Entah apa yang ada di pikiranku ketika berani mengajak tante wulan untuk yoga bareng. Memang selama ini aku selalu mengaguminya dari jauh ketika melihatnya yoga, terlebih lagi aku bisa menikmati keindahan dari setiap lekuk tubuhnya ketika ia mengenakan pakaian yoga-nya yang sangat menggairahkan tersebut. Untung saja ia tak menolak ajakan ku tersebut, sehingga aku bisa mencuri-curi pandang ketika berolahraga bersamanya nanti.
Sepulang dari jalan-jalan Bersama tante Wulan, aku langsung beristirahat di kamar, begitu pun juga dengan tante Wulan, karena aku tak mendengar bunyi dari televisi yang berada di ruang tengah. Mungkin tante Wulan kecapekan karena aktivitas yang telah kami lakukan tadi, terlebih lagi emosinya sangat terkuras ketika membicarakan mengenai masalah yang sedang ia alami dengan keluarga suaminya itu.
Malam ini aku tertidur lebih awal, karena kepadatan aktivitas yang aku lakukan pada hari ini, dari mulai bertemu dengan dosen pembimbing skripsi, hingga hangout Bersama dengan tante Wulan. Rasa kantuk langsung menyerangku ketika aku sampai di rumah dan bersih-bersih diri. Bayang-bayang akan tubuh tante Wulan benar-benar menghantui menjelang tidurku. Rasanya ingin sekali aku menyusul ke kamar tante Wulan dan tidur bersamanya, tentunya setelah melakukan kegiatan seperti yang telah aku bayangkan, hehehe…
“weits, anak muda udah bangun aja nih.” Ucap tante Wulan yang datang dari belakang rumah ketika aku ingin menyantap sarapan yang telah tersaji di meja makan.
“iya nih, Tan. Semalem tidur cepet, kecapekan soalnya.” Jawabku.
“ya ampun, masih muda kok Cuma gitu doang capek.” Ucap tante Wulan.
“ayok olahraga habis ini.” Lanjutnya.
Setelah itu, tante Wulan bergegas menuju kamarnya. Mungkin ia ingin berganti pakaian mengenakan setelan yang selama ini selalu menjadi pakaiannya ketika melakukan yoga. Sementara aku masih terduduk di depan meja makan untuk menyelesaikan ritual sarapan pagi yang sangat jarang aku lakukan itu.
Setelah menyelesaikan sarapan pagiku aku hendak menuju ke teras rumah sebelum tante Wulan menegurku.
“hee… mau kemana, ayo… katanya ngajak olahraga bareng.” Ucap tante Wulan yang telah berganti pakaian menjadi setelan tanktop dan legging yang sangat menggairahkan itu.
“ngerokok dulu lah tan. Habis makan nggak enak rasanya kalo belum ngerokok.” Jawabku.
“nggak ada, nggak ada ngerokok-ngerokokan. Ayo sini.” Ucapnya.
Aku pun menuuruti permintaan tante Wulan dan menghampiri dirinya. Rasanya benar-benar gemas melihat tubuh tante Wulan yang aduhai itu dari dekat. Ingin rasanya segera aku remas itu toket dan pantatnya yang nyeplak, hingga tanpa aku sadari, kontolku mengeras dibuatnya. Untung saja saat itu aku mengenakan sempak, sehingga sedikit menyamarkan tonjolan dari balik celanaku itu.
Tante wulan mulai menggelar matras miliknya, sementara aku menggunakan karpet yang berada di ruang tengah milikku. Hal tersebut karena tante Wulan hanya memiliki satu matras saja, sehingga aku menggunakan karpet tersebut untuk di jadikan sebagai alas. Tante wulan memulai dengan Gerakan-gerakan yang cukup simple dan sederhan. Mungkin bisa dikatakan Gerakan-gerakan tersebut mirip stretching ketika kita hendak berolahraga.
Sepengetahuanku memang Gerakan-gerakan yoga sangat mirip dengan stretching, namun lebih variative. Hingga tiba waktunya tante wulan merubah posisi seperti posisi doggy. Hal tersebut membuat batangku menjadi sangat tegang, aku tak lagi focus pada Gerakan-gerakan yang diajarkan oleh tante Wulan, melainkan lebih focus untuk dapat menikmati keindahan tubuhnya dari dekat.
