Setelah kedua kaki aku berpindah ke bagian tangan . Pertama tangan kanan dahulu lalu tangan kiri. Tidak ada yang ku-usilin dari memijat bagian tangan itu. Setelah keduanya aku mengatur agar tangannya ditekuk keatas seperti posisi orang angkat tangan menyerah.
Aku mulai menggarap pundak, punggung lalu pinggang. Berhubung masih tertutup kimono maka pijatanku hanya menekan-nekan saja. “Mbak punggungnya mau diurut pakai cream? “ tanyaku.
“Boleh,” katanya.
Lalu pelan-pelan aku menarik kebawah kimononya dan membantu melepas ikatan di bagian depan. Terpaparlah punggung yang putih mulus dan di kedua sisinya menyembul daging buah dada yang kegencet badan.
Mbak Mira ternyata sudah melepas BHnya. Aku mengurut punggungnya dengan cream dan sesekali menyentuh daging buah dadanya di sisi kiri dan kanan. Dari punggung pijatanku turun terus sampai ke bongkahan pantatnya yang montok.
Tanganku sengaja kumasukkan ke bawah celana dalamnya dan mengepal serta mengurut daging montok di kedua gundukan pantatnya. Bagian ini akan memberi efek rangsangan. Oleh karena itu dengan alasan mengurut pantatnya dia diam saja ketika celana dalamnya agak aku pelorotkan Aku meminta izin melepas kimononya dan dia mengangguk saja.
Mbak Mira kondisinya sudah setengah telanjang tinggal celana dalam yang agak melorot sedikit. Dari belahan pantat aku memijat ke bawah ke bagian pangkal pahanya. Gerakan pijatan itu aku atur agar tidak mengesankan aku cari-cari kesempatan menjamah bagian terlarangnya.
Sesekali tanganku meluncur sampai menyentuh belahan vaginanya. Mbak Mira terdengar mendesis tanpa dia sadari. Bagian itu sengaja aku perlama agar terus meningkatkan rangsangan. Ketika rangsangan sudah semakin meninggi aku melihat pantatnya berjungkat-jungkat ketika jariku menyentuh belahan vaginanya.
Aku menyiapkan tiga helai handuk yang terlipat panjang, sebelum memintanya berbalik menjadi telentang. Ketika dia telentang dengan sigap aku menutup bagian kemaluannya, bagian susunya dan helai handuk yang kecil menutup kedua matanya.
Aku kembali memijat dari bawah dari bagian kaki terus dengan cepat naik ke bagian pahanya. Ketika meminta izin melepas celana dalamnya, mbak Mira sama sekali tidak keberatan. Meski tidak bercelana dalam lagi tetapi kemaluannya masih tertutup handuk.
Giliran berikutnya adalah memijat dadanya. Mulanya aku tidak menyentuh bongkahan buah dadanya yang montok. Namun kemudian dia pasrah saja ketika penutup dadanya aku buka dan kedua bongkahan susunya aku pijat dan sesekali memelintir puting susu.
Nafasnya mulai memburu. Aku terus turun ke perut dan bagian dadanya sudah tidak berpenutup lagi. Bongkahan susunya yang montok bergetar jika badannya menggeliat.
Aku memijat ringan di bagian perutnya yang lembut lalu turun kebawah dan bagian selangkangan. Dengan gerakan sambil memijat, penutup bagian bawahnya akhirnya terbuka. Terpampanglah segitiga kemaluan dengan jembut yang lumayan lebat.
Pemiliknya sudah tidak peduli. Aku memijat sisi kemaluannya di bagian kiri dan bagian kanan . Mbak Mira makin menggelinjang-gelinjang. Pelan-pelan jariku kuselipkan di lipatan kemaluan. Terasa berlendir basah di lipatan itu. Mbak Mira berjingkat-jingkat ketika jariku kugesekkan ke belahan memeknya.
Dia pasrah saja ketika kedua kakinya kulebarkan. Terpampang belahan merah muda memeknya dengan pinggiran berbulu jembut lebat. Dengan gerakan pelan, kepalaku kudekatkan ke memeknya dan juluran lidahku langsung menyentuh ujung clitorisnya.
