Sekian menit kemudian, pak Simo mencabut kontolnya, menimbulkan seperti suara angin keluar dari vagina mama, kemudian memutar tubuh mama dan menarik pinggangnya hingga menungging, lalu kembali liang senggama mama mendapat tusukan dahsyat alat kelamin pria bukan suaminya itu.
Kepalanya terdongak karena rambut ikalnya dijambak dan mulutnya kembali merintih-rintih ribut setengah menjerit. Aku pun kemudian melakukan hal yang sama, memaksa bu Simo menungging, pantatnya yang bahenol itu kugigiti hingga puas,
Ia hanya cekikikan ringan, lalu… jlebbb… kembali vagina tembemnya kugali dengan batang penisku. Kembali suara kecipak kelamin beradu memenuhi seantero ruangan. Tetek bu Simo segera kutangkap dan kuremas-remas sekeras-kerasnya.
Tiba-tiba mama mengejang dan menjerit panjang, dan pak Simo pun seolah memberi jeda waktu menghentikan hentakannya membiarkan mama menikmati orgasmenya. Mama terus menggeram hingga kemudian tubuhnya kembali rileks dan kembali terguncang-guncang dahsyat akibat dientot dari belakang.
Menyaksikan bagaimana ibu kandungku mengalami orgasme di depan mata ku sendiri, menimbulkan sensasi dahsyat dan membuatku tak mampu mencegah menyemprotkan air mani di dalam remasan memek bu Simo.
Lama kunikmati ejakulasi itu sampai akhirnya aku terduduk lemas meninggalkan pantat bu Simo yang seperti anaknya tadi, membersihkan seluruh batang kontolku dengan hisapan mulut dan jilatan lidahnya hingga ke lubang anusku. Ia kemudian beranjak ke belakang meninggalkan aku sendirian menyaksikan adegan dahsyat persetubuhan terlarang ibuku dan pak Simo.
Tubuh mama berkilauan cahaya temaram lampu akibat basah oleh keringat. “ooouch… teruss pak, puaskan aku lagi… ahhhss,” rintihnya. “hmmm… aku tahu sampean ra tahu dipuasi suami sampean toh?… ,” gumam pak Simo diantara dengusan nafasnya. Mama melirik ke arah belakang dengan mata sendu dan mengangguk.
“sampean minta dipuasi nduk? ”, tanya pak Simo sambil terus mengayunkan pinggulnya. Mama kembali mengangguk dan merintih… nnnggh… puasi aku pak… ooohh”, aku tak tahu mama dalam keadaan sadar atau tidak atau tengah terkena mantra hipnotis pak Simo,
Tetap saja membuat senjata biologisku kembali mengacung tegak, lelaki normal manapun siapa yang tak akan terangsang melihat tubuh bugil wanita sexy usia 43 tahun itu, tak terkecuali anak kandungnya…
aku. Sekian menit kemudian kembali mama mengejang dan berteriak genit ketika orgasmenya datang kembali. Kembali pak Simo terdiam sekian detik hingga orgasme mama reda. Namun kemudian ia mencabut batang kontolnya dari mama, dan kembali suara seperti kentut keluar dari memek mama yang kemudian rebah terbaring tengkurap dengan nafas masih terengah-engah.
“Sekarang, giliran kakakmu yang cerewet itu minta dipuasi”, ujar pak Simo sambil beringsut ke sebelah mama dimana tante Lia masih tertidur. Ia menekuk lutut tante dan melebarkan pahanya, setengah terduduk kembali ia desakan kepala kontolnya kepada wanita bukan isterinya itu… tante Lia.
Sama seperti mama tadi, benda keras itu agak tersendat masuk pusat kewanitaan tante, membuat tante Lia pun terbangun dengan wajah meringis.
Ia agak bingung sesaat dan sama seperti mama tadi, ia mulai panik dan mengutuk-ngutuk… “apa-apaan ini, jangan kurang ajar, pergiii… tolo… mmmff,” suaranya terputus karena mulutnya dibekap tangan pak Simo… “sssst tenang nduk, tenang,” ajaib, setelah tangan pak Simo dilepas, kini hanya rintihan keenakan keluar dari mulut tante.