Beberapa saat kemudian, tante Wulan membimbingku untuk Gerakan-gerakan yang dirasa butuh arahan darinya. Fokusku Kembali amburadul ketika ada bukit kembar yang menggesek-gesek bagian tubuhku. Selain itu juga terdapat Gerakan seperti sikap kayang, dan Gerakan tersebut dilakukan ketika batangku sedang tegang-tegangnya, sehingga mau tidak mau kontolku tercetak dari celana yang aku pakai. Aku yakin, pasti tante Wulan menyadarinya, namun entah karena malu atau sungkan atau tak percaya dengan ukuranku, ia memilih untuk diam dan tetap focus pada tujuan utamanya, yaitu mengajariku.
“udahan lah, Tan. Capek nih.” Ucapku.
“ya ampun, To. Baru segini aja udah capek.”
“ya gimana, Tan. Namanya juga udah lama nggak olahraga.” Jawabku.
Akhirnya kami beristirahat setelah lebih dari satu jam kami melakukan aktivitas yoga tersebut. Setelah itu, aku bergegas ke dapur untuk minum air putih dan tak lupa juga membawakan air minum untuk tante Wulan. Aku melihat tante Wulan sudah mandi keringat, begitu pula dengan diriku. Rasa sangeku bener-bener meningkat ketika melihatnya bermandikan keringat, seperti menambah aura kecantikan yang terpancar dari dalam tubuhnya, terlebih lagi tanktop dan legging yang ia kenakan juga cukup basah oleh keringat.
“gimana, masih mau olahraga bareng tante kan?” tanya tante wulang setelah meneguk habis air putih yang aku bawakan.
“masih lah, apalagi instrukturnya cantik nan seksi.” Ucapku semangat.
“gombalnya mulai lagi ya. Dah ah, tante mau mandi dulu.”
Setelah tante Wulan beranjak pergi, aku pun bergegas keluar rumah untuk menuntaskan hasratku untuk merokok yang sempat tertunda. Di tengah-tengah aktivitasku yang merilekskan tersebut, bayang-bayang akan tubuh seksi tante Wulan masih menghantuiku. Ini seperti Hasrat yang ingin segera aku salurkan kepadanya, tapi kapan dan bagaimana?
“Tante mau ke rumah mbak Devi dulu ya, To.” Ucap tante Wulan ketika melihatku masih di beranda rumah.
“mau ngapain, Tan?” tanyaku.
“biasalah.” Jawabnya enteng.
Pikiranku Kembali melayang mengingat tentang bagaimana tuntutan dari keluarga suami tante Wulan yang sangat menginginkan tante Wulan untuk segera mendapatkan momongan, hingga mungkin ia mengalami depresi dan memutuskan untuk keluar sejenak dari rumah mereka. Aku juga yakin bahwa tante Wulan sendiri juga sangat menginginkan kehandiran anak kecil di tengah keluarga mereka, namun apa boleh dikata, ternyata takdir berkata lain.
Setelah menyelesaikan ritual merokokku, aku Kembali ke kamarku untuk beristirahat Kembali. Badanku berasa habis ditekuk-tekuk akibat Gerakan yoga yang dikomandoi oleh tante Wulan itu. Setelah cukup beristirahat, aku membuka komputerku untuk melakukan revisi dari skripsiku sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh dosen pembimbingku kemarin. Aku diminta olehnya untuk segera menyelesaikan tugas akhir milikku ini, karena kebanyakan dari temanku juga telah selesai dan lulus.
Malam harinya, aku melihat tante Wulan sedang berada di ruang tengah dan sedang menatap serius layar laptop miliknya tersebut. Pada awalnya aku ingin menemaninya untuk sekedar ngobrol, mungkin saja ia merasa kesepian. Namun, karena aku melihatnya begitu serius di depan laptopnya, aku urungkan niatku untuk menemaninya dan membiarkannya untuk menyelesaikan urusannya tersebut.
“eh, To. Belum tidur kamu?” tanyanya ketika melihatku sedang berada di meja makan sambil memainkan hpku.
“belum, Tan. Masih belum ngantuk.”
“oh gitu, yaudah, tante masuk dulu ya. Capek, mau tidur.” Ucapnya dan lalu beranjak menuju kamarnya.
