“kenapa, nak? Kok panggil-panggil ibu?” tanya bi Nana sesaat setelah membuka pintu dan menongolkan kepalanya.
“harusnya aku dong yang nanya ibu kenapa. Tadi aku dengar mamah kayak orang kesakitan gitu.” Ucap anak itu dengan polos.
Tak ingin membiarkan kontolku mengecil Kembali, tanpa ia sadari, aku membuka sedikit selimut yang menutupi area bawah miliknya. Perlahan aku arahkan kontolku menuju memeknya. Hingga membuatnya terkejut atas aksi beraniku tersebut.
“oughhh….mmmmhhh…..” kata yang keluar dari mulutnya diiringi dengan ekspresi terkejutnya yang otomatis dilihat anaknya.
“ihhh tuhhh kan, ibu sebenarnya kenapa?” tanya anaknya Kembali.
“shhhh…. gapapa nak, ibu gapapa…. Mmmhhhh… udah, kk… kamu balik… tidur ajaaahhhh…” ucapnya dengan terbata-bata efek dari genjotanku tersebut.
Untungnya anaknya pun menuruti apa perkataan ibunya dan langsung Kembali ke kamarnya. Sementara itu, bi Nana menutup pintunya Kembali dan berpegangan dengan gagang pintu miliknya untuk menikmati doggy-an ku.
“ahhhh…..ooggghhhhhh…..mmmmhhhhhhh……..” kali ini desahannya berusaha ia tahan, lantaran takut Kembali didatangi oleh anaknya tersebut.
“plakkk….plakkk….plakkkk….” aku pun menampari pantatnya karena gemas dengan pantatnya yang seolah ikut bergoyang mengikuti irama dari genjotannku itu.
“iyahhh…. Terussss….. gennjjooottttt…….oghhhhh…..” ucapnya lagi, tapi kali ini lebih pelan.
“genn….joottt….teruusss…memekkk….kuuuhh…ohhhh”
“akuuu…maauuhhhh… keluar lagii… mmmmhhhhh…..” lanjutnya.
“Plok….plokkk…plokkkk….” suara selangkanganku yang berbenturan dengan pantat besarnya itu menambah kesan erotis.
“iyahhh..biii…. keluariinnnn…. Barengg…. Yahhh….”
“ahhhh….” Suara kita bersamaan setelah mengalami orgasme secara bersamaan.
Setelahnya bi Nana pun terkulai lemas dengan duduk di lantai dan menyenderkan tubuhnya ke pintu. Sementara itu, aku yang baru keluar pertama kali masih merasa onfire dan siap untuk masuk dalam ronde berikutnya.
Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan mala mini, di tambah lagi bisa ngentot istri orang di depan suaminya langsung (meskipun tertidur pulas) merupakan pengalaman baru bagiku. Segera aku mengangkat tubuh bi Nana untuk Kembali aku pindahkan menuju ranjangnya.
“to, ampun…. Bibi cape.” Ucapnya dengan nada lemah.
“udah bibi tenang aja ya, kali ini bibi ga usah banyak goyang, serahkan semuanya ke Dito.” Ucapku.
Bi Nana pun hanya menganggukkan kepala dan tersenyum kepadaku.
“bi, emutin kontol dito dong.” Pintaku kepada bi Nana.
“emang gimana caranya to?” tanyanya penasaran.
“ya kayak bibi ngemut permen aja.”
“oh gitu ya, To. Boleh deh bibi coba.”
Setelahnya aku menyuruhnya untuk berbaring menyamping dan memintanya untuk membuka mulutnya. Sejurus kemudian, perlahan dengan pasti, rongga mulutnya telah penuh sesak dengan kontolku. Meskipun tidak jago dalam oral sex, namun tetap saja aku bisa menikmatinya. Perlahan namun pasti, aku memaju mundurkan kontolku yang telah berada di dalam mulutnya tersebut.
“ohhh…. Mulutmu tak kalah enaknya dengan memekmu, bihh…..” ucapku.
Bunyi khas dari kontol yang disepong pun mengiringi oral sex kami ini.
