan seks. Selama mereka melakukannya tanpa ada tekanan, paksaan ataupun hal yang dapat saling merugikan antara keduanya.
Ngocoks Terserah kalian akan berpikir seperti apa tentangku, yang jelas aku nyaman melakukan hal ini. Setuju atau tidak, hal itu kembali kepada tujuan, hati, dan pemikiran kalian semua. Bagiku, selama kami (menantu dan mertua) tak mengganggu kepentingan orang lain, hubungan percintaan ini syah-syah saja.
Seperti hal yang telah aku lakukan selama ini.
Namaku Fara, usiaku baru saja menginjak 26 tahun. Aku telah menikah dengan mas Budi (nama suamiku) selama lebih dari 5 tahun. Pernikahan kami dapat terbilang langgeng, tentram tanpa adanya gangguan ataupun masalah yang berarti.
Begitupun dengan hubungan birahi kami, semua berjalan lancar seperti pasangan-pasangan lainnya. Bertahun-tahun aku dan suamiku memiliki kehidupan seks yang bagus, dan dia benar-benar bisa memuaskan nafsu birahiku.
Berbagai macam literature kami baca dan pelajari guna mendapatkan ide serta masukan baru guna mempererat tali birahi kami. Mulai dari koran, majalah, novel stensilan, hingga internet, mengisi keseharian kami berdua.
Khusus untuk literature terakhir, internet, yang mana diera seperti sekarang ini, informasi apa saja bisa didapatkan di internet. Terlebih informasi yang berbau akan hal-hal yang bertema seksual, dapat dengan mudah diperoleh darinya.
Hampir tiap malam, kami selalu mencari referensi dari berbagai macam situs porno, namun entah siapa yang memulai terlebih dahulu, akhir-akhir ini, aku dan suamiku lebih suka membaca ataupun menonton situs porno yang bertemakan “perselingkuhan’ atau “seorang istri yang ingin bercinta dengan lelaki lain”
“Bercinta dengan lelaki lain”
Jujur, aku dan suamiku sangatlah terangsang setelah membaca ataupun menonton situs porno jenis itu. Yang jika diteruskan dengan acara bercinta, kami bisa berulang kali mencapai kepuasan birahi. Dan setelahnya, kami mulai berbicara mengenai apa yang bakal didapat jika hal-hal itu bisa benar-benar diwujudkan dalam kehidupan pribadi kami.
Pembicaraan tentang bercinta dengan lelaki lain ini selalu saja suamiku lontarkan setiap saat, sehingga secara tak langsung, ‘ide aneh’ ini menjadi salah satu penyebab tumbuhnya imajinasi liarku. Imajinasi untuk benar-benar bisa bercinta dengan lelaki lain selain lelaki yang aku nikahi ini.
Hingga detik ini aku dan suamiku masih tinggal dengan orangtuanya, Pak Bakri dan Bu Murni. Pak Bakri, 52 tahun, adalah seorang pegawai negeri biasa. Sedangkan Bu Murni, bekerja sebagai pengusaha rumah makan.
Pak Bakri, yang walau telah mencapai usia setengah abad, adalah seseorang yang rajin dan ceria. Ia mempunyai banyak sekali bahan banyolan yang selalu bisa membuat siapa saja yang berada di dekatnya untuk tertawa.
Pak Bakri, memiliki postur tubuh standar dengan tinggi 165 cm, berambut cepak yang sudah dihiasi uban, berkulit sawo matang, berwajah tegas yang selalu dihiasi oleh senyuman. Membuatnya selalu terlihat lebih muda.
Pak Bakri, itulah lelaki yang selalu masuk ke dalam imajinasi liarku.
Seperti yang telah aku jelaskan tadi, jika aku dan suamiku sedang berbincang mesum, sosok ayah mertuaku itulah yang selalu aku bayangkan untuk bisa meniduriku. Awalnya aku selalu mencoba untuk mengalihkan segala pikiran mesumku dari beliau, tapi apa daya, aku sama sekali tak bisa.
