Segera aku membawanya masuk ke dalam kamarku dan aku meletakkan makanan tersebut diatas meja ruang tengah. Sejurus kemudian, aku melumat bibirnya agar tak banyak pertanyaan muncul dari mulutnya. Aku pun menuntunnya untuk berpindah ke atas kasurku dan menindihnya masih dalam posisi bibir kami berpagutan. Awalnya ia berusaha menolak tetapi lambat laun penolakan-penolakan tersebut berubah menjadi balasan atas cumbuan yang aku lakukan.
Bersama dengan bibir kami yang masih saling beradu, aku berusaha melepas cardigan yang ia kenakan di luar dasternya. Setelahnya, aku meremas-remas toket besar yang masih terbalut daster dan bra miliknya tersebut. Ia pun memejamkan matanya dan menikmati setiap rangsangan yang aku berikan. Sementara aku, masih terus melakukan aksiku dengan permainan bibir dan lidahku bebarengan dengan remasan-remasan kasar pada toketnya.
Setelah itu, cumbuanku berpindah menuju leher dan area belakang kupingnya. Ia terus mendesah kenikmatan menikmati aksiku tersebut. Tidak hanya melakukan ciuman-ciuman kecil, aku juga menjilati area-area tersebut dan ternyata terasa cukup asin karena bercampur dengan keringatnya.
“ohhhh….. mpppphhhh…..”
“shhh…..”
Setelah itu, kini aku berpindah menuju ke area toketnya. Toket yang awalnya hanya aku remasi, kini aku kenyot-kenyot dari balik daster dan bra miliknya tersebut. Ingin lebih leluasa, aku pun membuka kancing dasternya dan meloroti bra miliknya dan mengeluarkan dua toket besar tersebut dari balik bra hingga menyembul keluar.
Segera aku mainkan Kembali putingnya yang berwarna coklat tua tersebut. Aku menyedotnya kuat-kuat toket sebelah kanannya, sementara pentil sebelah kirinya aku pilin-pilin. Setelah itu, tangan kananku yang awalnya aku gunakan untuk memainkan penti kirinya, kini berpindah menggerayangi area kewanitaan miliknya. Tanganku mulai menggesek-gesek memeknya dari balik daster dan cd nya. Nampaknya ia sudah benar-benar basah.
Merasa kurang leluasa, aku menaikkan dasternya hingga di atas perutnya dan menggesek-gesekkan jari jemariku melalui celah cd miliknya. Sementara kini, tangan kiriku focus meremas-remas toket kanannya dengan cukup brutal.
“ohhhh… kamu gila, To. Itu loh ada tantemuhh…. Ahhh….” Ucapnya ditengah permainan kami.
“tenang aja, kalau perlu nanti kita ajak gabung.” Ucapku.
Tak puas hanya memainkan jari jemariku pada lubang mekinya, kini mulutku berpindah ke bawah, pada area kewanitaannya tersebut. Aku melorotkan cdnya dan lekas memainkan lidahku pada area labia mayora miliknya tersebut. Rintihan kenikmatan dan desahannya pun semakin tak terkendali dan aku yakin, sebentar lagi pasti tante Wulan akan datang kesini. Semakin liar aku memainkan lidahku pada area sensitifnya tersebut dan semakin basah pula daerah tersebut.
Tak ingin berlama-lama lagi, aku menariknya hingga ujung Kasur dan membalikkan badannya agar menungging. Mula-mula, aku menggesek-gesekkan kontolku pada bibir peranakannya tersebut, hingga kepala kontolku pun sedikit terlumasi oleh pelumas yang keluar dari vaginanya. Setelahnya, aku memasukkan kepala kontolku dan menariknya Kembali. Aku melakukannya berulang kali dan sukses membuatnya merintih kenikmatan.
“ayo masukhhh…” pintanya.
Belum sempat mengakhiri kata-katanya, aku sudah mendorong dengan sekuat tenaga kontolku agar amblas ke dalam memeknya.
“akhhhh…. Iyahhh….”
