Saat istirahat di kantin kampus, Alya tampak murung dan tidak ceria seperti biasanya. Sepertinya ada yang mengganggu pikirannya. Makanan disuap perlahan sambil matanya menatap kosong ke arah bihun supnya.
Menyadari hal tersebut, Elvira mencoba bertanya apa yang meresahkan Alya sejak kelas pagi tadi. “Kau kenapa, Alya? Muka kau monyok je. Di kelas Matematika tadi pun kau nggak fokus.”
Alya tersentak dari lamunannya. “Ohh, emm. Nggak ada apa-apa, Vir,” Alya mencoba menghindar dari pertanyaan Elvira.
“Kau sama aku kan udah kayak saudara. Hmm, lebih kayak couple, masalahnya. Hehe. Banyak yang udah kita lakukan bersama. Masa kau nggak mau percaya sama aku? Ceritain dong,” pujuk Elvira.
“Hehe. Iya, iya. Tapi kau jangan ngomong kenceng-kenceng. Nanti orang dengar, apa kata mereka,” Alya tersenyum kelat sambil melihat sekelilingnya.
Elvira mencebikkan bibirnya. Dia tidak sadar kalau tadi bicara agak keras. Alya menunduk sedikit dan mendekatkan kepalanya ke Elvira. Elvira juga menunduk dan siap mendengarkan.
“Tadi Irwan ngechat aku. Dia ngajak ketemuan Minggu ini,” Alya memulai ceritanya.
“Haa, jadi? Kenapa mukanya masam? Harusnya senang mau ketemu pacar,” seloroh Elvira.
“Tapi, pasti dia mau ngajak check-in, Vir. Aku… Aku nggak siap,” ujar Alya gusar.
“Lah, kirain apa tadi. Hehe,” Elvira tertawa kecil, merasa lega dengan masalah Alya itu.
Rupanya, yang mengganggu pikiran Alya sejak tadi adalah soal Irwan. Elvira tahu temannya itu cemas akan hal yang mungkin terjadi nanti. Walaupun sudah seminggu Elvira mengajari Alya tentang seks, tetapi semua itu tidak sama dengan berhubungan dengan lelaki.
Alya mendekatkan mulutnya ke telinga Elvira yang dibalut shawl panjang. Dia berbisik pelan, “Nanti dia pasti minta aku untuk menghisap…”
“Hahahahaa. Aku udah curiga dari awal. Pasti karena itu,” kali ini Elvira tertawa besar dan menutup mulutnya. Alya yang malu dengan reaksi itu pun mencubit pinggang Elvira kuat.
“Eiii, malah ketawa. Orang serius ini!” marah Alya sambil memulas-mulas kulit pinggang Elvira.
“Aduuhhh, sakitlahhhh! Jangan cubit!” tangan Alya ditepis kuat.
“Padan muka!”
Beberapa mahasiswa yang sedang makan di situ melirik ke arah mereka berdua. Tidak tahu apa yang dibicarakan, tetapi suara riuh mereka mengundang rasa kurang nyaman.
“Dah, yuk kita pergi. Malu diliatin orang,” kata Elvira yang mulai merasa canggung dengan orang di sekitar. Alya tidak menghiraukan jelingan orang-orang dan melanjutkan suapan bihunnya tadi.
Melihat Alya yang santai melahap, Elvira menarik tangan Alya kuat dan berdiri meninggalkan meja makan.
“Aku lagi makan nih!” teriak Alya yang terkejut dengan tarikan Elvira.
“Yuk, aku ada rencana buat kamu Minggu ini,” bisik Elvira pelan.
Mendengar ucapan Elvira, Alya tersentak dan segera bangun sambil mengemas barang-barangnya. Elvira sudah pergi meninggalkannya. Cepat-cepat Alya mengejar temannya itu.
“Elvirassss, tunggu lahhhh!”
***
Seperti biasa, hari Sabtu adalah hari pertemuan orgElviraasi. Mengingat semester akan berakhir tidak lama lagi, semua orang sibuk dengan persiapan masing-masing. Begitu juga dengan Klub Konseling dan Karier yang diikuti Elvira.
Minggu ini, para pengurus diminta untuk melakukan persiapan terakhir sebelum hari kunjungan tiba dua minggu lagi. Sebagai sekretaris, Elvira perlu menyiapkan beberapa surat dan mendapatkan konfirmasi dari pihak yang akan dikunjungi.
Ketua dan wakil ketua, bersama para pengurus lainnya, sudah berangkat ke kota sejak pagi untuk membeli kebutuhan. Jadi, hanya Elvira dan Rizky yang tinggal di ruangan operasi untuk melakukan persiapan terakhir dari sisi protokol.