Bahkan terkadang, ketika aku dan suamiku sedang heboh-hebohnya bercinta, aku sengaja memejamkan mata dan membayangkan jika orang yang menyetubuhiku saat itu adalah Pak Bakri, ayah kandung suamiku.
Dan dari membayangkan hal itu saja, mampu membuatku orgasme berkali-kali.
Aku tak pernah mengatakan hal ini kepada mas Budi, sehingga apa yang aku rasakan setiap kali bercinta dengannya, adalah merupakan rahasiaku sendiri.
“Astaga, apakah yang aku lakukan ini salah…?”
“Bagaimana cara menghilangkan pikiran mesumku tentang ayah mertuaku…?”
“Apakah aku adalah seorang menantu yang mesum…?”
***
Aku yakin jika hingga detik ini, pak Bakri masih aktif melakukan hubungan seksual dengan bu Mirna, meskipun aku belum pernah sama sekali melihat atau mendengar aktifitas bercinta mereka. Hingga pada akhirnya, aku putuskan untuk memulai bermain api dengan ayah mertuaku.
Aku memutuskan untuk merayunya dengan cara apapun.
Dengan postur tubuh 160 cm, kulit kuning langsat, berambut hitam lurus sepanjang punggung, payudara 36D, dan pantat yang membulat, aku yakin jika asetku ini dapat menaklukan ayah mertuaku.
Untuk menunjang ide mesum ini, ketika aku berada dirumah, aku sengaja untuk mengenakan daster pendek berbahan katun tipis dengan bukaan leher yang lebar guna memperlihatkan kemontokan daging payudaraku. Terkadang aku juga sering mengenakan celana pendek plus tanktop guna memperlihatkan lekuk pinggang dan perut rampingku.
Aku sadar, jika didalam rumah yang aku tempati ini masih ada ibu mertua dan suamiku, sehingga untuk melakukan niatan mesum kepada ayahku ini, aku harus lebih berhati-hati. Sangat berhati-hati.
Secara rutin, dikarenakan jarak antara rumah tempat kami tinggal dan lokasi kerja suamiku cukup jauh, Mas Budi selalu meninggalkan rumah sekitar pukul 7.30 pagi di setiap harinya. Ibu bertuaku, berangkat setelah suamiku beranjak ke kantor, sekitar 15-20 menit kemudian. Dan, ayah mertuaku dikarenakan kantor tempatnya bekerja cukup dekat, ia selalu berangkat pukul 10 kurang 15 menit.
Melihat jam kerja orang-orang yang tinggal di rumah ini, aku memiliki waktu di pagi hari sekitar 2 jam-an untuk dapat melakukan rencana penaklukan kepada ayah mertuaku. Terlebih karena aku tak bekerja, aku memiliki waktu yang cukup leluasa untuk menggoda ayag mertuaku sebelum beliau berangkat kerja.
Biasanya, setelah suami dan ibu mertuaku berangkat kerja, aku yang semula menggunakan daster panjang, langsung mengganti pakaianku dengan daster jelek berukuran mini.
“Adek malas jika harus beraktifitas dengan mengenakan daster bagus mas…” alasan yang selalu aku lontarkan kepada mas Budi setiap kali ia merasa bertanya padaku. “Terlebih… di rumah sudah nggak ada siapa-siapa lagi…” tambahku.
“Tapi khan masih ada bapak dek…”
“Ya ampun mas…. Memangnya kenapa? Toh adek sudah menganggap bapak mas sebagai ayah adek sendiri…”
Seumur pernikahanku, mas Budi tak pernah menang jika berdebat tentang pakaian denganku. Ia selalu memaklumi semua alasanku. Padahal, jika ia tahu maksudku yang sebenarnya, mungkin ia tak akan pernah membiarkan istri tercintanya ini memamerkan aurat tubuhnya dengan leluasa.
Ada banyak cara yang bisa aku lakukan untuk dapat menarik perhatian ayah mertuaku. Seperti ketika aku menyapu, aku lebih sering membungkuk untuk membersihkan kolong furniture, tujuannya tak lain adalah, supaya aku bisa memperlihatkan gelantungan daging payudaraku ketika aku menunduk.