Tak berselang lama, karena aku merasa bosan, aku pun memintanya untuk berganti posisi, kali ini aku ingin mencoba 69 dengannya. Lagi-lagi ia pun nurut dengan permintaanku tersebut, meskipun dengan sedikit bertanya terlebih dahulu tentunya. Aku pun mulai menindih tubuhnya dengan posisi terbalik, alias kepalaku berada pada memeknya, sementara itu karena tingginya yang cukup berbeda jauh denganku, aku harus menekuk tubuhku agar mulutnya mampu menjangkau kontolku.
Aku pun memulai aksiku dengan memainkan jari-jariku pada area memeknya, memainkan bibir memeknya dan memasukkan jariku kedalam memeknya. Sementara bi Nana, perlahan namun pasti, mulai melakukan eksplorasi, yaitu dia kini mengemut biji-bijiku dan menyedot-nyedotnya.
“mmmppphhhh….. mmhhhhhh…..” ia merancau tak karuan efek dari permainanku dan juga karena mulutnya terisi oleh bijiku, sehingga ia merancau dengan sedikit tertahan.
Setelahnya ia Kembali memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Sementara aku, mulai memainkan lidahku pada area sensitifnya tersebut. Cukup lama kami berada pada posisi tersebut. Hingga aku iseng untuk mengigit kecil klitorisnya.
“aughhh….. ohhhhh….. aghhuuu….. keluargggg….” Ucapnya tak jelas setelah aku menggigit klitorisnya yang langsung diiringi dengan semburan cairan kewanitaan miliknya tersebut.
Setelah cukup puas, aku pun berniat untuk Kembali mengentot memeknya. Segera aku beranjak dari menindihinya untuk merenggangkan dan mengangkat kakinya. Aku arahkan Kembali kontolku menuju memeknya. Perlahan namun pasti, kontolku mulai mengisi rongga kewanitaannya
“ohhhh….. mmmhhh….” Kata yang keluar dari mulutnya sembari memejamkan matanya ketika kontolku mulai masuk ke dalam memeknya.
Perlahan namun pasti, aku mulai menggenjot memeknya itu.
“ohhhh…. Mmhhhhh…. Terussss…. Lebihhh dalemmm sayangghhhh….”
“akhhhh….. kontolmuhhh… gilaaaa….”
“lebihhh…. Cepeetthhhh…..”
“lebihhh…. Cepeetthhhh…..”
“lebihhh…. Cepeetthhhh…..”
Sejurus kemudian, aku menaikkan tempoku. Bersamaan dengan itu, aku juga Kembali menyosor bibirnya.
“mmphhhhh……” desahannya tertahan karena tersumpal oleh bibirku.
Aku pun tak ingin membiarkan toketnya bergoyang begitu saja. Setelahnya mulutku berpindah menuju toket kirinya, sementara itu toket kanannya menjadi sasaran tangan kananku untuk aku mainkan.
“iseppp…teruss….. sayanggg”
“iyahhh…. Plintiirrrr….”
“ohhhh…. Ampunnnn….”
“genjothh… iyahhh….. ohhhh….”
“sampiii… lagiihhh…..akhhhh….” pekiknya ketika sampai pada orgasme-nya untuk yang keempat.
“bi, sekarang jepit kontolku pake tetemu yah.” Pintaku.
Sejurus kemudian ia pun mengabulkan permintaanku tersebut dan mulai menjepit kontolku dengan tetenya yang besar itu. Nikmati sekali kontolku merasakan jepitan dari toket besar itu.
“ohhh… empuk banget bi tetemu….”
“ahhhh…. Sambil buka mulut trus keluarin lidahnya dong bi….. kepalanya rada di deketin ke tete yahh…..”
Bi Nana pun menuruti permintaanku tanpa ragu. Karena kontolku yang cukup Panjang, kontolku bisa masuk ke dalam mulutnya, meskipun hanya kepalanya saja.
“ohhhh…. Iyaaahhhh….biiii….. jepitanmu enagghhhhh…..”