Sejak peristiwa dua minggu lalu, Rizky tidak pernah berbicara dengan Elvira. Meskipun kejadian itu sangat menyenangkan, rasa malu yang lebih besar dan tebal. Rizky masih tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi.
Dan sejak hari itu, Rizky sering melancap setiap kali teringat Elvira. Hampir setiap malam, bayangan Elvira muncul di pikirannya. Dari yang jarang melancap, kini dia kecanduan.
Hari ini, dia berdua lagi dengan Elvira di ruangan operasi. Meskipun ruangan ini ber-AC, keringatnya tetap menetes dari kepala. Jantungnya berdebar kencang, pikirannya melayang, membuatnya kehilangan fokus. Semua pekerjaan terasa salah.
Rizky melirik ke arah Elvira yang duduk di depannya. Seperti tidak ada yang pernah terjadi, Elvira hanya memandang layar ponselnya.
Masa pura-pura lupa? Gila apa cewek ini?
Matanya kembali ke layar laptop. Rizky mencoba mengabaikan pikirannya tentang kejadian itu. Dia tidak ingin terlalu berharap. Biarlah yang sudah berlalu. Dia terlalu malu untuk menanyakannya pada Elvira. Takut dicap sebagai maniak seks. Padahal sebenarnya Elviralah yang maniak dalam hal ini.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Rizky segera menoleh ke belakang melihat siapa yang datang. Tampak seorang gadis mungil berdiri di pintu.
“Alyaaa. Masuklahhh!” teriak Elvira mengundang Alya masuk. Elvira pun bangun dan melangkah ke arah Alya, menyuruhnya membuka sepatu dan meletakkannya di rak. Kemudian Elvira menutup rapat pintu dan menguncinya.
Rizky kembali fokus pada pekerjaannya. Kedatangan Alya membuatnya lega karena kini mereka bertiga di ruangan ini. Tidak mungkin kejadian dua minggu lalu terulang. Masa Elvira berani melakukan hal itu kalau ada orang lain di sini?
Itulah yang dia pikirkan.
***
Elvira dan Alya tiba di sebuah pondok dekat kantin. Elvira sengaja membawa Alya ke sana karena pada waktu ini jarang ada mahasiswa yang duduk di sana. Sinar matahari sore menyinari penuh pondok itu membuat suasananya agak panas.
“Elvira, kenapa nongkrong di sini? Panasss!” keluh Alya sambil duduk di sebelah Elvira.
“Waktu-waktu begini nggak ada orang. Aku ada rencana yang mau aku ceritain ke kamu. Nggak mau orang lain dengar,” jawab Elvira sambil menghadap Alya.
“Rencana apa lagi nih?” Alya masih bingung dengan tujuan mereka ke sini.
Elvira melihat sekeliling sekali lagi untuk memastikan tidak ada siapa pun di sekitar mereka. Rencana yang mau dijelaskan ini tidak boleh diketahui siapa pun. Setelah yakin semuanya aman, Elvira mulai bicara.
“Kamu khawatir tentang Irwan besok, kan?”
“Iya.. Tapi apa hubungannya sama rencanamu?”
“Aku mau ajarin kamu blowjob. Hehe.”
Mata Alya terbelalak mendengar rencana Elvira. Sekali lagi dia terkejut dengan kata-kata Elvira. Kalau sebelumnya Elvira mengajarinya berciuman, hingga hubungan sesama jenis. Tetapi kali ini Elvira mau mengajarinya menghisap penis laki-laki.
“Kamu jangan main-main, Vir.”
“Aku serius.”
“Kau mana ada penis?”
“HAHAHAHAHAHAA!!!” Elvira tertawa besar mendengar pertanyaan Alya. Karena tidak ada siapa pun di sana selain mereka, Elvira tertawa keras tanpa rasa malu. Dia menepuk-nepuk lengan Alya sambil tertawa sampai keluar air mata.
Alya hanya menatap tajam ke arah Elvira. Kesal rasanya. Dia serius bertanya, tapi Elvira malah tertawa terbahak-bahak.
“Kau ini Alya, selama ini kau pernah lihat aku punya penis? Hahahaha,” lanjut Elvira setelah puas tertawa.
“Iya, memang nggak ada. Maksud aku, gimana kamu mau ngajarin?”
“Hehe. Oke, oke. Gini. Besok ada acara persatuan, kan? Kamu datang ke ruangan operasi aku.”
“Buat apa?”
“Mau belajar blowjob nggak?”
