Dua hari setelah ustazah aminah mengobrol dengan ustazah lia, sore itu ustazah lia kembali izin dua hari dua malam. Kali ini izinnya dia berbohong akan pulang dulu ke rumah umi Purwanti. Padahal alasan sebenarnya adalah dirinya disewa oleh Pak Tanto, seorang pemilik perusahaan besar di Semarang. Kebetulan dia sedang ada acara di Yogya, maka sekalian pula dia menyewa akhwat itu untuk menemaninya.
Pak Tanto mengenal Ustazah Lia dari twitter. Dia menawarkan memberi bayaran yang sangat tinggi, tapi syaratnya Ustazah Lia harus kuat melayani dia dan tiga temannya selama sehari semalam. Semula ustazah lia sedikit berpikir-pikir dulu, dia belum pernah melayani banyak lelaki sekaligus, akan tetapi setelah melihat beberapa video gangbang yang didownloadnya, dia kemudian memutuskan untuk menerima tawaran itu.
“Hitung-hitung pengalaman baru,” pikirnya. “Toh si perempuan di video juga Nampak menikmati banget, lagian bayaran yang ditawarkan terlalu menggiurkan untuk ditolak.”
Sore itu ustazah lia memakai gamisnya yang berwarna cokelat cerah, dikombinasikan dengan kerudung warna abu-abu. Tubuhnya yang mungil terlihat selaras membawa tas kecil sederhana. Setelah izin, dia pun melangkah keluar dari gerbang asrama syahamah.
“Ukhti?” baru sepuluh meteran dia keluar, terdengar suara motor berhenti di belakangnya dan suara sapaan.
Dia berhenti dan menoleh. Ternyata Alif.
“Mau ke mana ukhti?” Alif bertanya sambil tersenyum.
“Mau ke parkiran kampus, Lif,” Ustazah Lia menjawab. Dia balas tersenyum.
“Ayo, sekalian, Alif juga searah.”
“Serius nih? Gak merepotkan?”
“Enggak kok ukhti,” Jawab Alif sambil mengedipkan matanya.
Tanpa banyak berkata, Ustazah Lia langsung naik ke belakang Alif. Memang jarak antara parkiran kampus dengan asrama syahamah tidak jauh, akan tetapi lumayan juga jika ditempuh dengan jalan kaki. Sambil menjalankan motornya, tangan Alif sedikit iseng meraba paha ustazah Lia tanpa kentara.
“Husshhhh, tangannya nakal,” ustazah lia berkomentar. Tapi dia tidak mencegah tangan Alif.
“Ukhti…” Alif berkata dengan nada bertanya.
“Ya?”
“Ukhti gak pakai celana dalam?” Alif menoleh sedikit ke belakang, kemudian kembali fokus mengendarai motornya.
Ustazah Lia tidak menjawab. Tangannya perlahan digerakkan ke depan seperti akan berpegang pada pinggang Alif, tapi tangan itu tak berhenti di sana, terus maju dan… ceritasex.site
“Ikhhh,” Alif sedikit mengejang. Dirasakannnya tangan ustazah lia meremas kontolnya pelan.
“Ana juga tidak pakai kutang,” bisik Ustazah Lia di telinga Alif. Alif menyumpah-nyumpah dalam hatinya mendengar kebinalan ustazah lia. Sudah dua malam dia tidak menyentuh sang ustazah, terus terang dia kangen pada payudara kenyal sang ustazah bertubuh mungil itu.
“Ukhti nanti malam pulang kan?” Bisik Alif.
“Enggak, kenapa? Mau minta jatah?” Ustazah Lia semakin binal.
“Iya ukh….ahhh!” Tubuh Alif kembali mengejang ketika dirasakannya tangan ustazah lia kembali meremas penisnya yang perlahan mulai tegak di balik celananya. Ada orang di pinggir jalan yang menoleh mendengar jeritannya yang terlepas tanpa sengaja.
“Ukhti jangan nakal, tuh orang pada lihat.” Bisik Alif.
“Hihi, salah antum sendiri yang duluan nakal. Ngomong-ngomong antum mau ke mana?”
