Bunyi alarm di ponsel Elvira berdering keras. Elvira segera bangkit dari tidurnya dan mematikan alarm yang mengganggu tidurnya. Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Elvira berpaling ke samping dan melihat Vania sedang tidur nyenyak tanpa sehelai benang pun.
Mata Elvira memandang Vania seperti singa yang kelaparan. Sudah lama dia tidak ‘sarapan’ dengan karipap dan pau. Elvira lalu memanjat tubuh Vania dan menyasarkan payudaranya. Puting Vania ditempatkan tepat di lubang hidungnya. “Hnssffff,” Elvira menghirup aroma tubuh Vania. Batang hidungnya bergerak dari leher ke payudara, turun ke perut dan akhirnya ke vagina. Kaki Vania dikangkangkan untuk memudahkan Elvira bekerja.
Di vagina, baunya agak kuat karena Vania tidak membersihkan diri setelah mengeluarkan banyak cairan semalam. Tapi Elvira tidak peduli. Dia mulai menjilat klitoris Vania perlahan. Lidahnya menjilat dari atas ke bawah melalui alur vagina. Elvira menyelak labia Vania, memperlihatkan lubang yang sedikit terbuka. Sambil menyelak labia, Elvira melajukan jilatannya.
Vania mulai merespons meski masih tidur. Pinggangnya bergerak ke kiri dan ke kanan. Punggungnya terangkat sedikit, membuat vagina lebih tinggi dan mulut Elvira tenggelam di celah alur vagina Vania. Desahan mulai keluar dari mulut Vania yang masih bermimpi. Meski punggungnya bergerak, Elvira tetap fokus menjilat vagina itu.
Tiba-tiba, Vania terbangun dan terduduk. Tangannya memegang kepala Elvira dan menekannya kuat pada vaginanya. Vania menekan punggungnya dan mengerang keras, “ARGGHHHHH!!” Vaginanya bergetar hebat mencapai klimaks di pagi yang hening itu. Elvira pasrah saat paha Vania mengepit kepalanya. Kemudian Vania kembali terbaring dan melepaskan kepala Elvira. Mulut dan dagu Elvira basah oleh cairan vagina Vania yang melimpah saat klimaks tadi.
“Elvirasss. Haa… Hahhh.. Apa yang kamu lakukan niii… Hahhh… Hahhh.. Pagi-pagi sudah buat aku klimaks,” kata Vania sambil terengah-engah.
“Hehe. Sarapan pagi,” jawab Elvira sambil tersenyum. Elvira lalu melepas pakaiannya dan bertelanjang bulat. Dia memanjat tubuh Vania dan mencium bibirnya. Vania menyambut ciuman itu dengan gairah. Kini dia menyukai bibir seorang perempuan. Bibir mereka saling bertaut, sesekali Elvira menggigit bibir atas Vania, lalu Vania menggigit manja bibir bawah Elvira. Mereka berdua sudah tenggelam dalam gairah.
Elvira kemudian turun sedikit menjilat leher Vania. Dari bawah dagu hingga ke bahu, dia mencium dan menjilat basah. Sementara itu, Elvira merapatkan vaginanya ke paha kiri Vania, menggesek-gesek pelan sambil melanjutkan jilatan di leher.
Elvira kembali ke bibir Vania dan menjulurkan lidahnya. Seperti mengerti, Vania menyedot lidah Elvira yang penuh air liur itu. Setelah itu, lidah mereka saling berlaga, menjilat satu sama lain. Mereka juga bertukar air liur saat asyik berciuman.
Lidah Vania dilepaskan. Elvira turun ke dada Vania dan menggenggam payudara yang melendut ke samping. Kedua payudara Vania kini dalam genggaman Elvira. Putingnya yang keras menonjol di tengah-tengah genggaman. Elvira menjilat puting tersebut kemudian menyedotnya. Puting kiri dan kanan disedot bergantian. Vania mendongak, menikmati lidah Elvira yang bermain di payudaranya.
Setelah itu, Elvira turun ke celah paha Vania dan menguak kakinya lebar. Pahanya diangkat dan dirapatkan ke tubuh, membuat vaginanya terbuka lebar. Elvira menunduk dan mencium vagina Vania. Kelentitnya disedot dan lidah Elvira menjilat alur vagina.