Ketika mengepel lantai, aku lebih sering berjongkok guna memperlihatkan pada dalam dan CD miniku. Ketika aku mencuci bajupun, aku sangat sering untuk membasahi atasan dasterku guna memperlihatkan lekuk bentuk payudaraku, dan ketika aku menjemur baju, aku sengaja memilih lokasi yang terkena banyak sinar matahari, guna memamerkan siluet indah tubuhku.
Semua aku lakukan demi satu tujuan, mendapat perhatian dari ayah mertuaku.
Setiap kali aku melakukan pekerjaan rumah (dengan cara seksi tentunya), seringkali aku lihat ayah mertuaku secara malu-malu mengintip. Namun begitu aku memandang ke arahnya, ia buru-buru mengalihkan pandangannya sambil tersenyum simpul.
Melihat senyum ayah mertuaku, entah kenapa selalu yang selalu membuatku mabuk kepayang. Dan melihat senyum simpulnya, aku semakin yakin jika selama ini beliau menikmati pameran aurat yang aku lakukan selama ini.
Karena setelah aku tak lagi melihat ke arahnya, aku tahu jika ia buru-buru menatap tajam ke arah tubuh seksiku ini. Dengan cara ini, aku mendapat banyak sekali kesenangan.
Dan anehnya, hanya dengan melihat senyum dan lirikan mata ayah mertuaku ketika beliau menatap tajam kearahku, vaginaku bisa saja langsung membecek basah. Dan ujung-ujungnya, aku bisa merasakan orgasme hebat dengan cara bermasturbasi dengan hanya membayangkan ayah mertuaku.
“Aku harus melakukan sesuatu yang jauh lebih binal lagi… Aku harus bisa membuatnya tertarik padaku… Aku harus mendapatkan kehangatan tubuh ayah mertuaku… Aku harus bisa membawanya masuk ke dalam dekapanku dan aku harus bisa membuat beliau meniduriku…”
Perlahan tapi pasti, aku menyadari jika ada sedikit perubahan dari sikap dan perhatian pak Bakri padaku. Lirikan mata yang semula hanya mencuri-curi pandang kea rah tubuh seksiku, sekarang sudah berani menatap dengan tajam. Senyum yang semula hanya tergurat tipis di wajahnya, sekarang sudah lebih sering terlihat lagi.
Sepertinya, pak Bakri mencoba untuk bisa ‘berkomunikasi’ dengan cara yang lebih intim lagi kepadaku. Bahkan tak jarang, ayah suamiku itu dengan sengaja menepuk atau mengusap tubuhku selagi ia berbicara denganku. Sengaja membuat chemistry yang ada diantara kami berdua menjadi lebih dekat.
Hingga suatu hari, aku memutuskan untuk menunjukkan hal yang lebih kepada ayah mertuaku. Hal yang membuat ayah mertuaku tahu apa tujuanku kepadanya selama ini. Dengan cara memamerkan ketelanjangan tubuhku.
***
Rumah kami adalah rumah petak dengan 2 kamar tidur yang saling berdampingan. Disebelah kamar tidur, terdapat ruang tengah ber-TV, yang diletakkan tepat di depan kamar tidurku.
Di ruang tengah terdapat sofa yang menghadap kamar tidurku, dan jika ada seseorang yang menonton TV disitu, dia bisa saja melihat melihat semua kegiatan yang terjadi di dalam kamar melalui pintu kamar tidurku.
Inilah kunci utama yang bisa membuat rencana mesumku berhasil.
Hari itu, di suatu pagi yang cerah, setelah mas Budi dan bu Murni berangkat kerja, pak Bakri sedang menonton acara kegemarannya di TV. Mengetahui jika ayah mertuaku sedang asyik-asyiknya menonton TV, aku segaja lewat di hadapannya dan segera masuk ke dalam kamar tidurku.
Aku biarkan pintu kamar tidurku sedikit terbuka, berharap ayah mertuaku bisa melihat aktifitasku di dalam kamar.
