Aku tak pernah melupakan hari itu, inilah pertama kalinya aku bersetubuh habis habisan sampai bukan sekedar puas bahkan sampai hampir pingsan. Aku terus menciumi Rudy dengan penuh kelegaan, kuremas remas rambutnya. Memang rupanya Rudy ditakdirkan untuk menjadi pemuas nafsuku yang selalu bergejolak itu, karena dari omongan Rudy aku berkesimpulan bahwa dia itu hyperseks, isterinya sendiri sampai minta ampun jika harus main dengan dia, karena kuatnya luar biasa.
Dia mengatakan bahwa dengan aku dia menemukan lawan tanding yang betul betul seimbang. Aku dan Rudy sepakat untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk bersetubuh terutama kalau Rhoma pergi. Aku sudah membayangkan bahwa setelah ini hari hariku tak akan lagi hambar tetapi akan menjadi menyenangkan karena Rudy akan mengisi kekosonganku dengan kontolnya yang ampuh itu.
Rhoma benar benar tak pernah curiga dengan Rudy yang selalu meniduri aku itu, padahal setiap kali Rhoma pergi aku selalu menelepon Rudy agar datang ke rumah, dan Rudy selalu memenuhi undanganku itu, bahkan seringkali juga aku yang datang ke rumah Rudy bilamana isterinya sedang pergi.
Yang paling edan, pernah juga ketika Rhoma sedang sakit dikamar, aku dan Rudy main di kamar tamu tanpa dicurigai Rhoma. Aku selalu menghindari kecurigaan Rhoma dengan berbicara secukupnya dengan Rudy. Suatu kali hampir saja aku ketahuan kalau barusan main dengan Rudy. Ngocoks.com
Ceritanya sore itu aku main dengan Rudy yang katanya baru datang dari Surabaya dan mampir ke rumahku, kebetulan anak anakku sedang pergi les jadi aku bisa melayaninya. Selesai main satu kali, Rudy cepat cepat minta pulang, bahkan ia tak sempat mencuci kontolnya yang masih berlepotan lendir itu, begitu juga denganku.
Ketika Rhoma pulang, dia kok mendadak saja memelukku serta meraba nonokku yang tak pakai celana dalam itu. Dengan agak curiga dia bertanya kok kepunyaanku basah kuyup, dengan menahan perasaanku yang agak ketakutan kukatakan saja kalau aku barusan main sendiri ketika ia datang.
Untunglah Rhoma tak berminat untuk membantu aku memuaskan diriku sendiri, dia malahan terangsang dengan ceritaku dan langsung menyetubuhi aku diatas meja makan, kontolnya yang agak lemas itu dengan mudah ditelan nonokku.
Dengan napas mendesah desah Rhoma menusukkan kontolnya dan setelah beberapa kali dia sudah memuntahkan pejunya. Aku bergaya agak marah karena dia lagi lagi tak berkutik menghadapi nonokku. Dan seperti biasanya juga Rhoma tak memperdulikan kekecewaanku itu. Dalam hati aku berpikir kalau Rhoma itu pria yang sangat goblok, masakan tak merasa kalau isterinya barusan dipakai oleh orang lain.
Bagiku kontol Rudy sangat memuaskan tetapi ternyata bukan Rudy satu satunya yang dapat memuaskan aku, karena ternyata banyak pengalamanku yang lain kudapat bukan dari Rudy saja. O.K., apakah kalian siap ? Kita teruskan ceritaku dengan pengalaman pengalamanku yang lain ya !
Aku punya seorang teman perempuan yang bernama Tina, sebenarnya dia sudah kukenal sejak aku duduk di bangku SMA, dia adalah kakak kelasku. Yang selalu kuingat dari Mbak Tina ini adalah wajahnya yang sangat cantik dan punya banyak penggemar di kalangan pelajar di sekolahku.
Ketika dia lulus SMA, aku tak pernah lagi mendengar kabar beritanya lagi. Kejutan yang kudapat adalah ketika aku berbelanja di sebuah supermarket, seorang ibu yang berdandan rapi sekali menyapaku dengan menepuk pundakku ” Fatimah kan ?, lupa sama aku ya!”