“Ahhh…,” desah Vania saat lidah menyentuh vaginanya. Bibirnya digigit perlahan tanda dia menikmati. Elvira membuka labia vagina Vania dan menjilat lebih cepat. Tangan kirinya memegang paha Vania, sementara tangan kanan meremas payudaranya. Puting Vania dipijat manja, menambah kenikmatan Vania saat dua titik sensualnya dirangsang bersamaan.
Elvira melepaskan mulutnya dari vagina dan mencium serta menjilat punggung Vania. Tangannya menggosok vagina yang sudah basah itu. Elvira melirik ke arah Vania yang terus mendesah manja dengan mata terpejam. Elvira tersenyum dan ingin terus memuaskan temannya yang bergairah itu.
Jari Elvira dijulurkan dan dimasukkan ke dalam lubang vagina Vania. Pelumas alami yang melimpah memudahkan jarinya masuk. “Ahhhh… Emmmm…,” erang Vania saat vaginanya ditusuk. Elvira menjolok lubang vagina itu dengan cepat. Sesekali kelentit Vania juga disedot.
Ketika semakin basah, Elvira memasukkan dua jari. Tidak terlalu ketat. Mungkin penis Jasmin yang besar sudah sering menerobos lubang vagina Vania. Namun kasihan Vania karena tidak pernah merasakan nikmatnya penis yang sebenarnya.
Lubang vagina Vania dikorek-korek. Jari Elvira tepat mengenai titik G Vania. Suara erangan Vania semakin keras. “AHHHH… ARGHHHH.. Elviraaaaa… ENAK Virrrr…!” jerit Vania yang sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. Punggungnya terangkat, vagina menekan ke atas. Elvira hampir kehilangan keseimbangan, lalu memegang paha Vania dan melajukan tusukan jarinya. Vania menggeliat kesenangan. Tubuhnya terangkat-angkat menahan asakan dari Elvira.
“ElviraSSS… AKU MAU KELUAR LAGI!” Vania terduduk dan berteriak. Elvira terus menusuk sedalam-dalamnya, dan Vania pun mencapai klimaks untuk kedua kalinya pagi itu. Elvira memperlambat gerakannya, memberi ruang bagi Vania untuk menikmati klimaks. Elvira kemudian menarik jarinya keluar, dan cairan putih mengalir cepat dari lubang vagina Vania.
Elvira tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjilat cairan itu. Dari lubang anus, Elvira menjilat naik hingga ke vagina. Vania kembali terbaring dengan napas terengah-engah. Tidak menyangka pagi ini saja sudah dua kali dia klimaks. Elvira pun berbaring di sebelahnya dan memasukkan jarinya yang berlumuran cairan itu ke dalam mulut Vania. Vania menghisap jari Elvira, membersihkan sisa-sisa cairan kenikmatannya sendiri.
Mereka berciuman sebentar sebelum Elvira mengajak Vania mandi bersama. Aktivitas klub akan dimulai sebentar lagi. Karena waktu yang terbatas, mereka mandi bersama, membersihkan tubuh masing-masing. Setelah salat Subuh, mereka bergegas turun ke lobi dan berkumpul dengan mahasiswa lainnya.
Aktivitas hari itu adalah mengunjungi sebuah universitas di tengah kota. Elvira dan Vania sibuk mengurus tanggung jawab mereka selama kunjungan tersebut. Waktu berlalu cepat dan mereka kembali ke hotel.
Vania memberitahu Elvira bahwa malam ini Jasmin tidak akan datang ke kamarnya. Dia memutuskan untuk tidak bertemu pacarnya lagi setelah kejadian yang cukup mengecewakan semalam. Cukuplah sampai di situ hubungan mereka. Vania sudah kapok diperlakukan seperti hamba.
Elvira yang senang mendengar kabar itu segera menelepon seseorang. Vania mengira Elvira punya urusan penting tentang klub dan membiarkannya sendiri. Elvira meminta Vania kembali ke kamar dan membersihkan diri.
Tak lama kemudian, Elvira masuk ke kamar dan mendapati Vania sedang berbaring hanya dengan memakai bathrobe. Rambutnya diikat dengan handuk untuk mengeringkannya. Elvira lalu meminta izin untuk mandi, meninggalkan Vania sendirian di atas ranjang.
Saat asyik menonton televisi, Vania mendengar pintu kamar diketuk. Vania heran siapa yang datang malam-malam begini. Ketika mengintip melalui lubang di pintu, terlihat seorang pria berambut panjang hingga bahu, berjambang tipis, berdiri di depan pintu.
