“aku tau kok mbak Devi belom klimaks.” Ucapku berbisik
“iyahhh…. Genjott memekku maassshhh…..” ucapnya dengan lirih
Perlahan aku mulai menggenjot kontolku yang berada di dalam memek mbak Devi. Botol minuman dingin yang tadinya hendak ia ambil kini ia taruh Kembali dan tangannya ia gunakan sebagai tumpuan dengan memegang kulkasnya tersebut.
“ohhh…. Mmmphhhhh….” Mbak Devi berusaha menahan desahannya karena takut terdengar oleh suaminya yang sedang mandi.
“ohhhh….. serreettt mbakk memekmu…” ucapku
“iyahhh…. Terus….”
“aukhhh….” Pekiknya agak keras ketika kontolku aku hujamkan seluruhnya ke dalam memeknya tersebut.
“ma? Mama kenapa?” tanya suami mbak devi dari balik dinding kamar mandi.
“mmmmhh…. Ini pa, kaki mama kesandung…” ucap mbak devi sembari masih aku genjot memeknya.
Tak ingin mengambil resiko, karena sudah tak terdengar gemericik air, maka aku cabut kontolku dari memek mbak devi dan aku Tarik mbak devi menuju ke meja makan di dapur miliknya. Aku bersembunyi di balik meja dan mengobel memeknya, sementara ia duduk diam mematung di dekat meja tersebut seperti ingin menyambut suaminya. Dan ternyata firasatku benar, tak berselang lama tedengar bunyi pintu kamar mandi di buka. Sementara aku masih memainkan memek mbak devi dari bawah meja.
“mama ngapain bengong disitu?” tanya suami mbak devi sesaat setelah ia keluar dari kamar mandi dan mendapati istrinya sedang berdiri mematung di dekat meja.
“mmmm…. Ini pa, mama mau bikin mie instant.” Ucap mbak devi mengeles, sementara memeknya masih aku mainkan dari balik daster yang masih ia kenakan.
“oh, yaudah deh, papa tidur dulu ya ma, capek…. Cup….” Ucap suami mbak devi sembari mengecup kening mbak devi dan berlalu masuk ke dalam kamar.
Aku yang telah mendapatkan lampu hijau karena suami mbak Devi telah beranjak untuk tidur pun segera keluar dari tempat persembunyianku. Dan meminta mbak devi untuk berdiri. Sejurus kemudian aku juga meminta kaki kanan mbak devi untuk berpijak di kursi sehingga aku bisa mengentotnya dari depan.
“ayo masukin masss…. Aku udah nggak tahan….” Ucapnya manja.
“iya mbak, sama.”
Perlahan kontolku aku arahkan ke memeknya. Dan dengan sekali hentakan separuh kontolku berhasil masuk ke dalam sarangnya.
“heghhh…. Pelan mashhh….” Ucapnya
“ohhhh…. Genjott teruss mashhh…. Ahhhhhh…..”
“lebih dalemmm…..”
“ahhhh…. Terusss…. Hisappp pentilkuuhh…..” rintihnya ketika bibirku mulai menjamah toketnya yang kenyal itu.
Tak ingin membiarkannya terus merancau tak karuan yangmana mungkin bisa terdengar oleh suaminya, segera aku lumat bibirnya agar suaranya tidak terdengar. Sementara kontolku masih terus menghujami memeknya tersebut.
“mmmm……”
“akhhh……” desahannya kini tertahan oleh sumpalan bibirku.
Sejurus kemudian bibirku berpindah menuju lehernya. Ia pun tak kuasa untuk membendung orgasmenya.
“oughhhh….. akuu keluargghhh….” Ucapnya, sementara memeknya berkedut mengeluarkan maninya.
Setelah mbak devi mencapai orgasmenya, segera aku cabut kontolku yang masih tegang itu dari memeknya.
“jepit pake tetemu dong mbak, masih tegang nih.” Ucapku
Sejurus kemudian ia mengabulkan permintaanku. Dengan sedikit berjongkok, ia menjempit kontolku. Sementara aku mulai memaju mundurkan kontolku yang kini telah tenggelam batangnya diantara bongkahan toket gedhe milik mbak Devi tersebut.
“empukk mbakk…. Ohhh…..”
“enakkk mbakkk… ahhhhh…..”
Mbak devi pun membuka mulutnya, sehingga kepala kontolku pun yang semula menyodok-nyodok mulutnya kini dapat masuk ke dalam mulutnya.