Setelah berada di dalam kamar, aku kembali mondar-mandir didalam kamar, dengan tujuan supaya ayah mertuaku tahu kesibukanku di dalam kamar. Dan setelah ayah mertuaku sadar akan kesibukanku, inilah waktunya aku melakukan pertunjukan perdanaku.
Pada awalnya, dengan posisi tubuh yang membelakangi pintu kamar tidurku yang masih sedikit terbuka, aku sengaja membuka daster pendekku yang basah karena air sisa cucian. Kuangkat perlahan ujung bawah daster basah itu dan kuangkat naik ke atas kepalaku. Semua aku lakukan dengan gerakan lamabat dan sedikit menggoyang-goyangkan pinggangku.
Dan setelah daster basah itu melewati kepalaku, aku tak langsung meletakkan daster itu ke tempat cucian kotor yang ada di sudut kamar, melainkan berdiam diri sejenak sambil memamerkan belakang tubuhku yang hanya tinggal mengenakan CD dan bra.
“Pak Bakri… Silakan lihat tubuh setengah telanjang menantumu ini pak…” kataku dalam hari. Beberapa kali, aku kembali mondar-madir di dalam kamar, dengan tujuan supaya ayah mertuaku bisa melihat keseksian tubuhku.
Aku tahu pasti, jika saat itu ayah mertuaku sudah tak lagi konsentrasi dengan acara yang ada di TV. Karena kulihat dari ekor mataku, pak Bakri berulang kali menatap tajam kearah pintu kamar tidurku yang tak tertutup itu. Dan aku pasti, beliau sangat memperhatikan semua gerak gerikku di dalam kamar ini.
ASTAGA….
Seluruh tubuhku gemetar dengan penuh kegembiraan. Detak jantungku berdebar dengan kencang, mukaku terasa memanas dan seluruh bulu kudukku seketika merinding. YUP, itu adalah tanda kegembiraan dan gairah seksualku yang mulai meninggi.
Setelah beberapa kali mondar-mandir di dalam kamar dengan hanya mengenakan bra dan CD saja, aku pikir, sekaranglah saatnya aku melucuti semua pakaian dan mempertontonkan ketelanjangan tubuhku yang sebenarnya kepada ayah mertuaku.
Jika tadi aku melepas daster basahku dengan posisi tubuh membelakangi pak Bakri, sekarang aku berbuat yang sebaliknya. Aku ingin memperlihatkan keseksian tubuhku dari arah depan.
Kembali aku memposisikan tempat berdiriku di depan pintu kamar tidurku yang terbuka. Kutekuk kedua tanganku kebelakang punggungku guna membuka klip bra, dan membiarkan mangkok pakaian dalamku jatuh bebas ke lantai.
“Pak Bakri…. Lihatlah payudara menantumu ini….” batinku lagi seiring menelungkupkan payudaraku dengan kedua tanganku. Bra-ku meluncur jatuh dengan cepat, dan payudaraku pun ikut-ikutan terbebas, melompat dengan indahnya ke arah pusar.
Aku melakukan semua hal itu dengan gaya lambat, supaya pak Bakri bisa menikmati ketelanjangan tubuh menantu putrinya ini dengan lebih seksama.
Jantungku berdetak semakin cepat, dan wajahku terasa makin memanas. Mendadak, aku merasa hembusan angin dari AC yang ada dikamar tidurku begitu dingin. Karena merasa kedinginan bercampur horny, bulu kudukku kembali berdiri, putung payudaraku mencuat, dan yang pasti vaginaku makin basah.
Dari sudut mataku, aku sedikit melirik ke arah ruang tengah untuk memperhatikan ayah mertuaku.
“Dia tidak lagi menonton TV…. Dia lebih mengawasi diriku yang sedang ada di kamar ini…” batinku.
Dengan berpura-pura tak menyadari tatapan tajam pak Bakri, ayah mertuaku, beberapa kali aku melepas tangkupan tangan pada payudaraku, membiarkan payudaraku bergoyang kesana kemari sambil berdiri menghadap kearahnya ayah mertuaku.
