Dua hari kemudian
Aku kembali ke rumah Sandra kali ini aku tidak lagi menyelinap masuk ke dalam rumahnya secara diam-diam. Tak lama setelah kupencet bel Sandra muncul dari balik pintu menyambutku dengan kecupan hangat di pipiku.
“Nad..sayang!!!kemana saja sih kok ngga pernah kesini nengokin aku,..?” cecarnya manja. Memang di antara kami bertiga Sandra yang paling manja.
Sandra menarikku ruang keluarga lalu kami berdua duduk di sofa
“Sorry ya Sand aku sibuk sekali akhir-akhir ini, lagian aku takut nganggu rumah tangga kamu sama Didit”
“uhhh..kamu ngga tahu aku kesepian banget soalnya Didit kerap berangkat dalam waktu yang panjang”
“Bukannya Dian sering kemari, bahkan katanya di telpon dia sering kamu minta nginep nemenin kamu”
“itu dia, sebenarnya dian sudah tinggal bersamaku di sini, cuma tiga hari yang lalu ia harus berangkat ke Singapore selama tiga minggu karena ada pekerjaan kantornya, jadinya aku sendirian di rumah”
“maksudmu aku mau kamu tahan di sini selama Dian ngga ada?”
“emang iya sih tapi apa kamu tega biarin aku sendirian? Dan emang kamu ngga kangen sama aku?”
“Iya..iya tuan putri”
“Cup! Trims ya nad kamu sama Dian memang sahabatku yg paling kusayang” ujarnya kesenangan sambil mengecup pipiku.
Sejak dulu aku memang tak bisa menolak permintaan sahabatku yang satu ini. Selalu saja aku berhasil ia paksa menuruti kemanjaan-kemanjaannya. Kami bertiga begitu menyayangi satu dengan yang lain.
“Sand.pakaianmu awut-awutan gitu? Kamu baru bangun jam segini? dasar putri malas” Sandra saat itu mengenakan gaun tidur pajang mirip kimono, mungkin karena ia banyak bergerak talinya terlepas dan jatuh ke lantai hingga gaun tidur itu tersingkap ke samping. Ngocoks.com
Sandra segera merapikan bajunya meski kejadian itu terlihat wajar dan berlangsung cepat namun aku sempat melihat bagian-bagian tubuh Sandra yang terbuka tadi. Terlihat bercak-bercak merah gigitan di seputar payudaranya yang putih bersih. Deg..hatiku kembali di jalari perasaan aneh seperti beberapa hari yang lalu. Apakah mereka baru saja melakukan hal itu lagi pikirku.
“Ada apa Nad? Kok bengong gitu?” Sandra memperhatikan kebengonganku.
Sejenak alam pikiranku masih dipengaruhi kejadian tsb hingga aku tak segera menjawab Sandra.
“ohh.. uhh..tidak a.pa apa” aku tergagap
Kebodohanku barusan itu mengundang tanya tentu saja Sandra dapat melihat kejanggalan dari sikapku barusan . Seperti halnya diriku mengerti akan dirinya begitupun sebaliknya. Pergaulan yang demikian erat dan mendalam sudah barang tentu sulit untuk menyembunyikan rahasia diantara kami. Senyum Sandra membuatku makin salah tingkah. Hingga ia membuka kembali percakapan.
“Sini ada yang ingin aku beritahukan kekamu, Nad”
Ia menatap mataku sambil menghela napas dalam-dalam. Wajahnya tersirat kepasrahan.
“Ada apa Sand, nampaknya serius sekali?”
“Nad sayang sebenarnya sudah lama aku mempertimbangkan untuk mengatakan hal ini kapadamu, hanya saja tadinya aku masih ragu takut kalau kamu malah tidak suka dan membenciku”
Deg..hatiku berdebar apakah Sandra bermaksud membuka aib perselingkuhannya padaku.
“aku tahu hari itu kamu datang ke sini dan melihat apa yang aku lakukan dengan si Alfi”
“a..aa..pa kamu tahu Sand?” aku terkejut bagaimana mungkin ia mengetahui jika kehadiranku kala itu. Seingatku aku tak membuat mereka terganggu.