“iyahhh…. Begituu…..” aku terus merancau merasakan jepitan dari toket besarnya itu.
Tak berselang lama, ia melepas kontolku dari jepitan toketnya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Kali ini ia yang aktif dengan memaju-mundurkan kepalanya sendiri.
“oughhhh…. Terus mbakkk….”
“akuhhh keluar mbakkk…. Ahhhhh……”
*crottt…crottt….crottt*
Aku menumpahkan seluruh maniku ke dalam mulut mbak devi yang langsung ditelan olehnya. Setelahnya ia tersenyum manis kepadaku.
“udah dulu ya mas, takut suamiku nyariin.” Ucapnya sembari berdiri dan merapihkan daster terusannya itu.
“oh iya, ngomong-ngomong kamu lewat mana, kok bisa masuk?” lanjutnya.
“tuhh…” jawabku sembari menunjuk pintu belakang yang tadi aku gunakan untuk masuk ke dalam rumahnya.
“oh iya astaga, aku tadi lupa ngunci.” Ucapnya sambil menepok jidat.
“tapi dapet enakkan.” Jawabku. Mbak Devi tak menjawab dan hanya mencubit perutku sembari senyum manis.
“dah, yuk aku antar keluar.” Lanjutnya.
“dihhh…. Ngusir nih…” gerutuku.
Aku pun bergegas untuk keluar rumah mbak Devi melalui pintu belakang dengan ditemaninya. Sesaat sebelum aku pulang, aku sempat Kembali memagut bibirnya.
“dah, dah, dah…. Pulang sana.” Ucapnya sembari melepaskan ciumanku ketika tanganku mulai menggerayangi selangkangan dan toketnya.
“gajadi pulang entar kalo diterusin.” Lanjutnya.
Aku pun hanya tersenyum dan bergegas untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung membersihkan diri dan Kembali meratapi portofolioku yang memerah. Lama aku berfikir tentang itu, apakah aku harus melepaskan semuanya atau tetap menahannya dengan resiko jika terus menahannya akan mendatangkan malapetaka.
Semalaman aku terus memandangi layar komputerku itu. Dari grafik yang tersaji, Nampak sulit bagiku untuk Kembali mencapai titik untuk atau setidaknya impas, hal tersebut karena grafiknya terus mengalami kemerosotan dari hari ke hari. Aku berupanya untuk melakukan open position Kembali untuk menebus segala yang telah hilang itu, namun apa daya. Aku terlalu mengikuti nafsuku sehingga bukannya menjadi pemecah masalah, tetapi justru menimbulkan masalah baru.
……
Beberapa hari kebelakang aku hanya tidur kurang lebih 3 jam, karena terus berkutat dengan portofolioku yang memerah. Tak hanya itu, aku juga hanya makan sekali sehari, itu pun dengan lauk seadanya, seperti sarden dan mie instant. Hingga puncaknya pada hari ini aku tumbang dengan kondisi kepala pusing, berputar-putar dan badan yang lemes.
*tutttt…..tuuuttttttt….tutttt….” bunyi nada sambung ketika aku berusaha menghubungi mamaku.
“halo nak, kenapa?” tanya mamaku dari balik telepon saat telah tersambung.
“Dito sakit, Ma. Badan dito lemes, kepala pusing muter-muter.” Ucapku
“astaga nakk, yaudah… mama segera kesana. Tahan sebentar ya, nak.” Ucap mamaku panik
Satu jam kemudian, mamaku telah sampai di rumah ku dan langsung membawaku ke rumah sakit. Setelah melewati segala pemeriksaan dokter akhirnya aku didiagnosa terserang penyakit tipes yang mengharuskanku melakukan bedrest. Selanjutnya aku digiring menuju ke ruang rawat inap yang terdapat di rumah sakit tersebut.
“Nak, besok tante wulan sampe sini, dan dia bersedia buat jagain kamu. Mama harus nemenin papamu dinas di luar kota soalnya, jadi mama nggak bisa nungguin kamu.” Ucap mamaku.
Aku pun hanya mengangguk lemah, karena memang kondisi badanku yang masih lemas. Aku memang dapat memaklumi jika mamaku ini merupakan orang sibuk. Selain sibuk mengurus toko rotinya, ia juga selalu ikut ketika papaku melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Sementara tadi, mama terlihat sibuk berbincang dengan seseorang yang ternyata adalah tante Wulan. Kedatangannya terpaksa dipercepat lantaran kondisiku yang tengah sakit ini.