Aku melihat mata tante Wulan sudah begitu sayu dan tergurat dari wajahnya juga menandakan bahwa ia memang sedang capek. Mungkin bukan hanya badannya saja yang capek, tetapi juga pikirannya. Aku jadi teringat, jika seseorang sedang capek-capeknya biasanya akan tidur dengan sangat pulas. Mungkin ini kesempatan bagiku untuk melihat keindahan tubuhnya dari jarak yang lebih dekat lagi. Kedengarannya sangat menarik.
Aku menunggu beberapa saat untuk memastikannya sudah tertidur dengan pulas. Setelah aku rasa cukup, segera aku menuju ke kamarnya dan masuk dengan sangat perlahan. Ternyata dugaanku benar, tante Wulan sudah tidur dengan sangat pulas, bahkan selimut yang diniatkan untuk menutupi tubuhnya telah berubah acak-acakan dan hanya menutupi kakinya saja. Bahkan, daster tidur yang ia kenakan sudah sedikit tersingkap ke atas hingga memamerkan pahanya yang putih mulus.
Perlahan aku mulai mendekati tubuhnya. Hingga Gerakan dari tidurnya yang secara tiba-tiba mengagetkanku. Kini yang awal mulanya ia miring ke kanan, alias memunggungi pintu kamar, berubah menjadi terlentang. Lagi dan lagi, seolah-oleh semesta mendukungku untuk lebih leluasa bertindak lebih jauh.
Aku benar-benar mengagumi tubuhnya, meskipun beberapa saat terakhir ini aku sudah sering melihat tubuh seksinya. Dengan perlahan aku mengangkat dasternya untuk lebih ke atas hingga terpampang celana dalam ungu miliknya itu dan yang lebih menggairahkan adalah cd tersebut berenda yang seolah menambah keseksian dari memeknya. Dan Nampak bahwa ia rajin mencukur jembutnya hingga menyisakan rambut pendek.
Lagi-lagi aku Kembali takjub dengan keindahan ciptaan Tuhan ketika aku berhasil sedikit membuka cd-nya hingga Nampak guratan dari memeknya itu. Putih dan pink merekah, itu yang bisa aku gambarkan dari pemandangan indah ini. Segera aku keluarkan kontolku dari celana tanpa sempak milikku itu untuk mengocoknya. Lagi-lagi aku masih belum berani untuk bertindak lebih jauh, apalagi menyetubuhinya.
“memekmu cantik banget tanteeee…..”
“astagaa… pasti nikmat banget kontolku di jepit memek tante Wulann…” ucapku dalam hati.
Aku membayangkan jika suatu saat kontolku bisa menerobos masuk ke dalam celah memeknya yang sempit itu. Ohhhh…. Rasanya pasti sempit dan menjepit-jepit. Aku terus mengocok kontolku, sementara tangaku yang lain masih menjaga cd tante Wulan agar tak menutupi memeknya. Setelah itu, aku berpindah menuju ke atas untuk membuka kancing daster miliknya hingga sedikit terpampang bukit indah yang selama ini menjadi idamanku. Namun, aku masih tak berani untuk melorotkan bra miliknya, karena takut ia tiba-tiba terbangun. Sementara itu, aku juga baru menyadari bahwa bibir milik tante Wulan juga sangat sensual.
Aku membenturkan kepala kontol ku dengan pelan ke arah bibir dari tante Wulan. Ahhhh… terbayang dipikiranku tentang bagaimana jika kontolku dilahap habis oleh bibirnya itu. Aku sangat menahan diriku agar tidak bertindak bodoh yang tentunya akan sangat merugikan bagiku. Sementara itu, aku masih terus mengocok batangku hingga aku merasa ingin segera keluar. Aku pun menumpahkan seluruh spermaku di tanganku sendiri, karena aku tak ingin mengotori tubuh maupun tangan tante wulan. Setelahnya, aku mengelap tanganku dengan tisu yang berada di meja yang ia gunakan sebagai meja rias.
Setelah merasa cukup dengan aksiku, aku pun beranjak pergi dari kamar tante wulan untuk Kembali ke kamarku. Hingga tak terasa aku terlelap dalam mimpiku yang mana aku bermimpi sedang bersetubuh dengan tante Wulan. Dan aku terbangun ketika sinar Mentari mulai masuk ke dalam kamarku yang hordennya lupa aku tutup semalam.
