Akhirnya setelah 30 menit berlalu, aku pun sudah merasa akan keluar. Kupercepat sodokan penisku di vaginanya dan ketika akan keluar kutekan penisku dalam-dalam hingga menyentuh rahimnya lalu kuciumi anting-anting emas yang ada di telinganya dan akhirnya..
CROTT CROTT CROTT keluarlah sisa-sisa spermaku sebanyak 3 kali semprotan ke dalam rahimnya lalu diikuti oleh orgasme Ibuku yang membuat kelamin kami terasa sangat lengket.
Setelah 15 menit menindih tubuh Ibuku akhirnya aku mencabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat aliran spermaku mengalir dari dalam vaginanya dengan jumlah yang cukup banyak. Muncul pertanyaan dalam pikiranku,
Apakah Ibuku akan hamil akibat perbuatanku ini? mengingat usia Ibuku yang walaupun sudah menginjak 45 tahun tetapi ia masih menstruasi artinya ia masih produktif.
Membayangkan Ibu yang hamil karena perbuatanku membuatku memiliki perasaan sedikit tertarik. Aku cepat membuang pikiran tersebut dan tidak terlalu mempedulikannya. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4.45 pagi.
Aku pun langsung keluar kamar untuk mandi karena biasanya Ibuku bangun pukul 5 pagi. Kuambil celana dan baju yang berserakan di lantai kamar dan memakainya kembali lalu aku keluar kamar Ibuku dan untungnya kedua adikku masih tertidur lelap jadi kondisinya cukup aman.
Sekitar jam 5 pagi akhirnya aku terbangun. Kulihat Eko sudah tidak ada di kamar. Mungkin dia bangun lebih awal karena ini hari pertamanya masuk kerja. Sejenak setelah bangun aku merasa rahimku terasa hangat dan penuh.
Aku pun bangkit lalu duduk di pinggir ranjang dan seketika cairan putih kental keluar dari dalam vaginaku merembes membasahi sprei.
Sambil duduk aku merenung dan menangis mengingat kejadian tadi malam dimana untuk pertama kalinya dalam hidupku aku bersetubuh dengan lelaki lain dan parahnya lagi lelaki tersebut adalah anakku sendiri yaitu Eko.
Aku merasa diriku tidak berbeda dengan suamiku Haryo yang berselingkuh dengan wanita lain yakni Ratih, bedanya sekarang aku berselingkuh dengan anakku sendiri.
Saat duduk di tepi ranjang, aku merasakan banyak sekali cairan sperma yang meleleh keluar dari vaginaku sampai membasahi sprei. Dalam hatiku timbul kekhawatiran mengingat aku masih dalam usia subur. ”Oh Eko sperma kamu banyak banget keluar di rahim Ibu, gimana kalo nanti Ibu hamil karena benihmu ini?
Tapi aku berpikir lagi, jika benar aku bisa hamil dari benih Eko apakah suamiku akan mau kembali kepadaku dan meninggalkan selingkuhannya yang bernama Ratih itu?
Sejujurnya saat ini aku masih mencintai suamiku Haryo walaupun aku kecewa dengan perbuatannya yang berselingkuh di belakangku. Sedangkan dengan Eko aku menemukan kenyamanan yang selama ini tidak aku dapatkan dari suamiku.
Tak terasa sudah hampir 15 menit aku merenung dalam kamar. Aku pun langsung bergegas membereskan kamar lalu mengambil handuk untuk mandi. Ketika keluar kamar aku beringsut untuk menuju kamar putriku Fitri dan Nia dan kulihat kedua putriku masih tertidur. Dengan cepat kubangunkan mereka untuk segera bersiap-siap pergi ke sekolah.
Setelah itu aku masuk ke kamar mandi untuk mandi dengan cepat lalu mempersiapkan makan pagi untuk ketiga anakku. Aku tidak melihat Eko saat itu.
Mungkin saja ia sudah mandi duluan dariku dan adik-adiknya. Namun aku merasa malu untuk mengecek ke kamarnya mengingat kejadian semalam. Aku berpikir tunggu saja sampai dia keluar kamar toh pasti dia nanti juga bakal sarapan bersama denganku dan kedua adiknya.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja. Aku merasa sangat bersemangat karena semalam aku sudah mendapatkan “suntikan energi” dari Ibuku yaitu dengan bersetubuh dengannya.