Mbak Mira mengeluh dan merintih akibat serangan lidahku ke clitorisnya. Aku terus menyerang clitorisnya dengan jilatan mautku, sampai dia mencapai orgasme.
Penutup matanya dia buka, matanya terlihat sayu. “ Dik permainanmu halus sekali, saya puas sekali. Sudah lama sekali saya tidak pernah mencapai kepuasan seperti ini,” pujinya.
“Kalau mbak mau bekerjasama aku bisa mengantar mbak ke tingkat kepuasan yang lebih tinggi,” kataku.
“Ah masak sih ada kenikmatan yang lebih dari ini,” tanyanya dengan wajah tidak percaya.
”Mari kita coba mbak, yang penting mbak pasrah dan menikmati apa yang dirasakan,” kataku.
Dia menutup mata, lalu kedua jari ku, jari tengah dan jari manis ku colokkan masuk ke dalam lubang vaginanya yang sudah licin oleh pelumas vagina. Pelan-pelan kucolok keluar masuk sambil mencari pusat titik kenikmatan di dalam vagina yang dikenal dengan Gspot.
Mulanya mbak Mira diam saja. Tidak lama kemudian dia mulai bersuara, merintih, mendesis. Gerakan tanganku tidak lagi mencolok keluar masuk, tetapi menekan-nekan keatas langit-langit dinding vaginanya sampai badannya agak terangkat karena gerakanku yang kasar.
Dia makin merintih dan suaranya makin berisik lalu berteriak-teriak nikmat. “ Aduh-adduh aku nggak tahan, aduh rasanya kebelet pipis, dik aku nggak tahan dik aaaahhhhhhh” bersamaan dengan itu menyemprotlah cairan seni mengenai tubuhku.
Untung kausku sudah kulepas, sehingga semburan kencingnya mengenai seluruh tubuhku termasuk sebagian masuk ke mulutku. Aku sudah tahu risiko itu dan aku suka oleh semprotan itu.
“Dik maaf banget ya dik aku nggak bisa nahan, abis nikmatnya udah nggak kebendung banget, emang bener dik rasanya luar biasa dan lebih nikmat dari yang tadi aku rasakan. Seumur-umur baru sekali ini aku ngrasain, kata Mbak Mira.
Rasanya badanku lemes banget dan ngantuk, kata mbak Mira.
Aku tidak mempedulikan apa yang dia ocehkan, kecuali langsung menyergap mulutnya lalu aku lumat dalam dalam. Mbak Mira membalas dengan penuh gairah.
Puas memagut bibirnya aku turun memilin kedua putingnya dengan jepitan mulutku. Sambil begitu aku melepas celanaku sehingga batangku yang sudah mengeras langsung menempel ke paha mbak Mira. Dia berusaha meraih kontolku tetapi tangannya tidak sampai.
Kunaikkan badanku dan mengarahkan penisku ke mulut vaginanya. Dia ikutan meraih kontolku dan menggenggamnya. “ Ih besar bener senjatamu dik, “ katanya sambil membantu mengarahkan ujung penisku memasuki vaginanya.
Aku harus bersabar menekan penisku, karena lubang vaginanya belum terbiasa menerima benda asing yang cukup tegap. Pelan-pelan vaginanya menyeruak dan pemiliknya berkali-kali berteriak ooh oooohh oooh.
Aku memompanya perlahan-lahan dan makin lama makin cepat, Sambil mencari posisi yang menggesek Gspotnya. Pada posisi tekanan maksimal di gspotnya dia mulai gila berteriak mencengkeram sprei dan kepalanya menggeleng-geleng liar.
Tidak sampai 5 menit dia sudah mencapai klimaks tertingginya lagi. Aku beristirahat sejenak. Lalu aku genjot lagi dia merintih sambil mengeluh badannya lemas sekali dan lelah, tapi karena nikmat dia masih mau lagi dan kembali dia mencapai orgasmenya dalam jeda hanya 2 menit.
Aku menkonfirmasi, apakah mau disudahi apa diteruskan. “ Terusin aja dik sampai kamu keluar aku mau merasakan semburan hangat pejuhmu di dalam,” katanya.
Dia merintih-rintih sambil berkata, “ aku lemes banget dik tapi enak banget ah–aaah” katanya sambil terus menggoyangkan tubuhnya. Untuk mencapai klimaksku,aku berkonsentrasi penuh.
