Akhirnya, pintu kamar itu terbuka juga dan masuklah Rendy kedalam kamar itu.
Bagaimana kak? Sudah puas nontonnya?
Sudah tahu kan bagaimana gaya-gayanya? lanjutnya.
Aku hanya mengangguk pelan dengan wajah memelas.
Bagus, bagus!! Kakak emang pintar! ujarnya sambil membelai kepalaku dengan pelan, seolah memuji anak kecil.
Hff jawabku.
Nah, kalau begitu kakak mau tidak kalau aku setubuhi seperti di film? muncullah pertanyaan yang sedari tadi kutunggu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk sambil melihat wajah Rendy. Namun Rendy malah pura-pura tidak melihat sambil mematikan DVD playernya.
Apaa? Rendy nggak bisa dengar nih!
Mmff!! Aku berusaha untuk meminta Rendy melepaskan sumbatan mulutku agar aku bisa berbicara, namun Rendy malah melepas ikatan di kedua sikutku sehingga aku terbebas dari ranjang canopy itu. namun tanganku masih terikat kencang di punggungku.
Aku lalu dituntun turun dari ranjang. Rendy tidak lagi mengawasiku dengan ketat. Ia tahu bahwa aku sekarang sudah tidak ingin kabur lagi.
Waah, udah gede masih ngompol yah, Kak? ejek Rendy saat melihat bekas cairan cintaku di bantal yang tadi kududuki.
Aku hanya menggeleng pelan, namun kurasa Rendy juga tahu bahwa itu adalah cairan cintaku yang meluber karena aku terangsang sedari tadi. Rendy lalu menarikku kehadapan sebuah papan tulis putih di kamar itu yang ditempeli berbagai rancangan bu Diana. Rendy melepas semua rancangan itu agar papan tulis itu bersih.
Aku terkejut saat Rendy dengan sigap menundukkan tubuhku di meja itu sehingga posisiku kini menungging kearah papan tulis itu.
Rendy juga menaikkan rok gaun dan petticoatku bagian belakang dan mengaitkannya di pita putih gaunku yang ada di pinggangku, sehingga kini pantatku terpampang jelas menungging didepan papan tulis itu.
Nah, gimana kalau kakak tulis saja apa yang kakak mau? Soalnya kakak nggak bisa ngomong sekarang ujarnya dari belakang.
Aku pun semakin heran, bagaimana caraku menulis dengan tangan terikat dan posisi tubuh menungging seperti ini? Aku hendak berdiri, namun punggungku ditekan ke meja itu oleh Rendy.
Tahan sebentar ya, Kak ujar Rendy sambil membuka celah pantatku.
Rendy lalu menuangkan lotion ke jari telunjuknya dan mengusapkan lotion itu ke lubang pantatku. Sesaat aku merasakan jari Rendy yang menempel dilubang pantatku bergerak pelan mengoleskan lotion itu dan aku bisa merasakan rasa dingin dan licin akibat lotion itu di pantatku.
Setelah lubang pantatku selesai dilumuri lotion, aku merasa ada sesuatu di lubang pantatku, aku tahu benda itu bukanlah jari Rendy karena benda itu terasa lebih besar dan keras dari jari Rendy.
HMMFF!! jeritku saat tiba-tiba aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di lubang pantatku.
Suatu benda yang panjang dan keras menekan memasuki lubang pantatku. Aku menoleh kebelakang dan melihat Rendy memaksakan untuk memasukkan benda itu kedalam anusku. Benda itu diputarnya perlahan masuk kedalam pantatku seperti sekrup.
Air mataku meleleh saat merasakan rasa perih yang amat sangat saat Rendy memperawani anusku dengan benda itu. Lubang pantatku serasa tersayat-sayat dan rasa perihnya tak terkira.
Wuiih lubang pantatnya seret banget! Padahal sudah dikasih lotion! Pasti masih perawan, nih! komentar Rendy yang terus memutar benda itu masuk kedalam anusku.
Aku hanya bisa menggeleng-geleng keras memohon agar Rendy menghentikan aksinya itu. Namun Rendy terus memaksakan benda itu untuk masuk kedalam pantatku.
Oke! Selesai deh! seru Rendy.
Aku menoleh kebelakang, aku amat panik saat menyadari sebuah spidol berukuran besar kini tertanam didalam pantatku. Spidol itu tampak mengacung tegak kearah papan tulis karena posisi tubuhku yang menungging.
Oops, tenang saja, Kak! Spidolnya sudah kumasukkan dengan baik, kok! Kakak tahan saja spidolnya dengan otot pantat kakak supaya tidak jatuh! ujar Rendy.
Kata-kata Rendy sama sekali tidak menenangkanku apalagi saat merasakan spidol besar yang sedang tertanam dalam pantatku.
Nah, ayo tulis apa yang kakak mau!
MMFF!! aku menggeleng memprotes Rendy.
Ide anak ini benar-benar gila! Aku yakin dia pasti mempelajari cara ini lewat film-film pornonya untuk mempermalukanku.
