Sayup-sayup kulihat senyuman Rendy, aku berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun mataku terasa berat sekali dan akhirnya aku menutup kelopak mataku.
Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku sadar, aku melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam keadaan berbusana pengantin lengkap.
Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat erat di sisi kanan-kiri tiang ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang lebar.
Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku, seperti ada sebuah daging lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku.
Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu.
Aahh oohhh Aku pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaanku itu.
Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan vaginaku menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik tegangan rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh lubang pipisku.
Eh! Kakak sudah bangun rupanya!! tiba-tiba kudengar suara Rendy dibalik gaunku.
Aku berusaha mendongak dan kulihat wajah Rendy sedang berada tepat didepan selangkanganku yang terbuka lebar. Sadarlah aku kalau daging tadi tak lain adalah lidah Rendy yang sedang menjilati vaginaku. Aku berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit.
Tubuhku terasa amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku kini berada didalam kamar bu Diana.
Badan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur Mami masih tersisa. Jelas Rendy sambil berjalan ke sampingku.
Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia saja. Tubuhku tidak mau bergerak sedikitpun. Astaga! Bagaimana aku bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk menjaga jarak dari Rendy kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku terpampang jelas dihadapannya, aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur lagi.
Kakak tenang saja, dijamin enak kok! Hehehe tawa Rendy terkekeh-kekeh.
Jangan, Rendy Jangan kakak mohon!! pintaku berderai air mata saat melihat Rendy berbalik berjalan menuju arah selangkanganku.
Namun sia-sia saja, Rendy sama sekali tidak mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan cemas. Air mataku kembali meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku?
Tubuhku kini amat sulit digerakkan karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat bius yang tersisa. Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Rendy menyantap kewanitaanku.
Essh aku mendesis sesaat setelah bibir Rendy mencium bibir kemaluanku.
Hembusan nafas Rendy di pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian. Saat bibir kemaluanku bertemu dengan bibir Rendy, Rendy mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir kemaluanku dijilati olehnya. Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah Rendy, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang vaginaku perlahan-lahan.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai melanda diriku, namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali terdengar keluar dari bibirku karena rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi belaian lembut Rendy di pahaku semakin terasa geli akibat stocking sutra yang kupakai.
Haaa?! Aakh!! Sontak aku menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-tiba melanda tubuhku.
Rupanya Rendy menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil klitorisku dengan lembut sehingga sekujur tubuhku seperti dialiri listrik dan bulu kudukku berdiri. Rendy menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh gejolak birahiku.
Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku. Berulang kali permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Rendy, namun ia malah tampak kian bersemangat mengerjaiku.
Bagaimana kak? Enak tidak? tanya Rendy padaku.
Rendyy stoop auhhh jangaan
Ah masaa? Bukannya kakak mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi? ejeknya sambil menjauhkan wajahnya dari kemaluanku.
Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku kehadapan wajah Rendy, seolah menawarkannya untuk kembali mencicipi liang vaginaku.
Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek! kembali Rendy menghinaku.
Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga kini pinggangku ikut terangkat tepat dihadapan wajah Rendy.
Aww aww aaahh kembali aku merintih saat Rendy mengecup dan mengisap-isap daging klitorisku.
Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha untuk mengejar kenikmatan seksualku semata. SLURP SLURP Sesekali terdengar suara Rendy yang menyeruput cairan cintaku yang sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya dengan cairan cintaku.
AAHH AAHHH AAA Desahanku semakin keras.
Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam tubuhku. Otot-otot tubuhku secara otomatis mulai menegang sendirinya.
HYAA AAAKH!!! jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam tubuhku.
Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Rendy terlontar mundur akibat dorongan tubuhku. Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak. Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya.
Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa!
Wah, waah Rupanya galak juga nih, kalau orgasme! ejek Rendy yang kini terduduk dihadapan selagkanganku.
Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan aku membiarkan Rendy menikmati cairan cintaku sesuka hatinya.
Setelah puas meminum cairan cintaku, Rendy berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku didepannya. Rendy berjalan melewati tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku.
Kak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Rendy? seloroh Rendy.
Aku yang menyadari kalau Rendy akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta pertolongan.
TOL uumph!! jeritanku terhenti karena Rendy langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku.
Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku yang mungil.
Hhmmphh hmph suaraku teredam oleh penis Rendy.