Aku pun mulai menggenjotnya dengan tempo yang langsung cepat guna mendapatkan suara khas dari pantat dan selangkangan yang saling beradu. Bersama dengan genjotanku tersebut, aku meremas-remas serta menampari pantat bahenol miliknya yang ikut bergoyang seirama dengan setiap genjotan yang aku lakukan.
Aku yang melihat lubang anusnya yang mengkerut pun tak tinggal diam. Jariku dengan sengaja aku masukkan ke dalam lubang anusnya tersebut, dan sukses membuat rintihannya semakin liar. Bersama dengan itu, ekor mataku menangkap kehadiran seorang sosok yang tak lain dan tak bukan adalah tante Wulan. Tante Wulan sedang berdiri di depan pintu kamarku yang memang dengan sengaja aku biarkan terbuka sedikit.
“mmm…. Ngapain disitu tan, sini gabung.” Ucapku ditengah-tengah genjotanku.
“gapapa kan, Bi?” ucapku kepada bi Nana yang masih menikmati genjotanku.
“iyahhh… ahhhh…. Keluarghhh…. Ohhh….”
Bi Nana pun akhirnya sampai pada orgasme nya yang pertama. Kontolku pun sudah dibanjiri oleh lahar yang keluar dari memeknya tersebut. Setelahnya, aku mencabut kontolku dari meki bi Nana dan menghampiri tante Wulan yang masih terpaku di depan pintu. Aku pun menarik tangannya untuk masuk ke dalam kamarku.
Segera aku melumat bibirnya dan meremas gundukan kenyal itu dari balik kaos yang ia kenakan. Nampaknya ia hanya mengenakkan Kembali kaos dan celananya tanpa mengenakan dalamenannya Kembali. Sementara bi Nana aku biarkan untuk beristirahat sejenak setelah orgasmenya. Setelah itu, tanganku berpindah ke area bawah untuk menjamah mekinya.
Aku menyelinapkan jariku dari kolor atas celananya untuk dapat memainkan mekinya. Ketika jariku mulai menusuk masuk ke dalam mekinya, tante Wulan pun menengadahkan wajahnya ke atas dan langsung saja cumbuanku beralih ke lehernya dan menjilatinya. Sementara jari jemariku masih sibuk mengobrak-abrik liang senggamanya tesebut.
“ohhh…. Mmppphhhh….”
Tante Wulan pun seperti malu ingin mengeluarkan desahan-desahan manja yang selama ini keluar ketika kita sedang bercinta. Aku berusaha untuk membuka baju tante Wulan dan untungnya disambut baik olehnya dengan dibantunya untuk melepaskan bajunya dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Bersama dengan itu, langsung saja aku serang toket kencang nan menantangnya dengan mulutku.
Sejurus kemudian, tanganku yang menganggur pun turut serta memainkan toketnya yang lain dengan cara meremas-remas serta memilin putting coklat muda miliknya itu. Nampaknya putingnya sudah cukup mengeras dan memeknya sudah semakin basah. Aku bergegas turun ke bawah dan melorotkan celana kolornya dan segera menjilati memeknya tersebut.
Tante Wulan pun semakin merancau tak karuan. Hingga ia dengan tak sadar menyandarkan diri ke tembok masih dalam posisi berdirnya. Aku yang sudah apal betul letak g-spotnya, terus menyerang area paling sensitive miliknya teresbut. Tante Wulan pun semakin kelenjotan dengan aksiku tesebut.
“ohhh…. Ampunnnn….. kelaurghhhh…..”
Aku yang mendengar ucapan tersebut pun menghentikan aktivitasku, karena aku tak ingin membiarkan tante Wulan orgasme terlebih dahulu sebelum aku menggenjotnya.
“kok berhenti sih, To.” Protesnya.
Tanpa menjawabnya, aku menuntun tante wulan untuk menungging dengan bertumpu pada meja computer yang berada di dekatnya. Setelah itu, aku melebarkan kakinya agar terbuka area selangkangannya untuk segera aku genjot. Segera aku posisikan kontolku di bibir memeknya, namun dengan sengaja tak segera aku masukkan kontolku, aku menggesekkan terlebih dahulu kontolku pada bibir memeknya tersebut.