Aku Kembali terbangun di pagi hari dengan kondisi badan yang masih bisa dikatakan cukup lemas dengan tangan masih tertancap jarum infus. Sejurus kemudian, aku melihat perawat masuk ke dalam ruanganku yang hanya diisi oleh satu pasien saja, yaitu aku sendiri. Setelahnya perawat tersebut pergi dan mama yang sedari kemarin menungguiku memintaku untuk memakan makanan yang telah disiapkan oleh perawat tadi. Dengan telaten mamaku menyuapiku, namun karena aku tak memiliki nafsu makan yang cukup, setelah tiga suap aku meminta mamaku untuk berhenti menyuapiku.
“Nak, ini tantemu udah hampir sampai, mungkin satu sampai dua jam lagi dia bakal sampai.” Ucap mamaku yang memberitahuku jika tante wulan akan segera sampai.
Setelah ritual sarapan pagi, Kembali aku tertidur pulas lantaran kondisi badanku yang masih terasa lemas. Entah sudah berapa lama aku tertidur hingga aku terbangun oleh suara bising yang aku kenal adalah suara mamaku Bersama dengan suara orang asing yang belum aku kenal. Perlahan aku membuka mataku dan melihat mama sedang duduk di sofa tunggu pasien dan bercengkrama dengan seseorang yang terlihat asing bagiku.
“eh, anak mama udah bangun. Masih ingat dengan tante wulan kan?” ucap mamaku setelah beranjak dari sofa dan datang menghampiriku. Sementara tante wulan juga berjalan mengikuti mamaku dan hanya tersenyum ketika mama berbicara.
Aku Nampak melakukan screening terhadap tante wulan itu. Ternyata, tante wulan yang sudah tak pernah aku lihat beberapa tahun itu kini telah berubah. Perawakannya memang tak berubah, masih seperti dulu, tidak tinggi namun juga tidak pendek, tetapi sekarang terlihat lebih ideal. Namun yang bikin aku tidak menyangka adalah bokong yang tetenya yang terlihat padat berisi. Ditambah lagi ketika itu, ia datang dengan balutan kemeja pink yang dimasukkan ke dalam celana dengan cuttingan ketat berpadu padan dengan celana Panjang yang sukses mencetak bokongnya. Langsung berdiri kontolku dibuatnya.
“kamu mikirin apa sih, To. Kok sampe tipes gini.” Ucap tante wulan
“mbak nitip dito ya, Lan.” Saut mamaku.
“iya, mbak. Mbak tenang aja pokoknya.” Jawab tante Wulan.
Setelah itu, mamaku berpamitan untuk pulang karena ingin mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan yang akan digunakan di luar kota nanti. Mamaku juga berpesan kepadaku untuk menjaga kondisi tubuhku dan mengingatkan tante wulan untuk perhatian kepadaku, tentunya dengan nada bercanda. Aku pun cukup senanga dengan kehadiran tante wulan, karena baru sekali lihat saja sudah membuat kontolku berdiri, hehehe.
Beberapa hari ini aku masih terbaling lemah di rumah sakit dengan dibantu tante Wulan yang dengan setia menungguiku. Tak ada kejadian aneh-aneh antara aku dan tante wulan ketika di rumah sakit, selain karena kondisi tubuhku yang masih terbaring lemah, aku juga takut kalau macam-macam dengannya akan dilaporkan kepada mamaku yang tentunya juga akan sampai pada telinga papaku. Papaku merupakan orang yang tak kenal kompromi terhadap seseorang yang berbuat kesalahan, meskipun itu anaknya sendiri, sehingga aku sangat segan dan menghormati beliau.
Tepat hari ini, dokter telah memperbolehkan ku untuk pulan karena kondisi tubuhku yang telah membaik. Aku pun menyambut gembira kabar dari dokter tersebut, karena rasanya sudah sangat lama sekali kontolku tidak merasakan jepitan meki, dan aku sudah rindu akan hal tersebut.
Setelah mempersiapkan segala sesuatu dan memesan taxi online, akhirnya aku dan tante Wulan pulang ke rumahku. Sepanjang perjalanan, aku dan tante Wulan banyak mengobrol ngalur ngidul dan bercanda ria, namun aku masih belum berani untuk berbicara seputar seks kepadanya. Hingga tak terasa kami sudah sampai di depan rumahku.
