Kembali aku terjaga hingga pagi hari. Adzan subuh telah berkumandang, sebuah panggilan bagi umat muslim untuk beribadah. Namun, aku bukannya menuju masjid malah menuju ke warung bi Nana. Ketika sampai di depan warungnya, Nampak warungnya sedikit terbuka seperti kemarin. Hal tersebut menandakan bahwa bi Nana sedang memasak untuk warungnya. Perlahan namun pasti Kembali aku memasuki warungnya.
“bi…” sapaku ketika aku sudah berada di dapur dan melihat bi nana sedang memasak.
“eh dito, mau makan ya? Bentar ya, belom ada yang mateng” ucapnya.
Perlahan aku pun berjalan mendekat kearahnya dan memeluknya dari belakang dengan posisi kepalaku berada di samping kepalanya.
“maafin dito ya bi…” ucapku yang seolah-olah penuh penyesalan.
Ia malah mematung dan terisak ketika aku memeluknya dan mengatakan itu kepadanya.
“emang apa yang kamu mau sih, To. Dari tubuh bibi yang udah nggak muda lagi ini?” jawabnya sambil masih menangis.
“aku Cuma mau memberikan kepuasan pada bibi ketika suami bibi udah nggak bisa ngasih itu lagi.” Jawabku.
Bi Nana melepaskan pelukanku dan menatapku dalam-dalam.
“oke kalau begitu, sekarang buktikan sama bibi kalo kamu bisa muasin bibi. Tapi kamu harus janji sama bibi, ini rahasia kita aja dan ketika kamu gagal muasin bibi, bibi harap kamu nggak usah datang lagi ke warung bibi.” Ucapnya tegas.
Aku yang tertegun mendengar ucapan dari bi Nana hanya bisa mengangguk. Dan karena merasa di tantang, maka aku akan berusaha sekuat tenaga buat jebolin pertahanan bi Nana.
“sekarang apa yang kamu mau? Cepat katakana.” Ucapnya dengan nada tegas.
“aku Cuma mau bibi ngikutin permainanku aja, setelah itu bisa bibi nilai sendiri.” Ucapku tak kalah tegas.
“oke, tapi tunggu bibi nyelesaiin ini semua dulu.” Jawabnya.
Aku pun membiarkan bi Nana menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum aku bisa menggarapnya. Hampir satu jam aku menunggu dan akhirnya bi Nana telah selesai dengan urusannya tersebut.
“ayo sekarang!” ucapnya setelah mengunci pintu warungnya dari dalam.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung menyerbu bibirnya untuk aku lumat. Awalnya ia Nampak kaget, namun terasa lebih rileks beberapa saat setelahnya. Ia Nampak pasif mengikuti irama dari permainanku itu. Sambil bibirku terus bermain dengan bibirnya, tanganku menjamah area pantatnya dengan aku meremas-remasnya. Setelah itu aku menggesek-gesek mekinya dari balik daster yang ia kenakan. Ia Nampak menikmati sekali permainanku itu.
Setelah puas, aku berhenti memainkan bibirnya dan melucuti dasternya, ia pun mengikuti permainanku. Aku segera melancarkan seranganku dengan memainkan tetenya yang bulat berisi itu dari balik bra-nya. Sementara tanganku yang lain sibuk menyelinap cd-nya untuk mengobel mekinya yang detik demi detik semakin basah.
“mmmmhhhh…..” Nampak terdengar suara desahan yang ditahan oleh bi Nana. Tampaknya ia masih gengsi untuk menikmati servisku.
Setelah itu aku menghentikan kegiatanku dan melepaskan bra serta cd-nya. Aku terdiam sejenak mengagumi keindahan dari ibu dua anak yang usianya hampir kepala empat ini. Selain putih, body-nya juga tak kalah dengan mamah muda. Terlebih lagi toket dan pantatnya (meskipun toketnya tak sebesar milik mbak Devi). Meskipun di usia segitu, namun toketnya terlihat masih sangat menantang dan terlihat cukup kencang. Aku berasumsi bahwa anak-anaknya merupakan bayi sufor alias tidak minum asi.