Aku pun bersiap-siap dengan seksama agar hari pertama kerja nanti bisa berjalan optimal. Setelah selesai bersiap-siap aku pun bergegas keluar kamar untuk sarapan bersama Ibu dan kedua adikku.
Ketika keluar kamar dan berjalan ke meja makan, kulihat Ibu dan kedua adikku sudah duduk manis menungguku untuk sarapan bersama. Kuperhatikan Ibuku memakai kemeja lengan pendek yang agak ketat dengan rok selutut bermotif bunga-bunga sedangkan kedua Adikku seperti biasa mengenakan seragam sekolahnya.
Selama sarapan pagi aku lebih banyak bercengkrama dengan kedua adikku sedangakan Ibu lebih banyak diam dan mengangguk-angguk saja.
Namun dibalik itu kulihat tatapan mata Ibu berbeda dari biasanya. Tatapannya khas seperti seorang wanita yang sedang jatuh cinta. Aku pun tidak terlalu menanggapinya karena takut ketahuan oleh kedua adikku.
“Mas, hari ini pertama masuk kerja ya?”. Tanya Fitri adikku
“Iya Fit, emangnya kenapa”. Tanyaku kembali padanya.
“Nanti kalo udah gajian, beliin aku baju baru ya mas hehehehe”. Pintanya sambil nyengir padaku.
“Aku juga dong mas, masak Fitri aja yang dibeliin”. Protes Nia yang juga meminta hal yang sama.
“Haduh kalian ini, mas belum gajian aja udah minta macem-macem, bisa langsung ludes gajiku sebulan kalo ngelayanin semua permintaan kalian”. Jawabku pada kedua adikku.
“Fitri, Nia, mas kalian kan baru mulai kerja, jangan dibebanin permintaan yang macem-macem dong, kasian nanti gajinya langsung abis lagi”. Ujar Ibuku sambil tersenyum penuh arti kepadaku.
”Iya kita mintanya dibeliinnya juga yang gak mahal-mahal amat kok, hehehehe”. Ujar Fitri yang juga diamine oleh Nia.
“Yowis, cepetan habisin sarapannya nanti kalian telat lho”. Kata Ibuku menyudahi perbincangan.
Akhirnya sarapan pun berakhir, seperti biasa Ibuku akan ke dapur membereskan sisa-sisa sarapan tadi setelah kedua adikku berangkat lebih dulu karena takut terlambat sekolah.
Sedangkan aku berangkat lebih belakangan karena seperti biasa aku dan Ibu akan “berpacaran singkat” alias bermesra-mesraan sejenak setelah mereka berdua berangkat sekolah.
Selesai Ibu membereskan sisa-sisa makanan pagi tadi di dapur, kami pun berpapasan di ruang tengah. Ibuku menatapku dengan senyuman manis. Aku pun langsung menghampirinya lalu memeluknya dengan erat. Kami pun lalu saling bertatapan dan tidak lama kemudian bibir kami menyatu dalam satu ciuman yang mesra.
“Bu, aku berangkat dulu ya, doain aku biar kerjaannya lancar”. Kataku pada Ibu.
“Iya nak, Ibu doain biar kerjaanmu lancar”. Balas Ibuku.
“Nanti kalo aku udah gajian, aku janji bakal bantuin warung Ibu sekalian beliin Ibu baju dan asesoris baru”. Janjiku pada Ibuku.
“Makasih ya nak tapi gak usah terlalu berlebihan ya, sisain tabungan untuk keperluanmu”. Kata Ibu menasihatiku.
“Tenang Bu, aku gak bakal abisin semua uangku kok, pasti sisanya aku tabung”. Balasku pada Ibu.
“Nah gitu dong, itu baru namanya anak Ibu”. Ujar Ibuku kembali memelukku erat.
Aku pun membalas pelukannya dengan lebih erat. Akhirnya setelah selesai “bermesra-mesraan” dengannya aku pun berpamitan karena takut terlambat. Kembali ciuman bibir aku layangkan padanya lalu aku bergegas untuk pergi ke kantor.