Dengan sekali hentakan, kontolku amblas pada liang peranakannya tersebut, namun lagi-lagi hanya separuhnya saja yang mampu ditampung oleh memek tante Wulan tersebut. Lantas aku menggenjotnya Dengan tempo yang langsung cepat. Aku pun meilirk kearah bi Nana yang menatap kami dengan tatapan sayunya. Bunyi peraduan dua insan ini menghiasi seisi ruangan kamarku yang tak begitu besar ini.
Bersama dengan itu, aku juga meremas-remas pantat kenyal milik tante Wulan tersebut. Toketnya yang menggantung dan bergoyang pun tak luput dari remasanku. Desahan demi desahan terus keluar dari mulut tante Wulan.
“mmmmhhhhh…. Ahhhhh….”
“yashhh…. Keluarghhh….. aku keluarghhhh…..”
“owwhhhhh….. ahhhhhhh….”
Akhirnya tante Wulan pun terpekik Panjang dan mencapai orgasmenya. Genjotanku pun perlahan mulai melambat temponya, dan kini kontolku telah basah dengan cairan orgasme tante wulan tersebut. Aku pun mencabut kontolku dari memek tante Wulan. Setelahnya, tante Wulan Nampak terkulai lemas karena malam ini merupakan orgasmenya yang kedua kali.
Aku pun berinisiatif menggendong tante wulan menuju ke kasurku. Di sana masih ada bi Nana yang masih dalam posisi rebahan. Setelah merebahkan tante Wulan di samping bi Nana, segera aku ingin Kembali bermain dengan bi Nana. Bi Nana Kembali aku tindih dan aku mainkan toket besarnya tersebut. Kedua toket besarnya aku sedot dan aku remas-remas secara bergantian. Bi nana pun seakan menahan desahannya, mungkin karena merasa sungkan dengan tante Wulan yang berada di sebelahnya.
Tante Wulan yang terkulai lemas pun hanya memandangi permaianku dan bi Nana. Aku yang sedari tadi belum keluar masih sangat bersemangat dalam permainan ini. Ngocoks.com
Segera aku berpindah ke bawah untuk Kembali bermain dengan area kewanitaan milik bi Nana tersebut. Nampak bercak-bercak bekas persetubuhan kami masih menempel pada area kewanitaan bi Nana, namun hal tersebut tak menyurutkan niatku, justru malah membuatku semakin bersemangat untuk menggarapnya Kembali.
Kembali aku memainkan jari dan juga lidahku pada lubang kenikmatan itu. Aku memasukkan jari ku ke dalam memek bi Nana yang telah melahirkan dua kali dan sudah sedikit longgar. Desahan demi desahan pelan pun keluar dari mulut bi Nana yang tak kuasa ia bendung. Setelahnya, aku menjilatinya dan memasukkan lidahku pada liang peranakannya tersebut, tak luput dariku juga klitorisnya yang menyebul itu ikut aku sedot.
“mmmhhhh….”
“sshhhh… ohhmmmm”
Tante Wulan yang melihat aksiku tersebut pun Kembali tersulut birahinya, meskipun ia sudah keluar dua kali malam ini. Tante Wulan Nampak menggesek-gesek memeknya menggunakan tangannya sendiri, ia juga memasukkan jari lentiknya tersebut ke dalam memeknya sembari menyaksikan permainan panasku Bersama bi Nana. Aku pun terpikirkan ide gilaku untuk dapat bermain bertiga sekaligus.
“bi, nungging di ujung Kasur yah, sekalian jilatin punya tante Wulan.” Ucapku sembari melirik tante Wulan yang Nampak kaget dengan ucapaku tersebut.
“hah?” bi nana pun ikut kaget dengan permintaanku tersebut.
“kasian tante Wulan main sendiri.” Ucapku menggoda tante Wulan.
Segera aku membimbing bi Nana untuk memposisikan diri. Mereka berdua Nampak masih canggung meskipun sama-sama sudah saling melihat ketika aku entoti mereka berdua. Aku meminta bi Nana untuk bertumpu pada Kasur dan menunggingkan pantatnya. Tak lama berselang, kontolku telah berada pada posisi siap menerobos memek bi Nana.