“sebentar lagihh…. Akuhhhh…. Keluarr……”
Tak berselang lama, aku pun mencapai klimaks dimana kontolku menyemburkan mani-nya yang mana ada yang masuk ke mulutnya dan ada yang mengenai mukanya. Aku pun memintanya untuk menelan maniku yang masuk ke dalam mulutnya tersebut. Awalnya ia ragu untuk melakukannya, tapi pada akhirnya, ia pun mengikuti kemauanku.
Tak ingin berlama-lama berada di rumah orang, aku pun memutuskan untuk pamit, karena pada saat itu kurang lebih sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Kurang lebih aku telah menggaulinya selama 4 jam. Sebuah pengalaman baru tentunya bagi seorang Dito, ditambah lagi dilakukan di tempat dan dengan kondisi yang tidak biasa.
“besok ke warung bibi ya, To. Ada yang pengen bibi certain.” Ucapnya saat mengantarkanku menuju pintu belakang rumahnya.
Aku pun meng-iya-kan permintaannya tersebut dan langsung bergegas pulang untuk istirahat. Badanku terasa capek karena permainan yang berlangsung selama berjam-jam tersebut. Selain itu juga aku tidak dapat mengontrol nafsuku sendiri, meskipun aku sadar bahwa aku bukanlah orang lemah yang gampang keluar, namun permainan tadi dan kejadian sebelumnya benar-benar menguras tenaga dan emosiku.
Aku terbangung ketika matahari sedang terik-teriknya. Hari ini aku memiliki dua janji temu, yaitu bertemu dengan mbak Devi dan bi Nana. Aku pun kebingungan antara harus memilih mbak Devi terlebih dahulu atau bi Nana dulu. Karena kondisi perutku yang juga keroncongan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke warung bi Nana terlebih dahulu, sembari mengisi perut, pikirku.
“bi…” sapaku ketika aku telah sampai di warung bi Nana yang Nampak bi Nana sedang sibuk melayani pembeli karena memang bertepatan dengan jam makan siang.
“eh, bentar ya, To. Lagi banyak antrean ini.” Jawabnya.
Aku pun menunggu bi Nana sembari memakan gorengan yang tersaji untuk sekedar mengganjal perutku yang kosong sedari semalam. Pandanganku tak pernah lepas dari kemolekan tubuh bi Nana tersebut. Aku merasa ada yang berbeda dari bi Nana hari ini. Ia Nampak menggunakan pakaian yang lebih ketat, tidak seperti biasanya yang menggunakan daster gombrong kesukaannya.
Aku berpikir, mungkin kali ini bi Nana lebih percaya diri akan tubuhnya sendiri setelah aku berhasil menaklukannya. Atau mungkin juga hal tersebut caranya untuk memancing nafsuku (pikir kotorku). Cukup lama dan telaten bi Nana melayani pembelinya satu per satu, hingga menyisakan aku sendiri di warung tersebut.
“mau makan apa, To?” tanyanya.
“kek biasa aja bi, telur balado sama kering tempe. Sama jangan lupa es teh nya ya.” Jawabku.
“oh iya bi, semalem katanya mau cerita. Cerita apa bi?” tanyaku setelah aku selesai menghabiskan santapanku dan bi Nana telah selesai beberes.
“hmmm…. Gimana ceritanya ya…” ucapnya.
“udahlah bi, cerita aja. Anggap aja Dito ini adek bibi.”
“adek kok kakaknya dientot.” Ucapnya frontal sembari cemberut yang dibuat-buat.
Pada akhirnya bi Nana memulai ceritanya. Ia bercerita bahwa ia selama ini tidak mendapatkan nafkah batin dari suaminya semenjak suaminya menderita penyakit jantung dan diabetes yang telah di derita kurang lebih lima tahun tersebut.
Dulu mereka sempat mencoba untuk melakukan hubungan badan tersebut, namun kontol dari suaminya tidak mampu berdiri dengan sempurna, hal tersebut tentu saja mengganggu kenikmatan dalam berhubungan badan. Selain itu juga bi Nana merasa tidak puas akan hal tersebut. Hal tersebut tentu saja mengamini apa yang pernah menjadi dugaanku sebelumnya.