“Iya Sand, maaf saat itu aku tak sengaja memergoki kalian”
“Ngga pa pa, aku pikir suatu saat cepat atau lambat kamu akan tahu juga. Aku sempat mendengar suara langkahmu saat menaiki tangga, mungkin kamu lupa tangga rumahku terbuat dari kayu”
“Jadi kamu sengaja membiarkan aku menyaksikan semua. Kenapa kamu tak cegah aku saat itu? Apa kamu ngga kuatir aku mengatakannya pada Didit?”
“Aku percaya kamu tak akan melakukan hal itu apa lagi terhadap aku. Aku tahu kamu menyayangi aku seperti halnya diriku terhadap dirimu.”
“Tentu saja Sand kamu tahu itu”
“Untuk itulah aku ingin mengatakan semuanya sekarang kepadamu”
Sandra lalu menceritakan suatu kisah yang sungguh luar biasa buat kudengar. Tak pernah terbayangkan olehku sahabatku Sandra telah menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi yang kala itu belum genap berusia 17 tahun. Lebih gilanya lagi hal itu dilakukan atas permintaan sang calon suaminya, Didit. Bahkan hal itu berlangsung di hadapannya!
Jadi meleset dugaanku selama ini, Sandra ternyata tidaklah menghianati cinta Didit. Malahan Alfi merupakan penentu utuhnya rumah tangga mereka. Sebab Didit kerap harus meninggalkan Sandra demi kariernya. Dengan adanya Alfi memungkinan Sandra tidak berpikir berselingkuh dengan pria lain. Anak itu sungguh perkasa Sandra tidak harus kehilangan akan nafkah batin dari Didit.
Malam-malam Sandra selalu diisi dengan persetubuhan panas dengan sang Alfi kecil. Kondisi ini mereka lakukan nyaris hampir setiap hari sejak mereka menikah. Sedangkan Didit ketimbang bersetubuh langsung dengan Sandra istrinya, ternyata ia mencapai kepuasan lebih dasyat hanya bermasturbasi di sofa menonton persetubuhan istrinya dengan anak itu.
Aku mendengarkan sambil melongo dengan takjub dan sulit dipercaya apabila aku tak mendengarkan langsung dari mulut Sandra. Birahiku menjalar naik keseluruh tubuhku sepanjang mendengarkan ceritanya
“bener-benar tak pernah kusangka apa yang terjadi pada rumah tanggamu Sand. Anak itu bahkan yang merengut kegadisanmu bukan Didit, sungguh aneh Sand jika suamimu tidak sampai cemburu” ujarku masih termagu-magu
“Bukan hanya aku saja yang sudah ia perawani”
“Emang ada gadis lain? Ten..tentunya kamu tidak bermaksud mengatakan ..” aku tak dapat menyelesaikan kalimatku. Tidak mungkin. mustahil.. Dian!
“iya si Dian, Nadine sayang, malah Dian sendiri yang mau suka rela diperawani Alfi.”
Ternyata penis berkulup itu sudah menambah satu korban lagi dan lagi-lagi korbannya juga sahabat baikku. Begitu banyak kejadian yang tak ku duga selama ini Dian aku tahu sekali sifatnya ia yang paling sering mencampakan pria, jika ada cowo yang berani menyentuhnya walau itu hanya merangkul pasti akan didepaknya jadi jangan harap bisa berhasil mendapatkan cintanya.
Ia mengenal hubungan seks untuk pertama kali dari Alfi . Awalnya hanya melihat anak itu masturbasi malah keterusan. Sejak Alfi berhasil merengut keperawanan Sandra dan Dian, keduanya menjadi begitu tergila-gila bahkan ketagihan berhubungan seks dengan Alfi. Anak itupun demikian, ia tak pernah seharipun melewati hari-harinya tanpa ngentot kedua sahabatku yang cantik itu. Semakin lama hubungan batin yang aneh diantara mereka bertiga semakin kuat dan tak terpisahkan lagi.