Sejurus kemudian, aku juga melucuti pakaianku helai demi helai. Aku memang sengaja tidak memakai cd sehingga ketika aku melepas kolorku, langsung terpampang nyata si otong dengan gagahnya. Aku melihat mukanya yang langsung berubah ekspresi seperti terkejut dengan “barangku” itu.
Aku langsung berjongkok dan mengobel mekinya yang nampaknya iya cukur, sehingga hanya tersisa bulu-bulu pendek saja. Bi Nana pun menengadahkan wajahnya ke atas buah dari perlakuanku terhadap liang kewanitaan miliknya. Nampak sudah sangat becek meki dari bi Nana ini. Segera aku mainkan mulut dan lidahku pada lubang senggama itu.
“ahhhhhh…..mmmhhhhh…..” terdengar lirih ia mendesah, namun lagi-lagi masih tertahan oleh gengsinya.
Saking dahsyatnya permainanku membuat bi Nana yang semula berdiri, kini terduduk di kursi yang sebenarnya diperuntukkan untuk pelanggan. Seranganku masih berlanjut, hingga aku menemukan itilnya dan aku menggigitnya dengan gemas. Sejurus kemudian ia menggenjang tanda orgasme. Mulutku pun dibanjiri oleh cairan kewanitaan miliknya.
“gimana bi?” ucapku sambil berdiri setelah puas mengobel mekinya.
Ia hanya menatapku dengan sayu setelah orgasmenya itu, aku yakin mekinya masih belum puas jika hanya permainan mulut semacam itu dan butuh untuk digenjot oleh kontol gedhe.
“sekarang bibi rebahan deh. Di kursi situ aja gapapa.” Pintaku yang langsung dituruti oleh bi Nana tanpa banyak bertanya.
Segera aku memposisikan kontolku untuk siap menerobos mekinya. Namun sebelum itu, aku ingin sedikit memberikan “pelajaran” kepadanya karena dengan beraninya ia menantangku. Kontolku yang telah gagah berdiri tak segera aku masukkan ke dalam sarangnya, melainkan aku gesek-gesekkan terlebih dahulu pada bibir mekinya. Dan hal tersebut sukses membuatnya terpejam dan menggigit bibir bawahnya serta meremas-remas tetenya sendiri.
Setelah itu Kembali aku mainkan kontolku untuk aku masukkan ke dalam rongga kewanitaan miliknya, namun hanya sebatas kepalanya saja lalu aku keluarkan lagi, begitu kira-kira berjalan sekitar beberapa menit yang Kembali membuatnya terpejam dan menggigit bibir bawahnya. Namun tiba-tiba aku hentakkan pantatku hingga kontolku masuk ¾ yang membuatnya terkejut.
“heghhh….” Kata yang keluar dari mulutnya setelah hentakanku itu.
Setelahnya aku maju mundurkan kontolku dengan tempo sedang yang membuat kursi yang kami gunakan ikut berdencit, untungnya tertahan oleh pilar kayu penyangga atap, sehingga masih bisa aku control, namun suara yang dihasilkan seperti orang yang sedang memalu.
“dokk…dok…dok..” begitu kira-kira efek yang ditimbulkan dari genjotanku itu ketika kursi yang kami gunakan mengenai pilar kayu tersebut.
“mphhh….mphhhhhh…,mpphhh….” suara lirih dari bi Nana ketika menikmati genjotanku itu dimana ia sampai menggigit bibir bawahnya.
“gimana rasa kontolku bi?” ucapku sembari masih menggenjotnya.
Aku yang ingin melancarkan serangan secara maksimal langsung saja menuju ke tete-nya untuk aku kenyot-kenyot dengan mulutku, selain itu tanganku juga memainkan tetenya yang lain. Sementara itu, bi nana menutupi mukanya menggunakan tangannya, seolah menyembunyikan rasa malunya atas kekalahannya.