Vania panik dan memanggil Elvira yang baru saja keluar dari kamar mandi. Reaksi Elvira sangat antusias dan dia berlari menuju pintu.
“Eii Elvira. Kamu cuma pakai handuk. Pria yang ketuk pintu!” Vania memberi peringatan pada Elvira yang ingin membuka pintu. Dia khawatir jika mereka dalam bahaya, apalagi keduanya hanya memakai handuk dan bathrobe.
“Jangan khawatir. Aku punya kejutan buat kamu. Hehehe,” jawab Elvira dengan tenang, lalu membuka pintu. Begitu pintu terbuka, Elvira langsung menarik pria tersebut masuk. Vania yang terkejut berlari dan bersembunyi di kamar mandi.
“Sayangggg!” teriak Elvira begitu pintu tertutup.
“Rindunyaaaa!” Mereka berpelukan seperti kekasih yang sudah lama tidak bertemu.
Ternyata, pria misterius itu adalah pacar Elvira, Fahmi. Sebelumnya, Elvira menelepon Fahmi untuk datang ke kamar mereka. Karena Fahmi tinggal tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap, mudah saja baginya untuk datang.
“Vania! Keluar sini. Ini pacarku,” panggil Elvira kepada Vania yang masih bersembunyi di kamar mandi.
“Ih, malu. Aku belum pakai baju,” jawab Vania dari dalam.
“Ah, nggak usah malu. Sini,” bujuk Elvira. Vania perlahan-lahan keluar dan mendekati mereka berdua.
“Kenalin, ini Fahmi, pacarku,” Elvira memeluk pinggang Fahmi sambil memperkenalkan pacarnya kepada Vania.
“Errr, hai. S.. Saya Sss Vania,” jawab Vania gagap.
Fahmi tersenyum melihat Vania yang malu itu. Lalu dia berkata, “Yuk?”.
“Yuk,” jawab Elvira. Vania yang masih bingung bertanya, “Yuk apa?”
Di lobi hotel, Elvira mencari tempat yang agak tersorok dan menelepon pacarnya.
“Salam, bang. Lagi di mana?”
“Wasalam. Lagi di rumah. Kenapa, sayang?”
“Datanglah ke hotel aku.”
“Eh, kan ada teman kamu tuh. Gimana bisa?”
“Vania oke aja.”
“Serius? Kok bisa dia oke?”
“Hmm, semalam kan mereka ngelakuin ‘proyek’. Tapi pacar dia parah banget, bang.”
“Parah gimana?”
“Dia kasar banget. Terburu-buru juga. Nggak sampai 5 menit udah selesai.”
“Aik? Serius?”
“Iya. Kasihan lihat Vania. Belum apa-apa udah habis. Dia nangis kemarin karena rasanya kayak diperkosa sama pacarnya.”
“Lah, terus gimana dong?”
“Abang datanglah ke sini. Kita main bareng.”
“Bareng?”
“Iya, bareng sama Vania. Threesome.”
“Fuh, abang on aja, hehehe.”
“Wahhh. Senengnya kelihatan?”
“Mana nggak seneng. Lubang baru nih. Hehe.”
“Haa, iya dehh. Jadi datang nggak?”
“Datang. Kasih lokasi. Abang datang.”
Panggilan ditutup dan Elvira segera membuka aplikasi WhatsApp dan mengirimkan lokasi hotel tempatnya menginap. Betapa senangnya Elvira bisa bertemu dengan Fahmi malam ini. Sudah berbulan-bulan lamanya dia tidak pulang ke kampung karena sibuk menguruskan rombongan ini.
Batang terakhir yang dia nikmati hanyalah batang Rizky beberapa minggu lalu. Itu pun hanya sebentar dan Rizky tidak melawan. Dan kejadian lainnya, hanya dia yang memuaskan teman-temannya seperti Alya dan Vania. Elvira sangat membutuhkan Fahmi saat ini. Dia sudah tidak bisa menahan nafsunya lagi.
Elvira lalu berjalan menuju ke kamarnya dengan gembira. Di dalam kepalanya sudah membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Tidak sabar ingin beraksi bersama pacarnya yang dia tahu sangat ahli dalam memuaskan nafsu perempuan.
Setibanya di kamar, dia mendapati Vania sudah selesai mandi dan sedang terbaring di atas ranjang sambil menonton televisi. Wajahnya tampak sedikit lelah. Wajar saja, pagi-pagi buta tadi dia habis dikerjai dan hari ini penuh dengan aktivitas klub. Habis sudah Vania nanti ketika pacarnya datang.