Pintu ruangan operasi ditutup. Kunci diputar perlahan agar Rizky tidak mendengar. Elvira mengajak Alya duduk di kursi empuk beroda di sebelah mejanya. Rizky hanya menunduk, tidak memandang ke arah Alya.
Jantungnya yang tadinya berdebar kencang mulai reda. Lega sedikit hatinya karena ada orang lain yang datang ke ruangan ini. Pasti kejadian tempo hari tidak akan terulang.
Elvira duduk di kursinya dan memandang Rizky dengan senyuman nakal. “Rizky, aku ajak teman lepak sini gak apa-apa, kan?”
“Oh, emm, gak apa-apa. Bagus juga. Makin ramai makin seru, kan? Hahahaha!” Rizky mencoba bercanda, tapi tawa sendiri dengan kata-katanya. Tidak lucu, tapi kenapa ketawa besar? Suasana jadi janggal.
Bunyi pendingin ruangan terdengar sayup-sayup. Rizky hanya menatap layar laptopnya dengan bingung. Apa yang dia katakan tadi terasa aneh. Wajahnya merah padam menahan malu. Dia melirik ke arah Alya. Terlihat Alya seakan-akan memberi isyarat kepada Elvira.
Pandangan dialihkan kepada Elvira. Kening Elvira berkerut sambil berbisik-bisik sesuatu kepada Alya. Apa yang mereka bincangkan? Atau menggunjing? Rizky mulai merasa dirinya diomongin.
“Errr, kalian. Kenapa bisik-bisik di depan aku? Aneh dohhh,” ujar Rizky, mengejutkan kedua gadis itu.
“Eh. Haha. Emm, gak ada apa-apa kok. Hehe,” jawab Alya malu.
“Haa, mumpung kau tanya, aku langsung aja deh,” sela Elvira.
Kening Rizky terangkat. “Maksudmu?”
Elvira berdiri dan mendekati Rizky. Alya hanya menunduk. Rizky mulai merasa tidak enak hati. Dadanya tiba-tiba sesak. Seperti ada sesuatu yang tidak beres.
“Hari ini, kami mau servis kau,” kata Elvira santai.
“HAA? Servis apa ini?” Rizky terkejut.
Elvira berdiri tepat di depan Rizky. Pandangannya tajam menatap Rizky dengan nakal. Rizky hanya bersandar menunggu apa yang akan Elvira lakukan. Perlahan-lahan, Elvira duduk berlutut di antara kaki Rizky.
Sambil memegang alat kelamin Rizky yang tersembunyi di balik celana, Elvira berkata, “Mau servis yang ini, hehe.”
Rizky gemetaran menerima rangsangan tiba-tiba itu. Kepalanya menoleh ke arah Alya. Lebih terkejut lagi saat melihat Alya tersenyum nakal. “Aaa. Apa kau mau lakukan, Elvira?”
“Sederhana aja. Biar kami hisap konek kamu. Itu aja,” jawab Elvira.
“Sederhana?! Kamu gila, ya??” balas Rizky gagap.
“Hmm, Rizky. Kamu ini gak tahu bersyukur, ya. Sampai mati hidup lagi pun, kamu gak akan dapat kesempatan kayak gini, tahu?”
Alya hanya memerhatikan Elvira dari samping. Menyaksikan bagaimana Elvira menggunakan kekuatannya sebagai wanita terhadap lelaki yang lemah. Kepalanya menggeleng perlahan melihat reaksi Rizky yang ketakutan.
“Tapi kalau kamu gak mau, kamu bisa keluar. Tapi ingat, sekali kamu melangkah keluar, kami berdua akan melapor ke mentor dan bilang kalau kami dicabul.” Matanya Elvira tajam memberi peringatan.
“Kamu pikir orang akan percaya kalau lelaki macam kamu dicabul perempuan lemah lembut macam aku? Hell no!” tambah Elvira lagi, mencoba menakut-nakuti Rizky.
Dalam beberapa detik, macam-macam visual bermain di pikiran Rizky. Apa nasibnya jika dilaporkan, pandangan orang sekeliling terhadapnya, harus berhenti kuliah, ditangkap polisi dan dipenjara.
Rizky tidak punya pilihan lain. Lagi pula, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Berlari minta tolong seperti banci? Atau nikmati saja surga dunia yang terbentang di depannya. Nafasnya ditarik dalam-dalam, dilepaskan perlahan-lahan. Matanya membalas tatapan Elvira.
“Oke, kalau ini yang kalian mau,” jawab Rizky nekad. Elvira tersenyum dan menoleh ke arah Alya. Kepalanya dianggukkan, memberi isyarat kepada Alya untuk mendekat.