“Ini ada urusan mau ke rumah umi lilik, ukhti.”
“Kok sore-sore gini?”
“Iya dong,” jawab Alif. Dibelokkannya sepeda motornya ke parkiran kampus.
“Makasih ya Lif,” ustazah Lia berkata setelah dia turun dari sepeda motor.
Alif menyodorkan pipinya. “Sun dulu dong.”
“Hushhh,” ustazah lia menjawab pelan sambil sedikit menoleh ke sekitar. Parkiran kampus sore itu lumayan ramai. “Jangan nakal,” desisnya.
“Iya, ukhti,” jawab Alif. Matanya liar menatap busungan sekal di dada ustazah lia. Ah, menggairahkan sekali. “Kabar-kabar ya kalau ukhti sudah pulang.”
Ustazah Lia celingukan menoleh sekitar, kemudian sembunyi-sembunyi supaya tak ada yang melihat, disingkapkannya sedikit kerudungnnya di bagian dada, lalu kancing gamisnya dibuka tiga, mata Alif makin liar menatap busungan itu yang nampak separuh, lalu puting itu yang mencuat….
Saat Alif hendak turun dari motornya, ustazah lia menutupkan kembali kerudungnya, lalu dia berjalan menjauh sambil menjulurkan lidahnya menggoda. “Weekk, makasih ya Lif.”
Alif menyumpah-nyumpah di dalam hatinya menyadari dirinya dipermainkan sang ustazah alim tapi binal itu. “Awas kalau kau sudah balik asrama, kugenjot semalaman sampai bilang ampun.” Desisnya sambil memajukan kembali sepeda motornya menjauh dan keluar dari parkiran kampus itu.
*****
Jam enam malam lebih seperempat, mobil yang membawa ustazah Lia berhenti di sebuah villa mewah di Kaliurang. Kaliurang jam segitu hawa sudah terasa sangat dingin. Sekitar berkabut. Memang daerah kaliurang terkenal dengan cuaca dinginnya, maklum terletak di lereng gunung merapi.
“Mari, ustazah, sebelah sini,” seorang pesuruh yang tadi juga menyertai ustazah lia di mobil kemudian mendahului berjalan ke arah pintu. Ustazah lia melangkah mengikuti sambil tak henti mengedarkan pandangannya ke sekitar. Halaman villa itu lumayan luas, lengkap dengan gazebo dan juga kolam renang. Taman yang dipenuhi bunga, dan rumput segar serta palem yang tersinari lampu redup. Suasananya sangat romantis.
Masuk ke villa itu, ustazah lia langsung diarahkan ke salah satu ruang yang lumayan besar. sepertinya itu ruang berbincang-bincang. Ada meja bar kecil lengkap dengan raknya yang dipenuhi beberapa botol minuman, lalu ada sofa mewah berwarna hitam yang nampak sangat empuk. Di sana ada empat orang laki-laki seumuran ustaz karim sudah duduk menunggu. Merekalah sepertinya pelanggannya kali ini.
Ustazah Lia langsung duduk di sofa yang kosong. Salah satu dari laki-laki itu tersenyum dan menyodorkan tangannya ke ustazah lia, “saya Tanto, ukhti.”
Ustazah lia menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum. Pak Tanto bertubuh agak gemuk pendek, wajahnya nampak ramah dan murah senyum. Kemudian berurutan pak Tanto mengenalkan tiga orang lelaki yang bersamanya.
Lelaki yang bertubuh tinggi besar dan wajahnya nampak tegas itu namanya Pak Sakir. Sementara yang sama gemuknya dengan pak tanto tapi lebih tinggi namanya Pak Karto, laki-laki yang satu lagi yang bertubuh langsing tinggi adalah pak Sahid, dia yang paling ganteng di antara mereka berempat dan nampaknya dia juga yang paling muda.
“Gimana perjalanannya Ukhti?” Pak Tanto membuka kembali pembicaraan setelah mereka selesai berkenalan. Di ruangan itu kini hanya ada mereka berlima. Meski demikian, di luar ruangan itu ada dua orang anak buah Pak Tanto yang berjaga. Pak Tanto memang adalah tuan rumah, ketiga orang itu adalah tamunya sekaligus sahabatnya.