“Alfi itu begitu jantan meski ia masih di bawah umur, kemampuannya di atas ranjang melebihi pria dewasa sekalipun.” ujar Sandra memuji anak itu
Aku hanya termagu mendengar cerita Sandra. Ini bukanlah hanya angan-angan seorang istri yang kesepian namun hal ini sebuah realita yang sudah terjadi meski terdengar sangat aneh.
“Apa kalian tidak takut atau jangan-jangan sudah pernah hamil,”
“aku malah berharap Alfi bisa membuahi rahimku begitu juga dengan Dian, namun sampai saat ini tak satupun dari kami berdua berhasil ia buahi. Sebetulnya aneh juga padahal kami sudah berhubungan ratusan kali selama enam bulan ini dan kami tak pernah mempergunakan kondom atau pengaman lainnya”
Geli juga aku membayangkan kehamilan mereka diperoleh dari seorang ABG kurus seperti Alfi. Kupikir benih anak seusia Alfi belumlah matang betul untuk membuat kehamilan pada seorang wanita dewasa. Kalaupun itu terjadi itu merupakan satu kebetulan.
“Nad..”
Suara Sandra memecah keheningan barusan
“Ya..”
“Alfi bilang ia menginginkan kamu Nad”
Aku kaget sekali mendengar ucapan Sandra
“maksuddd..mu. anak itu mempunyaia hasrat padaku?”
Sandra mengangguk
“Kupikir kamu juga menginginkan anak itu gituin kamu kan?”
“Ng.gak lah”
“ngaku saja ..aku yakin kamu mau kan?”
“Ngaco akh”
“Lihat ni kalau kau tak percaya,” Sandra menyerahkan satu benda kepadaku.
Aku meneliti benda yang diserahkan Alfi. Itu celana dalam wanita. Aku terkejut begitu mengenali celana dalam satin lembut warna krem itu adalah milikku.
“Itu milikku Sand”
“kutemukan di bawah bantalnya pagi ini”
“Untuk apa anak itu menyimpan celana dalam kotorku?”
“Biasanya ia bermasturbasi sambil membayangkan sedang bersetubuh dengan pemilik celana dalam tersebut.” jelas Sandra lagi
Aku agak jengah mendengar penuturan Sandra yang demikian vulgar.
“Tapi aku tetap ngga mau begituan sama anak bau kencur gitu Sand,” akal sehatku masih berusaha bertahan meski desakan didalam dadaku menggelora ditambah lagi bagian kewanitaanku berdenyut-denyut simultan tak kumengerti.
“Terserah kamu kalau tak mau. Tapi kalaupun kamu melakukannya kamu tak akan menyesal lo.” tambah Sandra sambil tersenyum menggodaku, sepertinya ia tahu kegelisahanku,
“Sand.”
“Mmm?”
“Engg.”ada sesuatu pada kerongkongan yang megganjal suaraku
“Kenapa Nad?”
“Ah..ngga jadi”
“Loh.. kamu malu mengatakan padaku. Hmmm..Aku tahu kamu sebenarnya juga kepingin digituin sama dia, khan?”
“Sudah.sini ikut aku, kamu ngga boleh nolak sekarang” Sandra dengan cepat mengalahkan reaksiku sadari mengamit lenganku dan menarikku menuju kamarnya. Aku tahu apa maksud sahabatku itu.
“Aaargg Sandraaaa kamu mau apaa?”
“Aku mau kamu dikawinin si Alfi sekarang..”
“Sannnd..Argg..akuu ngga mauuu!”
Mulutku mengatakan tidak mau namun langkahku tetap mengikuti tarikan Sandra menuju ke kamarnya. Benar saja dugaanku di dalam kamar Sandra nampak Alfi tanpa busana sedang duduk di kasur. Meski sepertinya ia terkejut namun di wajahnya terpancar kegirangan. Mungkin ia tadinya berharap Sandra masuk untuk kembali bercinta dengannya namun tak diduganya ia malah mendapatkan bonus.
“kak Sandra…?”
