Sehari sesudahnya aku masih tergeletak lemah, aku sakit. Payudaraku sakit, vaginaku sakit, seluruh badanku sakit. Suamiku bertanya cara berjalanku aneh. Aku membuat beberapa alasan tapi tidak menceritakan kebenarannya, bahwa anjing tetangga telah menumbuk vaginaku dengan penis yang besar.
Dan itu terjadi dua kali dalam minggu ini dan aku tak ingat berapa banyak sudah rahimku di buahi. Dan aku berpikir apakah aku bisa bertindak biasa saja seperti sebelum kejadian dikawini oleh anjing itu. Aku sedang dalam nafsu yang tinggi sepanjang minggu ini dan disetubuhi anjing besar itu malah membuatku semakin horny. Seperti sore ini, vaginaku masih menginginkan penis anjing pejantanku mengobok-obok vaginaku. Tapi tubuhku dan mendukung untuk melakukannya, jadi yang bisa kulakukan hanya menahan diri.
Keesokan harinya aku merasa lebih baik. Ini hari ke 5 dari 2 minggu yang direncanakan, Martin dan Ci Lina liburan. Mereka masih akan pulang beberapa hari lagi dan aku masih harus berurusan dengan anjing mereka. Mungkin minggu depan setelah aku berhenti berovulasi akan terasa lebih tenang dan melupakan persetubuhan dengan Golden Retriever jantan mereka.
Aku juga telah membiarkan anak-anak anjing mereka menyusu padaku. Memikirkan itu rasanya aku ingin segera berlari menemui mereka, anak-anak anjing kecilku. Tapi itu tak mungkin karena ada beberapa pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan.
Malam harinya ketika aku hendak memberi makan anjing sebelah, suamiku melarangnya. Biar aku yang melakukannya.” Kata suamiku “ Tubuhmu belum begitu sembuh benar, lebih baik kamu istirahat saja.” Suamiku lalu pergi ke sebelah untuk memberi makan anjing dan aku di rumah sendiran merasa sedikit kecewa.
Aku ingin ke sebelah sebenarnya, aku sudah menahan diri untuk bertemu dengan pejantanku dari kemarin, rasanya tak mungkin kutahan lagi. Nafsuku sudah di ujung kepala, saat itu aku mengenakan gaun tidur katun yang ringan dan tipis dengan panjang selutut. Sambil menunggu suamiku kembali aku berbaring di kamar.
Kira kira 1 jam kemudian Suamiku masuk dan naik ke tempat tidur dan menarik tubuhku mendekat padanya. Setelah beberapa menit aku merasa dia makin merapatkan tubuhnya padaku, pada saat itu posisiku memunggunginya. Lengannya memelukku dan mencari payudaraku dia meremas lembut payudara sebelah kanan. Aku tahu apa artinya ini. Dia menginginkan seks.
Aku baru mau memberitahu dia untuk tidak melkukan seks malam ini dan aku sadar dia mungkin akan curiga sebab selama ini aku tak pernah menolak dengan apa yang namanya seks. Aku bisa merasakan penis ereksinya menggosok di antara pipi pantatku. Aku berbalik menghadapnya dan mengatakan kepadanya.
“Sayang, kalau kau mau bercinta denganku aku mau kamu pakai kondom. Kalau gak aku gak mau.” Dia menggerutu karena harus melakukan itu tapi aku tetap bersikeras. Untuk beberapa alasan aku tidak ingin hamil oleh dia bulan ini. Dia mengulurkan tangan ke laci meja dan mengambil satu bungkus kondom dan memakainya.
Aku menarik gaun tidur ke atas tapi tidak melepasnya hanya sampai batas paudaraku saja. Aku sudah tidak mengenakan celana dalam lalu suamiku mengulurkan tangannya menggosok vagina berbuluku. Aku tidak tahu apakah ia berusaha untuk merangsangku atau untuk dirinya sendiri.
Kamu sudah basah sekali sayang,…kau sudah menunggu ini ya?” sambil tangannya menarik tanganku diarahkan ke penisnya. Vaginaku memang sudah basah sejak sore tapi bukan disebabkan olehnya.
Vaginaku basah karena aku membayangkan penis besar anjing sebelah rumah memasuki vaginaku. Lalu dia berguling memposisikan tubuhnya di atasku. Aku melebarkan kakiku agar dia lebih leluasa dan dia dapat membimbing penisnya yang terbungkus karet lateks ke depan mulut vaginaku. Dia memasukkan penisnya, mendorongnya hingga terbenam seluruhnya di vaginaku.
Dia mulai memompa vaginaku , seluruh kemaluannya sudah masuk. Agak sulit mengatakannya. Setelah 2 kali bercinta dengan penis besar seekor anjing ada perasaan yang sangat berbeda sekarang. Penisnya sudah masuk semua dalam vaginaku dan aku tidak merasakan apapun. Setelah sekitar 5 menit suamiku berkomentar tentang bagaimana longgarnya vaginaku terasa malam ini, tapi aku masih tidak merasakan apapun.
