Cerita Sex Akibat Dendam Timbul Nafsu – Satria anak yang baik. Tapi entah kenapa, apa yang dilakukan olehnya selalu disalahkan oleh mamanya. Saat disuruh mamanya pergi berbelanja ke warung, Satria nurut. Tapi pulang dari warung membawa belanjaan, pasti ada yang tidak sesuai dengan selera mamanya, padahal belanjaannya itu benar.
Ketika disuruh menjaga adiknya, Satria tidak nolak. Tapi kalau rumah kotor sedikit aja diacak-acak oleh adiknya yang nakal, Satria disalahin juga. Belum lagi nilai raport. Padahal nilai ulangan Satriapun cukup bagus, 8 dan 9 nggak ada nilai 6 atau 7 di raport, tapi diomelin juga oleh mamanya. Kenapa nggak ada nilai 10, begitu tanya mamanya.
Satria bisa menjawab apa, coba? Sudah berusaha mati-matian untuk mendapatkan nilai 8 dan 9 itu, bukan dengan ongkang-ongkang kaki, tiba-tiba nilai jatuh dari langit. Satria tumbuh semakin dewasa. Sudah mengerti apa artinya ‘harga diri’ bagi seorang laki-laki kalau dia selalu diomelin oleh mamanya. Lama-lama timbullah amarah, benci dan dendam, tapi Satria tidak terang-terangan dendam dengan mamanya.
Ngocoks Satria masih nurut apa yang disuruh oleh mamanya. Namun kemudian semuanya berubah ketika Satria dikenalin video bokep oleh teman sekelasnya. Video bokep ‘incest’ pula. Seorang ibu rela disetubuhi oleh anak lelakinya sendiri di tempat tidur. Adegan di video ini tertanam di pikiran Satria yang masih labil. Akibatnya, dari dendam, timbullah napsu di hati Satria terhadap mamanya.
Pelan tapi pasti, ketika Satria beronani, berimajinasilah dia bersetubuh dengan mamanya. Celana dalam mamanya yang menjadi tempat Satria menumpahkan spermanya sudah tidak asing lagi bagi Satria dengan bau kemaluan mamanya yang gurih, asam, amis, pesing atau anyir itu meskipun menciumnya hanya dari celana dalam saja.
Tapi hari-hari berikutnya, Satria tidak hanya berimajinasi tentang mamanya atau hanya menumpahkan sperma di celana dalam mamanya, tapi dia ingin melihat tubuh mamanya secara utuh tanpa busana. Kalau perlu, dia ingin menyetubuhi mamanya biar mamanya kapok tidak ngomelin dia lagi!
Pagi-pagi sebelum berangkat ke sekolah Satria sarapan dahulu. Satria sarapan dengan 2 adiknya, Ella dan Eki. Satria duduk di kelas XI SMA, Ella dikelas IX SMP dan Eki di kelas V SD. Sedangkan Rini, mamanya Satria sedang mencuci pakaian di dalam kamar mandi.
Perlu pembaca Ngocokers ketahui bahwa papahnya Satria yang bekerja di sebuah proyek perumahan mewah di luar kota sebagai pengawas proyek, lebih banyak di proyek daripada di rumah. Makanya Satria merasa tidak ada orang yang membelanya saat dia diomelin mamanya dengan semena-mena.
“Di, nanti selesai sarapan ambilin ember buat Mama naroh cucian, ya?” panggil Rini dari dalam kamar mandi yang pintunya tertutup.
“Iya, Mah!” jawab Satria dengan mulut penuh makanan.
Eki yang makannya sedikit, selesai sarapan langsung meninggalkan tempat duduknya di depan meja makan. Sebentar kemudian, Satria menyusul, lalu pergi mengambil ember untuk menaruh cucian sesuai perintah mamanya.
“Ini Mah, embernya!” kata Satria berdiri di depan pintu kamar mandi.
“Iya, taroh aja disitu, nanti Mamah ambil!” jawab Rini dan suara Rini terdengar dengan jelas oleh Satria.
Saat itu Satria baru sadar kalau pintu kamar mandi tidak dikunci mamanya dari dalam. Seketika jantung Satria berdetak kencang. Niat mesum yang sudah lama terpedam di otak Satria langgung bergejolak, tapi dilihatnya Ella belum selesai sarapan.