“Fi ..kakak mau pergi ke mall sebentar. Kakak ingin kamu nerusin yang kita lakuin tadi pagi tapi kali ini kamu sama kak Nadine”
“Sanddd.. kamu udah gilaaa. masa aku haruss..” aku protes, spontan rasa maluku muncul
Perkataanku tak sempat selasai karena Sandra menyergap bibirku dengan ciuman panas. Aku tak sempat menghindar, ciuman itu demikian bernafsu. Lidah Sandra menerobos rongga mulutku dan menari-nari disana. Aku serasa melayang ke awan di buatnya. Belum pernah Sandra dan aku melakukan ini juga terhadap Dian. Dua menit kami bercumbu dengan panas hingga akhirnya Sandra melepaskan ciumannya. Sandra tahu aku sudah menyerah pasrah
“Kamu maukan manis?” ia kembali meminta kesediaanku secara suka rela.
“Sandd. aku masih perawan”
“Biar Alfi membuatmu tidak perawan lagi” ujarnya sambil membelai rambutku.
Aku tak dapat berkata-kata lagi sepertinya aku memang harus menuruti apa kata hatiku sendiri. Memang aku sudah terlalu terangsang akibat menonton langsung ataupun mendengarkan cerita tentang hubungan mereka. Hasrat liar dalam diriku memang menginginkannya, hanya saja tadinya aku ragu untuk melakukannya dengan anak sekecil itu.
Kini keraguan itu sirna, yang tertinggal hanyalah gejolak birahi yang menggebu untuk disalurkan. Tak ada waktu untuk mencari-cari pria lain yang macho ataupun tampan, saat ini hanya ada Alfi yang sudah siap menggauli aku di ranjang Sandra.
Ia mendorong tubuhku ke sofa perlahan kancing blusku di lepasinya satu demi satu hingga nampak bra yang kupakai lau rokkupun dilucutinya hingga hanya tersisa celana dalamku, lalu jemarinya memberi kode ke Alfi untuk mendekat. Anak itu melompat dari kasur ternyata Sandra sengaja tidak melepas penutup terakhir diriku ia ingin Alfi sendiri yang membuka hadiah utamanya
“Nad..aku tinggal kalian berdua ya biar kali pertama ini bisa kalian nikmati berdua saja tanpa gangguan orang lain.”
Sandra pergi setelah membuka jalan bagi aku sahabatnya untuk merasakan pula apa yang pernah ia dan Dian rasakan dulu.
Sepeninggal Sandra, Alfi mulai agresif menggauliku. Meski belum dewasa namun Alfi sangat berpengalaman ia seolah tahu apa yang aku butuhkan. Tanpa bicara ia mulai membelai belai pipiku yang halus dan memberikan hawa nafasnya ke tengkukku. Rasa geli dan hangat mulai menjalariku.
Aku semakin membiarkannya melakukan itu dan suatu kesempatan dengan keberaniannya ia pun mencium bibirku. Aku terkejut dan melepaskan kulumannya pada bibirku. Kulumannya terlepas, namun anehnya aku tidak berusaha menjauh dari pelukannya.
Aku kemudian melengoskan wajahku ke arah lain padahal aku melakukan itu semua adalah untuk menghindarkan kesan aku amat butuh saat itu. Tampak Alfi bukanlah bocah laki laki kemaren sore yang bisa aku bikin semaunya. Tanpa di suruh dia lalu meraih wajahku dan kembali mengulum bibirku beberapa saat.
“Sudah ahhh Fii, aku gak bisa bernafas nih” kataku berusaha melepaskan kulumannya.
Namun apalah dayaku untuk menahan setiap tindakannya. Dia lalu melepaskan kulumannya dari bibirku, namun sebelah tangannya sudah memasuki blus piyamaku. Dengan perlahan dan pasti jari-jarinya memasuki belahan dadaku dan berhenti di puting susuku. Rasa geli, juga nafsu mulai melandaku. Aku tak kuat diperlakukan begitu olehnya.