“keren juga kamu ya, To. Masih muda, tapi udah bisa beli rumah sendiri. Papa mamamu pasti bangga.” Ucap tante wulan saat kami hendak masuk ke dalam rumah.
“ah, nggak juga lah tante. Ini mah belum ada apa-apanya dibandingin sama papa.” Ucapku merendah.
Setelah itu, aku menunjukkan kamar yang akan digunakan oleh tanteku itu, sebagai gambaran, rumahku ini memiliki 3 kamar tidur dengan kamar tidur dengan masing-masing memiliki ukuran 3×3, selain itu juga terdapat kamar mandi yang berada di dapur. Sementara itu, terdapat lahan yang masih cukup luas di depan maupun belakang rumah ini, karena memang ukuran dari rumah ini tidaklah begitu besar.
Setelah mempersilahkan tante Wulan untuk beristirahat, segera aku menuju kamarku untuk Kembali merebahkan badanku, rasanya masih sedikit lemas. Hingga akhirnya tak berasa aku sudah tertidur pulas dan terbangun ketika tanteku membangunkanku untuk makan dan meminum obat. Nampak aku terkejut dengan pemandangan tante yang membangunkanku, karena ia hanya mengenakan tank top dan juga legging yang otomatis mencetak lekukan tubuhnya. Seketika si otong juga langsung berdiri yang untungnya masih tertahan oleh sempakku sehingga tidak begitu menonjol keluar.
Segera aku memakan makanan yang telah disiapkan oleh tante Wulan tersebut. Ditengah sedang menikmati makanan tersebut, ternyata tante wulan melanjutkan aktivitasnya, yaitu melakukan yoga di ruang tengah. Aku pun melihatnya dengan seksama dan menarik kesimpulan bahwa selama ini yang membuatnya berubah adalah ia sering melakukan yoga, sehingga badannya menjadi kencang dan sintal seperti sekarang ini.
“capek, Tan?” tanyaku basa-basi saat tante Wulan melewatiku hendak ke kamar mandi.
“iya nih, mau langsung mandi. Oiya obatnya jangan lupa diminum ya, To.” Ucapnya sambil berlalu.
Setelah itu pun aku juga Kembali ke kamarku untuk beristirahat, jadi interaksi yang terjadi antara aku dengan tante Wulan masih tergolong sedikit. Tetapi meskipun demikian, tante wulan terlihat sangat peduli terhadapku. Aku pun sampai sekarang juga belum mengetahui alasannya mengapa ia sampai lari pergi ke luar pulau. Mungkin terdapat masalah keluarga yang sedang menimpanya, terlebih lagi di sana ia masih tinggal Bersama dengan mertuanya, pikirku.
Hari dimana aku diperbolehkan untuk pulang ini, aku habiskan untuk banyak beristirahat, dan karena kebanyakan istirahat tersebut membuatku bangun cukup cepat pagi hari ini. Aku melihat jam, ternyata hampir jam 4 subuh. Aku pun memiliki pikiran untuk menghampiri bi Nana untuk sekedar melepas pejuh, eh rindu maksudnya.
Sejenak aku melihat kamar tante Wulan yang masih tertutup rapat, itu berarti tante wulan masih belum terbangun, sehingga aku tak terlalu pusing-pusing mencari alasan untuk bisa keluar dari rumah. Dengan Langkah perlahan aku menuju ke warung bi Nana. Kondisi saat itu cukup dingin yang mana mampu menusuk hingga ke tulang. Sesampainya disana, ternyata diluar dugaanku. Warung bi Nana masih tertutup rapat. Aku pun duduk di kursi depan warung bi Nana dengan harapan bi Nana segera datang.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak berselang lama, terlihat Langkah dari sesosok yang aku nantikan, tak lain dan tak bukan adalah bi Nana. Pada mulanya bi nana menyapaku dan menanyaiku tentang beberapa hari ini yang seolah aku menghilang tanpa jejak. Aku pun menjelaskan kondisiku pada saat itu, dimana aku terjangkit penyakit tipes. Bi nana pun menyimak dengan seksama ketika mendengarkan setiap penjelasan yang aku berikan tersebut.