3 Bulan kemudian
Tak terasa sudah 3 bulan aku bekerja di kantorku. Suasana kerja yang enak ditambah rekan kerja yang bersahabat dan juga “gaul” ala generasi Milennial membuatku kerasan bekerja disini.
Banyak proyek yang sudah aku dan teman-teman kerjakan disini dan hasilnya pun cukup sukses. Penghasilanku pun cukup besar karena selain gaji kami juga mendapatkan fee tambahan dari setiap proyek yang membuat pundi-pundi keuanganku terisi penuh.
Bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Ibu? Kalo soal itu jangan ditanya lagi. Kami berdua sudah seperti suami istri.
Aku sudah memenuhi janjiku untuk membantu pengeluaran warungnya dan membelikan baju baru dan asesoris cantik seperti kalung, gelang, cincin, dan juga anting-anting baru untuknya. Sedangkan untuk adikku aku juga memenuhi janjiku dengan membelikan mereka baju-baju yang bagus sesuai permintaan mereka dahulu.
Kegiatan seksualku dengan Ibu masih berlangsung dan kami cukup pintar untuk menyembunyikan hal itu dari Ayah dan kedua adikku. Terkadang kami melakukannya di kamar Ibu, di kamarku, atau mencuri waktu sebelum berangkat kerja ketika Ayah dan kedua adikku sudah berangkat ke kantor dan sekolah masing-masing.
Pernah satu kali karena saking tidak tahannya menahan hawa nafsu aku menyelinap masuk ke kamar Ibu dan kulihat Ayah dan Ibu berbaring tertidur pulas di atas kasurnya. Kusiapkan kloroform dan sapu tangan untuk membius Ayahku agar dia tidak terbangun ketika aku menggauli Ibu.
Setelah selesai membius Ayah, aku pun pindah ke tempat Ibuku tidur. Kulihat tubuhnya yang montok mulus dan wajahnya yang cantik sedang tidur terlentang membuat nafsuku tak tertahan lagi.
Kuciumi wajah dan leher Ibuku ditambah dengan anting-anting cantiknya yang juga tidak luput dari ciumanku. Kubuka kimono tidurnya yang berwarna biru tua dan benar saja ia tidak memakai apapun di balik kimononya.
Melihat itu aku langsung menciumi kedua payudaranya lalu turun ke perut dan akhirnya vaginanya pun kucium dan kujilati sampai basah. Kulihat Ibuku mulai terangsang atas perbuatanku walaupun matanya masih terpejam. Setelah vaginanya cukup basah, aku pun langsung membuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat.
Setelah telanjang bulat, aku pun langsung menaiki tubuh Ibuku untuk menggaulinya. Perlahan kuarahkan penisku ke vaginanya. Aku pun berusaha memasukinya dengan hati-hati takut Ibuku terbangun.
Akhirnya setelah berusaha keras penisku berhasil memasuki vaginanya BLESS BLESS SREETT SREETT. Aku merasakan sensasi yang luar biasa dimana aku menggauli Ibuku di samping Ayahku yang sedang tertidur.
Kugerakkan penisku pelan-pelan di dalam vaginanya sambil menciumi seluruh wajah, leher dan kedua payudara montoknya. Pelan tapi pasti sodokanku makin lama makin cepat membuat tubuhnya terguncang-guncang.
Alhasil Ibuku pun terbangun dan mulai membuka matanya. Melihat tindakanku seperti itu Ibuku pun kaget setengah mati karena sebelumnya aku tidak pernah menggaulinya saat ia tidur disamping Ayahku.
“Eko, kamu udah gila ya! Lepasin Ibu, nanti kalo Ayahmu tahu bisa gawat!”. Ujar Ibuku protes.
“Tapi aku udah gak tahan Bu, lagian Ayah juga udah aku kasih obat jadi gak bakalan bangun”. Ujarku pada Ibu yang akhirnya membuatnya sedikit tenang.
“Kamu nekat banget sih, masak gaulin Ibu di samping Ayahmu”. Ujar Ibuku masih protes atas tindakanku.
“Namanya juga udah nafsu Bu, kalo gak dilampiasin aku nanti bisa pusing. Yang penting sekarang Ibu layanin aku sampai puas ya OHHH OHHH OHHH PLOK PLOK PLOK”. Jawabku sambil mempercepat sodokan penisku pada vaginanya.