Aku menerima uluran tangannya sambil berusaha mengingat ingat wajah cantik yang ada di depanku itu ! Melihat aku yang kebingungan, wanita itu spontan menjelaskan : “Aku Tina, dari SMA I, masak lupa !” Aku langsung menjerit kecil dan kupeluk dia, Ketika kutanya kok dia bisa muncul di kotaku, dia menjawab kalau dia sedang ada tugas dari kantornya,
Dengan gembira dia menarikku masuk ke sebuah rumah makan yang ada di supermarket. Hampir satu jam kami bercakap cakap mengoyak masa lalu, karena meskipun dia sekelas di atasku, tetapi karena aku termasuk cewek cakep juga di sekolah, maka dia seringkali berteman denganku.
Mbak Tina menanyakan berapa anakku, suamiku kerja dimana dan lain sebagainya, tetapi ketika kutanya mengenai dirinya, dia hanya tertawa saja dan berkata kalau dalam satu dua hari ini dia akan mengunjungi aku. Dalam perjalanan pulang ke rumah aku terus teringat pada Mbak Tina,
Si cantik yang dulu begitu langsing dan putih, saat inipun tubuhnya boleh dikata tidak berubah bahkan kelihatan lebih segar karena rupanya dia sukses dengan bisnisnya yang bergerak dibidang perbankkan, di rumah aku sempat bercerita pada Rhoma tentang Mbak Tina dan kukatakan juga kalau dia akan berkunjung dalam waktu dekat ini.
Kedatangan Mbak Tina di rumahku benar benar suatu kegembiraan tersendiri bagi keluargaku, meskipun dia belum pernah mengenal Rhoma suamiku, tetapi dia memberinya hadiah begitu juga dengan kedua anakku. Untuk aku sendiri, Mbak Tina memberiku sebuah kalung mutiara yang amat indah. Rhoma juga ikut bergembira, dia juga ikut menemui Mbak Tina dan banyak berbicara juga, Mbak Tina kelihatan sangat menyukai Rhoma, dia banyak berjanji akan membantu Rhoma dengan pekerjaannya.
Lama Mbak Tina di rumahku, tak kuduga Mbak Tina mengajakku untuk pergi ke hotelnya, katanya masih kepengen berbicara banyak denganku, Rhoma tak keberatan sama sekali, karena itu aku segera berganti pakaian dan langsung ikut dengan mobil Mbak Tina, sebuah Mercedes 320 yang masih baru, katanya milik kantor cabang yang di kotaku.
Mbak Tina menempati sebuah suite room yang besar dan mewah, aku langsung duduk di sofa sambil menikmati keindahan kamar hotel kelas satu di kotaku ini. Mbak Tina sendiri langsung berganti pakaian, sambil terus menerus bercerita panjang lebar.
Entah mengapa hatiku jadi berdebar ketika melihat mbak Tina begitu bebas membuka pakaiannya di depanku, aku memandang susunya yang berlapis beha serta selangkangannya yang hanya memakai celana dalam yang sangat kecil sehingga tak dapat menutupi kerimbunan jembutnya. Dengan hanya memakai beha dan celana dalam saja,
Mbak Tina bercerita segala macam kepadaku sampai akhirnya dia masuk kekamar mandi. Aku melihat televisi sendirian sambil membayangkan Mbak Tina yang begitu cantik dengan tubuh yang sangat ideal sekali, karena bagiku yang berpostur tinggi besar ini, adalah suatu kegembiraan bila bisa memiliki tubuh seperti Mbak Tina.
Tinggi, langsing tetapi padat dan berisi, benar benar menarik, susunya bulat dan mengkal dan tak sedikitpun kendur, pantatnya besar dengan perut yang rata, kalau masalah jembut, mungkin sama dengan kepunyaanku yang lebat, hanya saja Mbak Tina rupanya tak pernah mencukur jembutnya sehingga semrawut keluar semua dari balik celana dalamnya yang ukuran mini itu.
Aku membayangkan tentu suaminya puas menghadapi Mbak Tina ini, tetapi aku juga berpikir lagi, kok tega suaminya membiarkan Mbak Tina bekerja sampai keluar kota segala, bukankah mereka sudah kaya raya ? Belum sempat aku memikirkan jawabannya, Mbak Tina sudah keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan kimono, wajahnya segar sekali dan kelihatan makin cantik.