Aku berusaha memuntahkan penis itu, namun Rendy memajukan pantatnya sehingga penisnya tetap masuk didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku.
Rendy menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit di ubun-ubunku karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak berontak lebih jauh, aku mengikuti gerakan tangan Rendy yang sedang memaksaku mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku.
Aahh Enaak desah Rendy saat penisnya keluar masuk dari mulutku.
Hmmp mpp phh aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Rendy dalam mulutku.
Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual karena rasa dalam mulutku saat ini. Sementara leherku juga pegal karena dipaksa naik-turun oleh Rendy.
Beberapa saat kemudian, Rendy berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku yang pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat.
Namun rupanya penderitaanku belum juga berakhir. Rendy belum mau melepaskan kenikmatannya dioral olehku. Belum sempat penisnya keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga mulutku.
Oke, kak! Sekarang giliran kakak yang main! Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak! perintah Rendy sambil menghentikan gerakannya.
Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan Rendy dan bantalku, sehingga aku tidak bisa bergerak bebas.
Ayo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri dimulut kakak seperti barusan? ancamnya padaku.
Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Rendy, setidaknya aku akan lebih leluasa bernafas apabila aku yang bergerak sendiri. Aku pun menggerakkan lidahku membelai-belai batang penisnya yang masuk hingga rongga mulutku. Sesekali lidahku juga bersentuhan dengan kepala penisnya. Sebenarnya aku agak jijik juga karena tercium bau agak pesing dari ujung penis Rendy, namun apa dayaku?
Aku pun berusaha untuk tidak begitu mempedulikan bau itu. Penis Rendy kuanggap saja seperti permen yang luar biasa tidak enak. Aku pun terus mengemut penis Rendy itu.
Ayo, kak! Terus! Jago juga nih, nyepongnya! Enak bangeet!
Mmphh erangku.
Isapin juga kak! Seperti ngisap permen! kembali Rendy memberi perintah padaku, yang langsung saja kuturuti.
Kuhisap penisnya dengan pelan dan lembut dengan harapan anak ini bisa segera menghentikan aksinya dan aku bisa terbebas dari siksaan ini. Herannya, selama beberapa menit kuoral, Rendy masih saja tidak puas. Aku pun mulai kelelahan mempermainkan penisnya dalam mulutku, walaupun aku mulai terbiasa dengan situasiku sekarang.
Entah setan apa yang merasukiku, namun saat aku mengingat bahwa aku sedang mengoral penis anak kecil yang tak lain adalah muridku, aku merasa hasrat seksualku kembali meninggi dalam tubuhku. Aku ingin sekali mencapai orgasme sekali lagi dan aku ingin mencoba sesuatu yang lebih hebat lagi bersama Rendy.
Ookh Aku mendengar suara erangan panjang keluar dari mulut Rendy dan saat itulah, aku merasa mulutku disembur oleh cairan kental berbau amis.
Aku menyadari bahwa Rendy baru saja berejakulasi dalam mulutku, dan kini mulutku dipenuhi spermanya. Rendy kembali menekankan selangkangannya ke wajahku.
Telan kak! Jangan sampai bersisa! Aku pun menuruti perintah Rendy, kutelan semua sperma dalam mulutku, sekaligus kuhisap-hisap penis Rendy agar spermanya tidak bersisa.
Rendy hanya mengerang keenakan saat penisnya kubersihkan dengan mulutku.
Woow enaak lebih enak dari onanii. seloroh Rendy.
Namun aku tidak peduli, aku terus menghisap-hisap penisnya itu hingga aku yakin tidak ada lagi sperma yang tersisa. Setelah selesai, Rendy mengeluarkan penisnya dari dalam mulutku.
Waah Kakak jago banget lho! Enak sekali kak!
Rendy, kamu jahaat protesku.
Lho kenapa? Bukannya kakak sekarang sudah jadi pengantinku? balasnya.
You may kiss your briide!! sorak Rendy tiba-tiba.
Tanpa basa-basi, Rendy segera mencium bibirku. Bibirku diemut-emut dengan lembut dan sesekali bibirku juga dijilati oleh lidahnya. Aku hanya membiarkannya mempermainkan bibirku sesuka hatinya. Pelan-pelan lidah Rendy membelah bibirku dan lidahnya menyusup kedalam rongga mulutku. Aku pun merespon dengan menghisap lidah Rendy dengan lembut.
