Sejenak aku berpindah dari kamar tante Wulan menuju ke ruang tengah dan menyalakan sebatang rokok filter milikku sembari memutuskan kemana aku akan menuju. Di tengah kegelisahanku tersebut, hpku berbunyi yang menandakan terdapat notifikasi pesan masuk. Awalnya aku mengabaikan pesan tersebut dan memilih untuk menikmati tiap kepulan asap yang keluar dari mulutku. Hingga aku tersadar, bahwasannya aku tadi sempat menghubungi mbak Devi untuk meminta jatah.
“gimana mainnya? Udah puas?” bunyi pesan yang ternyata dari mbak Devi dibarengi dengan emot ketawa di akhir pesan tersebut.
Aku sebenarnya telah menaruh curiga terhadapnya, karena selama ini hanya antara aku dan mbak Devi yang mengetahui hubungan kami, tapi entah bagaimana Tante Wulan yang belum lama di sini sudah mengetahui salah satu rahasia terbesar yang aku miliki. Tidak mungkin semua itu terbongkar jika tidak keluar langsung dari mulut pelaku. Dari situ, jika bukan aku pelakunya, lantas tak ada orang lain yang pantas disalahkan selain mbak Devi dong?
“belom nih mbak, bantuin dong.” Jawabku.
“yaudah, sini aja.” Jawabnya cepat.
Tak mau menunggu lama, aku pun bergegas menuju rumah mbak Devi untuk menuntaskan hajatku. Di tengah perjalananku menuju rumah mbak Devi, aku teringat omongan dari tante Wulan jika mbak Devi sedang mengandung benih hasil perbuatan kami. Aku pun sebenarnya ragu untuk meneruskan langkahku menuju rumah mbak Devi. Namun, rasa penasaranku terhadap alasannya membocorkan rahasia kami berdua membulatkan tekatku untuk tetap melangkah menuju rumahnya.
Tak berselang lama, aku sudah menginjakkan kakiku di pintu belakang rumahnya. Beberapa saat setelah aku mengetuk pintu rumahnya pun ia sudah muncul di hadapanku dengan senyuman manja serta pakaian menggoda yang ia kenakan. Mbak Devi pun mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam rumahnya dan memintaku untuk duduk di ruang tengah miliknya, seolah ia mengerti bahwa aku kesini memiliki tujuan bukan hanya untuk memuaskan nafsu belaka, melainkan ada suatu lain hal yang ingin aku bicarakan.
“kenapa tante Wulan bisa tau semuanya sih mbak?” ucapku sesaat setelah duduk di ruang tengah.
Mbak Devi pun mulai menjelaskan tentang bagaimana semua itu terjadi, mulai dari awal pertemuannya dengan tante Wulan, hingga tante Wulan bercerita mengenai masalah pribadi yang sedang dialaminya. Awal pertemuan mereka memang tidak disengaja, lantaran saat itu mbak Devi sedang jalan-jalan pagi Bersama dengan anaknya, lalu disapa oleh tante Wulan (memang pada dasarnya tante Wulan adalah orang yang sangat ramah dan mudah bergaul). Setelah pertemuan pertama mereka dan mengetahui jika rumah mbak Devi tidak jauh dari rumahku, maka tante Wulan pun jadi sering main ke rumahnya untuk bermain Bersama dengan anaknya atau saling mengobrol.
Awalnya, mbak Devi tidak menaruh kecurigaan apa-apa terhadap tante Wulan yang sering main ke rumahnya, namun lambat laun, mbak Devi merasa ada yang tidak beres dengan Tante Wulan, sehingga ia memancing pertanyaan agar tante Wulan mau bercerita tentang masalah yang sedang ia hadapi. Setelah mengetahui masalah tersebut, mbak Devi pun merasa kasihan dengan apa yang dialamai oleh tante Wulan tersebut dan memikirkan tentang solusi yang mungkin bisa membantu tante Wulan.