“Oke Rizky. Kamu santai aja, oke? Biar kami pinjam sebentar konek kamu. Hehehe,” pujuk Elvira. Rizky hanya diam. Jantungnya berdegup kencang.
Elvira meminta Alya berlutut di sebelahnya. Alya hanya mengikuti. Perasaan gugupnya dikendalikan sebaik mungkin. Seakan tidak percaya rencana gila Elvira berjalan dengan lancar sejauh ini.
“Oke, Alya. Pertama-tama kamu harus berlutut di depan lelaki seperti ini. Pastikan lututmu nyaman. Kalau lantai keras, lapisi dengan bantal atau selimut. Biar gak kesemutan atau pegal,” ujar Elvira seperti seorang guru. Alya hanya mengangguk-angguk.
“Oke, kamu lihat aku dulu, ya?”
“O.. okkk, nis.”
Elvira membuka ikat pinggang Rizky dan kancing celana. Resleting ditarik perlahan. Lalu celana diturunkan hingga ke betis. Celana dalam Rizky tampak membonjol. Koneknya mulai mengeras. Ditambah lagi dengan usapan lembut Elvira yang membuat darah mengalir cepat ke konek.
Celana dalam ditarik ke bawah. Keluarlah konek separa tegang Rizky melambai-lambai ke arah dua gadis di depannya. Elvira menyambut sapaan konek itu dan meremas-remas manja.
Matanya memandang ke atas, bertemu dengan mata Rizky. “Saat kamu mau tegangkan konek, tatap mata dia dengan pandangan nakal,” kata Elvira kepada Alya lalu melanjutkan pekerjaannya.
Tangan Elvira melancap perlahan konek Rizky ke atas dan ke bawah. Kemudian tangannya meremas kantung telur sambil mengurut konek. Kedua-duanya dilakukan bersamaan, membuat Rizky tidak karuan. Koneknya kini sudah keras.
Wajah Elvira mendekat ke konek. Dia mencium ujung kepala berulang kali. Lalu menjilat pangkal konek ke atas hingga ke kepala. Jilatan diulang beberapa kali di bawah, di samping, dan di atas batang.
“Oke, sekarang kamu coba,” Elvira menyerahkan konek Rizky kepada Alya.
Dengan tangan gemetar, Alya menyambut konek itu. Tak pernah sebelumnya memegang batang orang lain selain Irwan. Elvira menggenggam tangan Alya dan menggerakkannya perlahan.
Alyancapkannya konek itu seperti yang dilakukan Elvira tadi. Alya mencoba membiasakan tangannya dengan batang tersebut. Cukup besar jika dibandingkan dengan Irwan. Ketika digenggam, kepala konek Rizky terkeluar sedikit dari genggaman. Berbeda dengan Irwan, jika digenggam benar-benar tidak terlihat.
“Kenapa Alya? Kamu ukur-ukur konek Rizky, ya? Haha.”
“Iya, nis. Lumayan panjang.”
“Aik. Punya Irwan lebih pendek?”
“Pendek sedikit.”
“Aduh. Kalau kamu mau tahu, pacarku punya lebih panjang dari ini, tahu? Hahaha.”
Rizky yang sedang menikmati tangan lembut dua gadis cantik itu tersadar dari lamunan.
Sial betul. Sudah main konekku, tapi bilang punya aku pendek pula.
Alya melanjutkan lancapan. Kali ini telur Rizky diremas juga.
“Iskkkk, pelan-pelan Alya. Sakit kamu pencet telurku!” jerit Rizky kesakitan.
“Err maaf.”
Alya melepaskan telur Rizky dan mulai mencium kepala merah yang mengembang itu. Lalu dijilat-jilat seperti yang dilakukan Elvira.
“Oke, kan? Hehe. Sekarang kamu lihat aku lagi,” kata Elvira yang kembali menggenggam konek Rizky.
Elvira memulai bab selanjutnya. Mulutnya dibuka sedikit lalu kepala konek dimasukkan perlahan dan dihisap keluar. Setelah beberapa kali, Elvira mulai menghisap lebih dalam. Hampir separuh batang Rizky masuk ke dalam mulutnya.
Elvira semakin bernafsu. Tapi dia mencoba menahan syahwatnya dan fokus pada sesi pengajaran Alya.
Jari Elvira melancap batang konek perlahan sambil mulutnya menghisap. Kadang genggamannya diputar-putar di sekitar batang. Setelah beberapa kali menghisap, Elvira menyerahkan batang kepada Alya.
“Oke, sekarang kamu. Tapi hati-hati ya. Jangan sampai kena gigi.”
“Gimana caranya biar gak kena gigi?”
“Buka mulut, jangan cuma buka bibir. Ngangain mulutmu.”