Tangan pak Simo segera mampir dan meremas-remas kuat tetek tante yang lebih besar dari punya mama itu. Kembali ayunan pinggul pria tua itu menghentak-hentak dahsyat menghasilkan suara becek gesekan kelamin. “ooouch… teruss pak… aahss.. puaskan aku pak… jangan berhenti… aahs,” rintih tante Lia dengan suara manja bak gadis remaja.
Persetubuhan haram nan dahsyat membawa efek berantai bergoyang-goyangnya dipan tua itu beserta penghuni di atasnya, mama yang masih mabuk dalam kepuasan seksualnya, dan tetek tante berguncang bagai gempa bumi dengan skala tertinggi.
Ingin aku mendekat dan meremas-remasnya, tapi aku masih sungkan, sadar posisiku sebagai anak dan keponakan dari dua wanita matang yang cantik dan sensual itu.
“ahhhss… ahhh… ahh”, tiba-tiba tante berteriak dan kakinya mengejang tanda tengah mengalami orgasme. Pak Simo hanya perlahan mengayun-ayun pinggulnya hingga orgasme tante Lia reda. Lalu memutar tubuh tante dan menarik pinggulnya ke belakang,
Kembali wanita kerabatku itu disetubuhi dari belakang oleh pria tua asing yang sepertinya mempunyai kekuatan seksual luar biasa, lebih dari satu setengah jam ia belum juga mencapai orgasme padahal telah menyetubuhi dua wanita cantik kakak beradik itu.
Kembali mulut sensual tante mengerang dan merintih-rintih ribut. Beberapa menit kemudian, pak Simo menepuk pantat bahenol mama, yang tanpa instruksi lebih lanjut langsung kembali menungging.
Tangan pak Simo segera kelayapan mengelus-elus vagina mama lalu mulai memasukan dua jarinya, kini rumah itu diributkan suara desahan, rintihan sepasang wanita kakak beradik yang tengah dicabuli pria yang bukan haknya.
Aku menyaksikan hal itu dengan mulut ternganga, jika ada kapas jatuh mengenai batang kontolku yang mengeras munkin saat itu pula aku bisa orgasme. Dan sekian menit kemudian, dua wanita kakak beradik itu kembali mengeluarkan teriakan pelampiasan rasa puas luar biasa. Aku menduga-duga, apakah mereka seliar itu jika dengan suami masing-masing?
Pertunjukan belum berakhir, ketika dua wanita itu masih dalam keadaan setengah sadar dengan orgasme masing-masing, pak Simo meninggalkan tubuh menungging tante Lia, bergeser mendekati mama… dan bleess… kontol yang diselimuti lendir vagina tante Lia itu ganti kembali menghuni memek mama, yang segera bak orang kepedasan mendesah-desah manja dan liar.
Tapi tentu saja, vagina tante tidak lama menganggur, jemari-jemari pak Simo segera menggantikan tugas kontolnya tadi. Aroma seks memenuhi setiap sudut gubug berdinding bambu itu. “kalian mau pejuhku, nduk? dengus pak Simo, “mau pakk… aahhss”, desis mama. Pak Simo kian brutal menggasak mama dari belakang hingga kembali suara jeritan puas keluar dari bibir merekah mama.
Dan kembali pak Simo memindahkan penis besarnya ke memek tante Lia, sama dengan yang dilakukan pada mama, ia menghajar buas tante Lia sehingga tak sampai 5 menit kembali menceracau dan mengejang karena orgasme.
“sekarang… masing-masing kalian kuberi pejuhku… ahhh… “dengus pak Simo sambil menjambak rambut tante lalu menghujamkan dalam-dalam organ kelelakiannya dalam rongga vagina tante hingga lima menit berlalu, kemudian berpindah ke memek mama, dan kembali ia hujamkan dalam-dalam kontol besarnya hingga mama setengah berteriak, juga kurang lebih hingga 5 menitan.