Ayoo, kalau tidak, kakak nanti kubiarkan seperti ini, lho! Spidolnya tidak akan kucabut kalau kakak tidak mau menurut! ancamnya.
Mmm aku memelas mendengar ancaman Rendy.
Aku tahu kalau sedari awal aku tidak memiliki posisi menawar melawan Rendy dengan kondisi seperti ini.
Nah! Ayo, tulis di papan tulis kak! Seperti waktu kita belajar! Sekarang, aku mau kakak mengajariku menulis! ujar Rendy sambil beranjak duduk dihadapanku, seolah sedang mendengarkan pelajaran di kelas.
Aku berusaha tetap tenang dan mulai menggerakkan pantatku di papan tulis itu.
Mmf! aku menjerit kecil dan mataku membelalak saat ujung spidol di pantatku menyentuh permukaan papan tulis.
Pantatku terasa geli dan sedikit perih akibat tekanan spidol itu. Rendy tampak senang melihat ekspresi wajahku yang dipenuhi rasa panik, malu dan bingung akan keadaanku sekarang.
Perlahan-lahan aku berusaha untuk menulis dengan pantatku di papan tulis itu. Kaki dan pahaku ikut bergerak menaik-turunkan tubuhku yang menungging.
Hati-hati lho, kak. Kalau terlalu ditekan, spidolnya bisa tergelincir masuk kedalam pantat kakak. Nanti tidak bisa keluar lagi lhoo sorak Rendy.
Dasar badung! Pikirku. Memangnya salah siapa kalau nanti spidol ini malah terselip masuk kedalam pantatku?! Malah sekarang aku yang harus berusaha keras menangkal resiko yang diciptakan oleh anak ini untuk tubuhku!
Aku pun mulai kehilangan ketenanganku akibat sorakan Rendy itu. Apalagi sesekali aku merasa spidol itu semakin masuk kedalam pantatku saat aku menulis.
Namun aku tetap berusaha keras dan hasilnya, 5 huruf yang acak-acakan tertulis di papan tulis itu. Aku menghela nafas lega saat aku melihat hasil tulisanku itu.
Waah, tulisan kakak jelek sekali! Padahal katanya sudah kuliah! kembali Rendy mempermalukan diriku.
Ia lalu berjalan kehadapanku, melepas lakban mulutku dan menarik keluar celana dalamku yang sedari tadi telah menjejali mulutku.
Ahh ohk ohkk Aku terbatuk-batuk dan menghela nafas lega.
Kulihat Rendy sedang mengendusi celana dalamku yang basah karena ludahku dan sesekali ia menghisap-hisap ludahku yang membasahi celana dalamku itu.
Hmmm ludahnya kakak memang enaak Nah sekarang coba kakak baca apa yang kakak tulis!
Pe penis ujarku pelan dengan perasaan yang amat malu.
Apaa? Apa yang kakak mau? tanyanya dengan nada mengejek, seolah tidak mendengar ucapanku barusan.
Penis!! jawabku tidak sabaran.
Penis siapa, hayooo?
Penisnya Rendy!! aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk meneriakkan kata itu dan akhirnya terucap juga.
Iya deh! Nah, tahan sebentar ya, Kak! Rendy lalu berjalan kebelakang tubuhku yang masih menungging.
Aku bisa merasakan ia memegang spidol yang tertanam dalam pantatku. Perlahan-lahan ditariknya spidol itu keluar dari pantatku.
Aww auuch rintihku pelan saat merasakan gesekan batang spidol itu di permukaan lubang pantatku yang rasanya sedikit sakit, namun agak geli juga.
Apalagi saat aku mengejan, pantatku terasa semakin nikmat dengan tekanan itu. PLOOP! Terdengarlah suara lepasnya spidol itu dari pantatku.
AAHH!! Sontak aku berteriak merasakan kelegaan yang kembali ke lubang pantatku setelah sekian lama disumbat.
Namun, sebelum aku sempat berdiri dan merasakan kelegaan, Rendy segera menarik dan menghempaskan tubuhku ke ranjang canopy itu sehingga aku kembali terbaring diatas ranjang.
Aduh! Aku segera berusaha bangkit, namun Rendy segera menerkam dan menimpa tubuhku.
Jangan bergerak Kak! perintahnya.
Entah bagaimana, aku segera menuruti perintah Rendy dan mulai merelakan tubuhku dipermainkan olehnya.
Sekarang kakak kupanggil pakai nama saja ya? Erina pintanya manja.
I, iya terserah kamu jawabku dengan wajah memerah saat menatap wajah Rendy yang ada tepat diatas wajahku.
Ah! aku menjerit kecil saat Rendy mencengkeram dan meremas-remas dadaku.
Tangan kanannya menekan payudaraku dengan perlahan dan mencubitnya dengan lembut, sementara tangan kirinya menyibakkan rambutku. Rendy lalu mendekatkan wajahnya dan mencium pipiku.
Erina, kamu wangi deh! pujinya seraya melayangkan kecupan ke bibirku yang segera kubalas.