Tak berselang lama, tiba-tiba kakinya mengapit tubuhku dan ia menggenjang Kembali, tanda orgasme yang kedua kalinya. Kontolku berasa disiram kuah hangat yang lalu dijepit oleh bibir mekinya.
“gimana bi? Masih mau lanjut?” tanyaku. Lagi-lagi ia masih tak bersuara.
“sekarang bibi nungging deh, tumpuan sama pilar itu juga gapapa.” Dan bi Nana pun menuruti permintaanku, tanda bahwa ia masih ingin menikmati kontolku.
Setelah membimbingnya untuk melebarkan kakinya, mukaku aku benamkan pada pantanya, dan aku jilati mekinya itu. Selain itu juga aku meremas-remas pantatnya dan menggosok kan jariku pada anusnya. Mekinya Kembali mengeluarkan lender-lendir kenikmatan yang membasahi lidahku. Sementara itu, bi Nana Nampak dengan erat memegang pilar itu sembari menikmati servis yang aku berikan.
Tak ingin berlama-lama, aku segera memposisikan kontolku di depan mekinya. Dengan perlahan aku masukkan kontolku. Yang ternyata karena besarnya pantatnya, kontolku hanya bisa masuk setengah. Langsung saja aku menggenjotnya.
”plokkk…..plokkk…..plokkk….” suara yang terdengar dari hentakanku kepada mekinya
“ahhhhh..mmmmppphhhhh……” sementara itu desahan dari bi Nana hanya terdengar samar.
“ahhhh…. Bokongmu gede bgt biiii…. Memekmu legittt….” Ucapku dengan masih menggenjotnya.
“shhhh…mmhhhh…..uhhhhh…..” bi Nana masih mendesah dengan desahan yang tertahan.
Satu setengah jam berlalu dan aku sangat menikmati persetubuhan ini, meskipun di awal ada sedikit ancaman darinya, namun, kini setidaknya aku bisa membuktikan keperkasaanku.
“yahhh..mmmphhhhh…..ahhh……” bi Nana mulai merancau namun langsung menutupi mulutnya dengan tangannya.
“ahhhh…. Mmhhhh…. Biiii…. Aku mau keluarrr…….” Ucapku.
“crotttt….creeee…..creeeet…….” aku menumpahkan semua maniku dalam mekinya. Sementara itu ia juga mengalami orgasmenya yang ketiga kalinya, karena kembali kontolku merasa dijepit oleh dinding-dinding vaginanya dan langsung disembur oleh cairan hangat miliknya.
Setelahnya aku pun terduduk di bangku itu, tetapi otongku masih saja tegak berdiri. Sementara bi Nana langsung memunguti semua pakaiannya dan menutup mukanya dengan bajunya.
“pulang kamu!” ucapnya dengan nada tinggi, namun aku sedikit mendengar isak tangisnya.
“bibi kenapa? Aku salah ya?” tanyaku.
“bibi bilang pulang!” ucapnya Kembali.
Aku pun segera mengenakan Kembali pakaianku dan beranjak pulang meninggalkan bi Nana yang juga beranjak untuk mengunci pintu warungnya. Aku merasa aneh dengan sikap bi Nana tersebut. Awalnya menantang tapi sekarang entah mengapa ia malah mengusirku.
Sesampainya di rumah dan bersih-bersih tiba-tiba hpku bunyi dan terdapat pesan whatsapp masuk. Setelah aku lihat, ternyata merupakan pesan dari bi Nana. Segera aku membukanya.
“Besok ke rumah bibi jam 10 malam.” Isi pesan dari bi Nana.
Entah apa yang akan dilakukan oleh bi Nana terhadapku sehingga menyuruhku untuk datang ke rumahnya jam 10 malam. Apakah ia melaporkan kejadian tersebut kepada pak RT yang lalu akan menyidangku di rumahnya? Kenapa harus jam sepuluh malam kalau memang begitu. Apa karena nunggu anak-anaknya tidur terlebih dahulu, agar tidak mendengar masalah ini? Bukankah tadi juga bi Nana terlihat puas dengan servisku?