“baru mimpi aja rasanya senikmat itu.” Ucapku dalam hati setelah terbangun dari tidurku.
“nggak olahraga pagi kita nih, Tan?” tanyaku setelah aku keluar kamar dan mendapatinya sudah berada di depan laptopnya dengan masih mengenakan pakaian yang sama seperti semalem.
“sore aja ya, To. Tante lagi ngurusin bisnis tante yang semrawut setelah tante tinggal ini.” Jawabnya.
Aku pun memahami kesibukan tante wulan, meskipun memiliki suami dengan penghasilan yang bisa dibilang sudah sangat cukup, namun ia tetap mau bekerja demi memghasilkan uang sendiri. Tante wulan sendiri memiliki bisnis baju yang memiliki beberapa toko di Kota dia tinggal Bersama dengan suaminya, selain itu juga baju-bajunya terpampang di online shop ternama.
Setelah itu, aku Kembali ke dapur untuk menyantap makanan dan setelahnya Kembali ke kamarku untuk Kembali mengerjakan skripsi yang dalam waktu dekat ini harus aku selesaikan. Aku hampir lupa jika hari ini aku Kembali harus menemui dosen pembimbingku untuk mendapatkan arahan atas apa yang aku kerjakan.
“tan, aku pamit ke kampus dulu ya.” Ucapku setelah siap dan hendak pergi ke kampus.
“iya, To. Hati-hati ya.” Jawab tante wulan yang masih dengan serius menatap layar laptopnya.
Sora harinya aku baru pulang ketika hendak maghrib karena setalah melakukan bimbingan tadi, aku bertemu dengan kawan lamaku yang sudah beberapa bulan ini tidak bertemu, sehingga kami ngobrol dengan lepas hingga lupa waktu.
“ayok jadi olahraga gak nih, ditungguin dari tadi juga.” Ucap tante Wulan yang sudah siap dengan pakaian dan perlengkapan miliknya dengan menggerutu ketika aku memasuki rumah.
“lah, ayok. Tapi bentar, aku ganti baju dulu tan.” Jawabku.
Setelah siap, aku Kembali menghampiri tante Wulan dan memulai yoga bersamanya. Kurang lebih apa yang kami lakukan hari ini, sama dengan apa yang kami lakukan kemaren. Namun, karena aktivitas yang aku lakukan di luar rumah tadi membuatku lebih cepat merasakan capek kali ini. Sementara tante wulan masih terlihat sangat semangat. Aku cukup kewalahan menandingi energi miliknya itu.
“udah ya tan. Capek banget nih.” Ucapku sembari ngos-ngosan dan mengatur napas.
“yah, payah. Baru segitu udah minta udahan.” Ucap tante Wulan.
Melihatku Nampak kecapekan, tante Wulan pun menghentikan olahraga kami kali ini. Setelahnya ia beranjak pergi ke dapur yang mungkin mengambil minum. Ia Kembali dengan membawa segelas air putih (bukan bening) yang aku duga adalah susu.
“nih diminum, biar gak loyo lagi.” Ucapnya sembari menyodorkan minuman yang dibawanya dari dapur.
“ini apa tan?” tanyaku.
“udah, minum aja.”
Aku pun meneguk habis minuman yang diberikan oleh tante Wulan tersebut. Ternyata benar, minuman tersebut adalah susu. Mungkin maksud tante Wulan memberikan aku susu supaya energiku Kembali dan menghilangkan rasa capek akibat dari olahraga yang kami lakukan barusan.
“gimana? Enak kan?” tanya tante Wulan
“enak tan.”
Setelah aku meneguk habis minuman tersebut, tante wulan pun beranjak pergi ke kamar mandi untuk mandi. Sementara aku, masih berdiam diri di ruang tengah untuk beristirahat sejenak setelah berolahraga. Saat aku masih duduk di ruang tengah tersebut, aku melihat tante wulan masuk ke dalam kamarnya dengan masih mengenakan handuk yang tak mampu menutupi seluruh pahanya dan hingga beberapa saat tak keluar.
“mungkin kecapekan terus langsung tidur.” Pikirku.
