“Arghhh, stres banget aku!” teriak Alya begitu mereka keluar dari kelas. Hanya beberapa orang siswa yang masih di dalam kelas, berbincang mengenai soal kuis yang baru saja selesai.
“Kenapa lagi nih?” tanya Elvira meskipun dia sudah tahu apa yang membuat temannya itu khawatir.
“Ada beberapa soal yang aku nggak bisa jawab tadi. Padahal semalam udah belajar soal itu,” keluh Alya.
“Alaa. Jangan khawatir. InsyaAllah kita bisa lulus,” hibur Elvira sambil menepuk-nepuk bahu Alya perlahan. “Kamu lain lah. Pandai. Aku ini biasa aja,” ujar Alya yang masih khawatir.
“Enggak lah. Jangan risau ya. Yuk, aku traktir cendol favorit kamu di kantin,” ajak Elvira lagi.
“Eh, nggak usah Vir. Aku sebenarnya ada janji sama Irwan habis ini. Dia bilang mau ajak aku ke kota cari barang,” tolak Alya.
“Ohhh… Dating ya?” canda Elvira sambil mencubit pinggang Alya membuat Alya melompat geli.
“Janganlahhh. Jeles ya? Hehehe. Pacar kamu kan jauh di Bekasi sana,” balas Alya menggoda.
“Ishh udahlah. Pergilah. Aku bisa makan sendiri,” jawab Elvira dengan nada merajuk.
“Alaa merajuk deh. Hehe. Oke, aku pergi dulu ya. Byeee!”
“Yaa. Byeee!”
Elvira memerhatikan kawannya itu berjalan pergi. Sudah biasa ditinggalkan sendirian. Meskipun kadang-kadang cemburu, tetapi Elvira sudah terbiasa. Beruntung Alya punya pacar yang selalu ada untuknya. Berbeda dengan Elvira yang menjalani hubungan jarak jauh dengan pacarnya.
Elvira mengambil ponselnya dari dalam tas dan membuka aplikasi WhatsApp. Nama ‘Hubby’ yang tertera di layar ditekan.
Bang. Ayang udah selesai kuis nih. Abang lagi ngapain?
Pesan dikirim. Elvira melanjutkan perjalanannya ke kantin. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Tidak sempat sarapan pagi tadi karena kesiangan bangun.
…
Selesai makan, Elvira berjalan pulang menuju asrama. Dalam perjalanan, ponselnya berbunyi menerima notifikasi. Pesan WhatsApp dibuka.
Sorry sayang. Abang baru selesai kelas nih. Jam 12 nanti sampai rumah.
Elvira tersenyum nakal setelah membaca pesan tersebut. Itu tandanya mereka akan punya waktu luang bersama siang ini. Elvira pun membalas pesan tersebut.
Ayang sendirian nanti. Alya keluar sama pacarnya.
Oh ya? Hehe.
Iya sayang.
Hehe. On nggak on?
Elvira menggigit bibirnya membaca pesan terakhir. Lantas dia cepat-cepat membalas.
Jom?
Jommm.
Setibanya di kamar, Elvira langsung membuka tudung dan pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kurang dari 15 menit sebelum jam 12 siang. Dia tidak mau terlambat. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama.
Selesai mandi, Elvira mengenakan t-shirt muslimah warna merah jambu berlengan hitam. Skirt hitam panjang juga dikenakan. Dan Elvira tidak memakai apa-apa di balik bajunya itu. Tudung panjangnya dikemas rapi.
Pintu kamar dikunci. Jendela ditutup rapat dan diselak. Elvira menarik kursi dari meja belajar dan diletakkan di sebelah ranjangnya. Laptop dikeluarkan dari lemari dan diletakkan di atas kursi tadi. Laptop diatur menghadap ranjang. Earphone juga sudah dicucukkan.
Setelah semuanya siap, Elvira menyalakan laptop dan membuka aplikasi WhatsApp. Melihat pacarnya sudah ‘online’, Elvira pun menekan ikon video. Beberapa dering kemudian, panggilan video dijawab.