Aku masih terpikirkan tentang isi pesan dari bi Nana tersebut. Kira-kira apa yang akan terjadi kepadaku? Apakah aku akan diarak warga dengan ditelanjangi? Entahlah. Memang aku harus siap dengan segala konsekuensi yang telah aku lakukan, meskipun aku merasa jika persetubuhan yang aku lakukan dengan bi Nana kemarin tanpa unsur paksaan, toh dia terlihat sangat menikmati setiap sodokan dari kontolku.
Apapun yang akan terjadi aku harus siap menghadapi kenyataan tersebut, meskipun kenyataan tersebut terasa pahit. Lama aku membayangkan tentang apa yang akan terjadi kepadaku besok membuat rasa kantukku datang, hingga tak terasa mataku terpejam dengan sendirinya.
Aku terbangun ketika hari mulai gelap. Karena merasa lapar, aku pun memutuskan untuk memasak mie instant. Karena tidak memungkinkan juga jika aku Kembali ke warung bi Nana, karena dengan kejadian tadi, ia terlihat marah denganku. Disaat sedang menyantap mie buatanku itu tiba-tiba terdapat pesan masuk dari bi Nana.
“besok kesininya lewat belakang, jangan lewat depan, sama jangan bawa motor.” Isi pesan dari bi Nana tersebut.
Aku pun keheranan dengan isi pesan tersebut. Jika memang, besok adalah hari dimana aku akan disidang lalu dihukum, kenapa harus lewat belakang? Pertanyaan demi pertanyaan Kembali terlintas di otakku. Rasanya aku seperti dihantui oleh rasa cemas. Namun, sejurus kemudian aku berpikir. Atau mungkin bi Nana ngajak aku ngentot di rumahnya? Eh, tapi kan ada suami dan anaknya di rumah itu. Entahlah, perempunan memang penuh dengan teka-teki.
Segera aku menghabiskan makananku dan mencuci segala barang yang telah aku pakai tadi. Setelah semuanya beres dan aku memutuskan untuk merebahkan diri, tiba-tiba hp-ku berdering, tanda panggilan suara masuk.
“halo, Ma.” Ucapku saat aku mengangkat panggilan tersebut yang ternyata berasal dari mamaku.
“iya, halo. Gimana kabar kamu nak?” tanya mamaku dari balik telepon.
“baik, Ma. Ada apa? Tumben-tumbenan telpon dito.” Jawabku, karena mamaku memang jarang menelponku, lebih sering bertukar pesan WhatsApp denganku.
“ini, mama mau ngasih kabar, kalo mungkin dua minggu lagi tantemu bakal nginep di situ.”
“ha? Tante siapa ma? Dan kenapa harus nginep di rumah Dito?” tanyaku.
“tante wulan. Dia lagi butuh tempat buat nenangin diri, makanya mama suruh dia nginep di rumah kamu, dari pada dia kabur entah kemana.” Jawab mamaku.
Tante wulan merupakan adik dari papaku satu-satunya dan dia telah bersuami sejak beberapa tahun lalu. Terakhir aku bertemu dengannya adalah ketika ia menikah dengan suaminya itu, dan selepasnya ia diboyong oleh suaminya ke sebrang pulau karena memang suaminya juga berasal dari situ. Tak banyak yang bisa aku gambarkan tentangnya karena aku juga tidak begitu akrab dengannya.
“kenapa nggak nginep di rumah mama aja si?” tanyaku lagi. Aku memanglah orang yang suka dengan kesendirian dan kurang suka jika harus berurusan dengan orang asing yang tidaklah akrab denganku.
“kamu kan tau sifat papamu, nak. Nanti kalo tantemu nginep disini yang ada malah diceramahin lagi sama papamu.” Jawab dari mamaku.
“iya deh, Ma.” ucapku pasrah menerima.