Menurut mbak Devi, solusi yang mungkin bisa membantu tante Wulan adalah dengan menanamkan benihku pada Rahim tante Wulan. Awalnya ia ragu untuk membeberkan solusi gila tersebut, namun karena rasa kasihan tersebutlah yang membuatnya yakin untuk mengungkapkan pendapatnya. Tante Wulan pun juga ragu untuk menerima saran dari mbak Devi tersebut, namun dengan membeberkan rahasia kami tersebut membuat Tante Wulan yakin untuk menjalankan misi tersebut. Awalnya juga tante Wulan kaget dengan rahasia kami tersebut, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa kami juga saling membutuhkan.
“gila memang Wanita satu ini.” Ucapku dalam hati ketika mendengarkan penjelasan darinya.
Rencana awal pun mereka susun untuk tante Wulan agar aku mau menidurinya, salah satu caranya adalah dengan berpakaian seksi dan juga membicarakan tentang masalahnya tersebut, namun tak kunjung berhasil. Hingga akhirnya, perlahan namun pasti aku mulai masuk ke dalam perangkap yang telah mereka susun. Puncaknya adalah malam ini, susu dengan obat perangsang dan obat kuat tersebut juga merupakan ide dari mbak Devi untuk memancingku dan akhirnya berhasil.
“lantas kenapa mbak Devi berani banget bocorin semua rahasia kita?” tanyaku yang masih merasa tak terima dengan terbongkarnya rahasiaku ke dalam salah satu anggota keluargaku sendiri.
Mbak Devi pun Kembali menjelaskan tentang keraguannya yang pada awalnya tidak ingin rahasia tersebut sampai kepada orang lain, namun ia merasa tak punya pilihan lain, karena menurutnya itu merupakan salah satu pancingan agar tante Wulan berubah pikiran sekaligus menegaskan bahwa Dito yang sekarang adalah Dito pemburu memek. Mbak Devi juga meyakinkan bahwa rahasia tersebut akan stop di Tante Wulan dan tak akan sampai kemana-mana, asalkan ada syarat yang harus dipenuhi.
“hah syarat? Kok pake syarat? Apa syaratnya?” tanyaku terkejut mendengarkan penjelasan tersebut.
Mbak Devi pun Kembali menjelaskan, bahwa adanya syarat tersebut adalah bentuk kekecewaan tante Wulan terhadapku. Dito yang selama ini dipandang baik oleh Tante Wulan, ternyata tak lebih dari seorang pemburu lendir kenikmatan, sehingga muncul lah syarat tersebut. Adapun syarat yang dimaksud oleh Tante Wulan adalah aku harus mampu memuaskan Tante Wulan, selain itu juga aku harus benar-benar bisa menghamilinya dalam waktu satu bulan. Jika tidak berhasil, maka rahasia tersebut akan sampai di telinga keluarga besarku atau setidaknya mamaku.
“ha… syarat macam apa itu, yang pertama masih oke lah, selama ini yang ngentot sama aku pasti ketagihan, tapi syarat yang kedua? Bagaimana aku bisa menggaransi bahwa aku bisa menghamili dia?” jawabku yang masih tak habis pikir tentang kesepakatan yang telah mereka berdua lakukan.
“aku yakin kamu bisa, mas. Ini buktinya.” Ucapnya sembari menyandarkan kepalanya di dadaku dan mengelus perutnya.
“jjj…. Jadi yang dibilang tante Wulan kalo mbak Devi hamil itu benar?” tanyaku terkejut.
Mbak Devi hanya menatapku dan menganggukkan kepalanya pelan. Banyak sekali kejutan yang mewarnai hidupku hari ini. Aku sampai kehabisan kata-kata untuk mengungkapkannya. Aku bingung harus bagaimana dalam bertindak, namun semua ini juga terjadi karena perbuatan yang telah aku lakukan. Mau tidak mau, siap tidak siap, aku tidak boleh lari dari semua yang telah aku mulai.
“tenang aja, kamu nggak perlu tanggung jawab kok soal bayi ini. Toh kita melakukannya juga karena sama-sama butuh ‘kan? Selain itu juga aku masih punya suami yang siap menerima kehadiran anak kedua kami.” Ucap Mbak Devi yang seolah-olah mampu membaca ekspresi wajah yang aku tunjukkan.