Tanganku berusaha menahan gerakan jari-jarinya yang sudah berada di dalam bhku saat itu, bagaimanapun aku merasa malu. Dengan sebisaku aku berusaha menahan setiap gerakan jari-jarinya di permukaan puting susuku. sekuat aku menahannya sekuat itu pula ia berusaha memilinnya sehingga usahaku menahannya semakin melemah karena deraan nafsu yang sudah mulai mempengaruhi setiap sendi tubuhku.
Diperlakukan seperti itu, aku semakin terjerat oleh percikan birahi yang di kobarkan Alfi. Perlahan dan pasti ia berhasil melepas atasan piyama tidurku dan kini hanya tinggal bh yang hanya menutupi sebagian kecil di dadaku.
Aku semakin terjebak ke jurang gairah yang mulai menampakkan wujudnya. Aku pun kini seolah ikut menerima perlakuannya saat itu. Rasa hangat yang di pancarkan jari jari Alfi di permukaan kulitku sanggup membuatku merelakan dia melepas pengait bh yang aku kenakan saat itu.
Bibir anak itu mulai merayap dan menggigit kecil puting susuku secara perlahan dan mampu membuatku seolah melayang. Kulit dadaku seakan rela menerima semua perlakuannya saat itu. Berulang ulang ia ekspos kedua bukit dadaku dengan intensitas yang meninggi.
Aku serasa di perlakukan utuh sebagai wanita. Dengan kedua tanganku aku raih kepala Alfi, seakan tak rela ia menyudahi tindakannya itu. Saat ini aku tak peduli lagi siapa Alfi dan apa statusnya, yang penting saat ini bagiku bagaimana dahagaku terpuaskan. Merasa aku sudah menerima semua perlakuannya, Alfi membisikkan sesuatu padaku.
“Kak.Nadin, di kasur kakak aja kita gituan ya? Alfi pengen perawani di tempat tidur seperti kak Sandra sama kak Dian”
Anak ini secara terang-terangan menyatakan hasratnya. Ia seakan yakin aku akan mau melakukan hubungan yang lebih lagi denganku malam itu. Aku juga sadar Alfi, hal ini akan terjadi juga tanpa dapat kuhindari lagi. Saat ia meminta pindah ke kamarku, aku terbayang sedikit tentang kejadian yang akan terjadi. Apalagi status ku yang masih gadis. Masih ada harapan bagiku untuk membatalkan keinginan Alfi saat itu.
Akupun bangun dari rebahan di sofa berjalan ke arah kasur Sandra dan duduk di atas ranjang. Alfi saat itu menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia lalu duduk di sampingku, diraihnya tanganku dan dibawanya ke bibirnya dan diciuminya. Melihat tingkahnya itu, aku seakan terenyuh akan sikapnya yang terlihat sabar.
Aku yakin tanpa dapat kucegah pasti malam ini ia akan melakukan hal yang belum pernah aku lakukan dan ia bakal mengambil sesuatu yang berharga yang seharusnya kupersembahkan bagi pria yang bakal menjadi suamiku kelak. Aku tahu ini amat bertentangan dengan norma agama dan adat ketimuran yang kuanut, apalagi aku termasuk wanita dari keluarga yang amat menjunjung tinggi tata krama, namun saat ini seakan hilang semua.
Perbuatan dan penyelewengan Sandra seakan menjerat diriku untuk melakukan perbuatan itu, meski saat itu aku menyadari tidaklah benar tindakanku saat ini. Anak itu tentu saja tak pernah menyadari perbuatannya saat itu menyalahi hukum dan amat tercela, hanya saja ia tak ingin memaksaku melakukan hal itu.
Dengan suara lirih seolah menahan sesuatu dia masih sempat bertanya padaku.
“Kakak mau..Alfi entot kan?” sambil menatap bola mataku dalam dalam.
Aku pun memandangnya dengan tatapan yang sayu seolah mengiyakan keinginannya, namun hanya beberapa saat.Aku kembali menundukkan mukaku ada rasa malu jika aku memintanya melakukan itu. Alfi adalah anak laki laki yang terlanjur cepat mengalami kedewasaan, ia sudah amat banyak pengalaman seolah tahu apa yang harus ia perbuat. Sikap diamku saat itu seakan persetujuan untuk perbuatannya selanjutnya.
