Sejak kejadian mengejutkan itu, Rizky semakin malu mendekati Elvira. Setiap kali mereka bertemu, Rizky cepat-cepat mengalihkan pandangan ke tempat lain. Setiap kali melihat wajah Elvira, terbayang peristiwa di ruang operasi klub. Batangnya mengeras di balik celana dalamnya.
“Firs, kenapa si Rizky gelagapan setiap kali lihat kamu?” tanya Alya saat mereka berdua sarapan di kafe.
“Entahlah, Alya. Sejak Sabtu lalu dia jadi aneh,” jawab Elvira yang sengaja merahasiakan kejadian sebenarnya.
“Jangan-jangan dia suka sama kamu?” tebak Alya.
“Hmm, mungkin. Hehe,” jawab Elvira sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan, mereka bergegas ke kelas. Hari itu jadwal mereka sangat padat.
……
“Ahhhhh. Capeknyaaa,” ujar Elvira begitu mereka sampai di kamar.
Elvira langsung menuju lemari dan membuka hijabnya. Alya merebahkan diri di atas kasurnya. Dia membuka hijab sambil berbaring, merasa malas untuk melakukan apa pun.
Saat Alya termenung memandang langit-langit, kepalanya menoleh ke arah Elvira yang sedang berganti pakaian. Elvira membelakangi Alya, jadi Elvira tidak menyadari dirinya diperhatikan.
Gaun abaya yang dikenakan Elvira dilurutkan setelah membuka ritsleting belakang. Di dalamnya, Elvira masih mengenakan kaos dan celana olahraga. Setelah gaun digantung, Elvira mulai melepaskan kaosnya dan hanya mengenakan bra. Kemudian celana olahraga pun dibuka.
Kini Elvira hanya memakai pakaian dalam. Alya yang dari tadi hanya memperhatikan saja tingkah laku Elvira.
“Weh, kamu nggak mau ganti baju?” tanya Elvira yang baru sadar akan gelagat Alya.
“Oh. Err. Nanti aja, Elvira,” jawab Alya sambil mengalihkan pandangan. Dalam hatinya mulai sadar akan apa yang dilakukannya tadi. Kenapa dia ingin melihat perempuan ganti baju, seperti laki-laki genit saja.
Elvira menghampiri Alya dan duduk di kasur. Dia mengenakan singlet polos dan celana pendek. Entah kapan Elvira melepas bra-nya, Alya pun tidak menyadarinya.
Alya menghadap Elvira. Wajahnya tepat di depan payudara Elvira. Matanya sedikit terbelalak melihat puting yang terlihat di balik singlet.
“Eii Elvira. Kenapa nggak pakai bra? Kelihatan putingnya,” ujar Alya sambil menunjuk ke arah payudara Elvira.
“Hehe. Panas. Malas pakai. Lagipula, di kamar ini cuma ada kamu,” jawab Elvira santai.
Alya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Meski di luar sana Elvira terkenal dengan imej alimnya, di dalam kamar ini hanya Alya yang tahu bagaimana Elvira sebenarnya.
Elvira hanya memeriksa ponselnya melihat apakah ada pesan yang masuk. Selain dari Fahmi, ada satu pesan dari Rizky. Elvira membaca satu per satu pesan yang masuk.
Alya dari tadi hanya memandang tubuh Elvira. Elvira sadar teman baiknya memperhatikannya namun tidak menghiraukannya.
“Hmm. Elviras,” panggil Alya tiba-tiba memecah kesunyian.
“Ya, kenapa?” jawab Elvira sambil menatap mata Alya.
“Untung ya kamu.”
“Untung kenapa?”
“Badan kamu seksi. Beda sama aku yang pendek dan nggak punya bentuk,” kata Alya sedikit cemberut.
“Eh, nggak juga. Sama aja kayak kamu. Aku cuma lebih tinggi sedikit,” kata Elvira sambil meletakkan ponselnya di samping.
“Tetap aja. Badan aku nggak seksi. Hmm.” Suaranya semakin pelan.
“Babe, kenapa sih? Ceritain ke aku,” pujuk Elvira yang merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Alya.
“Hmm. Nggak ada. Pacarku itu,” Alya memulai cerita.
“Kenapa dengan Irwan?” tanya Elvira.
“Minggu lalu aku jalan sama dia, kan? Sebenarnya… Hmm.” Kalimat Alya terhenti.
“Sebenarnya apa?” tanya Elvira yang semakin penasaran.
“Hmm. Kamu janji jangan cerita ke siapa-siapa ya?”
“Ish, iya aku janji. Aku kan sahabat kamu,” janji Elvira sambil merebahkan badannya di sebelah Alya.