Alasannya membuka warung dari pagi-pagi buta hingga hampir tengah malam pun juga merupakan salah satu bentuk upayanya untuk mencoba mengalihkan fokusnya dari ketidakpuasan di ranjangnya tersebut, terlebih lagi dia merupakan salah satu tipe Wanita yang memiliki nafsu cukup tinggi.
Meskipun demikian, ia tidak memiliki pikiran untuk bercerai dengan suaminya tersebut, lantaran mereka telah cukup lama Bersama, dan telah melewati banyak kisah Bersama. Menurutnya itu tidaklah adil jika hanya karena masalah ranjang membuat mereka harus berpisah.
“udah bi, nggak usah ditangisi, kan masih ada Dito disini.” Ucapku mencoba menghibur saat air matanya perlahan mulai menetes.
Selanjutnya, bi Nana menceritakan tentang betapa kagetnya ia saat tiba-tiba tubuhnya ingin diperkosa oleh orang yang tidak dikenal, yang tidak lain dan tidak bukan adalah aku. Ia kaget karena selama berpuluh tahun ia hidup di kampung ini selalu aman dan entah kemalangan apa yang menimpanya hingga ia hendak diperkosa oleh orang.
Ditambah lagi ia sangat terkejut ketika yang dibalik topeng tersebut adalah aku, sosok yang selama ini ia kenal sebagai pribadi yang pendiam dan tidak kenal aneh-aneh. Ia sempat memiliki pemikiran untuk berteriak maupun melaporkanku kepada pak rt, namun urung ia lakukan lantaran ia paham bahwa aku tidaklah memiliki maksud buruk terhadapnya.
Setelah rasa shock-nya tersebut hilang, muncul lah rasa penasaran dalam dirinya terhadapku. Kenapa aku seberani itu hingga hendap memperkosanya. Telah lama ia mendambakan sesosok kontol yang dapat menghujami memeknya tersebut dan kemunculan kontol tersebut ternyata di luar dari pikirannya alias tak terduga. Pada hari kedatanganku berikutnya, ia Kembali terkejut. Karena ia tak menyangka bahwa aku akan seberani dan sengotot itu untuk bisa mendapatkan tubuhnya tersebut.
Pada awalnya muncul keraguan dalam dirinya. Apakah seorang Dito yang notabene memiliki tubuh kurus kerempeng nan tinggi itu dapat memuaskan Hasrat tinggi seks nya yang selama ini telah ia pendam dalam-dalam. Atas dasar tersebut lah yang membuatnya menantangku untuk bisa memberikannya rasa kepuasan. Dan ternyata keraguannya tersebut salah, karena dengan gagahnya aku dapat membuatnya orgasme berulang kali dan memberikannya klimaks yang selama ini tak ia dapatkan.
Kejadian di rumahnya tersebut juga merupakan scenario yang ia rancang sebagai bentuk kekesalan dirinya terhadap suaminya selama ini. Selain itu, juga ia ingin merasakan sensasi yang berbeda dalam berhubungan badan. Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan bahwa ia sangat ingin menikmati kontolku dengan lebih baik, karena saat di warung ia masih terhalang oleh gengsinya.
“bibi selalu kangen sama ini mu to.” Ucapnya sembari mengusap-usap kontolku dari balik celanaku.
“astaga… udah-udah, ini kan lagi di warung.” Lanjutnya setelah menyadari bahwa perbuatannya tersebut bisa saja tiba-tiba dilihat oleh orang yang tak sengaja melintas ataupun ingin membeli makanan.
Benar saja. Tak berselang lama, datanglah seorang pembeli, yang ternyata adalah mbak Devi. Mbak devi pun menyapaku yang saat itu masih berada di warung bi Nana yang lalu memesan makanan.
“tumben mbak beli makanan jadi.” Ucap bi Nana sembari menyiapkan makanan yang dipesan oleh mbak Devi tersebut.
