1 Bulan kemudian
Sudah 4 bulan Eko bekerja di perusahaan IT. Aku melihat ia cukup giat bekerja dan sering memanjakanku dan kedua adiknya dengan membelikan barang-barang bagus untuk kami bertiga. Aku pun sering menasihatinya untuk tidak terlalu banyak mengeluarkan uang dan sebaiknya lebih banyak ditabung untuk kepentingannya nanti.
Iya pun hanya mengiyakan dan berkata bahwa uangnya masih cukup banyak sehingga aku tidak usah khawatir. Eko selain membantu modal warungku, ia juga membelikanku baju baru dan asesoris cantik seperti kalung, gelang, cincin, dan anting-anting.
Dalam hati aku senang ia sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan juga membantu ekonomi keluarga. Suamiku sendiri seperti biasa, masih agak cuek dengan keadaan keluarga walaupun sudah agak mendingan dibandingkan dengan 4 bulan lalu.
Dia pun mulai sering berada di rumah walaupun sesekali masih ke luar kota dengan berbagai macam alasan. Aku pun hanya memakluminya dan berharap ia sudah memutuskan hubungan dengan selingkuhannya yang bernama Ratih itu.
Namun, ada hal lain yang aku rasakan kali ini. Ya, aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Aku sudah telat menstruasi satu bulan ini. bukan hanya itu, aku juga merasa sering pusing dan mual-mual.
Ya Allah apakah aku hamil? Seingatku ada Eko dan suamiku yang selama ini aktif menggauliku. Aku pun berinisiatif untuk membeli test pack untuk mengecek apakah aku hamil atau tidak.
Akhirnya beberapa hari kemudian aku pun pergi ke dokter kandungan di rumah sakit yang tidak jauh dari tempat tinggalku.
Setelah dilakukan pengecekan oleh, dokter pun mengucapkan selamat bahwa aku positif hamil 4 minggu alias satu bulan. aku bertanya pada dokter apakah di usiaku yang ke 45 tahun masih cukup aman untuk hamil dan melahirkan.
Dia menjawab bahwa wanita seusiaku ini sudah mencapai batas akhir usia subur seorang wanita yaitu 18-45 tahun jadi tidak heran aku masih bisa hamil di usia segini.
Namun ia berpesan karena usiaku sudah 45 tahun aku harus lebih hati-hati menjaga kandunganku dan juga makan-makanan bergizi serta istirahat yang cukup.
Sampai di rumah aku menangis karena harus hamil di usia segini. Dalam hati aku yakin bahwa bayi ini adalah hasil hubunganku dengan Eko mengingat suamiku agak jarang menggauliku dan kalaupun ia menggauliku, itu dilakukan saat di masa aku tidak subur.
Sedangkan Eko, dia menggauliku kapan saja baik aku saat subur maupun tidak. Teringat satu bulan yang lalu ketika Eko menyelinap ke kamarku dan menggauliku di samping Ayahnya! Saat itu aku ingat aku sedang dalam kondisi yang sangat subur dan Eko mengeluarkan spermanya habis-habisan ke dalam rahimku.
“Oh Eko, kamu sudah membuahi Ibumu sendiri” kataku dalam hati. Saat ini rumahku kosong dan warung sengaja aku tutup sehingga aku akan memberitahukan kepada seluruh anggota keluargaku saat mereka sudah sampai di rumah.
Tak lama kemudian Fitri dan Nia pulang ke rumah. Saat mereka sampai di rumah kuberitahukan pada mereka mengenai kehamilanku ini. awalnya mereka kaget mendengar kabar ini seakan tidak percaya kalau akan kehadiran seorang adik lagi di usia mereka yang sudah beranjak remaja.
Namun setelah itu mereka berdua memujiku bahwa aku masih cantik dan awet muda sehingga masih pantas untuk menimang seorang anak lagi.
Tak lama kemudian Eko pulang ke rumah. Kulihat di depan rumah ia membawa mobil Toyota Avanza yang diparkir di depan rumah. Saat sampai di rumah ia pun mencium tanganku dan memelukku erat. Aku pun berinisiatif untuk mengajaknya ke kamarku untuk menanyakan tentang mobil yang ia bawa sekaligus memberitahukan kabar kehamilanku padanya.
“Nak, kamu dapat uang darimana bisa beli mobil baru”. Tanyaku pada Eko.
“Sebenarnya aku emang udah lama nabung bu buat beli mobil bahkan aku udah mulai nabung semenjak aku kuliah. Cuma ya baru kebelinya ya sekarang pas Eko udah kerja nunggu punya gaji dulu hehehehehe”. Katanya sambil nyengir padaku.
“Wah enak nih kita bisa jalan-jalan bareng dong pake mobilmu”. Kataku senang.
“Tenang bu, nanti kita sekeluarga jalan-jalan pake mobil Eko”. Balasnya padaku.
“Oh ya sebenarnya Ibu juga ada berita baru untuk kamu”. Kataku padanya.
“Wah ada berita baru apa nih”. Tanyanya penasaran.
“Ibu hamil nak, ini anak kamu”. Kataku sambil mengusapkan tangannya ke perutku.