Akhirnya gelambang orgasmeku datang dan batangku ku benamkan dalam-dalam sampai akhirnya menyeburlah cairan dari ujung penisku. Kelihatannya semburan itu membawa kenikmatan tersendiri bagi Mbak Mira, sehingga dia pun menjerit orgasme. Aku merasakan sekujur liang vaginanya berdenyut-denyut.
Aku benamkan sampai batangku agak mengecil. Ketika kutarik lepas penisku dari lubang kenikmatan, Mbak Mira sudah tertidur pulas. Dia terlentang telanjang dalam tidur yang dalam.
Aku bangkit ke kamar mandi sambil menenteng handuk yang tadi ku gunakan untuk menutup sebagian tubu Mbak Mira. Setelah membersihkan bekas-bekas lender di sekitar kemaluanku, aku membasahi handuk kecil dengan air hangat.
Handuk lembab dengan rasa hangat itu aku gunakan untuk membersihkan sekujur kemaluan Mbak Mira. Aku masih tetap bugil tidur di samping Mbak Mira dan berdua dalam keadaan bugil tertutup selimut tebal.
Mungkin dia merasa kehadiranku di sebelahnya sehingga dia tak lama kemudian mengubah posisinya, miring memelukku. Kepalanya dia letakkan di dadaku.
Aku pun terlarut dan ikut tertidur. Mungkin sekitar sejam kami tidur, Mbak Mira yang terbangun dahulu. Dia duduk dan meraih jam tangan di meja kecil sebelah tempat tidur. “ Aduh nggak terasa waktunya kok cepet bener ya, “ katanya.
“Kenapa mbak, santai aja lah,” kataku.
“Maunya sih gitu, malah pengen tambah lagi, tapi aku ada janji ama investor, gimana yaaaa,” dia bergumam sendiri.
Diraihnya HP nya lalu dia berbicara di HP, dari materi pembicaraannya dia seperti berkomunikasi dengan investor yang dia maksud. Mbak Mira kelihatannya minta menunda pertemuannya menjadi keesokan harinya. Mungkin disetujui oleh lawan bicaranya, sehingga di akhir pembicaraan dia mengatakan ‘ Oke pak terima kasih sampai besok,”.
Selesai pembicaraan itu . Mbak Mira langsung menelungkup di atas tubuhku dan menciumi wajahku sampai dadaku dan akhirnya dia menyingkap selimut. Dia menggenggam penisku. Di jilati ujungnya .Penisku masih terkulai, tetapi sudah setengah terisi.
Dia menyantap penisku dengan lahap, dijilati seluruh batangnya sampai bagian kantung zakar, lalu berusaha melahap batangku. Tidak sampai setengah mulutnya sudah kepenuhan.
Diperlakukan begitu, batangku makin mengeras sampai akhirnya tegak. Mbak Mira mengambil inisiatif mengangkangiku sambil membimbing batangku memasuki tubuhnya. Dia kemudian bergerak liar sampai akhirnya terjerembab di atas dadaku karena oprgasmenya.
Di akhir pertemuan Mbak Mira berkali-kali memujiku sebagai orang yang pandai melayani wanita, bahkan dia terus terang mengatakan iri melihat keberuntungan istriku memperoleh ku. Sebungkus amplop yang kelihatannya cukup tebal diserahkan kepadaku.
Dengan halus aku tolak. “ Mbak kasih Winda saja mbak, jangan ke saya.”
“ Nanti bagian Winda ada lagi, ini terima saja, untuk ongkos,” katanya.
Aku dengan halus tetap menolak dan menyarankan agar diberikan ke istriku saja.
Akhirnya kami berpisah dan Mbak Mira mengatakan masih menginginkanku lagi. “Dik jangan kapok ya sama saya, aku masih penasaran,” katanya.
Sesampai di rumah aku disambut istriku. “ Gimana Pah, Mbak Mira kok keliatannya puas ama papa,” kata istriku.
“Lho dari mana mama tahu,” tanya ku penuh selidik.
“Barusan dia telepon dan dia sudah transfer, lumayan juga lho pa,” kata istriku sambil menunjukkan layar HPnya. Istriku melanggani M banking sehingga laporan transaksi langsung masuk ke no HP nya.