“Sangat mengesankan pak, ana sangat nyaman seolah tak terasa,” ustazah lia tersenyum manis. Tangannya membetulkan letak kerudungnya. Dadanya berdesir membayangkan nanti tubuh mungilnya didekap oleh keempat laki-laki itu. dia merasa tertantang.
“Syukurlah kalau ukhti nyaman,” jawab pak Tanto. “Ayo minum-mnum dulu,” dia kemudian mendahului bangkit dan mengambil satu botol dari rak. Diambilnya sloki dan langsung dituangkannya mengisi setengah sloki itu. lalu dia mengambil empat sloki lagi dan melakukan hal yang sama. Ketiga laki-laki yang lain pun bangkit, sementara ustazah lia yang akan ikut bangkit tak jadi ketika dilihatnya pak tanto menghampirinya. Diterimanya sodoran satu sloki dari pak tanto, sementara pak tanto langsung duduk di sampingnya, merapatkan tubuhnya, tangannya yang satu melingkar ke belakang tubuh ustazah lia dan memeluk bahunya.
“Ustazah cantik sekali, dan mungil,” bisik pak tanto. Lalu, cuppppp, diciumnya pipi ustazah lia.
“Ah, bapak ini,” jawab ustazah lia, matanya mengerling, dia tersenyum sementara tubuhnya sedikit bergerak, membuat gayanya terlihat sangat menggoda di mata pak tanto.
“Serius, ukhti, berkerudung lebar pula, menggairahkan,” pak tanto menyambung, tangannya meremas-remas bahu ustazah lia.
“Hei hei, Tanto, kau gak sabaran banget,” Pak Sakir menyambung. Dia duduk di sebelah kanan ustazah lia. Maka kini tubuh ustazah lia diapit oleh dua laki-laki itu. sementara Pak Karto duduk di seberang mereka, dia tak berkata apa-apa, mulutnya langsung mencicipi isi slokinya. “Enak sekali,” desisnya, “Kau benar-benar tahu caranya berpesta, Tanto.” Suaranya terdengar berat. Dikendorkannnya dasinya. Pak Sahid sementara itu yang paling tenang. Dia duduk di sofa sambil mengamati ketiga rekannya. Mulutnya menyunggingkan senyum.
Tangan Pak Sakir menjawil dagu ustazah lia, sementara pak Tanto mlepaskan tangannya yang tadi merangkul, kemudian mengambil tas kecil ustazah lia dan meletakkannya di meja. Pak Sakir menuangkan isi sloki ke mulutnya, tangannya masih memegang dagu ustazah lia, lalu dia mendekatkan mulutnya yang kembung dengan minuman di mulutnya, dengan sedikit kasar dibukanya mulut ustazah lia, dan disodorkannya mulutnya mendekat.
Glgk glgk glgk, ustazah lia merasakan isi sloki itu berpindah dari mulut pak Karto saat mulut itu memaku erat mulutnya. Dia langsung menelannya. Cairan itu terasa hangat di tenggorokannya. Tak berhenti sampai di situ, pak Sakir langsung melumat bibir seksi ustazah lia dengan ganas. “Kau menggairahkan sekali ustazah mungil.” Desisnya kemudian sebelum dia kembali melumat bibir itu.
“Mmmmm mmmm,” ustazah lia mengeluarkan desahan pelan diperlakukan seperti itu. dari sudut matanya dilihatnya pak Tanto berdiri di sampingnya, mencopot jasnya, mengendorkan dasinya, kemudian meraih satu tangan ustazah lia yang tak memegang sloki. Dihisap-hisapnya jemari lentik ustazah lia sambil bersimpuh di lantai.
“Kau wangi sekali ukhtiku,” Pak Sakir nampaknya yang paling beringas di antara mereka berempat. Tangannya mulai liar menggerayangi tubuh ustazah lia dari balik gamisnya. Tubuh itu meliuk-liuk merasakan rangsangan yang ditimbulkan gerayangan pak karto. Dirasakannya juga rasa hangat di perutnya akibat minuman tadi.