Padahal aku sendiri paling lama orgasme sekitar setengah menit. Pak Simo bangkit meninggalkan mama lalu berjalan memutari dipan ke arah kepala tante yang masih setia menungging.. “kamu, wanita cerewet… bersihkan kontolku,” dan dengan rakus tante Lia menghisap-hisap kontol besar itu hingga tak tersisa lagi lelehan lendir dan sperma selain air liur tante yang menyelimuti penis pak Simo.
“Kamu juga.. bersihkan!! ”, perintah pak Simo pada mama yang juga sama rakusnya dengan tante, menjilati habis hingga buah pelir pak Simo yang wajahnya meringis keenakan. Si bajingan yang beruntung, pikirku. Pak Simo lama menatap mereka berdua dengan wajah puas tanpa mempedulikanku yang kini menderita dengan kontol tegang tanpa pelampiasan.
“Tinggal satu syarat lagi”, ujarnya. Aku diam mendengarkan sambil tetap menyaksikan pemandangan indah di depan. “kamu harus menyetubuhi dua perempuan di depan,” ujarnya lagi membuatku terkejut. “Ttt tapi gak munkin pak, mereka ibu dan tante saya,” jawabku. “hmmm… tapi kenapa kontolmu bisa ngaceng seperti itu?
Saya tahu, sampeyan juga terangsang kan melihat tubuh ibu dan bude sampeyan? Hmmm… saya tahu sampeyan takut. Jangan khawatir, mereka akan aku bikin tidak sadar, mereka pikir kamu adalah aku”. Lalu ia menghembuskan asap rokok ke arah mama dan tante. “Sekarang lakukan,” perintahnya. “b.. benar neh pak?
”, tanyaku masih ragu. Ia mengangguk meyakinkanku. Dengan gemetar aku berjalan ke arah dipan dimana mama dan tante kini terbaring telentang menengadah. Tubuh bugil mereka masih bermandikan keringat, dan nafas mereka teratur naik turun membawa serta dua gunung kembar masing-masing. Mata mereka terpejam dengan bibir tersungging senyum.
Mataku nanar menyaksikan memek mama yang masih setengah terbuka akibat masuknya benda oversize ke situ tadi, juga demikian halnya dengan memek tante Lia. Kini sadarlah aku apa yang menyebabkan ejakulasi berlangsung begitu lama… dari masing-masing organ kewanitaan mereka, masih mengalir keluar lelehan sperma yang luar biasa banyaknya, genangannya di atas tikar bahkan selebar dua piring makan.
Bahkan belum berhenti mengalir ketika kuelap dengan kain kemben yang dipakai mama sampai beberapa kali usapan. Ku tatap pak Simo, ia kembali mengangguk. Aku gemetar menyentuh vagina mama dan tante Lia bergantian, bingung menentukan mana yang harus kusetubuhi lebih dulu. Setelah menimbang sekian detik, kuputuskan untuk lebih dulu ngentot mama, aku penasaran ingin mencicipi liang dimana aku dulu lahir.
Dengan segera aku jongkok di antara dua paha mama, mengarahkan kepala jamur ungu merapat bibir memek mama… lalu bless… perlahan tapi pastiaku memasuki lubang setelah 17 tahun aku keluar dari situ. “ooohh… puaskan aku lagi pak… ahhs.. ,” desis mama. Tadinya aku terkejut, tapi melihat tatapan matanya yang kosong seolah tak melihat diriku membuatku sedikit tenang, dan mulai mengayun-ayunkan pantatku.
Sensasinya sungguh sulit digambarkan kata-kata. Tanganku mulai menjamah payudara mama, bahkan masih sekeras milik Asih pikirku. Aku kemudian rebah di atas tubuh mama, menciumi ketiaknya, menghirup dalam-dalam aroma parfum bercampur keringat bau khas wanita.. pheromone, demikian istilah yang aku tahu dari Discovery Channel, aroma khas buat penarik pasangan.
Mama terus merintih-rintih lewat bibirnya yang setengah terbuka, membuatku gemas ingin segera melumatnya. Kini lidah kami saling membelit, tapi tanganku seperti punya kreatifitas sendiri kini meremas-remas payudara tante Lia yang terbaring di sisi mama. Dan akhirnya ganti kulumat bibirnya sambil terus menusuk-nusukan batang kontolku dalam memek mama.