Setelah itu bi Nana berpamitan untuk masuk kedalam warung untuk menyiapkan masakannya. Awalnya aku hanya memperhatikannya membuka pintu, mataku selalu mengarah pada bokong bohaynya dan juga toket montoknya. Setelah ia membuka pintu, aku pun membuntutinya masuk ke dalam warung. Sejurus kemudian aku mengunci warung dari dalam dan segera memeluk bi Nana yang terdiam sejenak ketika mendengar pintu warungnya aku kunci dari dalam.
“kangen, Bi.” Ucapku manja sembari memeluknya dari belakang.
Bi nana pun tak menjawab ucapanku tersebut, namun juga tak berusaha menolak apa yang aku lakukan. Segera aku melancarkan rangsangaku pada area lehernya, mulai dari ciuman di leher hingga jilatan-jilatan manja hingga belakang telinganya aku layangkan. Ngocoks.com
Sementara itu, bi Nana hanya mendesis pelan dan memejamkan matanya menikmati permainanku tersebut. Tanganku pun tak tinggal diam, mulai aku gerayangi toket montoknya dari balik cardigan dan juga daster terusan yang ia kenakan itu. Sementara tangan kananku mulai menjamah area mekinya yang perlahan mulai basah akibat dari rangsangan yang aku lakukan.
“ahhh….. bibi juga kangen too….” Ucapnya ditengah-tengah rangsanganku.
Sejurus kemudian bi Nana membalikkan badannya dan langsung mencumbu bibirku. Dilumatnya bibirku dan kami saling beradu permainan lidah. Tak lama kemudian, bi Nana melepaskan ciumannya dan langsung berlutut di hadapanku dan dengan sekejap melorotkan celana kolor yang aku kenakan tersebut. Kontolku pun langsung “menodong”-nya, karena memang aku tak mengenakan celana dalam di balik kolorku tersebut.
“rasanya Bibi udah lama nggak melihat kontol ini.” Ucap bi Nana sembari menoel-noel kontolku dan mengocoknya perlahan.
“emut lah bi. Kurang kalo Cuma dikocong doang mah” Pintaku.
Bi Nana pun mengabulkan permintaanku.
“ohhh…. Lidahmuu enakk bii…” ucapku ketika lidah bi Nana mulai bermain pada kepala kontolku yang kemudian berlanjut menuju batangnya.
“ahhhh… terus biii… lebih dalemmmm….” Ucapku ketika bi Nana mulai memasukkan kontolku ke dalam mulutnya tersebut.
Aku benar-benar menikmati permainan oral yang diberikan oleh bi Nana. Merem melek aku dibuatnya. Sudah sekian lama aku tidak merasakan permainan seperti ini karena kondisi tubuhku yang mengharuskan ku untuk beristirahat tersebut. Tak ingin cepat keluar dibuatnya, segera aku menghentikan blowjob tersebut. Segera aku merebahkan tubuh bi Nana di lantai warungnya tersebut dan mengangkat daster terusannya tersebut hingga ke perut dan melorotkan celana dalam warna putih miliknya tersebut hingga terlepas.
“ohhh… teruss too…. Colokkk….” Bi Nana mulai merancau ketika perlahan jari jemariku mulai menari di mekinya tersebut.
Sementara itu, tangan kiriku tak ingin ku biarkan menganggur. Segera aku menyusupkan tangan kiriku masuk ke dalam dasternya dan sedikit melorotkan bra yang ia kenakan dan memainkan toket gede-nya tersebut.
“ahhhh….. ohhhh…. Remasss…. Colookkk…. ahhhhh….” bi Nana merancau semakin menjadi-jadi akibat permainan yang aku berikan. Sementara itu memeknya semakin basah akibat ulahku tersebut.
“ohhhh…. Terussss….. ahhhhh…. Keluarrrghhhh….” Ucapnya tak berselang lama ketika lidah dan mulutku mulai menjalankan aksinya pada mekinya tersebut.
Sejurus kemudian bi Nana menyemburkan cairan kenikmatannya yang langsung melumeri mulutku. Tak ingin berlama-lama segera aku posisikan kontolku untuk melakukan penetrasi ke dalam mekinya tersebut. Bi Nana masih pada posisinya semula yang kemudian dengan perlahan, kepala kontolku mulai menusuk masuk ke dalam mekinya tersebut.
“ahhh…. Pelannn…. Ohhhh…” ucapnya ditengah usahaku memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya tersebut.
“iyaahhh biii… singset bgt memekmuu…” ucapku karena memang memeknya masih tergolong rapet di usianya yang hampir menginjak kepala empat ini.