“iya nih, bi. Tiba-tiba suamiku pulang dan aku belum sempat masak. Makanya daripada nunggu aku masak, mending aku beli makanan jadi aja disini.” Ucapnya menjelaskan sembari sesekali melirikku.
“wah… nggak jadi dapet jatah nih hari ini.” Ucapku dalam hati setelah mendengarkan jawaban dari mbak Devi tersebut.
Tak berselang lama, setelah makanan pesanannya selesai disiapkan, mbak Devi pun berpamitan untuk pulang. Aku pun menjadi penasaran dengan persetubuhannya dengan suaminya itu. Sejenak aku berpikir, tidak mungkin jika langsung siang ini mereka melepaskan kerinduan mereka di ranjang, karena pasti suaminya capek setelah perjalanan jauh. Ya, mungkin nanti malam, asumsiku sih seperti itu.
Aku pun melanjutkan obrolanku Bersama dengan bi Nana. Kali ini obrolan kita tidak menjurus pada hubungan ranjang, melainkan lebih ke pada bi Nana menanyaiku perihal keluargaku dan kehidupanku. Terlebih mamaku dulu beberapa kali sempat singgah di rumahku dan sering membeli lauk pauk di warung bi Nana ini, sehingga sedikit banyak mereka telah kenal satu sama lain.
“bisa nih bi nanti malam.” Ucapku sembari meremas bokongnya yang bahenol itu saat ia hendak beranjang dari kursinya dan ingin memasak Kembali masakan yang telah habis stoknya.
“nggak ah to, bibi capek, pengen istirahat. Ini tadi aja bibi kesiangan buka warungnya.” Ucapnya merajuk.
“lagian kan nggak mungkin juga suami bibi, bibi kasih obat tidur tiap malem juga kan.” Imbuhnya.
Aku pun kecewa dengan ucapannya tersebut, namun aku masih berpikir jernih, bahwa yang dikatakan oleh bi Nana tersebut memang benar. Sejurus kemudian aku memutuskan untuk pulang dan melakukan ritual tidur siangku sebelum nanti malam mengeksekusi rencanaku, yaitu mengintip mbak Devi dan suaminya yang (mungkin) akan melepaskan rindu mereka di atas ranjang yang pernah aku nodai itu.
…..
Akhirnya aku terbangun tepat pukul delapan malam. Aku pun mengecek portofolio crypto dan forexku yang selama ini tak ku sentuh lantaran kesibukanku dalam dunia perlendiran. Alangkah terkejutnya aku jika hampir seluruh portofolioku memerah alias rugi, dan beberapa yang ijo pun tak mampu menutupi kerugian yang aku peroleh tersebut. Tak ingin berpusing-pusing ria, akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan segera bergegas menuju rumah mbak Devi.
Aku pun menyusuri jalan kampungku tersebut yang ketika telah memasuki jam 9 malam seperti tak terlihat kehidupan, dan hanya ada sesekali orang lewat menggunakan sepeda motor. Tak butuh waktu lama bagiku untuk sampai di rumah mbak Devi karena memang jarak antara rumahku dan rumahnya tidaklah jauh.
Sesampainya disana aku kebingungan mencari spot untuk mengintip, lantaran kondisi rumahnya yang terhitung di pinggir jalan dan rentang dipergoki oleh warga yang sedang meronda jika aku sedang mengintip. Aku pun mimiliki pikiran jika cara teraman untuk mengintip adalah dengan masuk ke dalam rumahnya dan mengintip dari dalam.
Sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam rumahnya, terlebih dahulu aku pastikan jika kedua pasangan tersebut sudah masuk ke dalam kamar, sehingga aku dengan bebas dapat masuk ke dalam rumahnya. Dan benar saja, ternyata mereka telah masuk ke dalam kamar mereka dan sedang asik bercengkrama.
Aku mencoba untuk masuk ke dalam rumah mbak Devi melalui pintu belakang rumahnya tersebut. Dan lagi-lagi dewi fortuna sedang berpihak kepadaku, yang entah dengan sengaja atau tidak, ternyata pintunya tidak dikunci.