KREEK KLETEK
“Hhhhhh… leganya….” Ucapku pelan sembari berlagak melakukan kebiasaan. Dengan sengaja, aku memelintirkan pinggangku ke kanan dan kekiri guna melepas pegal. Padahal tujuannya sudah jelas, aku ingin membiarkan pak Bakri melihat daging payudaraku terlempar kekanan dan kekiri seiring putaran tubuhku.
Puas memperlihatkan gerakan payudaraku, aku lalu membungkukkan punggungku untuk mengambil daster dan bra-ku yang ada ditelapak kakiku. Saat aku membungkuk, aku tahu jika gumpalan daging yang ada di dadaku itu lagi-lagi bergoyang dan bergelayutan jatuh karena gravitasi.
Dan seiring aku berjongkok, kembali aku melihat ayah mertuaku yang hanya terbengong-bengong menatap ketelanjangan tubuh indahku.
Kulempar daster dan bra kotorku ke dalam keranjang cuci yang ada di sudut kamar, dan kemudian aku mulai menurunkan CDku.
“Pak Bakri…. Inilah sajian utama dari menantu liarmu ini…” kataku dalam hati sambil mulai menyelipkan kedua ibu jariku ke karet celana. CD ini menempel erat di pinggang dan pantatku, dan aku harus menggoyangkan pantatku guna bisa melepas celana ini dengan cepat.
Sekilas, aku merasa seperti sedang berdansa ketika menyambut ketelanjanganku. Dan melihat ayah mertuaku yang masih tak percaya akan apa yang dilihat oleh kedua bola matanya, aku sengaja memutar tubuhku dan membungkukkan punggungku lagi.
Kali ini aku memposisikan tubuhku dengan pantat yang menghadap kearah ruang tengah. Tujuanku hanyalah supaya ayah mertuaku bisa melihat betapa becek dan basahnya vaginaku saati ini.
“YA TUHAAANNN…. Apa yang sedang aku lakukan..?” tanyaku dalam hati,
Mendadak aku mendengar langkah kaki. Dan seiring dengan suara itu, tiba-tiba aku merasa sangat bergairah.
Aku berbaring di tempat tidur dengan keadaan tubuh telanjang, berharap ayah mertuaku mendekat dan memasuki kamar tidurku. Dan entah darimana, aku tiba-tiba berinisiatif untuk segera meraba selangkangan, menyentil clitoris dan membenamkan kedua jemari lentikku dalam-dalam kelubang kewanitaanku. Segera saja, aku mulai bermasturbasi.
Karena birahiku yang sudah begitu tinggi, aku seolah tak peduli jika saat itu ada lelaki lain yang sedang melihat ketelanjangan diriku. Aku benar-benar tak mampu menahan lagi rasa gatal yang menggelitik vaginaku. Aku ingin sesegera mungkin menggaruk dan memuaskan keinginan birahiku.
Dan segera saja, kedua jemariku mulai membawa kenikmatan seiring kocokan tajamnya pada vaginaku. Hingga akhirnya, ada semburan panas yang menyeruak ganas pada rongga rahim, dinding vagina dan bibir kewanitaanku.
“OOOooooouuuugggghhhh….” Aku orgasme. Vaginaku mengejang. Memijit, meremas dan menghisap kedua jariku dengan kuat. Ini adalah orgasme masturbasi terkuat yang pernah aku rasakan.
Mendadak pandanganku gelap, otot-ototku melemas, dan pikiranku terasa bebas. Nafsuku menghilang dan tubuhku terasa begitu ringan.
LEGA
Sejenak, setelah mengatur nafas sehabis orgasme, aku tiba-tiba sadar, jika aku baru saja melakukan masturbasi di hadapan pak Bakri, ayah mertuaku.