Tapi dasar sudah napsu tinggi, orang sering dibikin lupa diri. Demikian juga dengan Satria. Kemudian dia mendorong pintu kamar mandi pelan-pelan.
Rini tidak sadar kalau pintu kamar mandi terbuka, karena dia sedang memindahkan air dari bak ke ember untuk membilas cucian dan Rini saat itu sedang telanjang bulat.
Waww.. mata Satria terbelalak penuh napsu melihat tubuh mamanya yang tidak tertutup sehelai benang pun itu. Satria seperti mendapat durian runtuh! Kesempatan ini tidak boleh dilepaskan begitu saja, Satria membatin.
Satria masuk ke kamar mandi kemudian secepatnya dia mendorong Rini bersandar di dinding. Rini kaget bukan main, disangkanya maling sehingga membuat mulutnya bungkam tidak berani berteriak. Rini takut dibunuh, lebih baik dia menyerah pasrah, karena nyawa itu mahal. Tapi ketika teteknya disedot, Rini seketika sadar, jika yang menyedot teteknya itu adalah anaknya, Satria.
“Kamu ini, ngagetin Mamah ajah, Di!” kata Rini dengan jantung berdebar-debar, tidak marah pada Satria.
“Ella sama Eki masih di dapur, nggak?”
Mulut Satria yang penuh dengan tetek mamanya sudah tidak mampu menjawab.
Dengan kakinya Rini mendorong pintu kamar mandi dan membiarkan mulut Satria terus menyedot tetek kanannya, sementara tetek kirinya diremas-remas oleh tangan Satria yang kokoh.
Tetek Rini bukan tetek yang besar dan montok, tapi kecil lembut seperti bakpao dengan sepasang puting yang kecil pula. Alangkah nikmatnya yang dirasakan oleh Rini saat disedot oleh mulut Satria serta diremas-remas tangan Satria.
Bahkan Rini merasa ada cairan yang mengalir deras keluar dari rahimnya yang sudah sekian lama tidak disentuh oleh kemaluan papanya Satria. Kini cairan itu membasahi pahanya. Akibatnya, Rini tidak segan-segan menuntun tangan Satria ke bawah.
“Pegang saja memek Mamah Di, gak pa-pah…” kata Rini mendesah dan menyusupkan tangan Satria ke sela pahanya.
Tangan Satria tidak hanya terpegang bulu kemaluan mamanya yang lebat, tapi tangan Satria juga basah kena cairan yang keluar dari vagina mamanya.
Masih menyedot-nyedot pentil tetek mamanya dengan penuh kenikmatan, kemudian jari telunjuk Satria menukik masuk ke dalam lubang basah Rini.
“Akkhh… “ Rini menjerit kecil merasa lubangnya ditusuk.
Tiba-tiba…
“Maahh… Ella berangkat! Eki juga, Mah…!” teriak Ella dan Eki hampir berbarengan yang mau berangkat ke sekolah dengan mobil jemputan.
“Ii… ii… yaa… haa..tii… hatiii..!” jawab Rini dengan suara terputus-putus karena sedang menikmati kocokan jari Satria di lubangnya. “Ngocok yang cepat, Dii.. ooohh… enakk..!” desah Rini yang sudah hampir mau orgasme ketika kedua anaknya sudah pergi dari dapur.
Sebagai pemula, Satria tidak tahu mamanya mau orgasme. Disuruh kocok cepat oleh Rini, Satria mengocok cepat lubang mamanya yang kian basah. Tidak lama kemudian Rini seperti mengejan.
“Oooggghh… Dii… Satriaii… ooohh… ooohhh…“ jerit Rini tertahan. Dipegangnya kuat-kuat pergelangan tangan Satria dan didorongnya dalam-dalam jari Satria ke lubangnya yang berdenyut-denyut dan sedang menebarkan rasa nikmat yang teramat dahsyat itu ke seluruh tubuhnya sampai membuat tubuh Rini lemasnya bukan main.
Satria kaget melihat tubuh telanjang mamanya melorot ke bawah dan terduduk di lantai. “Kenapa, Mah?” tanya Satria ketakutan.
“Nggak pa-pah. Cuci tangan kamu, lekas berangkat ke sekolah!” suruh Rini.
Satria tidak membantah walaupun dia belum puas. Satria segera mencuci tangannya yang bau amis memek mamanya dengan sabun mandi.