Tahu bahwa dirinya malam itu harus memberikan servis yang memuaskan, satu tangan ustazah lia kemudian menenggak slokinya, tapi dia tidak menghabiskannya. Ditariknya tangan yang sedang dihisap-hisap pak Tanto dan digerakkannnya memberi kode, pak tanto kemudian tahu kode sang ustazah. Dia menyodorkan mulutnya yang langsung disambut ustazah lia. Ustazah lia menyungkup mulut pak tanto sambil mengalirkan minuman itu dari mulutnya. Sementara pak sakir makin liar meremas-remas dada sekal sang ustazah dan mengusap-usap perutnya dari balik gamis. Tangannya mengambil sloki dari tangan ustazah lia dan melemparkannya ke lantai.
Prangg, bunyi itu sedikit mengagetkan ustazah lia, tapi melihat keempat laki-laki itu tidak terpengaruh, dia pun cuek. Diteruskannya lumatan di bibir pak tanto, sesekali dia mendesah, “Ahhhhh ahhh,” merasakan gerayangan tangan pak sakir yang tampaknya tak ada puas-puasnya.
Pak Karto bangkit dari sofa. Dicopotnya jasnya, baju, dan celananya hingga kini dia hanya mengenakan singlet dan celana kolor. Nampak benda menonjol membayang di selangkangannya. Kepalang tanggung, dicopotnya juga sekalian kolornya menampakkan penisnya yang sudah tegang. Setelah itu, dihampirinya tiga orang yang sedang bercumbu itu. tangannya meraih tangan ustazah lia yang bebas, diarahkannya ke penisnya, dikocokkannya pelan sampai kemudian ustazah lia pun mengocok penis itu dengan lembut.
“Euuuhhh,” Pak Karto mendesis penuh kenikmatan merasakan lembutnya tangan ustazah alim berkerudung lebar itu. sementara pak tanto masih asyik menjulur-julurkan lidahnya ke rongga mulut ustazah lia yang dibalas dengan ganas oleh ustazah itu. tangan ustazah lia yang satu meraih ke samping ke arah pak Sakir, digenggamnya bagian kemeja di bawah kerah pak sakir dan dengan gerakan kuat ditariknya ke bawah.
Krrrttkkkkkk, kemeja pak sakir terbuka lebar saat kancing-kancing putus berhamburan akibat tarikan ustazah lia. “Anjing, aku suka cewek alim kayak gini, hahaha,” pak sakir memaki sambil menghentikan sebentar cumbuannnya. Dicopotnya sekalian kemejanya itu lengkap. Tubuhnya nampak tegap berisi. Setelah itu diangkatnya tubuh ustazah lia.
“Awww!” ustazah lia memekik. Lalu dirasakannya tubuhnya menimpa tubuh pak sakir. Kini posisinya dipangku oleh pak sakir di atas sofa. Tangan kekar pak sakir meremas-remas payudaranya dari belakang. Pak Tanto sementara itu duduk dengan posisi menyamping di samping kirinya, sementara pak Karto dalam posisi yang sama tapi di samping kanannya.
Tangan Pak Tanto kembali meraih kepala ustazah lia supaya menoleh ke arahnya. Dia nampak sangat terobsesi dengan bibir seksi ustazah lia. Dilumatnya kembali bibir itu sampai menimbulkan suara berkecipak, sementara pak Karto punya kesibukan lain. Tangannya meraih tangan ustazah lia untuk kembali mengocok penisnya yang nampak tegang memerah.
Ustazah lia merasakan rangsangan dari tiga arah itu sangat menggairahkannya. Tubuhnya tak henti bergerak ke kiri kanan menahan rangsangan tangan pak sakir. Tangannya yang satu mengocok kontol pak karto sementara tangannya yang satu lagi mengelus-elus leher pak tanto yang mulai berkeringat.
Lalu dirasakannya sentuhan di kakinya. Dia menoleh sedikit. Ternyata pak Sahid. Sambil tersenyum jahil pak sahid mengelus-elus kaki ustazah lia sampai sang ustazah merasa tak tahan dan menggerak-gerakkan kaki itu. pak sahid terus melakukannya dan ustazah lia merasakan perutnya berdesir-desir tak tahan.