Aku pun Kembali ke kamar untuk merebahkan diri dan yang aku sadari adalah entah kenapa kontolku yang sedari tadi tegang karena melihat pemandangan tante Wulan yang hanya mengenakan handuk, hingga kini aku sudah Kembali ke kamar dan rebahan beberapa saat tak kunjung mengecil, bahkan masih sangat gagah menjulang.
“kenapa nih kontolku, kok berdiri terus.” Ucapku dalam hati sembari masih memandangi kontolku yang tegang.
Tak hanya kontolku yang terus-terusan mengeras, nafsuku juga seiring berjalannya waktu meningkat. Apakah jangan-jangan tante wulan mencampur obat perangsang pada minuman yang tadi diberikan untukku? Tapi kenapa juga dia melakukan itu? Ah entahlah, rasa-rasanya nafsu dan ereksi telah menguasai diriku. Ditambah lagi hawa gerah dan jantung berdetak lebih kencang dari biasanya.
Aku pun memutuskan untuk menuju ke kamar mandi dan mengguyur tubuhku dengan air dingin. Begitu juga dengan kontolku yang aku rendam beberapa saat dengan air dingin. Namun, tampaknya semua itu tak berarti lagi, karena setelah beberapa saat rasa-rasa itu Kembali lagi menjalari tubuhku. Aku pun memutuskan untuk minum air dingin yang berada di kulkas dan meneguknya habis. Dan lagi-lagi tak ada reaksi apapun terhadap tubuhku, masih sama seperti semula.
Setelah itu, aku memutuskan untuk Kembali ke kamarku dan berusaha melampiaskan nafsuku dengan melakukan coli, namun hal tersebut justru menjadi boomerang bagiku, karena bukannya cepat keluar, malahan batangku terasa panas dan semakin menegang.
“mbak, kosong ngaak? Pengen banget nih.” isi pesan yang aku kirimkan ke mbak Devi akibat dari gejolak nafsuku yang semakin menjadi-jadi.
5 menit, 10 menit, hingga saju jam tak ada balasan dari mbak Devi. Sementara itu, nafsuku semakin di ubun-ubun. Aku pun menengok jam di dinding dan waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Aku memiliki niat untuk Kembali memasuki kamar tante Wulan dan melampiaskan nafsuku yang semakin membara dengan ber-coli ria di hadapannya yang pastinya sudah tertidur pulas, karena sedarai tadi aku keluar masuk kamar, aku tak mendapatinya berada di luar kamar.
Dengan langkah perlahan, aku berjalan keluar kamarku dan menuju ke kamar tante Wulan. Setelah dengan perlahan membuka pintu, aku melihat tubuh tante wulan kini terbalut dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Agak sedikit aneh aku melihat pemandangan yang seperti itu, lantaran sangat jarang sekali aku melihat tante wulan meringkup di dalam selimut seperti itu.
Dengan tenang aku mendekati tubuhnya yang tertutup selimut sepenuhnya itu, perlahan aku mendekati, namun aku merasa ada keanehan dari balik selimut tersebut. Karena rasa sangeku yang udah mencapai ubun-ubun, aku tak mampu lagi untuk memikirkan hal-hal yang positif dan mengabaikan segala keganjalan yang aku rasakan. Segera aku lorotkan celanaku hingga terpampang kontolku yang sedari tadi tak berhenti berdiri itu dan dengan perlahan pula aku menyingkap selimut yang menutupi tubuh tante Wulan tersebut.
“oh jadi gini kelakuan mesum mu ke tantemu sendiri.” Suara tante wulan yang berasal dari pintu kamarnya.
Sementara aku masih termenung setelah kudapati ternyata yang ada di balik selimut adalah bantal dan guling. Aku pun berbalik badan menghadap tante Wulan dengan kondisi kontol yang tegak menantang tanpa terhalang penutup dengan perasaan kaget dan takut.
“kamu kira tante nggak tau apa yang kamu lakuin semalem di kamar ini, ha?” ucapnya dengan nada tinggi.
“kancing atas dasterku tiba-tiba kebuka semua, trus ada tetesan yang aku prediksi itu spermamu di meja deket tisu.” Lanjutnya.
“lebih parahnya lagi, kamu bikin mbak Devi hamil! Itu perbuatanmu kan? Ha?” ucapnya menhardikku.