Saat itu mata Rini menangkap sesuatu di celana panjang abu-abu Satria yang menggelembung. Kasihan tuh anak kalau dibiarkan kontolnya yang tegang begitu pergi ke sekolah, desah Rini membatin.
“Sesak amat celanamu, Di! Buka deh, ganti yang lain!” ujar Rini setelah Satria selesai mencuci tangan.
Satria mau keluar dari kamar mandi. “Buka di sini ajah!” tahan Rini.
Satria melepaskan celana panjang abu-abunya di kamar mandi. Setelah Satria mengeluarkan dompet dan segala isi kantong celana panjangnya, Rini mengambil celana panjang Satria dan tersenyum.
“Besar amat burungmu, Di!” kata Rini memandang Satria.
Satria malu. “Nggak kok Mah, masa segitu besar sih!”
“Iya, besar Di. Burung papahmu nggak sebesar gini.” kata Rini meraba-raba penis Satria yang tegang di balik celana dalam. “Mamah lepasin kolor kamu yah? Nggak baik, burung besar begini pakai kolor yang ketat!”
Satria belum menjawab, Rini sudah mempeloroti celana dalam Satria. Penis Satria yang tegang, langsung terpental keluar dari celana dalam. Melihatnya, gleekk… Rini menelan ludah dan tanpa malu-malu lagi langsung digenggamnya batang keras itu.
“Mamah kocok ya, mau nggak?” tanya Rini.
“Terserah Mamah, kalau mau kocok, ya.. silahkan!” jawab Satria merasa nikmat batangnya digenggam dengan tangan yang hangat seorang wanita.
Dendam Satria terhadap mamanya sirna sudah dan diganti dengan napsu yang bergejolak hebat saat tangan mamanya bergerak maju-mundur. Mata Satria merem melek menikmati kocokan tangan mamanya…
“Kita ke kamar, yuk!” ajak Rini saat-saat dia merasa sperma anaknya sudah mau keluar.
Satria nyesal kenapa mamanya melepaskan kontolnya yang lagi nikmat-nikmatnya itu. Tapi Satria nurut ajah. Di dalam kamar, Rini melepaskan kemeja putih Satria serta kaos singletnya. Telanjanglah Satria dengan mamanya di dalam kamar.
“Baring!” suruh Rini.
Satria naik ke tempat tidur mamanya. Dia berbaring terlentang dengan penis tegak berdiri lurus. Kemudian tangan Rini menggenggam lagi batang yang membuat jantungnya berdebar-debar hebat itu. Ingin rasanya dia segera naik ke tubuh Satria dan memasukkan batang itu ke lubangnya yang berdenyut-denyut.
Tapi tidak sekarang biar Satria penasaran dulu. Lalu Rini mengeluarkan lidahnya yang basah. Satria kaget ketika melihat batangnya dijilat oleh mamanya. Satria tidak mampu menolak, karena dirasakannya sangat nikmat jilatan lidah mamanya, sehingga membuat Satria merintih. “Ooohhh… enakkk… mamahhh…!”
Batang kemaluan Satria dilumati Rini seperti sebatang es krim rasa durian yang nikmat dan lezat. Dari pucuk sampai bagian bawah batang, lidah Rini menyapu-nyapu, bahkan biji zakarr Satria juga ikut dijilat. Ugghhh… rasanya… Satria menggelepar-gelepar di tempat tidur.
Satria tambah menggelepar-gelepar ketika batangnya masuk ke dalam mulut mamanya. Lidah Rini menggelitik lubang kemcing Satria. “Duuuhhh… Mamaaaahhh… aaakhh… Mamaaahhhh…“ erang Satria mencengkeram rambut Rini.
Rini makin bersemangat memainkan batang anaknya di dalam mulut sampai-sampai pantat Satria naik-turun dari tempat tidur seolah-olah batangnya sedang menyetubuhi mulut mamanya. Memang sangat nikmat yang dirasakan oleh Satria. Inikah yang namanya surga itu, tanya Satria membatin.
Tambahan pula biji zakarrnya diremas-remas seperti Rini ingin menguras keluar sperma anaknya itu. “Ooohh… Mamaahhhh..!” teriak Satria mengejang tak tahan lebih lama lagi.
Seketika.. crroott… sheerr… crroott… cairan hangat dari batang Satria menyembur deras di tenggorokan Rini. Rini tersenyum memandang Satria yang sedang meringis nikmat. Rini mengeluarkan sperma Satria dari mulut dan membiarkan sperma yang bercampur dengan ludahnya itu meleleh di batang Satria yang masih tegak berdiri.