Mbak Tina menyuruhku mandi karena dia ingin mengajak aku untuk makan malam dibawah, ketika kukatakan bahwa aku nggak membawa ganti, dia mengatakan kalau pakaian yang kupakai sudah bagus hanya sebaiknya aku mandi saja dulu. Kuturuti saran Mbak Tina dengan bangkit berdiri dan menuju kamar mandi, setelah kututup pintunya aku segera membuka pakaianku sehingga akupun telanjang bulat.
Di depan kaca kamar mandi yang lebar itu, aku memandang tubuhku sendiri, begitu berbeda dengan tubuh Mbak Tina yang langsing, tubuhku sangat montok dengan susu yang besar, nonok yang mencembung ditutupi jembut yang begitu lebatnya, aku membayangkan seandainya Mbak Tina berdiri di sampingku tentu akan tampak pemandangan yang sangat kontras.
Baru saja aku akan masuk ke bath up untuk mandi, pintu kamar mandi diketuk oleh Mbak Tina, ketika kutanya dia menjawab “Biar nggak terlalu lama, sekalian saja ia mengeringkan rambutnya !” Tanpa ragu ragu aku segera membuka pintu kamar mandi dan membiarkan Mbak Tina masuk untuk mengeringkan rambut dengan hair dryer yang ada di kamar mandi.
Begitu di dalam kamar mandi dan melihat tubuhku yang telanjang bulat itu, Mbak Tina tak henti hentinya berdecak sambil berkata “Aduh Fatimah, badanmu bagus sekali ya, tak kusangka kalau dadamu masih begitu kencang !” Matanya terus memandang tubuhku dengan mata yang berbinar binar, aku hanya tertawa sambil menjawab kalau tubuh Mbak Tina juga bagus.
Diluar dugaanku, Mbak Tina bukan hanya berbicara, tetapi tangannya juga ikut ikutan meraba badanku, bahkan dia juga meremas lembut lenganku kemudian dia juga meraba susuku serta meremasnya. Aku agak terperangah dengan kelakuan Mbak Tina ini, terasa geli ketika Mbak Tina menyentuh pentil susuku yang peka itu. Dengan suara yang agak serak, Mbak Tina menyuruhku untuk segera mandi, tetapi dia tak beranjak memandangku.
Ketika aku mulai menggosok badanku dengan sabun, Mbak Tina menawarkan untuk membantu menggosok badanku. Dengan telaten dia menyabuni badanku, ketika Mbak Tina menyabuni susuku, aku dibuatnya menggelinjang karena Mbak Tina bukan hanya menggosok tetapi juga meremas dengan lembut, aku tertawa geli karena aku jadi terangsang dengan remasannya,
Apalagi ketika tangan Mbak Tina mulai mengembara ke selangkanganku, karena aku diam saja, maka tanpa sungkan Mbak Tina mulai meremasi bukit nonokku bahkan menyelipkan jarinya ke dalam liang nonokku.
Aku jadi merintih dan mendorong jari Mbak Tina, karena rasanya benar benar aduhai geli geli nikmat. Mbak Tina hanya tersenyum melihat sikapku itu, ia hanya menyuruhku agar cepat menyelesaikan mandi. Aku segera mengeringkan badanku dengan handuk dan bermaksud memakai kembali pakaianku, ternyata pakaianku tak ada dikamar mandi, rupanya dibawa keluar oleh Mbak Tina. Ketika kutanyakan dijawabnya karena dia kuatir kalau basah.
Aku terpaksa keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk saja, ketika itu kulihat Mbak Tina berbaring di tempat tidur juga dalam keadaan telanjang bulat, pahanya agak terentang sehingga menampakkan celah nonoknya yang merah kehitam hitaman, benar benar posisi yang sangat merangsang sehingga aku yang seorang perempuan juga menelan ludah melihat pemandangan yang menggiurkan itu. Aku sendiri tanpa sadar sudah melepaskan handuk dan mulai mengambil celana dalamku yang tergeletak di dekat tempat tidur.