Sambil meraih kedua tanganku lalu tubuhku dibawanya ke pelukannya. Kini tubuh kami amat dekat, meski saat itu kami masih mengenakan pakaian. Namun karena aku tak memakai bra saat itu, seolah mampu membuatnya semakin bernafsu padaku. Ketika aku dalam pelukannya, aku merasakan ada rasa damai dan hangat yang sudah lama tidak aku rasakan lagi.
Ada rasa nyaman dalam pelukan tubuh Alfi yang kurus itu, meski aku akui ada juga takut dan sedikit keraguan aku rasakan saat itu. Namun hasrat dan gairah seolah mampu mengalahkan semua rasa yang ada dalam diriku itu. Aku semakin tenggelam dalam sosok tubuh Alfi. Masih dalam pelukan ketat Alfi, akupun kembali terpaksa menerima kuluman panasnya di bibirku.
Rasa geli karena lidahnya yang menjelajah dalam rongga mulutku mampu membuatku terlena dan susah untuk bernafas. Dipancing seperti itu, aku mau tidak mau membalas kuluman Alfi, hingga membuat lidah kami seakan saling berkait dan ludah kami bercampur satu sama lainnya. Dengan lincah tangan Alfipun melepas kancing atasan piyamaku hingga terlepas ke lantai.
Jari-jarinya itu pun memilin dan memutar putingku hingga aku semakin terlonjak nafsuku. Puas memainkan lidahnya di bibirku mulutnya turun melata di kulit dadaku.
“Kak, tetek kakak lebih gede dari punya kak Sandra, Alfi suka banget, mmhh!” celotehnya sambil melumat payudaraku gemas, ya di banding Sandra atau Dian, payudaraku memang yang paling besar, 34B.
Kembali aku merasakan geli yang amat sangat diperlakukan begitu. Aku hanya bisa meraih kepalanya yang saat itu berada di belahan dadaku. Kalung yang kukenakan seolah mengganggu aktifitas mulutnya di dadaku. Dengan tangan kirinya ia singkirkan kalungku kearah tengkukku lalu kembali ia menyedot bukit dadaku bergantian kiri kanan.
Berbagai rasa kembali menderaku. Aku masih meraih kepalanya seakan tak ingin cepat berlalu.aku merasakan rasa basah di organ vitalku saat itu. Selama beberapa menit Alfi menggigit gigit dadaku dengan lembut dan meninggalkan tanda kemerahan di dadaku yang putih. Aku hanya mampu memicingkan mataku dan menuruti perbuatan bocah itu.
Tiba tiba ia menghentikan aktifitasnya pada dadaku. Aku pun membuka mataku ingin tahu apa yang menyebabkan ia menghentikan perbuatannya itu. Ternyata anak itu menaiki tubuhku menempatkan tubuhnya di antara ke dua pahaku, kupikir sudah saatnya ia akan melakukan eksekusi. Aku memang pernah melihat kemaluan Alfi yang aneh itu saat ia dan Sandra bersenggama tempo hari.
Namun baru kali ini kulihat kedahsyatannya dari dekat. Inilah benda yang telah merengut kegadisan kedua sahabatku sekaligus memberikan kenikmatan hingga keduanya ketagihan akan seks. Dan sebentar lagi adalah giliranku, daging itu sudah sedemikian tegang siap untuk melaksanakan tugasnya, yaitu memerawaniku. Batangnya panjang dan besar.
Rasanya mungkin lebih enam inci panjangnya yang tentunya akan membuatku bakal kesakitan untuk pertama kali. Yang menjadi fokus perhatianku ialah kepala zakar Alfi karena yang tidak disunat itu. Aneh bila melihat penis anak seusia Alfi yang tak disunat. Apalagi daging kepalanya tidak muncul keluar daripada kulit kulup sungguhpun dalam keadaan tegang.