Sejurus kemudian aku telah berada di depan kamar mbak Devi. Dengan bantuan bangku kayu, aku meraih ventilasi yang berada tepat diatas pintu kamar mereka dan Nampak mereka masih asik bercengkrama. Tak perlu aku menunggu lama hingga adegan yang aku nanti-nantikan pun hadir.
Mulai dari permainan bibir dan lidah mereka dengan posisi yang masih sama seperti semula. Sembari melakukan permainan bibir, mereka juga merangsang satu sama lain, yaitu suami mbak Devi meremas-remas duo bukit kembar jumbo milik mbak devi, dan mbak devi mengurut-urut kontol milik suaminya tersebut yang masih sama-sama terbungkus oleh pakaian mereka
“mmmppppp……..” bunyi mulut dan lidah mereka yang saling beradu.
“ohhhh… pahhhhhh.”
Sementara aku masih menyimak permainan mereka berdua, tentunya dengan kondisi dari si otong yang perlaham mulai mengeras. Tak berselang lama ternyata mereka mengakhiri permainan bibir mereka yang lalu suami mbak devi beranjak dari tidurnya dan menuju ke bawah.
Mula-mula ia melucuti pakaiannya yang kemudian diikuti oleh mbak devi. Nampak samar terlihat jika kontol dari suami mbak devi tak sebesar punyaku, dan dari situ muncul rasa sedikit sombong dari dalam diriku. Perlahan ia mengangkangkan kaki mbak devi dan Nampak perlahan mulai mengarahkan kontolnya menuju sarangnya.
“aku masukin sekarang ya maaa.” Ucap suami mbak devi yang selanjutnya hanya dibalas anggukan oleh mbak devi. Ngocoks.com
“ohhhh….. lebih dalamm…. pahhhh…..” lengkuh mbak devi ketika perlahan namun pasti kontol dari suami mbak devi masuk ke dalam memek-nya. Sementara suami mbak devi hanya diam sembari menikmati penetrasinya.
“iyaahhhh….. mmmppphhhhh….”
Suami mbak devi memulai permainan dengan tempo lambat. Aku berpikir jika ia langsung gaspol, maka saat itu juga ia akan keluar, makanya ia memompa kontolnya dengan perlahan. Sementara itu, tangannya tak tinggal diam, tangannya meremasi duo toket besar dari milik mbak devi tersebut. Perlahan namun pasti, tempo genjotannya mulai meningkat.
“ahhhh….. terusss pahhh…..”
“ohhh….. ahhhhh……”
“memekmu masihhh sempittt jugaa maaaa…” ucap suaminya.
“akhhh…. Aku keluar maaaa….”
Tak berselang lama, kurang lebih 7 menit, ternyata suami mbak devi sudah mengalami orgasmenya, hal tersebut membuat mbak devi kecewa, karena belum merasa puas terhadap permainan suaminya tersebut. Yang tak kalah mengejutkan adalah ketika tiba-tiba suaminya melepaskan kontolnya dari memek mbak devi dan beranjak turun dari kasunya menuju ke arahku.
Secepat kilat aku langsung turun dan merapihkan bangku yang aku gunakan dan lalu bersembunyi di balik sofa. Dan ternyata suami mbak Devi pergi ke kamar mandi untuk mandi, hal tersebut aku ketahui karena, terdengar suara gemericik air tanda suami mbak Devi sedang menggunakan kamar mandi.
Tak berselang lama kemudian ternyata mbak Devi mengikuti suaminya yang keluar kamar. Nampak ia mengenakan daster terusan yang aku prediksi ia tak mengenakan pakaian dalam. Langsung saja aku ikuti mbak devi yang menuju dapur tersebut. Ia ternyata menuju kulkas yang mungkin ingin mengambil minuman dingin. Saat ia menungging hendak mengambil botol air segera aku hujamkan kontolku yang telah aku keluarkan dari sarangnya sebelumnya.
“ssssstttttt…..” bisikku saat kontolku telah separuhnya masuk dan ia menoleh terkejut ke arahku.
Bersambung…