Saat itulah Mbak Tina bangkit dari berbaringnya serta menarik tubuhku yang polos itu ke atas tempat tidur, dengan tanpa sungkan Mbak Tina mulai menciumi susuku serta meraba raba nonokku. Aku menggelinjang geli disamping rasa aneh karena merasa sama sama perempuan. Mbak Tina tak perduli dengan sikapku, ia terus meremas remas tubuhku dengan penuh nafsu dan yang tak pernah kupikirkan,
Mbak Tina mulai menjilati nonokku, aku berusaha mendorong kepala Mbak Tina, tetapi Mbak Tina rupanya sudah dikuasai nafsu sehingga usahaku tak berhasil. Aku merasa risih dan juga geli bercampur nikmat, risih karena Mbak Tina sesama perempuan berbeda dengan Rhoma atau Rudy yang lawan jenis, geli dan nikmat karena memang jilatan lidah Mbak Tina terasa berbeda sekali dengan jilatan laki laki.
Begitu lembut tetapi sangat terasa nikmatnya, apalagi ketika Mbak Tina memusatkan jilatannya pada ujung itilku yang peka itu, aku merintih rintih sambil mengangkat angkat pantatku saking enaknya. Jilatan Mbak Tina terus berpindah pindah, kadang kadang menggelitik bibir nonokku, kadang kadang masuk kedalam liangnya, saking tak tahannya aku sampai terduduk diatas tempat tidur itu sambil tanganku menekan kepala Mbak Tina agar makin terasa nikmatnya.
Saat itu Mbak Tina tiba tiba menghentikan jilatannya dan ia menerkamku sehingga aku kembali terlentang diatas tempat tidur, dengan penuh nafsu ia mencium bibirku serta menyodokkan lidahnya yang hangat ke dalam rongga mulutku, tanpa dikomando aku sudah memeluk Mbak Tina dengan penuh nafsu juga,
Kulayani ciumannya yang hangat itu, sementara tangan Mbak Tina terus meremas remas susuku. Ketika Mbak Tina berbisik di telingaku agar aku juga menjilati nonoknya, tanpa disuruh dua kali aku langsung menungging dan mulai menjilatinya, tetapi Mbak Tina merubah posisiku sehingga sekarang posisi kami menjadi 69 seperti biasanya kalau aku dan Rudy saling hisap.
Dengan posisi ini Mbak Tina yang ada di bawahku juga dapat aktif menjilati nonokku, sementara aku sendiri sambil menahan rasa geli yang diberikan Mbak Tina juga ikut menjilati nonoknya yang sudah basah karena menahan nafsu itu. Nonok Mbak Tina berbau harum, ketika kupentang bibir nonoknya, itilnya yang kecil menonjol keluar, kaku dan bulat seperti kacang. Ketika kujilati benda bulat itu, Mbak Tina menjerit lirih, aku tak perduli kuteruskan menjilati itil yang sangat peka itu.
Namun bagaimanapun juga aku yang sudah sejak tadi dirangsang dengan segala macam jilatan seorang ahli akhirnya tak dapat juga menahan rasa nikmat, dengan melenguh keras aku mencapai orgasme. Melihat aku mencapai kepuasan itu, Mbak Tina menekan pantatku agar nonokku makin menempel pada mulutnya.
Aku tak tahan dengan semua ini, tanpa kusadari badanku lemas dan menindih Mbak Tina yang ada di bawahku dalam posisi 69. Mbak Tina diam saja, malahan dia memelukku erat erat dan mengelus elus tubuhku.
Ketika dilihatnya aku sudah tenang kembali, Mbak Tina mendorong badanku sehingga terguling ke sampingnya dan ia bangun untuk mengambil sesuatu dari tasnya, ternyata yang dikeluarkan adalah kontol karet seperti kepunyaanku, tetapi ini lebih menarik karena ujung kontolnya ada dua dan lebih besar batangnya.
Dengan tubuh yang penuh keringat badan Mbak Tina kelihatan seksi sekali, apalagi ketika dia memasukkan ujung kontol yang satu ke dalam nonoknya, langsung nonoknya merekah menampakkan itilnya yang seperti kacang itu, ketika Mbak Tina menggerak gerakan kontol karet itu, nampak sekali kalau itilnya juga tergesek, karena kulihat itilnya sampai melesak karena gosokan kontol karet itu.