Begitu erotisnya. Sperma Satria seperti krim yang sedang meleleh. Hari itu Satria terpaksa bolos sekolah. Rini memeluk Satria dengan telanjang di tempat tidur. Merasakan kehangatan tubuh Rini, napsu muda Satria menggelepar-gelepar lagi.
“Idiihh… baru beberapa menit udah bangun!” ledek Rini memegang batang Satria yang sudah mulai keras.
“Mamah cantik…”
“Haa.. haahh… cantiknya dimana, ayo?” goda Rini tertawa renyah sambil mengelus batang Satria.
“Semuanya…”
“Kamu juga! Kamu anak Mamah yang paling ganteng sedunia. Mamah pengen kasih kamu yang enak-enak lagi, mau nggak?” tanya Rini menggoda.
“Mau dong, Mah!”
“Tapi nggak boleh cerita-cerita sama orang-orang lho, ya?”
Setelah berkata begitu, Rini bangun dari baringnya. Kini kontol Satria bisa merasakan lubang memek mamanya seperti video bokep yang ditontonnya ketika Rini naik dan menduduki pangkal pahanya.
Batang besar Satria menelusup masuk ke dalam lubang Rini yang hangat dan mencekik itu.
Nikmatnya bukan main yang dirasakan oleh Satria lubang mamanya itu. Apalagi si Mamah menaik-turunkan pantatnya, Satria merasa batangnya seperti diurut-urut.
Sontak, Satria juga ikut menggerak-gerakkan pantatnya. Batangnya menghujam-hujam lubang basah Rini.
Saat itu masih memikirkan oleh Rini akan dosa, tapi nanti ajahlah, biar dituntaskan dulu hajatnya, karena yang berbuat demikian bukan hanya dirinya sendiri, namun banyak orang di luar sana. Cuma ketangkap basah apa nggak, hanya itu doang!
Rini kemudian merasa mau orgasme sekali lagi. “Kita gantian, yuk!” ajak Rini kemudian melepaskan lubang memeknya dari kontol Satria. Lalu Rini berbaring terlentang di tempat tidur.
Gantian Satria yang menaiki tubuh Rini dan begitu gampangnya Satria membenamkan batangnya ke lubang Rini. Sluupp.. plokk… plokk… plokkk… terdengar suara saat batang Satria memompa lubang Rini.
Rini merasa rahimnya ngilu karena tertusuk ujung batang Satria. Ngilu yang nikmat. Satria juga merasa batangnya ngilu saat Rini memutar-mutarkan pantatnya. Seprei yang rapipun jadi acak-acakan dan basah karena keringat keduanya bercucuran.
Tiba-tiba hape Rini berbunyi. Tangan Rini segera meraih hapenya yang terselip di bawah bantal. Wahh… dari papanya Satria. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Apa kabar, Mam?”
“Kami baik-baik ajah, Pap! Papah…?”
“Aku rindu sama kamu, Mam.”
“Papah pulang dong, Mamah juga rindu nih!”
Allaa..aahhh… ejek Satria dihati dan rasanya dia ingin berteriak di depan hape mamanya. Nih Pah, aku lagi ngentot Mamah!
Akibatnya, Satria tambah terangsang. Genjotannya semakin cepat di lubang mamanya yang membanjir. “Bunyi apa itu, Mah? Mamah lagi di mana?” tanya papanya Satria.
“Lagi nyuci pakaian di kamar mandi…”
“Telanjang ya, Mah? Fotoin dong, kirim ke Papah!”
Satria tidak memberikan kesempatan mamanya berbicara lebih panjang. Segera diserobotnya bibir Rini dan melumatnya lalu tetek Rini juga ikut diremas-remas.
Saat itulah Rini merasa rahimnya disirami cairan hangat, crroot… ccroott.. sehingga kedua kaki Rini ikut menekan pantat Satria kuat-kuat supaya cairan hangat itu masuk lebih dalam lagi dan merendam rahimnya.
Setelah itu Rini tidak mengizinkan Satria buru-buru mengangkat kontolnya dari lubang, karena kontol Satria masih sangat tegang. Rini ingin sekali lagi. Sekarang, Satria sudah ketemu jawabannya, kenapa mamanya suka marah-marah, yaitu kurang disetubuhi.