“Hah Ibu hamil? Ini beneran benihku Bu? Tanyanya kaget padaku.
“Cuma kamu yang gaulin Ibu waktu subur, sedangkan Ayahmu Cuma gaulin Ibu waktu lagi gak subur, makanya Ibu yakin ini benihmu”. Kataku dengan tatapan penuh harap padanya sambil kembali mengusap-usapkan tangan Eko pada perutku.
Mendengar itu, Eko langsung menciumiku dan menindihku. Aku mengingatkan padanya agar tidak melakukannya pada sore ini karena ada kedua adikku di kamar lain.
Tetapi sepertinya ia tidak peduli dan tak lama kami sudah dalam posisi telanjang bulat. Aku pun akhirnya mengunci pintu dan menutup jendela dengan tirai lalu kami pun melakukan hubungan intim.
Kuingatkan padanya agar melakukannya dengan perlahan mengingat ada kedua adiknya di dalam rumah dan juga janin di dalam kandunganku. Eko pun menurut dan melakukannya dengan perlahan.
Kami pun melakukannya hanya 1 ronde tapi terasa sangat nikmat dan romantis sekali. Setelah selesai sebelum pergi ke kamarnya, ia menciumi perutku yang terisi “adik sekaligus anaknya”.
Malam itu kami makan malam dengan akrab dan bersenda gurau karena Eko yang sudah membeli mobil baru dan akan kehadiran seorang adik lagi dalam keluarga kami.
Kami bercanda dan mengatakan bahwa mobil yang dibeli Eko merupakan rezeki untuk anak dalam kandunganku ini. aku pun tertawa mendengarnya begitu juga ketiga anak-anakku.
Suamiku saat itu izin pulang malam karena baru saja kembali dari luar kota. Aku pun tidak mempermasalahkannya karena kehadiran ketiga anakku di meja makan malam ini sudah cukup membuatku senang.
Setelah itu aku pun membereskan makan malam dibantu kedua putriku, sedangkan Eko langsung pergi ke kamarnya untuk beristirahat karena kelelahan.
Malamnya suamiku pun tiba di rumah. Saat itu semua anak-anakku sudah tidur. Aku pun membuka pintu dan mencium tangan suamiku. Setelah itu ia pun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan aku menyiapkan makan malam yang sudah aku sisakan khusus untuknya. Aku menemaninya makan malam itu.
“Mas, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu”. Ujarku padanya
“Ya udah kamu mau ngomong apa”. Katanya sambil menahan kantuk
“Aku hamil mas”. Kataku pelan
“Hah hamil? Yang bener kamu? Katanya kaget sekaligus heran.
“Iya aku hamil mas, memangnya kenapa? Kamu gak suka ngeliat aku hamil?
“Bukan, bukan itu maksudku tapi”. Suamiku mulai gugup.
“Tapi apa? Kamu berharap selingkuhanmu si Ratih itu yang hamil begitu?. Kataku dengan nada tinggi.
“Gak, bukan itu maksudku”. Katanya berkelit
“Aku udah tahu semuanya mas, selama ini kamu sering ke luar kota buat ngunjungin selingkuhanmu si Ratih itu kan gak selalu karena alasan pekerjaan”. Balasku sengit.
“Melihat itu suamiku hanya tertunduk diam tak menjawab.
“Dapat apa kamu selama selingkuh sama Ratih? Uang? Seks? Atau apa? Tanyaku padanya dengan keras.
Suamiku makin terdiam melihat aku marah begitu kuatnya.
“Lihat mas, di saat kamu selingkuh aja aku masih bisa melayani kamu dengan sabar. Bukan Cuma itu aja, aku pun masih sudi menampung benihmu ini dalam rahimku mas, karena aku tahu anak ini gak bersalah”. Kataku dengan nada keras walaupun dengan sedikit bumbu kebohongan.
Melihat itu suamiku pun hanya mampu menangis dan berlutut di hadapanku.
“Maafkan aku Ningrum, maafkan aku yang berdosa ini”. kata suamiku penuh tangis penyesalan.
“Sebenarnya aku udah berniat buat ngajuin cerai mas, tapi aku kasian liat ketiga anak kita kalo orangtuanya sampai bercerai apalagi sama anak dalam kandunganku ini”. Kataku sambil mengusap-usap perutku dan menatap tajam ke arah suamiku.
“Jangan ceraikan aku Ningrum, aku masih sangat mencintaimu”. Kata suamiku lalu bangkit memelukku dengan erat.
“Apa buktinya kalo kamu mencintaiku? Buktinya kamu malah selingkuh sama orang lain!”. Balasku melepaskan pelukannya dan kembali menatapnya dengan tajam.
“Aku akan meninggalkan Ratih secepatnya dan kembali menjadi suami dan ayah yang baik untuk ketiga anak kita dan juga calon anak dalam kandunganmu ini, Oh nak maafkan Ayah ya, mulai sekarang Ayah akan menjagamu sampai kamu lahir nanti CUPP”. Janji suamiku sambil mengelus perutku dan mencium bayi di dalam kandunganku ini.