Kini mereka berbaring berhadapan. Mata mereka sejajar. Elvira tahu Alya ingin memberitahunya sesuatu yang penting.
“Aku… aku sebenarnya… Hmm. Aku sebenarnya check-in sama Irwan hari itu,” tutur Alya sambil menunduk malu.
“Hah? Serius?” tanya Elvira yang sedikit terkejut.
“Iya, nis. Hmm.”
“Terus kalian ngapain aja?”
“Hmm… Ada…”
“Kalian ngapain?”
“Kami main-main ringan.”
Elvira merasa terangsang mendengar cerita Alya. Dia ingin tahu apa yang terjadi sehingga Alya merasa sedih begitu.
“Aku nggak kasih masuk karena takut. Jadi aku cuma hisap-hisap aja,” cerita Alya malu-malu. Wajahnya kini merah menahan malu.
Elvira hanya diam menunggu Alya menceritakan lebih lanjut.
“Tapi aku nggak bisa hisap. Irwan jadi marah sama aku.”
“Loh, marah gimana?”
“Dia bilang aku nggak bisa memuaskan dia. Ya wajar. Ini pertama kali aku. Mana aku tahu urusan begitu.”
Saat ini, matanya mulai berkaca-kaca. Air matanya ditahan agar tidak keluar.
“Kamu sayang dia nggak?” tanya Elvira tiba-tiba. Alya mengangkat wajahnya perlahan dan air matanya mulai pecah.
“Ya Virrr. Aku sayang banget sama dia,” ujar Alya sambil menangis teresak-esak.
Elvira mencoba memeluk Alya erat-erat. Alya menangis sepuas-puasnya di bahu Elvira. Elvira memberi Alya waktu untuk melepaskan segala perasaan yang dipendam.
Tangannya mengusap-usap punggung Alya, mencoba menenangkan tangisannya. Semakin lama suara tangisan Alya semakin pelan. Setelah reda, Elvira melepaskan pelukannya.
“Babe, sekarang ini apa yang kamu rasakan?” tanya Elvira.
“Rasa apa?” tanya Alya kembali.
“Rasa kamu, marah atau malu karena nggak bisa puaskan Irwan?”
“Hmm. Bercampur aduk, nis. Aku nggak tahu.”
“Kamu sayang banget sama dia? Sanggup lakukan apa saja untuk dia?”
“Ya, nis. Aku sanggup.”
“Aku ajarin kamu mau?”
Terbelalak mata Alya mendengar pertanyaan Elvira.
“Aa… Ajarin? Ajarin gimana?”
Alya bangun dan duduk. Matanya memandang langsung ke mata Elvira, wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan.
“Apa? Ajar apa, Elvira?” tanya Alya sedikit gagap. Pikirannya membayangkan sesuatu yang erotis. Masa Elvira mau mengajar hal-hal seperti itu.
Elvira menarik tangan Alya dan menyuruhnya kembali berbaring menghadapnya. Alya hanya mengikuti.
Kini mereka kembali berhadapan satu sama lain. Wajah Alya mulai merah padam.
“Kamu sayang Irwan kan? Jadi kamu harus tahu apa yang membuatnya bahagia,” Elvira memulai pembicaraan.
“Emm. Aku sayang dia sepenuh hati, Vir,” jawab Alya yakin.
“Jadi, hal yang paling penting, kamu harus bisa memuaskannya,” lanjut Elvira.
“Tapi aku nggak bisa,” ujar Alya kembali murung.
“Makanya aku mau ajarin kamu.”
“Ajarin apa?”
“Ajarin cara memuaskan Irwan.”
Alya masih tidak percaya bahwa kata-kata itu keluar dari mulut sahabat baiknya, seorang gadis muslimah yang selalu menjaga penampilan alim di luar.
“K… Kamu mau… Ajarin gimana?”
“Pertama-tama aku mau ajarin kamu ciuman.”
Elvira mendekatkan wajahnya ke Alya. Keringat mulai membasahi wajah Alya. Hatinya berdebar kencang. Matanya dipejamkan rapat.
Satu tekstur lembut menyentuh bibir Alya. “Chuppp.” Elvira memberikan satu ciuman.
“Irwan pernah cium kamu?”
“Emm. Pernah. Tapi sebentar saja karena dia bilang aku nggak bisa.”
“Kamu bayangin aku Irwan,” kata Elvira lalu mencium bibir Alya lagi. Namun Alya masih kaku.
“Kamu harus buka sedikit mulutmu.”
Elvira menyentuh bibir Alya dan membuka sedikit ruang di antara bibirnya.
“Oke, saat aku cium, muncungin sedikit bibirmu seperti cium pipi,” ajar Elvira.