“Hai Vania. Sudah selesai mandi? Aku mau mandi dulu, ya?” sapa Elvira sambil meletakkan tasnya di lemari.
“Iya, baru aja selesai mandi. Ini lagi keringin rambut sebentar. Kamu mandi dulu aja,” jawab Vania tapi matanya tetap menonton TV.
Elvira segera masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower. Dia tahu Fahmi akan tiba tidak lama lagi. Rumahnya yang terletak di PJ, tidak jauh dari hotel di Kuala Lumpur. Pada malam begini, lalu lintas sepi. Jadi mungkin tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di sini. Paling lama pun 15 menit.
Badannya disabuni dan rambutnya dicuci bersih. Dia ingin tampil wangi di hadapan pacarnya nanti. Setelah selesai semuanya, Elvira mengambil pencukur dan membersihkan bulu-bulu vaginanya yang baru tumbuh tipis. Dia tahu Fahmi suka vaginanya licin. Pasti Fahmi akan teruja dan ‘membalas’ dirinya cukup-cukup malam ini.
Selesai mencukur, Elvira keluar dari kamar mandi dan tiba-tiba Vania memanggilnya, “Elvirass! Ada orang datang! Nggak tahu siapa!” Mendengar itu, Elvira pun berlari menuju pintu dan ingin membuka. Namun dihalangi oleh Vania.
“Eii Elvira. Kamu cuma pakai handuk. Yang datang laki-laki!” teriak Vania yang jelas panik. Elvira mencoba menenangkan temannya itu dengan berkata, “Jangan khawatir. Aku punya kejutan buat kamu. Hehehe.”
Pintu dibuka dan Elvira menarik Fahmi masuk ke dalam kamar hotel mereka. Vania sangat takut dan berlari masuk ke kamar mandi. Pintu kamar mandi ditarik tetapi tidak sepenuhnya, menyisakan sedikit celah untuk mengintip ke luar. Vania melihat Elvira memeluk pria tersebut. Dia merasa aneh, apakah Elvira mengenal pria itu?
“Vania! Keluar sini. Ini pacarku,” panggil Elvira.
“Ih, malu. Aku belum pakai baju,” jawab Vania.
“Ah, nggak usah malu. Sini,” bujuk Elvira. Vania perlahan keluar dan mendekati mereka berdua.
“Kenalin, ini Fahmi, pacarku,” Elvira memeluk pinggang Fahmi sambil memperkenalkan pacarnya kepada Vania. Barulah Vania tahu siapa pria tersebut. Pantas saja Elvira dengan santai membiarkannya masuk.
“Errr, hai. S.. Saya Sss Vania,” jawab Vania gagap. Sudahlah dia tidak memakai jilbab, hanya mengenakan jubah mandi. Di dalamnya tidak ada apa-apa yang menutupi payudara dan vaginanya. Hanya jubah mandi saja.
Vania melihat Fahmi memandangnya sambil tersenyum. Merah mukanya diperhatikan seperti itu oleh seorang pria. Apalagi dengan keadaannya yang terdedah itu. Tiba-tiba Fahmi berkata, “Yuk?” dan Elvira pun menyambut ajakan itu. Vania yang berdiri di situ bingung dan bertanya, “Yuk apa?”
“Kami mau main. Hehe. Mau ikut?” tanya Elvira santai kepada Vania. Terbelalak matanya mendengar ajakan itu. Masa Elvira mau mengajaknya berasmara dengan pacarnya sendiri? Sudah gila agaknya Elvira ini.
“Errrr. T.. Tidak… Tidak apa-apa..,” Vania mulai tertunduk malu dan menolak ajakan Elvira. Dia melanjutkan, “Kkk… Kalian aja… Sa.. Saya duduk di sa… sanaa…” Vania berjalan menuju sofa. Dia akan bersembunyi di balik sofa seperti Elvira kemarin.
Tiba-tiba tangannya ditarik Elvira. “Nggak apa, Vania. Kamu duduk aja di pinggir ranjang. Nggak usah duduk jauh-jauh,” kata Elvira sambil menarik Vania ke pinggir ranjang. Vania yang masih malu hanya mengangguk dan duduk tanpa membantah. Mukanya terasa tebal. Apa yang harus dilakukannya duduk di situ.