Rendy lalu duduk bersimpuh diatas ranjang itu dan memangku kepalaku diatas pahanya. Rendy kembali menjamah payudaraku, namun kali ini ia mengulurkan tangannya menyusupi bagian dada gaunku.
Jari-jarinya menjalar pelan diatas payudaraku sambil mencari puting payudaraku. Aku merasa agak sesak karena aku masih memakai BH, namun itu tidak menghalangi jari-jari nakal Rendy untuk mempermainkan dadaku.
Aw! aku merasakan puting payudaraku disentuh oleh jari Rendy. Rendy segera memencet putingku sehingga aku merasa seperti tersetrum oleh listrik di sekujur dadaku. Ngocoks.com
Ahh desahku pelan saat Rendy kembali meremas payudaraku.
Payudaraku digerakkan berputar pelan oleh jari Rendy sambil sesekali memencet putingku. Aku semakin terhanyut saat Rendy menyentil-nyentil puting payudaraku dengan kukunya yang agak panjang ataupun saat memencet puting susuku dengan kuku jempol dan jari telunjuknya.
Saraf-saraf tubuhku kini semakin sensitif karena aku semakin terangsang dengan pijatan di payudaraku.
Kini ia kembali bergerak kearah selangkanganku. Ia lalu duduk dihadapan tubuhku yang masih terbaring
Nah, Erina. Ayo buka pahamu. Yang lebar ya! aku merentangkan kakiku selebar mungkin dihadapan Rendy.
Ia tersenyum melihat aku yang tidak menolak perintahnya lagi. Rendy lalu mengamati selangkanganku. Bagaimana kewanitaanku yang masih basah oleh cairan cintaku dan lubang pantatku yang terbuka sedikit setelah diperawani spidol, terhidang di hadapannya. Rendy mencolek vaginaku dan mencicipi cairan cintaku yang ada di jarinya.
Aww desahku pelan saat jari telunjuk Rendy menyentuh klitorisku.
Rendy yang akhirnya menemukan apa yang dicarinya dalam liang vaginaku tampak kegirangan. Jarinya segera menyentil-nyentil klitorisku. Akibatnya, bisa ditebak, aku kembali melayang kelangit ketujuh. Aku merintih-rintih keenakan dihadapan muridku yang kini sedang memainkan gairah seksualku.
Aahh ohh aww desahanku semakin keras dan akhirnya tubuhku kembali serasa akan meledak.
Punggungku melengkung bagai busur dan kakiku kembali menegang, siap untuk menyambut orgasmeku untuk yang kedua kalinya. Namun, Rendy yang tahu bahwa aku akan orgasme segera mencabut jarinya keluar dari liang vaginaku; otomatis, kenikmatan yang sebentar lagi akan kucapai lenyap seketika.
Rendyy jahaat ayo lagiii pintaku memohon pada Rendy.
Apanya yang lagi, Erina? tanyanya seolah tidak mengerti.
Ayoo mainin vagina Erinaa Erina sukaa jawabku seperti seorang pelacur rendahan.
Suka apa?
Erina suka kalau vagina Erina dimainin Rendy ayo doong Erina mau orgasme lagii enaak kembali aku mempermalukan diriku sendiri.
Aku sudah tidak bisa berpikir lagi karena tubuhku sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksualku yang sudah diambang batas.
Panggil aku Sayang. Kan kamu sudah jadi pengantinku! perintah Rendy
Iyaa Rendy sayaang ayoo entah bagaimana aku terjebak dalam permainan psikologis Rendy.
Aku sekarang bertingkah seolah-olah dia adalah suamiku yang sah. Aku agak terkesan karena walaupun masih begitu muda, Rendy sudah tahu bagaimana menjalankan trik psikologis untuk mempengaruhiku agar menuruti permintaannya, mungkin ini juga pengaruh dari video pornonya.
Namun kuakui, permainan psikologis ini semakin membangkitkan gairahku dan aku amat menikmatinya!
Nah, Erina. Boleh tidak kalau Rendy memasukkan adik kecil ke memek Erina?
Boleh sayang Erina kan pengantinnya Rendy selorohku.
Aku sekarang sudah rela memberikan keperawananku untuk Rendy. Lagipula mulut dan pantatku kini sudah tidak perawan lagi, jadi tidak ada salahnya kalau aku sekalian merelakan kesucianku kepada Rendy. Aku pun menarik rok gaunku hingga ke perutku sehingga kewanitaanku terpampang jelas sekali dihadapan Rendy.
Ayo sayang. Erina mau orgasme lagi aku memohon pada Rendy.
Rendy segera merespon dengan duduk dihadapan selangkanganku dan mengatur posisi tubuh kami sehingga penisnya sekarang berada di bibir kewanitaanku.
Aku bisa merasakan penisnya yang kembali membesar seperti saat aku mengoralnya barusan menyentuh celah vaginaku. Aku menghela nafas, menyiapkan diriku untuk menerima kenyataan bahwa keperawananku akan direnggut sesaat lagi.
Bagaimana, Erina? Sudah siap? aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Rendy akan kesiapanku.
Rendy yang pelan ya? Jangan kasar pintaku kembali.
Bersambung…