Kepala bi nana sendiri menghadap pada selangkangan tante Wulan, namun posisi tante Wulan sendiri masih agak jauh dan belum pada posisi terenak untuk mendapatkan servis mulut dari bi Nana. Segera aku menghentakkan pinggangku dan tentu saja kontolku langsung dapat amblas ke dalam memek bi Nana, karena telah banyak lendir kenikmatan yang keluar akibat dari rangsanganku sebelumnya.
Sodokanku tersebut membuat bi Nana tersentak sejenak karena kaget aku langsung membenamkan kontolku. Aku sendiri tak langsung memompa memek bi Nana, melainkan aku biarkan sejenak amblas di memek beceknya itu. Sementara itu, tanganku meraih kedua kaki dari tante Wulan agar mendekat ke arah bi Nana. Awalnya bi Nana tampak ragu untuk menjilati memek dari Tante Wulan itu, namun berkat genjotan yang mulai aku lancarkan kini perlahan ia terbawa dengan nafsunya.
Sementara itu, tante Wulan masih Nampak tegang dan tak biasa dengan apa yang dilakukan oleh bi Nana. Ia sepertinya masih belum bisa menikmati permainan ini. Sementara aku, berusaha terus menggenjot bi Nana dengan tempo yang lumayan cepat, dan perlahan namun pasti aku merasakan kontolku telah menyodok-nyodok leher Rahim dari bi Nana. Bi Nana pun semakin tak karuan dan semakin liar memainkan mulutnya pada area intim dari tante Wulan tersebut.
“ahhmmppppp…. Uhhhhmmmm…..” rintihan dari bi Nana yang mulutnya masih bermain-main di area sensitive dari tante Wulan.
“ahhhh…. Ohhhh….” Desahan dari tante Wulan yang mulai terbawa suasana.
Aku yang melihat kedua Wanita dewasa ini mulai menikmati permainan ini pun semakin liar menggenjot bi Nana. Sembari menggenjotnya, pantat bahenolnya juga aku remasi dan aku tampari. Tak luput juga lubang anusnya, aku memainkan jariku pada area yang mungkin tak pernah tersentuh oleh suaminya sendiri.
Bi Nana semakin liar dengan permainanku tersebut dan tentu saja menimbulkan efek domino yang juga dirasakan oleh Tante Wulan. Tante Wulan Nampak kini telah benar-benar terbawa suasana, dimana ia merintih dan mendesah yang dibarengi dengan meremas-remas sendiri toketnya itu. Wajahnya juga didongakkan keatas sembari menutup matanya.
Aku semakin bersemangat untuk menggenjoti bi Nana. Tempo genjotanku semakin ku percepat dan menimbulkan irama yang benar-benar menggema mengisi seluruh ruangan. Pantat bi Nana pun Nampak bercak keremahan akibat dari remasan dan tamparan yang aku lakukan. Sementara aku melihat memek tante Wulan sudah sangat basah dari percampuran antara air liur bi Nana dan juga lendir kenikmatan yang ia keluarkan.
“yashhh…. Ohhhh….”
“keluarmmpp….. mmmphhh… ohhhmm” kata yang keluar dari mulut bi Nana pun tak jelas akibar dari genjotanku dan mulutnya yang menempel pada memek tante Wulan.
Kembali memek bi Nana berkedut dan menyemburkan cairan kenikmatannya. Bersama dengan itu, aku mencabut kontolku yang masih tegang perkasa. Setelahnya, bi Nana juga melepaskan mulutnya yang tadinya masih bermain-main pada area meki tante Wulan. Bi Nana pun terkulai lemas di depan ranjangku. Segera aku memawanya menuju ke atas Kasur dan bergantian dengan tante Wulan.
“Bi, Tan, gentian ya.” Ucapku.
“bibi istirahat bentar ya, To.” Ucap bi Nana dengan napas terengah-engah.
Aku pun memberikan kesempatan kepada bi Nana untuk beristirahat sejenak. Namun, aku yang tak ingin turn off segera menuju ke tante Wulan dan mulai mencubunya Kembali, karena aku yakin setelah servis dari bi Nana tersebut ia sudah Kembali turn on dan masih ingin sampai pada kepuasannya Kembali.