Aku pun sedikit lega mendengar ucapan dari mbak Devi tersebut. Namun, masalah tidak hanya itu saja, tetapi juga tentang Tante Wulan. Bagaimana pun caranya aku harus bisa menghamilinya dan membuktikan keperkasaanku. Selain itu juga, aku tak ingin rahasia antara aku dan mbak Devi sampai terbongkar hingga keluarga besarku.
“nggak jadi nih minta jatahnya?” ucap mbak Devi menggodaku.
“enak aja. Kamu hampir buat aku mati berdiri di hadapan tante Wulan terus sekarang kamu mau aku lepasin gitu aja? Gak bakal! Kamu mesti aku hukum.” ucapku dengan nada mengancam.
“ampunnn… hukum aku mass, hukumm…” ucapnya dengan nada meledek.
Perasaan sebal bercampur dengan napsu bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak sebal dan kesal, salah satu rahasia terbesar dalam hidupku telah sampai pada telinga yang tak lain dan bukan merupakan bagian dari keluarga intiku. Mungkin saja jika tante Wulan tidak bisa menutupinya rapat-rapat akan dengan mudah dan cepat sampai di telinga mamaku.
Di sisi lain, aku malam ini juga benar-benar bernapsu, seolah napsuku bertambah berkali-kali lipat akibat ulah dari tante Wulan yang aku Yakini terkena bisikan setan dari mbak Devi untuk memberiku minuman penambah stamina dan napsu. Selain karena ingin membantu tante Wulan, mbak devi pasti juga sudah merindukan sodokan-sodokan manjah yang selama ini telah menjadi pemuas napsunya.
….
Aku pun segera melumat bibirnya dengan kasar dan membuatnya kelabakan. Bersama dengan itu aku langsung meremas-remas dengan liar bokongnya yang masih dibalut daster tanpa bra dan celana dalam tersebut. Setelah itu, toketnya menjadi sasaranku berikutnya. Lagi-lagi aku melakukannya dengan kasar, hal tersebut aku lakukan sebagai bentuk hukumanku kepadanya.
“mmmmpppphhhh….” Ia terus merancau dari setiap cumbuan yang aku lakukan, sementara itu bibirnya terus ku lumat hingga hanya kalimat tak jelas yang keluar dari mulutnya.
Setelah itu, cumbuanku beralih ke lehernya, dimana area tersebut merupakan salah satu area sensitive miliknya. Ia terus mendesah tak karuan dari setiap remasan dan cumbuan yang aku lakukan. Setelah cukup puas, aku pun bangkit dari tempatku duduk dan melepaskan celana kolor yang aku kenakan. Sementara itu, aku meminta mbak Devi untuk turun dari tempat ia duduk seakan mengetahui bagaimana jalan pikiranku.
“tau kan apa yang harus dilakuin.” Ucapku kepadanya.
Tanpa banyak babibu langsung saja dimainkannya kontolku dengan lidah dan mulutnya. Awalnya, ia hanya menjilat-jilat kontolku seperti ia menjilati es krim. Lambat laun, kontolku mulai dimasukkannya ke dalam mulutnya tersebut. Lagi-lagi karena ukuran “barangku” yang cukup meresahkan tak mampu tenggelam sepenuhnya ke dalam mulutnya.
“huueghhh….” Mbak Devi hampir tersedak setelah kendalinya atas kontolku aku ambil alih dan mendorong kepalanya lebih maju agar lebih masuk ke dalam mulutnya.
“nakal banget sih.” Protesnya setelah aku mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya dengan muka memerah.
“Namanya juga hukuman, ayo kulum lagi.” Pintaku.
Setelah itu, aku yang mengambil alih kendali dengan memaju mundurkan kepalanya menggunakan tanganku dimana aku mencengkram rambutnya lalu memaju mundurkan kepalanya. Air liur bercampur dengan pelumas kelamin perlahan menetes dari mulut mbak Devi. Sementara itu, aku belum merasakan kontolku akan memuncratkan laharnya.