“gapapa kan, Nak. Kasian lo tantemu.” Bujuk mamaku yang nampaknya kurang puas dengan ucapanku.
“iya, Ma. Gapapa, tenang aja.”
Setelah itu mamaku menutup teleponnya. Ingatanku Kembali flashback tentang tante Wulan itu. Namun ternyata tak banyak yang bisa aku ingat. Ia setauku tidak beda jauh usianya denganku, mungkin kira-kira hanya terpaut 10 tahun saja. Seingetku dulu ia merupakan sosok dengan body yang cenderung gemuk, dengan tinggi rata-rata Wanita Indonesia, lah. Sementara itu, aku berusaha mengingat tentang spek tete dan pantatnya dan setelah aku berusaha mengingat ternyata aku malah kecewa, lantaran seingatku tetenya tidak besar dan pantatnya juga biasa saja.
Tak terasa aku pun Kembali terlelap dan bangun ketika matahari sudah menunjukkan eksistensinya. Karena hari ini merupakan hari minggu, aku pun memutuskan untuk lari pagi, setelah sekian lama tidak berolah raga. Selain untuk melepaskan stress karena terus kepikiran akan rencana dari bi Nana, aku juga ingin menjaga staminaku ketika menggenjot mbak Devi nantinya.
“eh mas dito, nggak mampir nih mas?” ucap mbak Devi ketika ia sedang menjemur baju dengan manjanya ketika melihatku melewati depan rumahnya.
“besok aja deh mbak.” Ucapku sambil berlalu.
Sementara itu, Nampak raut kekecewaan dari wajah mbak Devi tersebut, karena aku menolak ajakannya untuk mampir. Namun apa boleh dikata, pikiranku sedang berkecamuk saat ini dan dimana ketika aku mampir, pasti ujung-ujungnya ngentot, sedangkan aku tidak ingin bersetubuh dengannya untuk saat ini.
Setelah beres berolahraga, aku pun memutuskan untuk mandi dan setelahnya hujan melanda kampungku itu. Karena capek berolahraga dan didukung oleh suasana hujan, tak terasa aku Kembali terlelap dan bangun ketika sore hari tiba.
Tak ingin terus terbayangkan waktu hari ini yang mungkin akan menjadi waktu “eksekusi mati”-ku, aku pun memutuskan untuk bermain game melalui pc-ku. Berkat kegiatanku tersebut, waktu menjadi berjalan sangat cepat. Hingga tiba waktuku untuk mendatangi rumah bi Nana itu. Tiba-tiba hp-ku berbunyi tanda pesan masuk.
“kamu ada masalah apa, mas Dito? Cerita sama mbak dong.” Bunyi pesan yang dikirimkan oleh mbak Devi.
“besok ya, mbak.” Jawabku singkat
Aku menyusuri jalanan kampung yang basah akibat hujan tadi, dengan suasana sepi dan hawa yang sangat pas sekali jika ingin melakukan per-entot-an duniawi. Dengan pakaian yang cukup rapih dan wangi, aku telah sampai di belakang rumah bi Nana, sesuai dengan yang ia pinta kemarin. Dengan rasa gugup nan takut, segera aku chat bi Nana dengan maksud memberi tau jika aku sudah sampai. Tak berselang lama kemudian, pintu pun terbuka dengan wajah datar dari bi Nana menyambutku dan menyuruhku untuk masuk.
Ketika aku masuk ke dalam rumahnya, ternyata semua dugaanku salah. Tak ada seorang pun di ruang tengah dan kemungkinan juga di ruang tamu karena kondisi ruang tamu yang gelap.
“duduk situ dulu.” Pinta bi Nana yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
Tak berselang lama kemudian, ia Kembali dari kamarnya.
“masuk sini.” Pintanya Kembali yang memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya.
Aku terkejut sekaligus terheran-heran dengan permintaannya tersebut. Kenapa aku tiba-tiba disuruh masuk ke dalam kamarnya? Bukankah suaminya masih sakit dan nggak mungkin pergi jauh? Pertanyaan yang muncul dalam otakku. Aku masih tak habis pikir dengan rencananya tersebut.