Segera aku mencium bibir tante Wulan dengan menindihnya dan langsung disambut juga dengan permainan ganasnya tersebut. Setelahnya, ciumanku berpindah menuju ke area leher dan kupingnya. Dan berlanjut hingga ke toketnya itu. Meskipun toketnya kalah gede dari bi Nana tetapi tante Wulan menang dari segi tingkat kencangnya, selain itu juga pentilnya masih coklat muda, maklum saja, ia belum pernah melahirkan dan menyusui.
Aku sengaja tidak menuju area memek tante Wulan karena tak ingin ia orgasme lagi sebelum kontolku memporak-porandakan pertahanannya. Aku melihat bi Nana dengan nafas yang masih terengah-engah menyaksikan pertempuranku dengan tante Wulan. Kami bertiga saat ini sudah sama-sama bermandikan keringat akibat dari pertempuran hebat yang kami lakukan malam ini.
“gimana bi? Udah siap main lagi?” tanyaku.
Bi Nana tak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya pelan. Segera aku mengatur posisi mereka agar mendapatkan sensasi yang menarik. Aku membiarkan tante wulan tidur telentang dan memintanya untuk membuka pahanya lebar-lebar, sementara bi Nana aku minta untuk duduk dengan menekuk kakinya tepat di atas kepala tante Wulan dan tentunya memeknya berada di depan mulut tante Wulan. Aku berpesan kepada bi Nana untuk tidak menekan pinggulnya agar tante Wulan tetap dengan leluasa bernapas.
Sementara aku, Bersiap dengan posisi missionary. Kepala kontolku sudah siap sedia untuk Kembali menerobos lubang senggama tante Wulan. Dengan perlahan, kepala kontolku telah masuk ke dalam memek tante Wulan. Nampaknya, meskipun telah beberapa kali ngentot dengan tante Wulan, lubang memeknya tidak bisa sepenuhnya menampung kontolku.
Setelah itu, perlahan aku Kembali memompa memek tante Wulan tersebut. Desahan dari keduanya pun perlahan mulai terdengar. Bi Nana yang berada sejajar denganku pun langsung aku sergap mulutnya dan aku remasi toketnya. Genjotanku pun semakin aku percepat seiring dengan berjalannya waktu. Sama halnya seperti tadi, tante Wulan pun lambat laun juga semakin liar menjilati memek bi Nana tersebut, meskipun masih terdapat lelehan cairan kenikmatan yang keluar akibat dari orgasmenya tadi.
Sergapanku pun beralih, dari yang semula mengenyoti mulut dan beradu lidah dengan bi Nana, kini mendarat di toket besar milik bi Nana tersebut. Sementara tante Wulan yang menikmati genjotanku pun hanya bisa merem di bawah sana.
“ohhh…. Yahhhh….”
“Mmmpphhhh….”
Kedua Wanita tersebut pun sudah mabuk birahi dengan permainan ini dan semakin merancau dan mendesah tak jelas. Aku menjadi semakin bersemangat untuk menggenjoti dan mengenyoti kedua Wanita di hadapanku ini.
“tan udah mau keluar belom?”
“mmphhh… belummhhh… mmphhh….” Jawab tante Wulan.
“ganti posisi ya tan.”
“ughhhh… iyahh…”
Aku meminta ganti posisi dengan tante Wulan dan ingin melihat bagaimana reaksi mereka berdua saat berada hadap-hadapan, apakah akan meneruskan permainan mereka atau tidak. Segera aku meminta tante Wulan untuk beranjak dari posisi tidurnya. Kini aku yang tidur terlentang dengan kontol Panjang yang masih tegak berdiri kokoh. Setelah itu aku meminta bi Nana untuk memposisikan diri persis seperti apa yang tadi ia lakukan kepada tante Wulan, setelah itu aku meminta tante Wulan untuk Bersiap dengan posisi WOT.
Permainan pun dimulai, dengan perlahan kontolku dimasukkan ke dalam memek tante Wulan. Dan tante Wulan pun Nampak sedikit mendongak ke atas menikmati sensasi tersebut. Sementara aku lekas menjilati lubang peranakan dari bi Nana tersebut. Bersama dengan itu, aku juga menggunakan tanganku untuk membantuku memainkan mekinya.
