Melihat ini buru-buru aku menghibur. “Tapi nggak apa, biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok. Sini Mas bikinin buat kamu.”
Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di celah itu. “Adduh Mass, Lastri nggak mau gitu..!” Kaget dia, ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku.
Sesaat dia membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit-gigit kecil.
Sebentar kubiarkan dia tenggelam dalam nafsu berahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan mulutku. Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati.
“Nggak usah lama-lama Was, kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang..” kataku untuk tidak berlarut-larut dulu dalam permainan pembukaan ini.
Lastri cepat mengikuti permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya.
Begitu terendam kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya, mengawali dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku.
Memang baru pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa hangat sambutannya.
Nikmatnya jepitan liang kemaluan mulai terasa meresap, maklum, biasanya belum sampai 4 hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku.
Dengan sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat-nikmatnya tanpa perlu terburu-buru.
Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru yang muda lagi menggiurkan, jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum.
Setelah merasa cukup meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya, aku pun mulai memainkan batangku memompa pelan-pelan mencari nikmatnya gesekan batang.
“Ssshh Waas.. enak sekali memekmu.. sempitt rasanyaa..” Baru dua-tiga gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima. Mukaku jadi tegang serius saking asyik diresap nikmat, bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra namun tergambar sinar senang dan bangga di situ.
Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Lastri mulai menambahi dengan memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya.
“Adduu Waass.. pinterr kammu ngocokknyaa.. tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn.. ssh mm..”
Sudah terbata-bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya. Kepala batangankan kemaluannya. Kepala batangankukkan cairan mani terkumpul di situ tinggal menunggu waktu untuk disemburkan saja.
Segera Lastri kudekap lagi dengan sebelah lengan di lehernya sedang sebelah lagi menahan pantatnya, aku pun mengganti gerakan tidak lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam-dalam sambil mengajak dia bercium melumat hangat.
Lastri menyambut ajakanku dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggangku erat-erat. Seperti mengerti kalau batang kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme bersama-sama. Dia pun tidak menahan-nahan lagi.
“Ayyo Wass.. Mass keluarinn yaa..?”
“Iyya, iyaa Mas.. sama-sama..”
“Hhaaghh..! dduhhss.. adduhh Wass.. Mass kelluarr.. sshhgh.. ahhgh.. hghh.. aah .. aahshg duuh.. hoh.. hngg hmm..”
Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Lastri aku pun sudah meledak mengaduh tiba di puncak kepuasanku. Bukan main! semprotan cairan maniku serasa dahsyat menyembur-nyembur, menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan lama sekali diperas-peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang terakhir.
Aku sendiri tidak memperhatikan lagi bagaimana partnerku ini ikut berorgasme karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi.
Luar biasa, jujur kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali.
Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Lastri masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku.
“Minn, Was.. kamu kok enak skali sih.. Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu..”
“Enak nggak main sama Lastri, Mas?” masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ.
“Hmmsshh eenaak bener deh.. Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya.”
Lastri tertawa senang.
“Lastri sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony..” katanya sambil membalas mengecupi bibirku.
Berlanjut lebih jauh tentang Lastri, ada suatu pengalaman Lastri yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony.
Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat, selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya.
Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung ketagihan. Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut, Oom Rony segera setuju menyertakan modalnya atas namaku.
Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati gadis-gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa aman tidak dicurigai Tante Yosi. Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi memancing sebagai salah satu hobby kami.
Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Lastri. Alasannya karena Lastri sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin Lastri tidak akan menuntut apa-apa padanya. Aku sendiri semula tidak mengira kalau perkembangan pijat-memijat itu jadi semakin jauh.
Hal ini baru kuketahui ketika suatu sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput Lastri yang kebetulan sedang membersihkan rumahku, kudapati Lastri gelisah dan kurang enak air-mukanya.
“Mas, bilang aja aku sekarang udah nggak bisa, udah pulang kampung, lalu Mas nawarin temen-temen lain aja..” katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik menunggu di ruang tamu. Ngocoks.com
“Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada di sini kok, emang kamu kenapa..? lagi capek ya mijetin Bapak sekarang? Kalau capek nanti Mas yang ngomongin,” kataku menawarkan.
Bapak adalah menurut sebutan Lastri kepada Oom Rony.
“Nggak gitu Mas, tapi..” di sini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan malu-malu takut.
Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai akhirnya Lastri pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Lastri ber-“iseng”.
Permintaan ini berat karena Lastri merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid. Jelas alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Lastri merasa tidak bisa menolak lagi.
Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku. Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Lastri jadi lega. Memang, baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai laki-laki wajar kalau sesekali kepengen ber-“iseng” di luaran.
Cuma saja bagi Lastri dia berat karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya. Begitu, agak beberapa saat kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Lastri untuk memberi saja.
“Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih, gimana sih?!” nadanya terdengar agak kurang enak dengan usulku.
“Gini Was, kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau ‘ngiseng’ begini di luaran. Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia, kan nggak apa-apa kalau diikutin sekali-sekali. Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal ini.”
Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku. Setelah mendapat ijin khusus dariku Lastri pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya menginap.
Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali Mas Didik yang membawa ke situ.
Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat, rasa penasaran kubawa dia ke sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil meminta dia memijati aku. Lastri yang ditanya soal semalam langsung menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab.
“Lho kok masih berat nyeritainnya, kan Mas udah ngasih ijin? Gimana, kesannya asik atau nggak kan Mas kepengen tau?” tanyaku mendesak terus.
“Kesannya.. Aaa.. maluu aku Maass..!”
Lastri menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku. Kutunggu beberapa saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi.
Seperti yang sudah dibayangkan Lastri, baru saja memijat sebentar bagian punggung Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan. Di situ sambil mengambil tangan Lastri untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing-mancing jawaban Lastri tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber-“iseng”-nya waktu itu. Lastri meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan langsung.
Dia hanya menggigit bibir malu-malu meskipun begitu tangannya bekerja juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya. Jelas cepat saja batang itu naik menegang.
“Ihhng.. cepet bener bangunnya Bapak punya..” katanya mengomentari batang kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya.
“Makanya itu, biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was?” jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Lastri menyusup mengusapi tengah selangkangannya.
“Mmm.. tapi mesti dilicinin dulu Pak..” lagi-lagi Lastri tidak menjawab langsung, hanya mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin.
Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Lastri sudah bersedia menyambut ajakan ber-“iseng”-nya, dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya.
“Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya. Ayo buka dulu bajumu terus naik sini Nduk!” kata Oom Rony terburu-buru saking senangnya.
Lastri berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya. Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki, tidak urung dengan majikan besarnya ini Lastri merasa kikuk sekali.
Lebih-lebih waktu ditarik berbaring bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya, Lastri jadi risih karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua mereka.
Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti salah seorang langganan “Oom Senang”-nya tapi tetap saja terbawa sebagai majikan besar ini sulit hilang, sehingga Lastri seperti kaku tidak berani bergaya manja-manja genit.
Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya, juga tidak perduli dengan status lawan mainnya. Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat lagi.
Dari mulai kedua susunya, sudah habis-habisan masing-masing daging kenyal yang bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony.
Disedot-sedot bagian puncaknya sam-bil dikulum pentilnya digigit-gigiti kecil membuat Lastri menggelinjang kegelian, begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom Rony yang sibuk penasaran.
Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup tangan itu pun diremasi gemas, jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit dengan gemetar bernafsu. Semakin Lastri meliuk erotis semakin merangsang nafsu Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi.
Dia pun berhenti dan segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Lastri. Menangkap bahwa Lastri mungkin masih kikuk dengannya, Oom Rony meminta Lastri berbalik agar dia bisa memasuki dari arah belakang.
Ini diikuti Lastri tapi belkang. Ini diikuti Lastri tapi belOom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan langsung menekan masuk.
“Tapi.. lho, lhoo, lhoo..?!” Lastri sampai menjengkit dengan meringis bengong karena dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya. Bukan di lubang kemaluan tapi justru lubang anusnya yang disodok batang itu. Dan konyolnya baru saja dia akan memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony.
“Ssshhmm.. enakk Waass.. sempit sekali punyakmuu hhshh..” baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya. Lastri jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati, malah hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan.
Biar saja, mumpung suasana kamar remang-remang gelap mudah-mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak menyadari kekeliruannya. Syukur, Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti anjing sedang dalam siklus birahinya.
Maklum, dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda seperti ini. Dan melihat ini Lastri menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat-sendat ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan maninya. Itulah apa yang dialami Lastri ketika melayani Oom Rony semalam.
“Tapi urusannya sekarang gimana nih, semalem yang ini dipakai juga nggak, kalau nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang?” tanyaku menggoda sambil menyusupkan tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya. Lastri memang selalu bertelanjang bulat jika memijati aku.
“Main yang keduanya memang dipakai juga, tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi Mas Dony sendiri tetep aja Lastri penasaran Mas..” jawabnya dengan mulai bermain di kemaluanku.
“Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya? Abis itu baru masukin yang di belakang, soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan.”
Bersambung…