Akhirnya agar suamiku tak curiga, Aku berpura-pura mengerang- erang, seolah-olah menikmati persetubuhan ini.aku ingin dia cepat selesai. gerakannya makin cepat dan aku melihat dia bergidik. Aku rasa dia sudah orgasme, lalu ia segera menarik kemaluannya dan pergi ke kamar mandi untuk membuang kondom. Aku menurunkan gaun tidurku turun dan menatap langit-langit. Dia naik kembali ke tempat tidur dan menciumku di pipi dan berguling kesamping, tak berselang lama sudah terdengar dia mendengkur.
Aku melamun sendiri, wow kemana nafsu seks itu. Aku tidak banyak membantu dia tadi karena terus terang aku tidak tertarik berhubungan seks dengan dia lagi. Bagaimana mungkin aku bisa puas kalau seperti itu yang aku dapatkan sampai selama sisa hidupku?
Usiaku hampir 30thn dan usia segitu adalah saat seorang wanita manusia mencapai puncaknya seksualnya. Aku kira aku memuncak lebih awal karena yang aku inginkan sekarang adalah penis besar di vaginaku. Dan aku tahu harus kemana mencari pejantan yang bisa menyetubuhi dan memuaskan aku, serta bertahan dalam posisi terkunci yang lama ,menyimpan benihnya dalam diriku.
Kamar tidurku hening dan tenang sekali, kecuali suara mendengkur suamiku. Aku melihat jam saat ini jam 11:00. Aku tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku hafal sekali jika suamiku tidur, dia akan terlelap hingga pagi selama tidak ada suara berisik yang menggangu apalagi dia sehabis melakukan seks dengan aku. Dia baru akan terbangun jika matahari sudah terang. Aku berjalan ke luar kamar menuju ke pintu depan dan perlahan membukanya lalu menutupnya di belakangku. Jalan ini gelap dan tenang.
Aku hanya seperti bayangan yang berjalan melintasi halaman menuju rumah Martin dan Ci Lani. Aku menggunakan kunci cadangan untuk membukanya dan berdiri di pintu depan. Ada beberapa lampu di dapur dan ruang depan yang menyala untuk keamanan. Dan itu hanya cukup untuk sedikit menerangi halaman belakang.
Aku berjalan dengan tujuan pintu belakang. Aku melepaskan gaun tidurku dari atas kepalaku dan melemparkannya di sofa. Aku harus bisa membuatnya menyetubuhi aku, tapi aku berharap dia akan melakukannya dengan cepat sehingga aku bisa langsung kembali ke rumah. Aku melangkah ke teras belakang menutup pintu di belakangku. Aku berjalan keluar dengan posisi merangkak. Aku telanjang bugil di ruang terbuka.
Aku bisa merasakan angin dingin di bibir vagina basahku dan putingku yang berdiri tegak. Payudaraku yang besar menggantung ke bawah hampir menyentuh rumput. Tiba-tiba aku merasa ingin buang air kecil. Aku tadi terburu-buru ke sini sehinggga baru merasakannya sekarang. Aku merasa liar, seperti binatang jadi aku tidak berpikir untuk kembali ke dalam. Aku membiarkan air kencingku mengalir keluar ke rumput. Aku bisa mendengar air itu menyentuh tanah dan aku juga mencium baunya.
Aku merasakan ada gerakan di dekatku dan aku kira dia bisa mencium baunya juga. Aku menoleh ke belakang dan melihat dua ekor anjing besar berdiri tak jauh di belakangku menciumi tempat di mana aku tadi buang air kecil. Salah seekor mengangkat kakinya dan menutupi tempat itu dengan air kencingnya sendiri, aku tahu dia sedang mengklaim wilayah ini sebagai miliknya.
Kemudian dia berpindah ke belakangku dan mulai sadar kalau dia bukan pejantanku kemarin. Karena gelap aku sulit membedakannya, anjing ini sedikit lebih besar dari yang kemarin menyetubuhiku. Aku melihat pejantanku hanya berdiri mematung seolah memberi kesempatan pada temannya untuk mengaksesku.
Lidah anjing ini mulai menjilati beberapa tetes air yang jatuh dari rambut kemaluanku. Rasanya sangat nikmat ketika lidahnya ikut menggesek clitku. Lalu dia berhenti karena dia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Bau baru, bau jantan lain. Dia pasti mencium jejak yang di tinggalkan suamiku. Aku mendengar dia menggeram sedikit. Dia cemburu. Laki-laki lain telah lebih dulu menyetubuhi betina jalang ini. Hanya ada satu yang harus dia lakukan, yaitu mengklaim aku sebagai miliknya.