Jujur, aku kaget dengan ucapan tante wulan yang terakhir. Apa benar mbak Devi hamil anakku? Lalu kenapa dia tidak cerita kalau hamil? Lantas, bagaimana bisa tante Wulan menuduhku menghamili mbak Devi? Apakah mbak Devi menceritakan semua perbuatan kami kepada tante Wulan? Tiba-tiba otakku ngeblank mendengar seluruh ucapan dari tante Wulan itu.
“ayo sekarang giliran tante yang kamu bikin hamil” ucapnya setelah tanpa aku sadari telah berbaring di ranjang.
“tt…tante nggak marah?” ucapku dengan terbata-bata karena kaget atas apa yang diucapkan dan kini dilakukan oleh tante Wulan.
Tante Wulan hanya menggelengkan kepala dan tersenyum manis. Sejurus kemudian, nafsuku naik Kembali ke ubun-ubun dan bertambah berkali-kali lipat menyaksikan apa yang ada di hadapanku kini. Tak ingin membuang-buang waktu, segera aku menindihnya dan memberikan ciuman menuju mulutnya. Sementara tante Wulan Nampak berusaha mengimbangi serbuan bibirku pada bibirnya dan mulai memainkan lidahnya. Sementara itu, tangannya mulai bergerak menuju kontolku yang sedari tadi telah tegak berdiri dan menyundul-nyundul perutnya.
“ohhssss…. Enakk tann…” ucapku ditengah-tengah percumbuan kami.
Cumbuanku pun segera turun menuju ke toketnya. Tante wulan masih berpakaian lengkap, namun dari balik dasternya ia tak mengenakan pakain dalam. Mulai aku remasi kedua bukit kembar yang berukuran sedang dan masih kencang itu. Setelahnya, aku hisap toket kirinya dengan masih terbungkus dasternya, namun putingnya menyembul dari balik daster yang ia pakai.
“hmmm…. Bukaa ajaa too…” ucap tante Wulan.
Sejurus kemudian, aku merobek daster bagian atas miliknya, hingga kini terpampang toket mulus miliknya. Segera aku lumat dan aku remasi dua gundukan kenyal miliknya itu. Sungguh sangat menggemaskan dan menggiurkan toket dari tante wulan itu, putingnya masih berwarna coklat terang berpadu dengan kulitnya yang putih. Bahkan, aku meninggalkan cupang pada area toketnya.
“ohhh… kenyott terusss…..” tante wulan mulai merancau.
“hiyahh… remess satunyaa..”
Setelah puas dengan aksiku pada toketnya, kini aku berpindah ke bawah. Karena masih terhalang oleh dasternya, aku Tarik daster tersebut ke bawah dan aku lempar entah kemana. Kini terpampang jelas memek rapet miliknya yang telah basah, dengan warna merah muda yang sangat menggairahkan, dan memek paling indah diantara milik mbak Devi dan bi Nana. Segera aku jilati memek tersebut dengan rakusnya yang membuat tante Wulan mencengkram erat sprei kasurnya.
“ssss…. Ahhhhh….. terussss……”
“ohhh…. Geliiiii…. Enakkk…..”
“ahhhhh… mmmmmm….”
Setelah itu, aku mainkan klitorisnya tersebut. Dan tak berselang lama, memeknya berkedut, tanda ia akan mengalami orgasme pertamanya.
“akhhhh…. Keluarrr……..”
*srrrr…. Creetttt….creettt….creettt* Nampak semburan cairan miliknya, ternyata ia mengalami squirting setelah aku memainkan klitoris miliknya, yang ternyata adalah titik g-spot nya.
“emang nggak salah mbak Devi ketagihan servismu.” Ucap tante Wulan setelah squirting dan orgasmenya.
Aku hanya tersenyum simpul sebagai bentuk responku atas perkataan tante Wulan tersebut. Setelah itu, aku posisikan kepala kontolku pada bibir vaginanya yang telah basah tersebut dengan posisinya yang masih tidur terlentang di atas Kasur. Aku yakin, kontolku akan sedikit kesusahan menembus memek sempit milik tante Wulan ini. Mulanya, aku menggesek-gesekkan kontolku pada area memeknya, setelahnya aku memasukkan kepala kontolku ke memeknya dan mengeluarkannya Kembali, begitu terus secara berulang hingga berulang kali dan sukses membuat Tante Wulan geregetan.