Sesudah memasuki kamarnya, betapa terkejutnya aku ketika melihat suaminya sedang tidur dengan pulas di atas ranjangnya. Sejurus kemudian aku Kembali terkejut karena dengan tiba-tiba bi Nana melucuti seluruh dasternya dan hanya menyisakan bra dan cd-nya dengan warna cream senada.
“ini kan yang kamu mau?” ucapnya setelah melucuti pakaian luarnya tersebut.
“eh, ttttapi kan…. ada suami bibi.” Ucapku gugup.
“biarkan… biarkan aku bisa menunjukkan bahwa aku telah menemukan yang jauh lebih perkasa darinya.” Ucapnya lagi.
Aku hanya bisa tercengang mendengar ucapannya itu. Namun ketika aku sedang tidak focus lantaran memikirkan tentang perkataannya tersebut dan khawatir jika suaminya tiba-tiba terbangun, ia langsung mendekatiku dan menyosor bibirku. Awalnya aku hanya pasif karena masih khawatir hal tersebut bakal benar-benar terjadi. Bersama dengan ciumannya tersebut ia melucuti pakaianku satu persatu.
“tenang aja, dia udah aku kasih obat tidur paling ampuh.” bisiknya menenangkan.
“aku millikmu mala mini, Dito.” Lanjutnya.
Merasa mendapatkan lampu hijau, aku langsung membalas ciumannya tersebut dengan sangat ganas. Segera juga aku lorotkan bra dan cd-nya itu. Ia melepaskan ciumannya karena rangsanganku pada meki dan toketnya tersebut. Bibirku berpindah pada belakang telinga dan lehernya.
“ahhhhh…. Iyahhhh….. aku milikmu toooo…. Terussss….” Ia terus merancau ketika rangsanganku di ketiga area sensitifnya terus aku jalankan.
“enakkkkk toooo….. terussss……. Ahhhhh…. Ohhhhh….”
Aku menyudahi semuanya setelah Lelah berdiri dan lalu memintanya untuk duduk di Kasur samping suaminya. Setelah ia terduduk, aku berjongkok dan mengarahkan kepalaku langsung menuju pada area selangkangannya dan mengoral mekinya. Bersama dengan lidahku, aku juga menggunakan jariku untuk merangsang mekinya.
“toooo…. Ahhhh….. apaahh… yanggg…mmmhhhhh…. Kamuuuu…. Lakuinnn…..” ia terus merancau sebagai respon atas rangsanganku.
“terussshhh… ahhhh……. Jangannnn…. Berhentiiii……ouhhhh”
Aku terus mengobel mekinya hingga kurang lebih 10 menit dan bi Nana pun akan sampai pada orgasmenya.
“toooo…. Ouuchhhhh…… akuuuu…. Sampaiiiii….ohhhh…..” ucapnya sambil menengadahkan wajahnya ke atas dan menjepit kepalaku.
Setelah itu, aku merebahkannya di samping suaminya. Aku mulai Kembali menyosor bibirnya yang sejurus kemudian disambut dengan permainan lidah dari kami berdua. Setelah itu bibirku pindah menuju lehernya yang kemudian turun ke tete-nya. Ia terus-terusan merancau tak karuan atas rangsangaku tersebut.
“masukinnn…. Kontolmuuu… sekarangg…. Ahhh… mmhhhhhh….” Pintanya ketika aku memainkan lidah dan mulutku pada tete-nya. Ngocoks.com
“kontol siapa biii?” tanyaku mencoba memancingnya.
“kontoolll…. Mmmmhhhh…. Ditooo….. uhhhhh….. yang gagah perkasaaa…..mhhhhh” ucapnya.
Aku Kembali turun ke bawah untuk menjilat memeknya sekali lagi sebelum mengarahkan kontolku menuju sarangnya. Pertama-tama aku mainkan dulu kepala kontolku dengan mengoles-oles bibir mekinya dengan palkonku.