Perlahan namun pasti, kini kontolku hampir sepenuhnya terbenam pada memek bi Nana. Genjotan demi genjotan mulai aku layangkan. Sementara itu, aku Kembali menaikkan dasternya, yang semula hanya sampai perut, kini aku naikkan lagi hingga terpampang dua bukit kembar milik bi Nana tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, aku juga melorotkan Kembali bra-nya hingga ke perutnya.
“mmmphhhhh….” Suara yang keluar dari mulut bi Nana ketika mulutnya kini tersumpal oleh mulutku karena aku mulai menindih tubuhnya dan menyergap mulutnya. Sementara itu, genjotan demi genjotan masih aku layangkan.
“hisapp… ahhhh…. Lebih cepettthhh….” Ia terus merancau ketika mulutku kali ini telah turun menuju ke tetenya.
Setelah cukup lama dan puas dengan permainanku pada posisi tersebut, kini aku meminta bi nana untuk berbalik badan dan menungging. Ternyata kali ini bi Nana cukup kuat menahan gempuranku, karena sampai saat ini ia belum mencapai orgasemnya yang kedua. Sejurus kemudian, Kembali aku mengarahkan kepala kontolku menuju sarangnya.
“auuuhhh…” pekiknya ketika tamparanku mendarat di pantat seksinya tersebut.
“auhhh….ohh…ohhhh….. ohhh….” Bi Nana Kembali merancau ketika kali ini aku langsung memainkan tempo cepat pada permainanku tersebut.
“terusss… ohhh… ampunnn….”
“iyahhh…..”
Hampir lima belas menit kami bermain pada posisi doggy hingga bi Nana akan mencapai orgasmenya untuk yang kedua kali.
“aku keluar too….. ohhhh….” Erangnya yang langsung dibarengi dengan jepitan memeknya dan semburan cairan kenikmatan miliknya tersebut.
Memeknya semakin menjepit dan berkedut, sementara aku semakin semangat menggenjotnya.
“aku bentar lagi bihh… ahhh…”
Segera aku Tarik kontolku dan aku semburkan seluruh maniku ke atas pantat semoknya tersebut. Sengaja aku melumeri bokongnya itu, karena bisa di bilang aku sangat terobsesi dengan bokongnya itu. Setelahnya, aku pun terduduk lemas akibat orgasmeku tersebut. Aku pun menyadari bahwa staminaku belum sepenuhnya pulih pasca opname dan juga penyakit yang mengharuskan ku untuk bedrest.
“lagi-lagi Cuma kamu, To. Yang bisa bikin bibi puas.” Ucap bi Nana sembari membetulkan Kembali pakaiannya tersebut. Sementara sperma yang tadi aku tumpahkan di pantatnya tidak ia bersihkan dengan dalih ingin ia bersihkan nanti ketika ia mandi. Kemudian bi Nana pun meninggalkanku dan beranjak ke dapur untuk memasak makanannya karena hari akan segera siang. Sementara aku, segera berpamitan untuk Kembali pulang, takutnya tante Wulan khawatir karena aku sudah tidak ada di kamar.
“dari mana kamu to?” ucap tante wulan yang sudah mengenakan stelan tangkop dan legging-nya Bersiap untuk memulai yoga-nya.
“abis jalan-jalan sambil cari udara segar, Tan.” Jawabku sambil mataku focus kepada dua bukit kembar miliknya dan juga bokong seksinya.
Setelahnya, aku beranjak masuk ke dalam kamarku untuk Kembali beristirahat dan mengisi energiku yang telah habis terkuras setelah “berolahraga pagi” Bersama bi Nana tadi. Hingga tanpa aku sadari, aku terlelap dalam tidurku. Tanpa aku sadari, aku tidur cukup lama, dan terbangun ketika matahari sudah berada tepat di atas kepala. Segera aku memakan masakan dari tante wulan dan meminum obat, sementara itu, aku melihat tante wulan sedang berada di ruang tengah dan sedang menonton FTV.
“tante keluar sebentar ya, To. Mau main ke tetangga sebelah. Ada anak kecil lucu ternyata, siapa tau tante cepet nyusul punya anak lucu juga.” Ucap tante Wulan berpamitan kepadaku dengan antusiasnya.
Sementara aku yang sedang berada di depan komputerku hanya menganggung, yang sejurus kemudian aku terpikirkan oleh omongan dari tante wulan tersebut.
Bersambung…