Setelah kejadian yang pertama itu, Mbak Mira masih sempat berkencan sekali lagi dengan ku. Istriku tentu senang-senang saja menerima permintaan Mbak Mira.
Suatu malam ketika habis menunaikan tugasku terhadap Winda, dia kembali menggamitku.
“Pa aku mau ngomong lagi ama papa,” katanya dengan pandangan yang serius.
“Apa lagi, siapa lagi yang pingin jalan,” kataku santai.
“ Bukan itu itu pa.” katanya.
“Lantas apa,” tanyaku penuh rasa ingin tahu.
“Itu lho Mbak Mira, masak dia minta izin aku agar papa diperbolehkan malakukan kawin siri dengan dengan dia,” katanya agak ragu.
“Hah apa,” kataku terlonjak kaget sampai aku bangun dan duduk di sebelah istriku.
Belum sempat aku berpikir jauh, istriku sudah nyerocos.
“Menurut papa, gimana itu,” tanyanya agak ragu.
“Lha mama gimana,” tanyaku.
“Kalau mama pikir-pikir sih, kayaknya kalau papa bersedia, aku nggak masalah sih, apa lagi dia berjanji mau mencukupi kebutuhan rumah tangga kita,” kata istriku.
“ Kenapa sih pakai kawin siri segala, emang kalau main seperti biasa dia nggak puas,” tanyaku.
“Ya mama juga sudah tanya ke Mbak Mira, tapi kata dia, batinnya selalu bertentangan,” kata istriku yang ternyata sudah menyelidik juga.
“Dia ingin kebutuhannya terpenuhi, tetapi tidak melanggar larangan agama, gitu katanya,” kata istriku.
Aku dan istriku akhirnya menyepakati, dan di damping istriku, Aku dan Mbak Mira kemudian melakukan akad nikah secara sederhana. Ngocoks.com
Aku tidak tahu, apakah karena Mbak Mira menginginkan sex dariku atau dia menemukan sosok laki-laki yang bisa menjadi tempat perlindungannya.
Mbak Mira menepati janjinya, sehingga di waktu-watu berikutnya kehidupan kami makin sejahtera . Aku pun terpaksa harus pandai membagi waktu untuk menggilir Mbak Mira dan istriku. Sejauh ini aku tidak menangkap rasa cemburu dari istriku dengan kehadiran madunya. Mereka malah makin akrab seperti kakak adik.
Malah lebih parah dari itu kami sering main bertiga dalam satu kamar. Aku sekaligus melayani istriku yang pertama dan Mbak Mira. Mereka akur sekali sampai berbagi kenikmatan di ranjang pun mereka akur bahkan bekerja sama.
Sejauh ini aku masih mampu menghadapi kewajiban biologis para istriku, mungkin karena usiaku yang relatif masih muda sehingga daya tahan pertempuranku masih prima. Namun gimana nanti kalau usiaku terus bertambah. Secara manusiawi, pastilah kemampuan sex itu bakal menurun.
***
Pada cerita bagian pertama aku telah mengisahkan bahwa aku memiliki 2 istri. Istri pertama menikah karena kecelakaan dan melahirkan anak laki-laki. Meski mulanya ragu, itu anak siapa karena istriku sering menjadi peserta orgy bersama teman-temanku.
Namun dari sosok anakku ada beberapa yang mirip denganku. Meski belum melakukan tes DNA,tetapi aku agak tenang, paling tidak di tubuh anakku masih mengalir darah dagingku.
Istri kedua kunikahi secara di bawah tangan, setelah istriku memperkenal dia sambil berharap aku bersedia memenuhi kebutuhan biologisnya. Istri keduaku dapat dikatakan sahabat istriku, berkat pergaulan mereka dalam bisnis.
Istri kedua, meski lebih tua, tetapi di ranjang dia masih agresif. Jika usiaku ketika menikah dengannya masih 28 tahun, Mira demikian nama istri kedua ku berusia 35 tahun. Dia janda yang aktif dalam bisnis, sehingga ketika kunikahi dia sibuk mengurusi sebuah minimarket dan sebuah apotik miliknya.
Bersambung…