“Abangggg. Hehe.”
“Hai sayang. Cantiknya kamu hari ini.”
“Hehe. Muahhh. Kangen banget sama abang.”
“Iya sayang. Abang juga. Udah lama kita nggak video call, ya?”
“Ya. Sorry ya. Ayang lagi sibuk. Muahhh.”
“Tidak apa sayang. Muahhhh.”
“So?”
“So apa?”
“Alya keluar sama pacarnya. Jam 2 nanti ayang ada kelas.”
“Ohhh sendirian ya sekarang?”
“Iya. Hmmmmm.”
“Hmmm kenapa tuh.”
“Tidak banyak waktu ini. Jangan pura-pura nggak tahu.”
“Hehe. Ya udah. Jommm.”
Elvira berbaring miring menghadap laptopnya. Begitu juga dengan Fahmi. Mereka seakan-akan berbaring bersebelahan. Posisi ini membangkitkan gairah bagi pasangan ini. Tudung panjangnya diselak sedikit ke atas supaya Fahmi bisa melihat payudaranya.
“Itu apa yang menonjol tuh?” tanya Fahmi nakal.
“Hmm mana yang menonjol?” balas Elvira dengan nada nakal.
Puting Elvira yang keras menegak menampakkan tonjolan di dada bajunya. Perlahan-lahan Elvira meremas payudaranya sambil memutar-mutar putingnya.
“Arhhhh. Hmmmm,” erang Elvira.
Di layar video sebelah sana, Fahmi sudah mulai menggosok penisnya yang menegang di balik boxernya. Terangsang dengan gaya erotis pacarnya yang kini sudah dikuasai nafsu.
Ramasannya bertambah kuat. Kini kedua belah tangan Elvira memijat-mijat putingnya bergantian dengan meremas payudaranya. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan suara erangan.
“Ahhhh abanggg. Ramas payudara ayang please. Hmmm.”
“Iya sayang. Abang ramas nih. Hmmmm.”
“Sayang… Buka dong. Mau lihat payudara itu.”
“Oke abang.”
Baju muslimah yang dipakai Elvira memiliki 3 kancing di tengah. Satu per satu kancing dibuka. Fahmi menunggu dengan nafsu sambil penisnya digosok cepat di luar boxer. Selesai kancing terbuka, Elvira menyelak bajunya mengeluarkan payudaranya yang montok.
Elvira melanjutkan meremas payudaranya. Terasa lebih nikmat bila tidak dilapisi kain. Putingnya dipencet-pencet kuat. Semakin kuat dipencet, semakin terangsang. Nafsu sudah memuncak. Gairahnya tak lagi bisa ditahan.
“Abanggg. Mau penisnya.” Tanpa ragu, Fahmi melepas boxernya dan penisnya pun terdedah.
“Kangen penis abang. Hmm mau hisap.”
“Hisap aja sayang.”
Fahmi mendekatkan batangnya ke kamera. Kini di layar laptop Elvira tampak batang penis yang keras. Elvira pun merapatkan mulutnya ke layar dan membuat gerakan menjilat.
“Ahhh sayang. Nikmatnya sayang jilat.”
Lidah Elvira semakin rakus mendengar kata-kata Fahmi. Dijilat-jilat bibirnya atas bawah membayangkan seperti penis Fahmi berada di dalam mulutnya. Sungguh seksi dan erotis Fahmi melihat gaya Elvira di layarnya. Walaupun hanya secara maya, tetapi kenikmatannya tetap terasa.
Kemudian Elvira kembali berbaring di atas ranjang dengan telentang. Nafasnya pendek. Bukan karena lelah tetapi karena asyiknya melayani nafsu. Dadanya berombak mengikuti irama nafas. Skirtnya ditarik ke atas.
Tampaklah vagina yang mulai berkilat. Kesan cairan gairah yang melimpah saat blowjob maya tadi. Perlahan-lahan alur vaginanya dielus. Jari telunjuknya licin meluncur mengikuti alur. Terasa seperti tersengat saat klitorisnya tersentuh.
“Ahhhhh,” Elvira mendesah manja.