Melihat tingkahnya seperti itu, tak terasa air mataku tumpah dan kami berpelukan saat itu. Ya setelah sekian lama akhirnya kami kembali berpelukan mesra sebagai suami istri. Rasa cintaku yang hampir padam padanya akhirnya mulai menyala kembali.
Namun satu hal yang suamiku tidak tahu. Anak dalam kandunganku ini sebenarnya adalah anaknya Eko dan bukan anak dari benihnya. Setelah itu bisa ditebak. Aku dan suamiku kembali berhubungan intim dengan panas. Ya inilah yang disebut dengan_make up__sex_yaitu seks setelah bertengkar.
Aku menikmati permainan ini dengan luar biasa dan suamiku juga seperti melakukan ini sebagai bentuk permintaan maafnya padaku.
Ya aku akhirnya berhasil mencapai orgasme berkali-kali sedangkan suamiku menyirami janinku dengan spermanya sebanyak 3 kali. Akhirnya kami pun tertidur kelelahan sambil berpelukan telanjang.
Keesokan harinya ketika bangun, suamiku memberiku hadiah ciuman di bibir dan kembali mengelus perutku dan menempelkan telinganya pada perutku. Cerita ini dipublish oleh situs Ngocoks.com
Aku sambil tersenyum berkata bahwa usianya baru satu bulan jadi belum terasa pergerakan janinnya. Namun suamiku tidak peduli. Dia berharap bahwa anak ini akan lahir dengan jenis kelamin laki-laki supaya bisa genap 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki dalam keluarga kami.
Pagi harinya kami berlima sarapan bersama. Aku merasakan bahwa hubungan keluarga kami kembali utuh dan akrab. Pagi itu kami bercengkrama layaknya keluarga pada umumnya.
Suamiku memuji Eko karena sudah berhasil membeli mobil dan meminta agar mau mengantarkan Ibunya yang sedang hamil ini ke dokter kandungan jika Ayahnya sedang berhalangan.
Eko pun langsung menyanggupinya dengan tegas. Kedua putriku Fitri dan Nia juga senang akan kehadiran adik baru, dan menyatakan akan berbagi tugas denganku di rumah karena mereka tahu jika nanti aku sudah hamil besar maka akan kesulitan mengerjakan tugas rumah sendirian maka dari itu mereka mau membantu untuk meringankan beban tugasku di rumah.
Bulan demi bulan berjalan tidak terasa perutku sudah semakin membesar dan jalanku sudah mulai kepayahan.
Ya aku sudah tidak sanggup lagi mengerjakan tugas-tugas rumah seperti sewaktu belum hamil dulu, ditambah usiaku yang sudah menjelang 46 tahun ini membuatku agak malas untuk beraktifitas. Untung saja ketiga anakku dan suamiku begitu perhatian terhadap Ibunya ini.
mereka mau menggantikan tugasku untuk mengurus rumah dan warung dan mengantarkanku untuk kontrol ke dokter kandungan. Aku pun membatasi “jatah seks” untuk Eko dan suamiku, syukurnya mereka mau mengerti dengan keadaanku walaupun terkadang aku terpaksa melayani mereka karena kasihan melihat mereka menahan nafsu seks.
Sebulan kemudian akhirnya tepat di usia ke 46 tahun aku kembali melahirkan. sesuai dengan saran dokter diawal kehamilanku, aku melakukannya secara Caesar mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi.
Awalnya suamiku agak takut karena biaya operasi Caesar biasanya tergolong mahal namun akhirnya setelah berembuk dengan Eko akhirnya mereka berdua patungan untuk membiayai biaya operasiku.
Setelah melahirkan ternyata bayi yang keluar adalah laki-laki. Kami sekeluarga sangat senang sekali karena sekarang jumlah laki-laki dan perempuan menjadi berimbang dalam keluarga kami yaitu 3 laki-laki dan 3 perempuan.
Kami pun berembuk dan sepakat menamainya dengan panggilan Arya. Terlihat si kecil Arya sangat mirip dengan Eko yang sejatinya adalah “kakak sekaligus Ayahnya”.
Ya akhirnya keluarga kami kembali utuh karena kehadiran Arya. Suamiku begitu menyayangi anak ini dan selalu memperhatikannya dengan agak berlebihan.
Lain halnya dengan kedua putriku Fitri dan Nia, mereka sudah seperti Asisten bagiku dalam menjaga dan merawat Arya, namun karena tahun ini Nia lulus SMA dan kuliah di luar kota, praktis hanya Fitri dan Aku yang merawat Arya sedangkan Nia hanya datang di saat dia libur kuliah.
Begitulah keluarga kami, walaupun sempat ada masalah kegaduhan namun akhirnya kami bersatu kembali menjadi keluarga yang bahagia. Aku pun berterima kasih pada Eko, jika tidak karena ia menghamiliku mungkin saja aku sudah bercerai dengan Ayahnya.
“Eko terima kasih ya, benih-benih spermamu sudah berhasil menyelamatkan pernikahan Ayah dan Ibumu ini, dan juga terima kasih Arya kamu telah hadir di saat yang tepat untuk melengkapi kebahagiaan kami dan menghapus luka batin diantara Ayah dan Ibumu”.