“ihhh… cepat masukinnn….” Pintanya
“ohhhh…… mmmmmm…. Pelannn….” Ucapnya sembari memejamkan mata setelah kontolku mulai menerobos masuk ke dalam memeknya. Ngocoks.com
Kini, kontolku telah setengahnya masuk ke dalam memek tante wulan dengan lumayan susah payah, karena rapetnya memek miliknya itu. Aku mulai memompa batangku tersebut dengan tempo pelan dan disambut dengan rintihan serta desahan tante Wulan. Sementara itu, tanganku tak tinggal diam, kini tanganku sudah mendarat di atas toketnya dan meremas-remasnya.
“ohhh…. Terusss toooo…. Mantebbb….. ahhh…”
“apanya yang manteb tan?”
“aahhhh… kontolmuhhh…. Gedeehhh….”
“ayo cepetinnn….” Pintanya lagi.
Aku mulai mempercepat tempo genjotanku, dan belum sepenuhnya kontolku masuk, aku merasa telah sampai pada dinding rahimnya. Bersama dengan itu, remasan demi remasan selalu aku lakukan pada toketnya.
“ohhh… mentokk tannn…” ucapku.
“iyahhh… enaakkkkhhh….”
“akhhh…. Keluarrrgghhh….” Ucap tante Wulan.
Setelah itu, memeknya menjepit kontolku dengan sangat manja dan mantab sementara itu, tante Wulan mencapai orgasmenya untuk yang kedua kalinya. Sementara aku, karena pengaruh dari minuman yang diberikan oleh tante Wulan tadi membuat staminaku semakin liar. Bahkan, hingga saat ini belum terasa mau keluar sama sekali. Hal tersebut tentu membuatku menjadi semakin semangat untuk terus menggenjot tante Wulan.
“ganti posisi tan, tante di atas ya.” Pintaku kepada tante Wulan.
Setelah itu, giliran aku yang merebahkan diri di Kasur. Sementara tante Wulan memposisikan dirinya mengangkang di atas selangkanganku. Dengan perlahan dipegang serta dibimbingnya kontolku untuk Kembali masuk ke dalam memek sempitnya itu. Perlahan namun pasti kontolku mulai menyeruak masuk Kembali ke dalam memeknya.
“oughhhhh….” Rintih tante wulan sembari menegadahkan kepalanya ke atas.
“akhhh….. enak tannn….”
“ayo goyangin tann…” pintaku.
Sejurus kemudian, tante wulan mulai menari-nari dengan liarnya di atas kontolku. Diputar-putar kan pinggulnya, lalu dilanjutkan dengan menaik turunkan pinggulnya membuat sensasi nikmat yang tiada tara bagiku. Sementara itu, toketnya juga ikut bergoyang-goyang ria mengikuti irama yang kami mainkan.
“ahhh… goyanganmu tannn….”
“teruss tannn….. “
Dengan gaya seperti ini membuat memek tante Wulan terasa semakin legit. Aku dapat menyimpulkan bahwa ia tak sia-sia selama ini melakukan yoga hingga ia kini bisa dengan lincahnya menari-nari di atas selangkanganku.
“ohhh… tantee capekk too…” ucapnya di tengah goyangan liarnya.
“ambrukin sini tan.” Ucapku memintanya untuk merebahkan badannya ke arahku.
“bokongnya diangkat dikit yah, biar aku yang lanjutin.” Lanjutku.
Setelah itu, tante Wulan menuruti apa yang aku katakan. Dengan bokongnya yang sedikit terangkat, kini aku menggenjotnya dari bawah. Sementara itu, tante Wulan yang menindihku langsung melumat bibirku. Aku dengan tempo cepat menggenjotnya dari bawah. Hingga entah karena terlalu merasa keenakan atau bagaimana ia menggigit bibirku hingga berdarah.
“auuu…” pekikku ketika bibirku digigitnya.
“akhhh… sorry, To…” ucap tante Wulan lalu Kembali melumat bibirku dan menghisap bibirku yang berdara tersebut.
“aaaa….” Teriak tante Wulan ketika aku semakin mempercepat tempo genjotanku.
“tan, ganti posisi lagi ya. Tante nungging aja di Kasur.” Pintaku setelalh beberapa saat.