Dia kembali menjilati ku beberapa kali lagi membuat clitku mengeras lalu dia naik ke atas punggungku. Aku hanya diam menanti penisnya agar cepat menemukan lobang kenikmatanku. Kemaluannya meneteskan precum saat ia berhasil menemukannya dan memasukkannya ke dalam vaginaku.
“Tuhan, ini terasa jauh lebih besar dari sebelumnya.” Dalam hati ku berkata. Aku hendak menggerakkan pinggulku agar penisnya masuk lebih dalam, tapi terdengar suara geraman di punggungku. Anjing ini mengingatkanku bahwa aku adalah miliknya, dan memang itulah yang aku inginkan.
Aku akan harus mencari cara untuk dapat terus melakukan ini denganya. Kemaluannya membengkak di vaginaku dan ia mencoba untuk memasukkan lebih banyak lagi ke dalam vaginaku. Suamiku bilang aku terasa longgar. Nah inilah penyebabnya. Pejantan baruku ini meregang vaginaku untuk dapat menerima kemaluannya. Jika nanti simpulnya akan masuk vaginaku aku rasa akan meregangkan vaginaku lebih lebar lagi.
Aku terengah-engah dan aku bergidik karena beberapa orgasme yang kudapat saat penisnya mengisi vaginaku. Dia mulai bergerak cepat sekarang, pinggulnya keras menghantam pantatku. Kemaluannya terasa lebih panas dari pejantanku kemarin. Aku mulai merasa sesuatu yang lebih besar mulai menghantam mulut vaginaku.
Dia ingin memastikan bahwa aku adalah miliknya. Saya merasa simpulnya di bibir luar vaginaku. Akupun terkejut karena simpulnya ternyata lebih besar lagi. Kupejamkan mata lalu mendorong pantatku dengan keras membuka vaginaku. Saya meregang menerima simpulnya masuk sebagian vaginaku.
Bergerak masuk dan keluar beberapa kali dan ketika hampir seluruhnya masuk ke dalam vaginaku. Tiba-tiba mataku melihat satu cahaya terang dari dalam rumah. Aku membuka mata untuk lebih menegaskan ke arah sumber cahaya. Ada beberapa lampu yang kembali menyala di dalam rumah. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Aku melihat gerakan dan kemudian kulihat Clara adik Ci Lani berjalan-jalan di dalam rumah. Oh tidak, aku lupa…..mereka pernah berkata padaku bahwa adiknya akan menengok rumah ini sekali waktu. Dia datang malam ini. Aku membeku di halaman belakang, telanjang bulat, sedang di setubuhi oleh anjing kakaknya.
Simpulnya hampir masuk seluruhnya dalam vaginaku dan kami pasti akan tertangkap olehnya. Aku panik dan mencoba menarik diri darinya. Rasanya waktu begitu lama, penis tebal dan panjang ini tak mau keluar dariku. Setelah berhasil keluar aku bergegas ke sisi lain halaman yang lebih gelap dan terlindung. Ketika aku berhasil mencapai tempat itu, Clara menyalakan lampu di halaman belakang.
Aku berjongkok bersembunyi di samping mesin cuci dan berharap dia tidak bisa melihatku. Dia memanggil anjing-anjingnya dan semua anak anjingnya ikut terbangun dan menghampirinya dengan ekor mereka bergoyang-goyang. Pejantanku yang terganggu saat menyetubuhiku ikut mendekatinya juga, ia menyapa semua anjing itu, dia mengelus mereka dan berkata kalau dia merindukan mereka. Dia mengatakan kepada mereka bahwa dia lelah dan ingin tidur dan akan melihat mereka di pagi hari. Dia mematikan lampu halaman dan menutup pintu.
Saya menarik napas lega. Dia tidak melihatku. Saya menunggu sampai semua lampu di padamkan dan tetap menunggu untuk memastikan dia sudah tidur. Aku mendekati pintu halaman belakang. Melihat gaun tidurku di sofa. Akupun mencoba membuka pintu dan ternyata tak bisa ku buka. Itu terkunci.
Masih berdiri di depan pintu mencoba untuk mencari cara agar pintu bisa ku buka ketika anjing pejantanku menghampiri ku dan mulai mengendus selangkanganku. Aku tahu apa yang ia inginkan tapi sangat beresiko untuk melakukannya di halaman mereka. Diam-diam aku berjalan ke pagar belakang dan mencoba membuka pintu pagarnya. Itu tidak bisa terbuka juga.
Aku makin panik terjebak telanjang bugil di halaman belakang rumah, kemudian aku ingat. Pintu gerbang ini hanya tampak terkunci. Saya tarik tuasnya dan terbuka. Akupun menarik napas lega, saat aku melangkah keluar pintu pagar dan perlahan menutupnya. Saya melihat 2 ekor Golden Retriever pejantanku duduk di halaman mengawasiku. Mereka tampak kecewa karena belum selesai menyetubuhiku. Aku akan mencari cara untuk membuatnya dapat melakukan apa saja pada tubuhku, segera.