Mbak Tina memejamkan mata sambil merojok kontol karet itu ke liang nonoknya dengan penuh semangat, aku diam saja menyaksikan semua tingkah laku Mbak Tina ini, suatu saat Mbak Tina berhenti dan dengan ujung kontol yang satu masih terbenam dalam nonoknya, Mbak Tina mendekati nonokku yang terkuak lebar itu dan menekannya.
Karena panjangnya luar biasa, aku merintih ketika ujung kontol karet itu menyenggol dasar rahimku dengan keras sekali. Tetapi ketika Mbak Tina memelukku dan menyuruhku memutar mutar pantat sementara bibirnya dengan rakus menciumi bibirku, aku jadi terangsang lagi.
Rasa geli memenuhi rongga nonokku ketika seluruh dinding nonokku dipadati dengan kontol karet itu, tetapi sebenarnya yang sangat merangsang adalah ciuman Mbak Tina serta gesekan susunya pada susuku yang membuat aku sekali lagi mencapai kepuasan. Aku tak tahu kapan Mbak Tina mencapai kepuasannya, tetapi aku yakin Mbak Tina sudah mendapatkannya,
Karena ia tersenyum ketika melihat aku mencapai kepuasan berkali kali, dengan lembut ia menciumi dadaku yang penuh keringat serta menjilati pentil susuku. Aku benar benar tak menyangka kalau aku akan mendapat kepuasan seperti ini, rasanya aku bisa melupakan enaknya kontol yang asli untuk sesaat dikarenakan kepintaran Mbak Tina memuaskan nafsuku.
Sambil berbaring telanjang bulat diatas tempat tidur, Mbak Tina bercerita tentang kebiasaannya bermain seks dengan sesama wanita. Mbak Tina menyatakan bahwa dia suka dengan wanita tetapi dia juga suka dengan pria. Tetapi bagaimanapun juga katanya dia lebih suka dengan wanita, karena dengan wanita dia punya rasa cinta tetapi pada pria dia hanya punya nafsu saja.
Ketika Mbak Tina bertanya kepadaku tentang Rhoma, kujawab sejujurnya bahwa Rhoma impoten dan aku punya cowok lain yang mampu memuaskan aku. Mbak Tina tertawa dan tak percaya kalau Rhoma itu impoten.
Ketika aku bercerita tentang Rudy, Mbak Tina kembali terangsang dan dengan terang terangan dia minta aku untuk menjilati nonoknya, aku pun melakukannya sambil Mbak Tina juga aktif menggosok itilnya dengan jari, sampai akhirnya kembali dia mencapai klimaks. Sekitar jam 10 malam barulah Mbak Tina mengantar aku pulang, Rhoma tak curiga apapun padaku, malah dia yang kerasan berlama lama menemani Mbak Tina berbincang di ruang tamu, akupun turut menemani mereka berbicara.
Mbak Tina kelihatan sangat senang berbicara dengan Rhoma, pembicaraannya kadang kadang seronok sekali, akupun hanya ikut nimbrung saja, karena aku kuatir kalau Rhoma curiga padaku. Tetapi kalau kuperhatikan semua pembicaraan Mbak Tina tak sedikitpun yang berbau hubungan sejenis, malahan Mbak Tina banyak bicara soal cowok yang ideal dan macam macam mengenai hubungan seks antara pria dan wanita.
Entah karena kurang dilibatkan atau karena memang terlalu kerja keras ketika “main” dengan Mbak Tina, aku jadi mengantuk dan berkali kali aku menguap. Mbak Tina rupanya melihat kalau aku lelah, maka ia menyuruhku untuk tidur saja, sementara dia masih betah berbicara dengan Rhoma. Aku mengiyakan dan meminta maaf lalu aku segera masuk untuk tidur.
Sambil berganti daster tidur, selintas terpikir olehku, seandainya saja Rhoma tidak impoten, aku rela kalau Rhoma memberi kenikmatan pada Mbak Tina, aku yakin kontol Rhoma lebih enak daripada kontol karet, dan juga jilatan lidah Rhoma pasti akan membuat Mbak Tina kelabakan.