Alya meniru persis apa yang dilakukan Elvira. Seperti murid yang cerdas, Elvira memuji Alya karena cepat menangkap apa yang diajarkan. Alya merasa bangga dan semakin bersemangat. Dia menghisap lagi penis Rizky dengan penuh tekun.
Kali ini Alya sudah lebih terbiasa dengan batang penis itu. Sebelumnya, saat Irwan memintanya menghisap, Alya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seringkali Irwan marah karena kesakitan. Tapi dengan bimbingan Elvira, sekali coba saja sudah berhasil. Rizky sama sekali tidak merasa sakit terkena giginya.
Elvira kemudian mengambil alih tugas menghisap. Air liurnya hampir menetes melihat Alya menikmati penis itu dengan semangat. Setelah menghisap 2-3 kali, Elvira menyerahkannya kembali kepada Alya. Mereka bergantian menghisap. Ngocoks.com
Rizky sejak tadi sudah tersandar menikmati. Batang penisnya dihisap bergantian oleh dua gadis. Seorang gadis muslimah berjilbab lebar, seorang lagi gadis genit bertubuh seksi. Ahhh, nikmatnyaaaa~
Sungguh tak terduga, Alya kini menikmati batang penis seorang laki-laki dengan penuh semangat. Tidak lagi merasa canggung atau bingung harus melakukan apa. Alya menghisap penis Rizky seperti sudah lama belajar.
Melihat Rizky yang sudah tidak keruan, Elvira pun beralih ke pelajaran terakhir untuk hari itu. Elvira tidak berpikir untuk mengajarkan Alya tentang Deepthroat atau Rim Job. Cukup ajarkan dasar-dasarnya dulu. Mahirkan dasar, baru nanti bisa lanjut ke level berikutnya. Layaknya seorang guru, Elvira berpikir.
“Ok Alya. Sekarang aku mau kamu lancap penis ini sampai dia ejakulasi. Bisa?”
“Err, bisa kok. Aku coba. Kamu ajarin ya.”
“Kamu cukup goncang kuat-kuat batang ini. Sambil sesekali hisap kepalanya sambil dilancap.”
Alya pun menuruti perintah dan melancapkan penis Rizky dengan sungguh-sungguh. Kepala penis juga dihisap untuk menaikkan lagi gairah Rizky. Mata Rizky terpejam menikmati rangsangan hebat dari Alya. Punggungnya terangkat-angkat mengikuti ritme lancapan.
“Ahhhh, sedikit lagi Alya. Ahhh sedikit lagiiii,” Rizky mengerang kuat. Cairan sudah hampir mencapai puncaknya. Alya semakin cepat menggoncang penis Rizky.
“Fir, pegal, Vir,” keluh Alya.
“Sikit lagi Alya. Dia hampir sampai.”
“Ahhhh, aku mau ejakulasi!” teriak Rizky.
“Ok, kamu masukkan penis ke dalam mulut. Fahmin air maninya, jangan sampai tertelan. Simpan dalam mulut dulu.”
“AAAAAHHHH!!!” Semburan demi semburan dimuntahkan oleh Rizky. Alya memejamkan matanya. Keningnya berkerut menahan semburan air mani di dalam mulutnya. Tangannya sudah berhenti melancap. Elvira memintanya memerah batang penis itu sampai keluar semua air mani yang tersisa.
Penis dilepaskan. Alya cepat-cepat menutup mulutnya takut air mani tumpah mengenai jilbab dan bajunya. Dia memandang ke arah Elvira menunggu arahan berikutnya.
“Sekarang telan semua air mani itu,” perintah Elvira. Alya menggeleng cepat-cepat tanda tidak mau. Terasa jijik dengan rasa asin dan pahit cairan putih itu.
“Ish kamu ini. Rugi kalau dibuang. Telan aja,” bujuk Elvira. Sedikit-sedikit Alya mencoba menelan, namun tidak mampu. Kasihan melihat reaksi Alya, Elvira lalu mencium bibir Alya dan mengorek mulutnya dengan lidah. Elvira mengambil sebanyak mungkin air mani di dalam mulut Alya dan menelannya.
Rizky sekali lagi terkejut dengan tindakan Elvira. Bagaimana tidak, seorang gadis muslimah bercumbu dengan seorang gadis lainnya. Seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Padahal Rizky tidak tahu mereka sudah melakukan lebih dari itu.
Elvira pun melepaskan ciumannya dan menelan air mani yang cukup banyak dan pekat itu. Tidak seenak pertama kali dia menelan air mani Rizky.
“Ok Alya? Paham nggak?”
“Pahammmm. Hehe.”
Bersambung…