“gentian.” Ucapku singkat.
Ia pun memahami maksudku dan kami bergantian, kini mbak Devi yang duduk di kursi, sementara aku beranjak dari kursi tempat dudukku. Setelah itu, aku duduk di pahanya dengan muka kami yang saling berhadap-hadapan. Kembali ku lumat mulutnya yang telah basah oleh air liurnya sendiri yang bercampur dengan pelumas yang keluar dari kontolku.
Setelah itu, aku turun dari pangkuannya dan langsung menyerbu gunung kembar miliknya tersebut seperti sapi yang merindukan susu induknya. Aku mainkan pentilnya yang timbul dari balik daster yang ia kenakan. Aku memainkannya dengan kasar toket miliknya tersebut, aku menggigit-gigit kecil pentilnya dan meremas-remas toket satunya.
*kreekkkkk….*
“kok dirobek sih.” Protesnya setelah dengan paksa aku merobek daster yang ia kenakan tepat di bagian toketnya hingga terpampang dua gunung kembar miliknya.
“Namanya juga hukuman.” Jawabku.
Sejurus kemudian, mulutku telah Kembali sampai di toketnya dan mulai menjalankan tugasnya. Sementara toket lainnya yang kini tak terbungkus apapun tak kubirakan menganggur begitu saja. Bersama dengan permiananku yang semakin liar, desahan dan rintihan kenikmatan keluar dari mulut mbak Devi.
“yahh… ohhh… mainin pentilkuuhh…” mbak Devi merancau menikmati permainanku dan mengobok-obok memeknya sendiri.
Aku pun tak membiarkannya untuk memainkan memeknya sendiri. Langsung saja aku berpindah ke bawah dan menyingkirkan tangannya dari memeknya tersebut. Kali ini tanganku yang memegang kendali untuk memainkan memeknya. Jari jemariku pun segara bermain-main dan menari-nari di liang senggama milik mbak Devi tersebut.
“ahhh… yahhh…. Terusshhh…” kata-kata yang keluar dari mulut mbak Devi.
*kreeekkkk….*
Aku Kembali merobek daster mbak Devi, namun kali ini yang aku robek adalah bagian bawah dasternya hingga sampai di robekanku yang pertama tadi. Kini daster yang ia kenakan sudah tak Nampak seperti daster lagi, akibat dari robekan Panjang yang membentang di tengah. Kali ini mbak Devi tidak protes dengan apa yang aku lakukan dan lebih focus menikmati “hukuman” yang aku berikan.
“aaaa…. Ohhhh…..mmpphhh….” suara yang keluar dari mulutnya ketika jari jemariku mulai dengan beringas mengobok-obok memeknya.
Area memek dari mbak Devi pun sudah sangat becek akibat dari rangsangan yang sedari tadi aku berikan kepadanya. Sementara itu, ia terus merancau tak karuan bebarengan dengan setiap jariku yang menari-nari pada area intimnya tersebut. Setelah cukup puas membuatnya blingsatan, kini giliran lidah dan mulutnya menjalankan aksinya di area meki-nya tersebut.
“ahhh… jilaatttt uuhhhh…. Iseppp… iyahhh….”
“ohhhh…. Ampuunnnn…. Ga tahannn…. Uhhhhh…..”
“iyahhhh……..” lenguhan yang keluar dari mulutnya saat ia sampai pada orgasmenya.
Bersama dengan orgasmenya, kepalaku dijepit di selangkangannya dengan kedua kaki dan tangannya sehingga membuatku sedikit kesusahan untuk bernafas. Cairan kenikmatan yang banjir pun tumaph ruah di mulutku dan menyembur kemana-mana. Setelah orgasmenya selesai, mbak Devi melepaskan jepitannya dan menatapku penuh dengan kemenangan.
“sial, kenapa kepalaku dijepit sih.” Protesku.
“Namanya juga hukuman.” Ucapnya menirukan gaya bicaraku sembari menjulurkan lidahnya.