Setelah 30 menit menyodoknya aku merasa akan keluar. Kusodok vagina Ibuku dalam-dalam sampai menyentuh rahimnya. Ketika itu bertekad untuk “membuahi Ibuku” di samping Ayahku sendiri. Aku merasakan sensasi yang luar biasa membayangkan Ibu akan hamil karena “dibuahi” anaknya sendiri di samping suaminya.
“Bu, aku mau keluar, aku mau buahin Ibu pakai spermaku ini OHH OHH”. Kataku menjerit.
“Jangan sayang, Ibu lagi subur, nanti spermamu bisa membuahi Ibu AHH AHH”. Tolak Ibuku.
“Aku udah gak tahan lagi Bu, aku pengen buahin Ibu di samping Ayah OHH”. Ujarku sambil mempercepat sodokan pada vaginanya.
“Jangan nak, nanti Ibu hamil benihmu”. Kata Ibuku yang mulai mengeluarkan air mata membasahi pipinya yang mulus. sumber Ngocoks.com
“OHHH Ibu, aku udah gak tahan lagi, aku ingin membuahimu sekarang OHHH OHHH CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT”. Kataku sambil menyemburkan sperma ke rahimnya sebanyak 10 kali semprotan.
“AHH kenapa kamu buahin Ibu di samping Ayahmu Eko AHHH AHHH CREETT CREETT CREEETT CREETT”. Teriak Ibuku yang juga mencapai orgasmenya dengan menyemburkan 7 kali semprotan menyirami penisku yang ada di dalam vaginanya.
Akhirnya setelah selesai mencapai kepuasan masing-masing, tubuhku pun ambruk menindih tubuh Ibuku. Aku sengaja tidak mencabut penisku karena ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan kami.
Tak lama kudengar isak tangis dari mulut Ibuku. Ia sepertinya shock dengan apa yang aku lakukan padanya. Aku pun sedikit bangkit untuk melihat wajahnya walaupun masih dalam posisi menindih dan mengunci selangkangan Ibuku dengan penisku.
“Ibu kenapa nangis terus dari tadi”. Tanyaku sambil mengusap air mata yang ada di pipinya.
“HIKS HIKS HIKS Ibu merasa bersalah udah selingkuh di samping Ayahmu”. Kata Ibuku sambil menangis.
“Ayah kan udah aku kasih obat bu, jadi tenang aja dia gak bakalan bangun”. Kataku berusaha menenangkannya.
Akhirnya pun tangisan Ibuku mulai mereda, walaupun air matanya masih mengalir namun ia sudah lebih tenang dibandingkan tadi.
Aku pun masih menindih Ibuku sambil menciumi leher dan anting-anting emasnya serta mengisap kedua payudaranya. Tak lama kemudian nafsuku bangkit lagi. Kugerakkan kembali penisku menyodok vagina Ibuku dengan cepat.
“Bu, aku mencintaimu dan aku gak akan ninggalin Ibu serta bakalan tanggung jawab kalo sampai Ibu hamil karena benihku CUPP”. Kataku sambil mencium bibirnya yang manis.
Melihat itu Ibu tidak menjawab apapun namun ia hanya memelukku erat, kulihat tatapan sayunya menyiratkan suatu harapan padaku. Aku pun membalas pelukannya dengan lebih erat sambil kembali mengucapkan kata-kata cinta padanya.
Setelah itu kurasakan pelukan Ibuku mulai melemah dan ia tertidur karena kecapaian akibat persetubuhan kami tadi. Aku pun beringsut untuk bangkit dan mencabut penisku. Agar Ayah tidak curiga, kuambil tissue basah yang tersedia di kamar itu untuk membersihkan keringat dan spermaku yang ada pada tubuh Ibu.
Tak lupa kuikat kembali kaitan kimono Ibuku yang tadi terlepas saat aku menggaulinya tadi dan membuat seakan-akan tidak terjadi apa-apa pada tubuh Ibu.
Setelah beres aku membersihkan keringat yang ada di tubuhku lalu kembali mengenakan pakaianku seperti semula lalu aku keluar dari kamar Ibu. Kulihat kondisinya cukup gelap menandakan perbuatanku pada Ibu tadi aman dan tidak diketahui oleh kedua adikku.
Bersambung…