Entah berapa lama aku terlelap, namun ketika aku tersadar kulihat Rhoma masih belum masuk kamarku sementara di luar juga sudah sepi. Dengan agak malas aku duduk di tempat tidur, aku jadi bertanya tanya, apakah Mbak Tina belum pulang, apalgi kok di depan sepi sekali. Namun ketika kudengarkan dengan cermat, sayup sayup kudengar suara bisikan di luar.
Hatiku jadi berdebar debar penuh ingin tahu apa yang dilakukan Mbak Tina dan Rhoma, meskipun dalam hatiku aku ragu kalau Rhoma mampu “main” dengan Mbak Tina, namun dalam hati aku tetap curiga kalau di luar pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan masalah seks.
Benar saja, ketika pelan pelan kubuka pintu kamar dan mengintip keluar, kulihat Mbak Tina sedang menggenggam kontol Rhoma serta menghisapnya, yang membuat aku terkejut sekali, ternyata kontol Rhoma bisa ngaceng sehingga tegak berdiri dan besar sekali.
Seumurku rasanya aku belum pernah melihat kontol Rhoma segagah ini, saking panjangnya kontol Rhoma, ketika Mbak Tina mengulumnya, sepertinya hanya kepalanya saja yang masuk ke dalam mulut sedangkan sebagian besar batangnya tak muat dalam mulut Mbak Tina.
Mbak Tina sendiri masih berpakaian lengkap sedangkan Rhoma sudah melepas celananya hingga separuh telanjang. Saking asyiknya, mereka tak mengetahui kalau aku keluar dari kamar dan beringsut ingsut mencari tempat yang strategis untuk mengintai apa yang mereka lakukan. Hatiku berdebar debar sementara nafsuku jadi memuncak melihat kerakusan Mbak Tina mengulum kontol Rhoma itu.
Aku bersembunyi di belakang bupet sehingga aku dapat melihat dengan leluasa saat Rhoma mengejang ketika Mbak Tina menjilati batang kontolnya kemudian berpindah menjilati buah pelir Rhoma, kurasakan nonokku menjadi basah menyaksikan adegan yang super seram ini,
Tak kusangka bahwa Rhoma yang biasanya impoten menghadapi aku sekarang bisa ngaceng segagah itu dihadapan Mbak Tina, rasanya aku kepengen keluar dari persembunyianku dan langsung ikut menikmati kontol Rhoma, tetapi hatiku masih menahan karena aku ingin melihat bagaimana permainan Mbak Tina bila dengan laki laki.
Rhoma rupanya sudah tak tahan dengan jilatan serta kuluman Mbak Tina itu, ia merengkuh Mbak Tina ke dadanya serta menarik celana panjang mMak Tina agar supaya juga telanjang. Mbak Tina yang mengerti maksud Rhoma segera berdiri dan melepas celana panjangnya sekaligus juga celana dalamnya. Melihat jembut mbak Tina yang sangat lebat dan keriting itu,
Rhoma yang aku ketahui gila nonok itu langsung menerkam Mbak Tina dan mendudukkannya di sofa, tanpa sungkan Rhoma langsung merentangkan paha Mbak Tina dan secepat itu pula wajah Rhoma tenggelam diantara selangkangan Mbak Tina. Mbak Tina, menggeliat geliat karena jilatan Rhoma itu, aku dapat membayangkan betapa enaknya itil yang dijilat oleh lidah Rhoma yang kasar itu.
Tangan Mbak Tina meremas remas kepala Rhoma serta menekannya ke pangkal pahanya, tangan Rhoma menggapai gapai mencari susu Mbak Tina yang masih memakai blouse itu, Mbak Tina segera membuka blousenya dan melepas behanya sehingga Rhoma leluasa meremas remas susunya yang bulat mengkal itu dan berputing merah kecoklatan serta sudah tegak mengacung pertanda Mbak Tina sudah sangat terangsang.