Ruangan itu diramaikan kembali rintihan manja dua wanita kakak beradik yang aku cabuli. Hmm… kini aku punya banyak cerita soal pengalaman seks dibanding kawan-kawan SMA ku. Puas mencicipi rongga kelamin tempat aku lahir, aku beringsut ganti mencoba mencicipi liang di mana 2 orang sepupuku lahir dari situ.
Bagai kerbau dicucuk hidung, mereka dengan gemulai mulain ambil posisi nungging. Keindahan pantat-pantat menonjol mereka luar biasa, membuatku tak menahan diri untuk meremas-remasnya dan mengigitinya hingga mereka meringis. Anus-anus mereka juga begitu mengoda untuk digarap, namun rekahan bibir vagina jauh lebih menarik, pikirku.
Dan kali ini secara bergantian ku entot ibu kandung dan tanteku dari belakang. Jika kontolku berganti sasaran, maka segera digantikan jemariku, persis seperti yang dilakukan pak Simo terhadap keduanya tadi. Keringat kami kembali berceceran. Entah karena sudah dua kali orgasme, kali ini aku cukup lama bertahan hingga mampu menghasilkan kembali jeritan kepuasan dari mulut mama dan tante.
Dan setelah sekian menit kemudian kurasakan biji pelirku mulai kaku, tanda sesaat lagi aku akan orgasme, agak sedikit bingung memutuskan di memek siapa aku harus ejakulasi, namun tepat ketika giliran mama yang kusetubuhi aku tak mampu lagi menahan… dan… ssrrt… srrrt.. srrt. Semburan spermaku membanjiri mulut rahim dimana 9 bulan aku pernah bersemayam di dalamnya.
“mamaaaa… ”, desisku tanpa sadar memanggilnya. Untunglah ia masih dalam pengaruh pak Simo. Ingin aku berlama-lama mendekam dalam lubang memek mama, tapi penisku telah mengerut, hingga akhirnya kucabut dan kutinggalkan tubuh mama yang segera rebah tengkurap. Aku duduk lemas di dipan tempatku tadi. “bagaimana pak?
Tanyaku tanpa mengalihkan mata dari dua wanita telanjang yang terkapar di depan. “Bagus… tapi kalau kamu mau, masih ada satu permainan menarik.. ,” jawabnya santai sembari menghembuskan asap rokok. Aku yang masih lemas tak bergairah bertanya lebih lanjut, tetapi di dalam hati aku ingin kembali menggarap dua wanita di depanku.
“Bune, Asih.. dang rene”, panggil pak Simo kepada isteri dan anaknya yang sama misterius dengan bapaknya. Asih dan ibunya masuk… dalam keadaan bugil. Mereka berdua segera mendekatiku, menciumi wajahku dan mengelus-elus penisku bergantian dengan jari jemari masing-masing serta mengarahkan tanganku hinggap di tetek mereka.
Ibunda Asih kemudian merunduk, sudah bisa ditebak kalau sasarannya adalah penisku yang setengah layu itu. Kulumannya membuat darah kembali berkumpul di organ kejantananku itu, sampai sekian lama kurasakan kembali siap tempur. Pak Simo bangkit berdiri, mendekati mama dan tante yang masih setengah sadar.
Ia melorotkan kembali celana yang ia pakai. Meremas-remas keras pantat indah mereka masing-masing dan menyuruh mereka kembali menungging kali ini menyamping mengikuti lebar dipan, lalu dengan isyarat ia menyuruh Asih dan isterinya juga menungging di dipan yang sama, sehingga ada empat wanita telanjang di satu dipan.
“Kali ini, kita akan menggilir empat perempuan ini, saya di depan sampeyan di belakang terus muter, paham? ”, ujarnya. Aku mengangguk. “Silahkan yang mana dulu yang sampeyan pilih,” ujarnya lagi. Aku memilih Asih yang posisinya paling pinggir kiri dari arahku. Dari belakang kusetubuhi anak gadis pak Simo itu, dan bapaknya didepan dengan setengah paksa memasukkan kontolnya ke mulut tante Lia yang posisinya di pinggir kanan.