Hanya sepertiga saja kepala zakarnya yang berwarna merah kelihatan bila dalam keadaan keras. Bila dia menarik kulit kulup kepala pelirnya berkilat hitam kemerahan macam yang seperti tomat itu terpacak di ujung batangnya. Kulit kulupnya seperti mencekik di bagian belakang leher takoknya. Kulit kulup yang ditarik itu berkedut-kedut macam simpul melingkari batang zakar.
Bentuk kepalanya yang heboh dan aneh digilai Sandra dan Dian. Pertama kepala pelir Alfi sungguh terlalu besar. Kepala yang lebih besar itu berbanding batangnya kelihatan aneh. Kini benda itu mengacung tegak diarahkan Alfi tepat di mulut kewanitaanku.
“akh Fi.perih..akh..pelan-pelannn!!!” erang ku saat kepala penis Alfi mendesak pelan ke dalam liang vagina ku.
Anak ini sungguh tidak sabaran. Ia main eksekusi saja. Aku menahan perutnya dengan kedua telapak tanganku hingga gerakannya terhenti.
Mungkin takut aku akan mengurungkan persetubuhan kami, ia kini berlaku lebih sabar . Alfi menahan laju penisnya sejenaknya lalu dengan pelan dan lembut ia coba lagi masukan benda itu ke dalam vaginaku. Rasa perih makin menjadi dan terasa sakit meski penisnya terus maju pelan.
“Fi..akh.” pekikku, Alfi menahan lagi, mendiamkan otot vagina aku merekah dan relax supaya ngga tegang. aku memejamkan mata sambil tanganku meremas sprey menahan perih. Beberapa saat kemudian ia mulai memajukan lagi pantatnya dan mendorong penisnya lagi makin dalam dan rupanya vagina aku mulai terbiasa. Perih yang tadi aku rasakan berkurang
“Fi.sakit..” erangku tertahan.
Alfi berhenti lagi, rupaya belum setengah dari penis Alfi yang masuk, setelah diam sebentar Alfi mulai masuk lagi, kali ini perih dan sakit semakin berkurang. Ia lalu mencium bibirku memenangkanku, kubalas ciumannya dengan lembut. Begitulah ia melakukan tarik ulur hingga akhirnya ujung penisnya menumbuk dan tertahan sesuatu dalam liang senggamaku, aku tahu itu selaput daraku, lambang kesucianku sebagai seorang gadis perawan yang akan segera hilang.
“Kak Nadin.. Alfi tak kuat lagiii..” erangnya sembari memeluk pinggangku erat
Dengan sekali dorongan kuat Alfi menekan habis sisa batang kemaluannya hingga akhirnya masuk penuh ke dalam vaginaku. Aku tersentak dan sedikit menjerit merasakan ada sesuatu yang robek
“Aduhhh!!Fiiii.sakiiiit!!” aku menjerit lirih.
Nafasku tak teratur merasakan vaginaku penuh oleh batang penis Alfi. Aku tahu aku kehilangan keperawananku namun saat itu kemaluan Alfi kurasakan berdenyut-denyut lalu cretttt..creettt..creettttt! beriring setiap denyutnya sesuatu memancar deras menghantam dasar liang vaginaku.
Sungguh aneh, kegadisanku telah direngut oleh seorang ABG yang masih di bawah umur, bahkan aku tak berusaha mencegahnya. Setelah ejakulasi tadi batang penis anak ini tak kunjung mengecil, benda itu terus-terusan berdenyut dan kaku. Alfi mendiamkan beberapa saat, perih masih aku rasakan, namun perlahan rasa gatal nikmat mulai muncul dan seperti tahu akan itu Alfi mulai menggoyang dan memaju-mundurkan penisnya.
Vaginaku yang basah melicinkan gerakan masuk-keluar penisnya di vaginaku. Aku mulai merasa nikmat dengan perlakuan Alfi. aku buka mata dan melihat Alfi tersenyum. Alfi mengecup bibirku lalu bilang
“Kakak sayang vaginanya sempit banget…kakak ngerasa kan?”