Fahmi di sebelah sana sudah tidak keruan. Tayangan erotis milik pacarnya membuat penisnya semakin keras. Titik cairan mazi mulai keluar dari ujung kepala penis. Nikmat.
“Abanggg. Gesek penis di vagina ayang.”
“Oke sayang.”
Elvira bangun dari pembaringan. Badannya bersandar di dinding dan dia mengangkang di depan laptop. Bibir vagina mulai terbuka menampakkan alur yang basah. Lubangnya terlihat mengembang dan menguncup menahan gairah. Fahmi juga duduk berlutut di depan laptopnya. Seakan-akan posisi missionary.
“Abang gesek ya sayang…”
“Hmmmm…”
Fahmi mulai mengayun ke depan dan ke belakang. Membayangkan batang penisnya bergesek dengan vagina Elvira. Sementara Elvira mulai menggosok vaginanya ke atas dan bawah. Juga membayangkan jarinya itu sebagai batang penis Fahmi yang menggesek vaginanya. Suara mereka mulai erangan serentak.
“Ahhh abanggg. Ahhhh.”
“Ahh sayanggg. Basah banget vagina sayang. Ahhhh.”
Gosokan vagina semakin cepat. Berdecit-decit suara erotis keluar dari gesekan cairan mazi yang melimpah. Elvira sudah tidak tertahan lagi. Dia butuh lebih dari itu.
“Abanggg. Masukkan penis please. Ayang nggak tahan.”
“Hmm. Ok sayang. Abang masuk ya? Sedia?”
Elvira menyelak vaginanya menampakkan lubang, seakan-akan siap menerima tusukan penis Fahmi.
“Satu… Dua… Tiga… Ahhhhh.”
“AHHHHH.”
Erangan mereka terdengar serentak. Jari tengah Elvira mulai masuk ke dalam lubang vaginanya. Meskipun hanya jari, namun nafsunya membayangkan penis Fahmi yang memasuki lubang vaginanya.
Pantat Elvira bergerak mengikuti irama ayunan Fahmi. Mereka mendesah bersama-sama.
“Aahhh abang. Abangg. Ahhh. Abanggg.”
“Sayangg. Ahhh. Enaknya lubang ketat sayang ini. Ahhh.”
“Enaknya batang penis abang. Penuh rasa di dalam sini. Ahhhh.”
Jari mElvira mulai dimasukkan bersama dengan jari tengahnya. Dua jarinya kini mengorek-ngorek lubang vagina. Sesekali dijolok-jolok. Jarinya semakin cepat menusuk lubangnya. Ayunan penis Fahmi semakin cepat. Elvira hampir mencapai klimaks. Jolokan semakin lama semakin cepat dan ganas.
“ABANGGG. AYANG NAK SAMPAI DAH. AHHHH LAJU LAGIIII!”
Desahan Elvira semakin kuat.
“ABANGG. AHHH. AHHH. AHHHHHHH!”
Pantatnya terangkat tinggi. Paha dikepit. Cairan putih perlahan-lahan keluar dari lubang vaginanya. Air mani mengalir tanda Elvira sudah mencapai klimaks. Napasnya tersengal-sengal. Mata terpejam menikmati nikmat. Fahmi membiarkan sejenak teman wanitanya dibuai nikmat.
Hampir semenit kemudian, paha Elvira terbuka perlahan-lahan. Melekit-lekit vaginanya dengan air maninya sendiri. Matanya mulai terbuka dan melihat ke arah layar. Terlihat Fahmi sedang bersandar sambil menggosok penisnya.
“Maaf abang. Lama banget ayang klimaks. Kasihan abang nunggu.”
“Tidak apa-apa sayang. Seksi banget kamu kayak gitu.”
“Hehe. Biar ayang puaskan abang sekarang.”
“Ok sayang.”
Elvira bangun dan mengambil bantal peluk di sisi lalu diletakkan di tengah-tengah. Tudungnya dirapikan lagi. Kemudian dia memanjat ke atas bantal peluk itu seakan-akan posisi cowgirl. Roknya ditarik ke belakang supaya vaginanya terlihat. Bajunya ditarik ke atas menampakkan payudaranya. Kemudian Elvira mulai menunggang bantal tersebut.