“cepetttt…. Aku udah ngga tahannn….” Gerutunya.
Segera aku masukkan kepala kontolku dan mengeluarkannya lagi.
“masukin semuanyaa too…. Aku pengen kontolmuuu….” Ucapnya sambil memejamkan mata ketika aku melakukan itu.
Dan…
“bless…” hampir ¾ kontolku masuk dalam memeknya.
“ouhhhh…. Kontolmuu gede bgtt toooo… enakkkkhhhh….”
“Lebih cepat lagiiii…..akhhhhhh……” pintanya.
Aku pun mempercepat tempoku itu, hingga ranjang yang kami gunakan pun ikut bergoyang mengikuti irama persetubuhan ini. Meskipun demikian, suaminya tetap tidur dengan nyenyak dan tak bergerak sedikitpun. Tak ingin menyiakan kesempatan di depan mata, Kembali aku menjamah toketnya. Meremasnya, memilinnya, hingga mengenyotnya.
“iyahhh… iyahhhh…. Sedottt terussshhh….. entotttt lebih dalemmmhh…. Ohhhh….” Bi Nana Kembali merancau.
“ini yang dari dulu aku pengennn…. Mmmhhhhh…..” ucapnya.
“pengen apahhhh…. Biii…..” pancingku sambil terus menggenjotnya dan memainkan tete-nya.
“pengenn… dientot… kontol gedeehhh…..” sautnya.
Aku terus menggenjotnya dengan irama cepat dan membuatnya merem-melek karena aksiku tersebut. Hingga tak berasa selama kurang lebih 20 menit, kami berada pada posisi tersebut.
“tooooo….. ooouhhhhh….. akuuhhh…. Keluarrr…. Lagiiiii…. Ohhhh…..” ucapnya.
Dan benar saja, ia langsung memuncratkan cairan kenikmatan tersebut dan menjepit erat kontolku. Setelah itu ia pun menatapku lalu tersenyum.
“masih kuat bi?” tanyaku.
Ia hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Setelahnya, aku memintanya untuk bergantian. Kini aku yang merebahkan diri di samping suaminya, sementara ia menunggangi kontolku. Dengan perlahan namun pasti, ia membimbing kontolku untuk masuk ke dalam liang senggamanya tersebut.
“ahhhh… penuhhh bangettt…. Kontolmuuu….”
“ahhhh… memekmu juga masih sempittt…. Bii….” Sautku.
Bi Nana memulai goyangannya dengan tempo pelan.
“ahhhh…. Ahhhh….. ahhhhh…..” ucapnya sambil menengadahkan wajahnya ke atas. Aku pun meremas serta memilin-milin puting susunya.
“ohhh…. Lebih cepat biiii….” Pintaku. Bi Nana pun mempercepat goyangan naik turunnya.
“plokkk…..plokkkk…..ploookkkkk….” suara dari persetubuhan ini.
“Ahhhh….ahhhhh….mmmhhhhh….. aku ingin jadiii milikkmmuuhh…. Selamanyahhh….” Ucapnya.
10 menit kami berada pada posisi tersebut. Hingga tiba-tiba terdengar suara dari arah luar dengan memanggil bi Nana, yangmana aku prediksi merupakan anaknya yang kecil memanggilnya. Awalnya bi Nana hanya memelankan desahannya. Namun, pintu kamarnya pun di ketok oleh anaknya tersebut.
Kami pun kelimpungan, karena anaknya ini bukanlah anak bayi seperti anaknya mbak Devi yang belum mengerti tentang hubungan lawan jenis, terlebih lagi, aku merupakan orang asing. Segera bi Nana mengambil selimut untuk menutup tubuhnya dan mencabut meki-nya dari kontolku dan bergegas untuk membuka pintu. Aku pun di pinta untuk mengikutinya dari belakang dan memintaku untuk sembunyi di balik pintu.
Bersambung…