Tante Wulan kini telah berhasil menguasai diri dan mulai menaik turunkan tubuhnya. Sementara bi Nana masih sangat menikmati permainanku. Keduanya pun Kembali beradu saling mendesah. Aku yang berada di bawah pun sungguh sangat menikmati permainan ini, bagaimana tidak, untuk sekali waktu aku bisa menikmati dua memek sekaligus.
“ayo, kalian berdua saling main dong.” Ucapku ditengah-tengah permainan ini.
“mmhhh… main gimana maksudmu?” tanya bi Nana.
“ya remes-remesan kek, cipokan kek. Apalah.” Jawabku.
Nampaknya kecanggungan diantara keduanya masih menghinggapi. Tante Wulan yang nampaknya tidak seliar biasanya pun kurang maksimal dalam menaik turunkan tubuhnya. Aku pun tak tinggal diam, kini aku yang menggenjot tante Wulan dari bawah. Tentu saja genjotanku lebih liar dibandingkan dengan pompaan yang dilakukan oleh tante Wulan.
Kini mereka menjadi berhadapan lebih dekat lagi, dan tante Wulan mulai memberanikan diri mengecup bibir bi Nana, dan mulailah permainan mereka berdua. Bi Nana dan tante Wulan mulai saling mencumbu satu sama lain. Dan setelahnya, cumbuan tante Wulan berpindah pada toket dari bi Nana dan juga meremas-remasnya.
“ohhhh….”
“yaahhhh…. Mmmpphhh…” desahan dari bi Nana.
“tan, aku keluarghhhh…. Ahhhh….”
“tante juga toooo…..”
Aku pun akhirnya mencapai orgasmeku, hampir bebarengan dengan tante Wulan. Pejuhku pun tumpah ruah membanjiri meki tante Wulan dan bercampur Bersama sel telur kepunyaannya. Setelahnya tante Wulan pun merebahkan diri di sampingku. Bi Nana pun memutuskan untuk melakukan hal yang sama. Kami pun sama-sama terengah-engah setelah permainan barusan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami selama beberapa saat dan lebih memilih untuk diam sesaat.
Aku menengok jam yang berada di meja komputerku dan tak berasa permainan kami ini hampir tiga jam. Aku benar-benar tak percaya bahwa dalam tiga jam ini aku bisa bertahan untuk tidak klimaks dan membuat dua Wanita disampingku ini orgasme berkali-kali.
Mungkin efek dari sudah terbiasa mengobrak-abrik memek Wanita-wanitaku ini menjadi salah satu penyebabnya, dan aku juga meyakini bahwa semenjak kejadian meminum susu dari tante Wulan itu seolah-olah bertahan cukup lama, terlebih lagi tentang durasi berhubungan badan. Kalau suka ngaceng aku rasa emang bawaan dari lahir.
“warung bibi gimana? Udah dikunci tadi.” Tanyaku memecah keheningan diantara kami.
“udah. Tinggal pulang aja habis ini.”
“nanti aku anterin deh, Bi.”
Setelah beberapa saat, aku pun berinisiatif untuk mengantarkan bi Nana pulang. Sementara tante Wulan Nampak sudah ngorok di kasurku. Segera aku mengeluarkan motorku dari garasi rumah dan mengantar bi Nana pulang ke rumahnya.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut bi Nana ketika kami dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Mungkin ia kaget karena baru pertama kali bermain seliar tadi, bahkan dengan tambahan satu Wanita lain lagi. Ditambah lagi bi Nana merupakan tipe orang dengan karakter lemah, lembut, dan pemalu, khas Wanita desa.
Setelah sampai di rumah bi Nana, aku langsung berpamitan untuk pulang, karena badanku juga terasa capek setelah permainan beronde-ronde barusan. Di sepanjang perjalanan aku terus kepikiran tentang permainan gila tadi dan merasa ada yang kurang, tapi aku masih terbuai akan kemikmatan itu dan belum menemukan apa yang kurang dari permainan tadi.
“oh iya, mbak Devi. Seru kali ya main berempat.” Batinku dengan angan-angan kotorku.
Bersambung…