Setelah itu, aku meminta mbak Devi untuk Kembali mengoral kontolku supaya Kembali basah dengan air liurnya. Selain itu, aku juga memiliki maksud tertentu terhadapnya. Ia pun menuruti permintaanku dan langsung melahap kontolku. Kali ini aku tidak akan melakukan deep throat terhadapnya, karena aku memiliki rencana yang lain.
Aku memintanya menungging dengan ia bertumpu pada kursi yang ia kenakan untuk duduk tersebut. Tanpa banyak babibu, ia pun menuruti permintaanku tersebut dan segera menungging. Awalnya aku Kembali melumat memeknya tersebut dan memasukkan jari tengahku ke dalam lubang anusnya dan langsung disambut dengan rintihan-rintihan manja darinya.
“ohhhhhh…. Ampuunnn akhhh….. masuukkkinnnn….” Ucapnya yang sudah tak tahan menahan gejolak nafsunya.
Segera aku memposisikan kontolku untuk Bersiap menerobos vagina miliknya tersebut. Mulanya, aku gesek-gesekkan kontolku pada bibir memeknya. Namun kali ini yang menjadi targetku bukanlah memeknya, melainkan anusnya. Segera aku pindahkan kontolku dan aku posisikan kepalanya sudah berada tepat di depan lubang anusnya tersebut.
“jangan disituuu… ahhhh….. sakittt…. Ohhh…. Perihhhhh….” Pekiknya ketika perlahan kepala kontolku berhasil masuk ke dalam lubang anusnya tersebut. Ngocoks.com
Aku tak memperdulikan omongan dari mbak Devi dan terus melanjutkan penetrasiku. Memang sangat sempit dan seret ketika kontolku terus berusaha untuk menerobos anus milik mbak Devi tersebut dan aku yakin bahwa anusnya tersebut aku lah yang pertama kali mencicipinya alias aku yang memerawaninya.
Rasa ngilu dan sedikit perih juga aku rasakan lantaran kurangnya pelumas dari gesekan antara kontolku dan dinding anus mbak Devi. Aku cukup sabar dalam bermain-main dengan anusnya tersebut, ketika dirasa kontolku sudah mulai seret dan susah untuk terus masuk, aku menariknya keluar dan memasukkannya Kembali.
Berulang kali aku melakukan hal tersebut dan aku sangat menikmati permainanku pada lubang sempit milik mbak Devi tersebut. Setelah cukup jauh aku berhasil menerobos anusnya, kini aku memompa kontolku di lubang anusnya tersebut dengan tempo yang cukup pelan, Bersama dengan itu, aku juga meremas-remas pantat bohay nan montok miliknya tersebut. Sementara itu, jariku yang lain masuk dan mengobok-obok memeknya.
“ahhh… amppuuunnnn… eeehhhh…. Enaaagghhhh….”
“yahhh…. Terusss….. mmmpppphhhh…..”
Aku terus memompa kontolku dalam anusnya dengan tempo yang perlahan mulai bertambah cepat. Sementara itu, kini anusnya telah berasa bisa menyesuaikan kontolku yang keluar masuk dari anusnya tersebut, sehingga membuatku lebih leluasa untuk terus memompanya. Mbak Devi pun kelimpungan dengan aksi serangan dua sisiku tersebut.
“ohhhh….. sampee lagiiiii…. Ahhhhhhh……” ucapnya.
Bersama dengan itu, mbak Devi menggenjang dan sampai pada orgasme keduanya. Cairan hangat pun membasahi tanganku yang sedari tadi tidak beranjak dari memeknya tersebut. Sementara itu, kontolku masih terus memompa anusnya tersebut. Sementara kontolku, belum merasakan tanda-tanda akan menumpahkan spermanya dan masih dengan gagahnya menyodok-nyodok lubang milik mbak Devi. Mbak Devi pun masih terus meneruskan desahannya setelah orgasmenya tersebut dan sangat menikmati permainan yang aku sajikan.
“masih mau lanjut nggak, Mbak?” tanyaku di tengah genjotanku.