Kuberanjak dari tempat tidur dan segera mengambil handuk di yang menggantung di balik pintu kamar tidurku. Kulilitkan handuk itu di tubuhku dan mengintip kearah ruang tengah. Ngocoks.com
Dengan jantung yang masih berdebar-debar, aku memberanikan diri untuk mengintip keluar dari kamar tidurku berharap pak Bakri masih ada disitu. Namun harapanku ternyata sia-sia, karena ruang tengah tempat ayah mertuaku tadi berada sekarang kosong. Yang ada hanyalah suara TV yang masih menyiarkan acaranya.
“Kemana pak Bakri berada?”
Entah mendapat pemikiran darimana, aku tiba-tiba ingin memeriksa area kamar mandi dekat dapur. Dan ternyata benar, ayah mertuaku berada di dalam kamar mandi itu.
“Sedang apa ya kira-kira ayah mertuaku di dalam kamar mandi…? Apakah ia sedang onani…?” tanyaku dalam hati.
Dengan hati-hati aku mendekat kearah pintu kamar mandi dan menempelkan telingaku ke pintu. Aku bisa mendengarnya terengah-engah dan kemudian, aku terkejut saat dia mengatakan…..
“Ohh… Fara… kenapa kamu menggodaku nduk…?” ucap ayah mertuaku sambil mendesah-desah keenakan.
“Pak Bakri pasti sedang onani….” Ujarku dalam hati. “Iiya… Pasti pak Bakri sedang mengocok penis besarnya…”
Mendadak, rasa penasaran pada diriku muncul seiring dugaan-dugaan yang ada pada otakku. Mendadak aku ingin melihat, seperti apa bentuk batang kejantanan pak Bakri ini. Mendadak aku ingin tahu, seperti apa penis yang kelak bakal mengaduk-aduk liang senggamaku.
“Lubang kunci…” Ucap otakku yang dengan cepat memerintahkan mataku untuk mengintip kedalam kamar mandi. Dan segera saja, aku berjongkok dan mulai memeriksa keadaan yang sedang terjadi di dalam sana.
“WOOOOWWWWWW……” pekikku kegirangan.
Melihat ada yang ada di dalam kamar mandi, aku merasa begitu senang. Sesenang ketika seorang wanita menemukan barang idaman ketika obral besar, akupun merasa seperti itu ketika mengetahui seperti apa barang kebanggaan ayah mertuaku. Benar-benar jauh lebih menakjubkan daripada yang selama ini aku bayangkan.
“Ya Tuhan…. Penis pak Bakri begitu besar… Jauh lebih besar daripada penis mas Budi…” girangku sambil terus menatap segala aktifitas yang terjadi di dalam kamar mandi.
Dengan brutal, pak Bakri mengocok batang penis besarnya. Beliau mencekik dan menarik-narik daging yang ada di selangkangannya seolah besok tak ada kesempatan untuk dapat beronani lagi. Kepala penisnya sangat besar dan berwarna sangat merah, batang penisnya hitam dengan urat-urat yang menonjol disekujur batangnya.
“Fara… Kau membuatku begitu bernafsu… Andai saja kamu bukan menantuku… Pasti sudah aku lumat tetek montokmu… Pasti sudah aku nikmati tubuh seksimu nduk… Shhhh….” Desah pak Bakri dari dalam kamar mandi.
“Fara… jika saja kamu bukan istri anakku… Sudah aku hajar memek becekmu ndukk… Kusodok dengan kontol besarku… Aku pengen menidurimu kamu ndukkk… Aku pengen ngentotin kamu nduuukkkk….. Ooouugghh….Ssshhhh….”
OH MY GOD…
“Apa yang telah aku lakukan…?”
“Aku telah membuat ayah mertuaku ini terangsang secara seksual… “
“Aku telah menyebabkan ayah suamiku ini bermasturbasi dengan membayangkanku.”
Mendadak aku merasa begitu bersalah.
“Seharusnya… Aku tak pantas berbuat seperti ini… Aku adalah istri dari anak kandungnya… Aku adalah wanita yang seharusnya tak memamerkan tubuhku kepada orang lain… Aku juga seharusnya tak sepatutnya bermasturbasi dengan membayangkan ayah mertuaku…”
Bersambung…