Bibir mereka bertaut lagi. Kali ini bibir Alya siap menyambut bibir Elvira. Alya mengikuti apa yang diajarkan sahabatnya itu dengan patuh.
Kemudian Elvira mencium bibir atas dan bawah, diikuti oleh Alya. Setelah satu menit berciuman, bibir mereka terlepas.
“Sudah paham?” tanya Elvira kepada Alya yang wajahnya sudah merah padam. Dia hanya mengangguk perlahan.
“Oke sekarang, saat berciuman, keluarkan sedikit lidahmu. Belajar seperti aku.”
Bibir bertaut lagi. Alya mengeluarkan sedikit lidahnya seperti yang disuruh Elvira.
Begitu lidah keluar, Elvira langsung mengulum dan pada saat yang sama, bibir masih berciuman. Kadang dilepaskan lidah, dijilat sedikit bibir bagian dalam.
Kemudian Elvira mengeluarkan lidahnya dan dikulum Alya seperti yang dilakukan Elvira tadi.
Saat itu, terasa seperti ada perasaan menjalar dalam diri Alya. Dia mulai khusyuk berciuman. Suara mereka dilepaskan dengan manja.
“Bisa kan?” tanya Elvira.
“Hmm. Hehe.” Alya tersenyum malu. Seperti anak kecil yang dipuji pandai.
Elvira kembali menyambar bibir Alya dan memegang kepalanya agar ciuman lebih kuat. Nafas Alya mulai tidak teratur.
Begini rasanya nikmat berciuman. Pacarnya yang dulu tidak pernah mengajarkan ciuman seperti ini. Irwan pun tidak mau mengajarinya.
Tiba-tiba badan Alya terpelanting ke belakang. Dia merasakan payudaranya disentuh.
“Aa… Elvirass. Jangan sampai seperti ini…,” ujar Alya kaget.
“Kamu harus bayangin aku ini Irwan. Dia pasti akan melakukan ini nanti.”
“Tapi, nis…”
“Tidak ada tapi-tapi.”
Kali ini Elvira mencium dengan rakus. Alya memejamkan mata ketakutan. Sebenarnya Elvira sudah lama terangsang dan vaginanya sudah basah sejak tadi.
Payudara Alya diraba perlahan. Alya hanya menahan perasaan serba salahnya.
Setelah tidak ada tolakan dari Alya, Elvira mulai meremas payudara perlahan. Alya merasakan sensasi di titik putingnya. Semakin lama semakin menegang di balik baju kurung dan bra.
Alya mencoba fokus pada gerakan bibirnya sementara Elvira mulai menyelinap masuk ke dalam baju dan mencari payudara.
Elvira menyelipkan tangan ke dalam bra Alya dan menggentel puting keras tersebut. Desahan mulai keluar dari mulut Alya.
Alya hanyut dalam gelora nikmat. Tidak lagi memikirkan tentang hubungan sejenis yang terlarang. Nikmat!
Kemudian Alya merasakan ada cairan mengalir di vaginanya. Rasa gatal di klitorisnya. Berdenyut-denyut.
Dia ingin menyentuh vaginanya tetapi Elvira menghalang. Tangan Elvira mulai menjalar ke bagian bawah Alya. Diusap vaginanya dari luar kain. Ngocoks.com
Alya mengerang keras. Tidak pernah ada orang lain menyentuh bagian sulitnya. Padahal sebenarnya sejak lama Elvira sudah menodainya tanpa sadar.
Kain baju kurung Alya disingkap ke atas. Celana dalamnya sudah basah dengan cairan mazi.
Elvira tidak menunggu lama. Tangannya langsung menyelip masuk ke dalam mencari klitoris.
Begitu biji Alya disentuh, badannya menggelinjang seperti terkena sengatan listrik.
Kini tiga titik sensitifnya dimainkan bersamaan. Bibirnya yang dari tadi dicium, putingnya yang digentel tangan kiri Elvira, dan vaginanya yang digosok tangan kanan Elvira.
Kepalanya seperti akan meledak dengan kenikmatan tak terhingga. Semakin lama nafsunya semakin memuncak.
Melihat reaksi Alya yang tidak keruan, Elvira mempercepat lancapannya. Punggung Alya bergetar kesedapan.
Akhirnya klimaks tercapai dan punggungnya terangkat tinggi. Alya menjerit-jerit merasakan klimaks yang belum pernah dirasakannya.
Matanya terpejam. Keningnya berkerut-kerut. Berkali-kali badannya terangkat. Elvira perlahan-lahan melepaskan Alya dan menikmati pemandangan indah di depannya.
Tidak lama kemudian, Alya tertidur tidak sadar. Terlalu lelah.
Elvira hanya tersenyum nakal…
Bersambung…