“iya Fi..” sahut ku pelan
“udah ga sakit kan kak?” tanya Alfi, aku mengangguk.
Vaginaku semakin basah oleh lendir cintaku. Pantat Alfi maju-mundur dan gerakannya penisnya meluncur lancar dalam kekesatan liang vaginaku. Aku yang mulai meregang kegelian dan nikmat semakin menikmati persetubuhan pertamaku. Bibirku mulai dan merintih keenakan, desahan-desahan mulai keluar dari mulutku. Alfilah yang kini semakin intens bergerak memberinya kenikmatan mengocok penisnya di dalam vaginaku.
Ia tetap telaten meski aku mulai terbiasa, kurasakan penuh di dalam vaginaku. Gatal dan nikmat, lebih nikmat dibanding saat Alfi menjilat vaginaku tadi. Ia mencium bibir sambil meremas dadaku, kami mulai liar, goyangan Alfi mulai bisa kuimbangi. Kadang ia menggoyang keras, namun kembali lembut payudaraku bergoyang seirama dengan goyangannya.
Alfi mulai mengoceh “Kak..eeuukkk.uuh.nikmat.banget vagina..nya..eekk!”
“Fi..kakak juga..akh..oh..eeemmm…penis..akh..aohk..” ocehku keenakan.
Bocah ini memang amat pintar mengatur tempo persenggamaan. Hujamannya amat penuh dengan ketelatenan dan pengalaman. Kuakui Alfi memang perkasa meskipun masih di bawah umur.
Pejantan kecil ini melebihi kemampuan laki laki dewasa dalam hal bersetubuh. Betapa aku sudah pernah menyaksikan ia membuat Sandra sahabatku menggelepar takluk dalam pelukannya. Dan kini aku merasakan sendiri bagaimana perkasanya anak ini dalam menaklukan perempuan di atas ranjang. Namun rasa nikmat menyengat memutus pikiranku saat itu. Hingga kenikmatan itu tak tertahankan lagi menghantarkanku kepada orgasme. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Fi.Fi.akh..kakak.akh.ooo.eemmppppp.mau.kelu.keluar.Fi.akh!!” aku merasakan ada cairan yang menyembur deras dari dalam vaginaku.
Orgasme itu terasa begitu kuat seakan menarik lepas jiwa dari ragaku aku mendekap tubuh Alfi dengan keras sambil menutupkan mataku rapat. Aku menggigit bibir bawahku merasakan kenikmatan saat itu. Alfi tahu aku orgasme dan ia sendiri dapat merasakan cengkraman bagian kewanitaanku pada penisnya. Alfi menjerit keras dan panjang saat mencapai orgasme.
“kakkk!!..enakkk!!!!”
Anak itu membalas dekapanku sambil menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin ke liang rahimku sambil melepaskan spermanya di dalamnya.
Crettttt!!!!…creettttt!!!! Crettttt..Crutttttt!! pancutan demi pancutan deras dan hangat menerjang bagian terdalam kemaluanku. Alfi bisa kembali orgasme setelah hampir beberapa menit menggauliku. Tiada rasa ngilu lagi. malah kurasakan amat nyaman berada di dekapan Alfi. Tubuh kecil Alfi masih berada di atas tubuhku tanpa melepaskan kemaluannya.
Alfipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus bahu, dada, dan leherku yang jenjang yang basah oleh keringat dikecupinya dengan mesra. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, mataku yang terpejam dengan penuh cinta, seraya memberikan kecupan hangat. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.
“Kak Nadin maafin Alfi ya kak”
“Ngga pa pa Fi..kakak juga sudah bisa menikmati tadi.”
Aku merasakan kepuasan bersebadan dengan Alfi meski harus kehilangan kesucianku. Aku memandang wajahnya dari bawah dengan pandangkan sendu .kami sama-nama sudah letih dan kehabisan tenaga. Seiring waktu kemaluan Alfi kembali ke ukuran semula dan terlepas dari jepitan liangku. Saat itu barulah Alfi rebah tertidur sambil mendekap tubuhku. Kepalanya terkulai di dadaku