Sekira 3 menit aku berpindah ke bu Simo, pak Simo pun berpindah dioral mama. Dan kini kembali ku setubuhi mama dari belakang, sementara isteri pak Simo mengulum kontol suaminya. Bergeser lagi aku setubuhi tante Lia, kini kemaluan pak Simo dilumat Asih, aku menjadi tak yakin tentang status hubungan mereka, benarkan antara ayah dan anak?
Peduli setan. Yang jelas permainan ini sangat nikmat. Kini ganti aku dioral tante Lia dengan rakus, sementara pak Simo mengauli Asih dari belakang. Cerita ini dipublish oleh situs Ngocoks.com
Terus kami berputar sampai barangkali masing-masing perempuan mengalami 20 puluhan kali dioral dan dientot dari belakang, sampai akhirnya aku tak mampu menahan laju orgasmeku lagi, kali ini wanita beruntung yang menampung spermaku adalah tante Lia, sementara pak Simo…
sekali lagi dengan pabrik spermanya, menyirami wajah empat wanita sensual penuh nafsu itu dengan semburan air mani yang banyak sekali. Malam itu terasa amat panjang. Asih dan bu Simo telah tertidur di atas dipan, masih dalam keadaan telanjang walau berselimutkan kain batik lusuh sementara pak Simo keluar rumah entah kemana.
Sinar matahari pagi menyilaukan mataku. Perlahan aku mulai mengerdipkan mata, serentak mama dan tante di kanan dan kiriku juga mulai terbangun dengan mata menyipit akibat sisa ngantuk dan silau, suara burung berkicauan ramai di luar. Juga deru kendaraan lalu lalang dan klakson.
Kami saling bertatapan bingung, tante, mama dan aku nyaris menjerit mendapati tubuh kami telanjang bulat, dengan reflek aku menutupi penisku, sedang mama dan tante mendekap payudaranya dan mencoba menutupi vaginanya.
Lebih aneh lagi, kami tidak berada di rumah gubug, tapi di kursi belakang mobil yang menghadap hanya sekitar 20 meter dari jalan raya, kami berada di atas jalan masuk hutan yang lebih tinggi dari jalan besar. “kamu ambil baju mama dan tante.. cepat,” perintah mama. Aku bangun melewati tubuh mama, dengan setengah merunduk aku berjalan ke bagasi mobil, khawatir di lihat orang.
Membuka bagasi dan mengambil tas koper mama, lalu aku mengambil ranselku dan berjalan ke balik pohon mengenakan pakaian. Dan kegaduhan di dalam mobil berakhir ketika dua wanita yang telah berpakaian itu keluar lalu buang air kecil di balik pepohonan. Sekilas aku dengar gumaman mereka seperti mengeluh dan menanyakan sesuatu.
Dan kami segera berangkat. “Kita balik ke jakarta aja, Ren,” ujar mama sesaat sebelum memasuki jalan raya. Aku yang juga bingung hanya menuruti perintah mama. “Dan kamu jangan cerita-cerita ke papa,” ujarnya lagi, “dan juga om mu,” timpal tante Lia. Hp mama berdering dan mama terbata-bata meminta maaf karena batal menghadiri acara di Semarang.
Wajahnya kian memucat ketika suara di telepon mengatakan sudah menunggu 2 hari… berarti sudah 2 hari kami berada di hutan itu padahal kami merasakan hanya semalam. Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam. Baru beberapa hari kemudian kami ketahui, 30 tahun lalu pernah ada seorang dukun yang kedapatan meniduri anaknya hingga hamil.
Ia kemudian diusir penduduk kampung bahkan desas-desusnya dibunuh di tengah hutan. Sementara si anak juga diasingkan dan akhirnya menghilang. Mama dan tante kini menjadi sedikit pendiam, sementara aku kini makin gairah menikmati hidup. Tapi persoalan lain mulai mendera… mama dan tante mulai muntah-muntah… mereka positif hamil.