Tanpa menunggu jawaban dari tante Wulan, aku pun beranjak dari posisiku dan memposisikan diriku di belakang tante Wulan. Aku Kembali mengarahkan batang kontolku di depan bibir mekinya. Pertama-tama aku gosok-gosokkan kontolku pada bibir memeknya tersebut. Yang lalu disambut dengan rintihan-rintihan manja dari tante Wulan.
“ayo cepett akhh… masukinnn….” Pinta tante Wulan.
“oughhhh…” ucapnya setelah dengan sedikit kasar aku menyodokkan kontolku dan menggenjotnya.
“ayo lebih cepathh….”
Aku pun terus menggenjotnya dengan mempercepat tempo genjotanku. Sementara tante wulan, Nampak membenamkan wajahnya ke bantal dan mencengkram erat sprei Kasur hingga kini sprei tersebut menjadi tak beraturan akibat dari ulah kami berdua. Bunyi yang dihasilkan dari benturan persenggamaan kami pun menggema mengisi seluruh ruangan seiring dengan hentakkanku yang kuat. Bokong dari tante wulan pun Nampak sangat eksotis ketika itu, seperti memantul ketika menerima hentakan dari sodokanku tersebut.
“akhhh tante keluar lagi toooo…”
“sama tannn…. Barengg yahhh…” ucapku.
“akhhhh ga tahann too… keluarghhhh….”
“iniihhh tann…. Untuk anak kitaahhh…” ucapku saat maniku telah berada di ujung dan menembakkanya kea rah dinding Rahim miliknya.
Aku tak langsung mencabut kontolku dari memeknya, beberapa saat aku masih membenamkannya di dalam memek tante Wulan. Setelah itu, aku mencabutnya dan melihat hasil dari perpaduan cairan kenikmatan yang kami hasilkan meleleh keluar dari dalam memek tante Wulan. Setelahnya, tante wulan pun membalikkan badannya dan tidur telentang di Kasur.
“makasih ya, to.” Ucap tante Wulan sembari memberikan senyuman termanis miliknya.
“sama-sama tan, aku juga suka memek tante.” Ucapku menggoda.
“lagi yuk tan.” Lanjutku.
“hah… salah tante tadi kasih kamu obat kuat sama perangsang. Jadi liar gin ikan.” Jawab tante Wulan.
“tante udah capek to, udah tiga kali keluar lo.” Lanjutnya.
“yah tan, masih tegang banget ini.” Bujukku.
“yaudah.”
Sejurus kemudian tante Wulan tidur menyamping dan aku tetap dalam posisiku. Setelahnya, aku mengangkat kaki kanannya ke atas. Aku memposisikan kontolku untuk masuk dari bawah tubuhnya. Dengan perlahan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke dalam memek sempitnya yang telah sangat becek tersebut yang disambut dengan rintihan pelan nan manja nya. Terus aku memompanya dengan tempo pelan. Sementara tante Wulan sudah Nampak tak seliar permainan di awal kami tadi. Ia hanya merintih dan menrancau pelan, sementara matanya terpejam.
Selang lebih kurang 15 menit, rintihan serta rancauan dari Tante Wulan Nampak semakin samar dan perlahan menghilang, nampaknya tante Wulan benar-benar capek dan sangat menikmati persetubuhan kami, hingga dalam kenikmatan ia tertidur. Ini merupakan fenomena baru bagiku melihat lawan mainku hingga ketiduran karena kelelahan, maklum saja karena ia tadi juga cukup lama melakukan olahraga yoga-nya. Sementara kesalahannya adalah ia berikan obat perangsang dan obat kuat untukku. Mungkin ia merasa tak ingin mengecewakanku hingga ia tetap melayaniku meski telah sangat Lelah.
Setelah ia tertidur pulas, aku memutuskan untuk menghentikan genjotanku dan mencabut kontolku dari memeknya. Aku menghargainya dan membiarkannya untuk menikmati tidur lelapnya. Namun, kontolku masih sangat tegang dan masih sangat ingin di puaskan. Aku pun berpikir sejenak, untuk menimang apa yang aku lakukan selanjutnya.
“apa aku ke rumah mbak Devi aja ya? Atau ke bi Nana aja” ucapku dalam hati di tengah kebimbangan ini.
Bersambung…