Terpancing dengan aksi Elvira, nafsu Fahmi mulai bangkit lagi dan dia mempercepat kocokan penisnya. Tangannya digenggam erat dan ketat. Kocokan demi kocokan dilakukan dan penisnya semakin mengembang.
Elvira melentik-lentikkan badannya sambil meremas payudara. Layaknya aktris film dewasa, Elvira hanyut dalam perannya. Dia berusaha tampil seksi agar Fahmi lebih terangsang.
“Ohh ya sayang. Cepat lagi henjutnya. Ahhh ahhh.”
“Ya bang. Ahhhh. Ayang lebih cepat lagi ini. Ahhh.”
Pantatnya dihentak-hentak cepat. Payudaranya bergoyang mengikuti irama hentakan. Pemandangan itu membuat Fahmi semakin bergairah dan dia merasa air maninya hampir keluar. Ngocoks.com
“Ahhh sayangg. Sedikit lagi mau keluar. Ahhh.”
“Ok abang. Kasih tahu kalau mau keluar.”
Lancapan semakin cepat. Genggaman diarahkan ke kepala penis.
“Ahh sayang. Mau keluar.”
Tanpa berpikir panjang, Elvira langsung mendekatkan wajahnya di depan kamera. Membayangkan penis Fahmi benar-benar di depan wajahnya. Mulut Elvira dibuka lebar.
“Keluarkan di mulut sayang.”
“AHHH. AHHH. AHHHHHHHH.”
Pancutan demi pancutan dilepaskan ke arah kamera laptop. Wajah erotis Elvira terpampang besar di layar laptop Fahmi, menambah kenikmatan pancutan. Bagaimana tidak, wajah cantik seorang muslimah yang memakai hijab panjang, menampilkan ekspresi gairah seperti bintang film dewasa. Fetish yang mengasyikkan bagi Fahmi.
“Banyak banget abang keluarkan?”
“Soalnya sudah lama tidak keluar, sayang. Hehe.”
“Puas nggak? Muahhh.”
“Puas, sayang. Muahhh.”
“Hmm kapan ya kita bisa ketemu?”
“Nanti pas libur kita ketemu ya?”
“Ok bang. Ayang mau siap-siap nih.”
“Ok sayang. Makasih ya.”
“Makasih juga abang. Muahhh. Baiii.”
“Bai sayang. Muahhh.”
Panggilan video dimatikan. Elvira terbaring kelelahan. Sungguh puas rasanya siang itu. Meskipun hanya melalui video, tetapi dia merasa seperti benar-benar baru melakukan seks. Elvira mencapai ponsel di sebelahnya dan melihat jam yang hampir menunjukkan pukul 1. Hampir 1 jam mereka berasmara secara maya.
Elvira memaksa dirinya bangun untuk membersihkan diri. Tidak mau terlambat ke kelas seperti pagi tadi. Lagipula Alya tidak ada untuk mengingatkannya. Kalau dia tertidur, bisa-bisa dia memang terlewat kelas sore nanti.
…
Fahmi menekan tombol ‘End Call’ di aplikasi WhatsApp di laptopnya. Kemudian kursor diarahkan ke taskbar di bawah. Aplikasi OBS ditekan lalu diarahkan ke tombol ‘Stop Recording’. Rupanya segala aksi mereka tadi sudah direkam sejak awal oleh Fahmi.
Kemudian Fahmi membuka folder Video di laptopnya. Rekaman tadi dipotong dan ditempel ke dalam folder rahasia. Di dalam folder tersebut, terdapat puluhan rekaman dan ratusan gambar milik Elvira tersimpan rapi.
“Bertambah koleksi aku. Hehe,” bisik Fahmi sendirian sambil tersenyum.
Saat tombol ‘kembali’ ditekan, terpapar beberapa puluh folder lagi dengan nama-nama gadis lain selain Elvira.
Bersambung…