Gairah seksualku sekarang benar-benar menguasai tubuhku, semakin kuingat bahwa Rendy yang saat ini sedang bercinta denganku, semakin aku tenggelam dalam hasratku. Selama beberapa menit kami terlibat dalam French kiss itu, sebelum akhirnya Rendy menghentikan ciumannya di bibirku. Aku pun tampak kecewa saat Rendy menjauhkan wajahnya.
Kenapa kak? Enak kan rasanya? Masih mau lagi? tanyanya.
Pertanyaan Rendy itu seketika memancing gairah seksualku yang meningkat. Aku merasa ini adalah sebuah kesempatan bagiku, namun sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Rendy mengambil sehelai celana dalam putih berenda yang tadi kupakai dan menjejalkannya ke mulutku hingga celana dalamku memenuhi seluruh rongga mulutku.
Mmfff. Protesku pada Rendy. Namun suaraku terhalang oleh celana dalam yang menyumbat mulutku. Jangan dijawab dulu, Kak. Nanti ya, Rendy mau istirahat dulu! Ngocoks.com
Oh, Kakak juga boleh istirahat kok! Nah, daripada bosan, bagaimana kalau kakak nonton saja dulu? lanjut Rendy.
Aku bisa mendengar suara televisi yang dinyalakan dan suara pemutar DVD yang dibuka oleh Rendy. Setelah selesai, Rendy lalu mendatangiku yang masih terbaring mengangkang di ranjang.
Jangan berontak ya, Kak! Kalau macam-macam, video kakak kusebarkan! ancamnya.
Rendy lalu melepaskan ikatan kakiku di kedua tiang ranjang itu. Aku disandarkan ke kepala ranjang dan Rendy menyandarkan sebuah bantal di punggungku dan juga sebuah bantal kecil di pantatku untuk kududuki agar aku merasa nyaman.
Tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku kini digunakan untuk mengikat sikut tanganku yang masih terikat di punggungku pada kedua tiang bagian atas ranjang canopy itu agar aku tidak kabur.
Oke deh! Rasanya sudah cukup!! Nah, kakak santai saja ya? Nikmati saja filmnya! Rendy lalu memutar DVD itu.
Mmff!! Aku berteriak terkejut saat melihat adegan percintaan seorang wanita berambut pirang di layar televisi itu, rupanya Rendy menyetelkan DVD porno untuk kutonton..
Kakak pelajari gayanya dulu, ya! Supaya nanti siap main dengan Rendy! OK?! Rendy tersenyum dan beranjak pergi, meninggalkanku sendiri terikat di ranjang sambil berusaha menahan gejolak birahiku yang semakin mendera karena suguhan adegan panas dihadapanku.
Aku pun terpaksa menonton film porno itu sekitar 2 jam. Yah, aku memang pernah melihat sekilas film porno di handphone teman-teman SMUku, namun mungkin karena ini pengalaman pertamaku melihat film porno selama itu, muncul keinginanku agar vaginaku dimasuki oleh penis seperti wanita bule yang ada di film porno itu.
Pikiranku bergejolak, aku sadar bahwa aku akan kehilangan keperawananku apabila vaginaku dimasuki penis Rendy, namun di sisi lain, aku penasaran akan rasa nikmat yang tampaknya melanda wanita di film itu saat vaginanya dimasuki oleh penis.
Aku juga ingin merasakan kenikmatan itu. Apakah aku juga akan merasa senikmat itu apabila vaginaku dimasuki oleh penis?
Aku masih bisa mengingat dengan jelas rasa nikmat saat vaginaku dijilati dan dipermainkan oleh Rendy sebelumnya.
Tentunya aku akan merasa lebih nikmat lagi apabila vaginaku dipermainkan oleh penis Rendy. Lagipula, setidaknya aku tidak perlu khawatir akan hamil sebab masa suburku baru saja terlewati minggu lalu.
Akhirnya rasa penasaran dan gairah seksualku mengalahkan perasaanku. Sudah kuputuskan, aku akan melayani Rendy sepenuh hatiku.
Aku sudah tidak peduli lagi akan statusku sebagai gurunya ataupun perbedaan usia kami, yang kini kuinginkan hanyalah mengejar kenikmatan seksualku semata. Bahkan status dan perbedaan usia kami malah menjadi sumber gejolak gairah seksualku.
Bersambung…