Fahmi dan Elvira berpelukan di depan ranjang. Mulut mereka bertemu, berciuman perlahan. Tidak terburu-buru. Mereka tenang mengambil mood untuk bersama. Vania melirik melihat aksi yang baru saja dimulai. Dia agak teruja karena melihat mereka berdua tampak tenang saja.
Lidah mereka saling bertemu. Sambil bibir rapat bertaut, lidah di dalam mulut saling bekerja. Dihisap bergantian sambil menjelajah ke dalam mulut. Langit-langit juga dijilat menambah kegelian. Cukup lama mereka berciuman barulah tangan mereka bergerak meraba badan masing-masing.
Elvira mencengkeram kepala Fahmi dan jarinya meremas-remas rambut panjang itu. Fahmi menggerakkan tangannya ke punggung Elvira menggosok hingga ke bokong. Tubuh Elvira masih dibalut handuk lembap. Fahmi meremas dan memijat bokong yang kencang itu. Mulut mereka masih bertaut tidak terlepas.
Setelah masing-masing sudah bergairah, ciuman pun dilepas. Mulut Fahmi mulai menyerang telinga dan leher. Elvira menggeliat kegelian diserang di bagian sensitifnya. Bau wangi sabun mandi dihidu sedalam-dalamnya menambah gairah Fahmi. “Ermmmm…,” Elvira mendesah pelan.
Tangan Fahmi yang masih di bokong menarik rapat tubuh Elvira ke badannya. Geram dengan tubuh montok pacarnya yang sudah lama tidak digomol. Menempel payudara Elvira yang tersembunyi di balik handuk di dada Fahmi.
Fahmi semakin menunduk dan mulutnya tiba di pangkal dada. Payudara sedang Elvira diramas pelan sebelum membuka simpul handuk. Ngocoks.com
Terlepas handuk Elvira ke lantai dan terlihatlah keindahan payudaranya yang sudah mengeras. Tanpa menunggu, Fahmi langsung memasukkan puting keras Elvira ke dalam mulutnya. Dihisap lembut sambil tangannya meremas kedua payudara itu.
Silih berganti lidahnya menghisap puting Elvira. Sebelah dihisap, sebelah lagi digentel. “Ahhh. Abanggg. Ehmmm..,” Elvira mengerang pelan menerima serangan bertubi-tubi di payudaranya.
Akibat tidak dapat mengontrol keseimbangan badannya, Elvira terduduk di atas ranjang hotel. Namun, Fahmi masih tidak melepaskan payudara Elvira dari mulutnya. Dia mendorong badan Elvira untuk berbaring telentang dan terus mengasaknya.
Elvira mendongak ke atas menikmati permainan dari Fahmi dan matanya tertangkap mata Vania yang asyik melihat mereka. Elvira melemparkan senyuman nakalnya kepada Vania lalu Vania memalingkan mukanya malu.
Setelah puas mengerjakan payudara, Fahmi beralih menurun ke bawah. Hidungnya ditekapkan di perut sambil menurun ke area intim Elvira. Setibanya hidung di vagina, Fahmi menekan wajahnya di belahan alur vagina menyedut aroma yang menggoda.
Cairan vagina yang sudah mengalir sejak tadi berbau sedikit amis. Namun, bau itulah yang semakin menaikkan gairah seorang pria. Lidah Fahmi menjulur ke klitoris yang kian membengkak, menekannya ke atas.
Desahan panjang keluar dari mulut Elvira menandakan kenikmatan yang diterima. Klitorisnya dijilat dan dihisap kuat, sambil Fahmi memainkan ibu jarinya di sepanjang alur vagina. Lelehan cairan dari lubang vagina melancarkan pergerakan jari Fahmi.
Elvira menggeliat kesedapan saat dikerjakan oleh Fahmi. Tangannya meremas kedua payudaranya untuk memaksimalkan rangsangan. Puting ditarik-tarik perlahan. Aksi sensual itu terus disaksikan Vania yang dari tadi matanya tak lepas melihat mereka.
Fahmi melepaskan mulutnya dan mulai memasukkan jarinya ke dalam lubang vagina. Diputar-putarnya jarinya menjelajahi gua nikmat itu. Melihat Elvira yang semakin tenggelam dalam kenikmatan, Fahmi memasukkan lagi satu jarinya dan mengocok vagina Elvira. Suara berdecak memenuhi ruangan hotel itu.
Bersambung…