Mbak Tina yang rupanya masih kurang puas dengan jilatan Rhoma, ia tampak menggunakan kedua tangannya untuk membentang bibir nonoknya sehingga lidah Rhoma bisa makin dalam menyelusup ke dinding dalam nonoknya yang sangat sensitif itu. Mbak Tina makin merintih rintih, sampai akhirnya dengan suara serak dia minta pada Rhoma memasukkan barangnya itu.
Rhoma dengan sigap berdiri sementara Mbak Tina berbaring disofa dimana biasanya aku juga pernah main dengan Rhoma juga dengan Rudy, kakinya yang satu dinaikkan diatas sandaran kursi sedangkan yang satunya dipentang lebar dan naik ke atas meja kaca.
Rhoma berlutut diantara paha Mbak Tina dan tangannya menggenggam kontolnya yang seperti anak kucing itu serta menempatkannya diantara bibir nonok Mbak Tina, dengan gerakan cepat Rhoma yang memang kasar itu menekan kontolnya memasuki nonok Mbak Tina, dan begitu kontol itu amblas seluruhnya, Mbak Tina menjerit lirih sambil menggigit pundak Rhoma.
Kakinya yang tadi terentang lebar itu sekarang menjepit pinggang Rhoma, Rhoma merojokkan kontolnya dengan keras sekali seperti kebiasaannya, aku tak tahan melihat pantat Mbak Tina yang berputar cepat mengimbangi tusukan kontol Rhoma sementara nafas mereka sama sama memburu, aku yakin Mbak Tina sangat menikmati permainan seks ini,
Terbukti mereka sudah tak memperdulikan keadaan sekelilingnya, padahal aku berada dekat sekali dengan mereka. Tanpa kuduga, tiba tiba Mbak Tina menyuruh Rhoma untuk berhenti menggerakkan pantatnya, ia meminta Rhoma untuk merubah posisinya. Cerita sex ini di upload oleh situs ngocoks.com
Sekarang Mbak Tina menyuruh Rhoma untuk berbaring di sofa, karena tubuh Rhoma jangkung, maka kakinya melengkung, karena sofanya kurang panjang, tapi kalau sudah nafsu naik ke otak, mana mereka perduli, Mbak Tina langsung mengangkangi kontol Rhoma yang seperti tiang besi, lurus panjang dengan ujungnya yang besar seperti jamur itu, sekali menekan.
Mbak Tina membuat kontol Rhoma amblas, langsung Mbak Tina tidak mengangkat pantatnya lagi, tetapi dia justru memutar mutar pantatnya. Rhoma menggeliat geliat, sementara Mbak Tina meremas remas sendiri susunya yang sudah basah kuyup dengan keringat itu.
Aku tak tahan melihat semua ini, aku juga ingin menyelesaikan nafsuku yang naik gara gara adegan seks ini, berindap indap aku kembali ke kamarku, kuambil kontol karet kepunyaanku sendiri dan langsung kumasukkan kedalam liang nonokku.
Sengaja kugosokkan ke ujung itilku, karena disitulah pusat rangsangan seks yang aku rasakan, aku menggigit bibirku ketika rasa geli merasuki tubuhku, kubayangkan Rudy dan Mbak Tina bersama sama mencumbuku, yang satu menjilati nonokku sedang Rudy menusukkan kontolnya sambil disenggol senggolkan ke dinding nonok, dalam sekejap aku sudah merintih karena aku telah mencapai kepuasan.
Aku tak perduli dengan Rhoma dan Mbak Tina yang masih asyik di depan, itu urusan besok, yang penting saat ini aku akan tidur, karena seharian tadi aku sudah berkali kali memuntahkan cairan kenikmatan baik itu dengan Mbak Tina maupun yang aku ikhtiarkan sendiri, yang pasti semua ini besok akan aku ceritakan pada Mbak Tina, bukannya aku cemburu atau sakit hati,
Aku malahan senang kalau Mbak Tina mampu membuat kontol Rhoma jadi ngaceng lagi, aku juga tak perduli kalau nantinya dengan aku Rhoma kembali tak bisa ngaceng, yang penting, aku sudah tahu belangnya, jadi dia jangan terlalu memaksakan kehendaknya padaku, aku juga boleh mencari kebebasan serta kepuasanku sendiri…