“iyahh…. Terusinn ajahh….” Jawabnya.
Bukannya melanjutkan genjotanku, aku malah mencabut kontolku dari anusnya. Setelah itu, aku meminta mbak Devi untuk berbaring di lantai. Sejurus kemudian, aku memintanya untuk menjepit kontolku menggunakan dua gunung kembar besar miliknya itu. Permaian kontolku dengan dijepit dua toket kembar miliknya pun di mulai dengan aku mulai menggerakkan kontolku maju mundur di tengah jepitan toketnya tersebut.
“kenapa sih kamu suka dijepit gini?” tanyanya.
“kenyel.” Jawabku singkat.
Permainan pun berlanjut dengan kontolku yang masih maju mundur di tengah jepitan susunya tersebut. Selain itu, kepala kontollku juga telah basah oleh air liur dari mulut mbak devi, karena kepala kontolku menyundul-nyundul mulutnya dan mulutnya pun menyambut setiap sodokan yang datang dari kontolku.
Setelah puas bermain Bersama dengan toketnya, aku Kembali berniat untuk meng-anal-nya lagi. Segera aku berpindah posisi menuju ke kakinya. Aku meminta mbak Devi untuk tidur tengkurap dengan sedikit menungging dan langsung dituruti olehnya. Langsung saja aku lumasi kontolku dengan air liurku sendiri dan Bersiap untuk Kembali menerobos liang anus milik mbak Devi.
“ouugghhh….. pelannnn….. aauuuuhhh….”
Pada percobaan kedua kali ini terasa anusnya telah bisa menyesuaikan dengan besaran kontolku sehingga membuatku lebih leluasa untuk dapat melakukan penetrasi. Sementara itu, mbak Devi terus merancau kenikmatan akibat permainanku itu. Aku terus berusaha agar kontolku bisa masuk maksimal ke dalam anusnya. Ketika aku merasa mentok dan tak dapat lagi menembusnya, aku memompanya dengan ritme pelan namun pasti.
Aku terus menikmati setiap sodokan yang aku lakukan terhadap mbak Devi tersebut, hingga kini terasa kontolku hampir sampai pada puncaknya. Bersama dengan itu, aku mempercempat ritme genjotanku dan membuat mbak Devi meringis kenikmatan. Tak berselang lama, spermaku tumpah ruah di dalam anusnya tersebut hingga tak sedikit yang sampai meleleh keluar ketika aku mencabut kontolku dari dalam anusnya.
“ohhh…. Nanggungg…. Bentar lagi aku sampe lagii…” ucap mbak Devi.
Mendengar hal tersebut, aku langsung menurunkan lidahku dan mengoral memeknya tersebut dan memainkan klitorisnya menggunakan bibir serta lidahku. Mbak Devi pun terus merancau kenikmatan akibat dari permainan lidahku tersebut. Tak berselang lama kemudian, ia sampai pada orgasmenya yang ketiga kali.
“mmmmpphhh…. Ahhhh…….”
*crreeetttt… creeetttt….* Mbak Devi Kembali menyemburkan cairan miliknya.
“gila kamu ya, bisa-bisanya merawanin boolku. Sakit tau.” Ucap mbak devi sembari terengah-engah setelah orgasmenya yang ketiga kali.
“Namanya juga hukuman.” Jawabku lagi.
Setelah permaian tersebut kami beristirahat dengan merebahkan diri di ruang tengah. Kami pun berbincang-bincang hal-hal ringan seputar kegiatan kami, tak lupa juga mbak Devi menanyakan tentang bagaimana permainanku tadi Bersama dengan tante Wulan. Aku pun menceritakan secara detail bagaimana kejadian yang tadi aku alami Bersama dengan tante Wulan kepada mbak Devi dan ia pun mendengarkan dengan sangat antusias.
“kayaknya nggak lama lagi aku bakal pindah dari sini deh, Mbak. Soalnya aku mau lulus dan rumahku yang disitu mau aku jual.” Ucapku sesaat sebelum meninggalkan rumah mbak Devi.
Bersambung…