“Ah!” ustazah lia memekik, mulutnya lepas dari mulut pak tanto saat dirasakannya benda yang basah hangat menyusuri pahanya terus ke atas. Kepala pak sahid ternyata menelusup di dalam gamisnya, mengangkangkan kakinya, lalu kepala itu bermukim dengan tenang di selangkangannya. “Ahhh ahhhh,” kepalanya bergerak gerak ke kiri ke kanan ketika dirasakannya lidah pak sahid menjilat-jilat memeknya.
Pak Sakir tak mau kalah. Dibukanya tiga kancing gamis teratas ustazah lia, lalu dikeluarkan dua tonjolan sekal membusung di dada ustazah lia. Diremas-remasnya buah dada sang ustazah dengan gemas. “Aghh aghhhh, terus ahhhh, auhhhh,” ustazah lia hanya bisa merintih-rintih.
Pak tanto yang melihat tak ada ruang bagi dia kemudian memilih memenuhi slokinya kembali. Baru kemudian disingkirkannya satu tangan pak sakir dan dibasahinya satu buah dada ustazah lia. Tubuh ustazah lia bergetar merasakan siraman itu. “Agh agh aghhhhhhhhhhh,” satu tangannya yang bebas menekan erat kepala pak tanto di dadanya. “hhhh HHHH hhh,” pak tanto dengan bernafsu melumat dan menghisap-hisap buah dada ustazah mungil itu, sementara buah dada yang satunya masih diremas-remas tangan kekar pak sakir. Kocokan tangan ustazah lia di penis pak karto semakin keras dan cepat sampai pak karto meringis-ringis menahan kenikmatan.
Dikocok seperti itu, pak karto tak tahan. Dengan penis mengacung dia duduk di sofa. Diraihnya tubuh ustazah lia dari pangkuan pak sakir dan ganti dipangkunya tubuh mungil itu. Pak Sakir tertawa. “Kau mau giliran pertama Kar?”
“Tak tahan aku, hh hhh, ustazah binal ini menggairahkan sekali.” Sahut pak Karto. Digerayanginya sekujur tubuh ustazah lia dengan kasar sampai ustazah lia menggeliat-geliat tak tahan. Ketiga temannya tertawa. Ustazah lia meronta membebaskan diri, pak karto hendak bangkit tapi ustazah lia berbalik dan mendorong tubuh pak karto tetap di sofa. Dia bersimpuh di lantai dan sluppppppp, disepongnya kontol pak karto dengan liar.
“Ughhh, terus lonteee, ughhhhh, hangat sekaliii,” pak karto merem melek merasakan kuluman dan hisapan mulut ustazah lia di kontolnya. Tangannya meraih kepala ustazah lia yang tertutupi kerudung, mengelus-elusnya pelan seirama gerakan kepala itu maju mundur menikmati kontolnya.
Melihat posisi ustazah lia seperti itu, pak tanto tak tahan, dia mengambil posisi di belakang ustazah lia, disingkapnya gamis ustazah lia yang ngelumbruk ke lantai. Pantat ustazah lia kini terbuka bebas. Ditepuk tepuknya pantat itu sampai tubuh ustazah lia sediki bergerak maju. Erangannya tertahan oleh kontol pak karto yang memenuhi mulutnya
“Ahh!” kontol itu terlepas dari mulut ustazah lia saat penis pak tanto yang sudah tegang menyelinap di belahan selangkangannya dari belakang. Kepala penis itu menyentuh-nyentuh belahan memek ustazah lia yang basah karena jilatan pak sahid tadi, mencari posisi yang tepat untuk menujah. Pak karto meraih kembali kepala ustazah lia dan menariknya untuk mengulum kembali kontolnya.
“HmmHmmmmhhhhhmmmmm,” di sela kulumannya ustazah lia mengeluarkan erangan tak jelas saat penis pak tanto mulai membelah memeknya. Punggung ustazah lia melenting merasakan benda kenyal yang kini terus maju menembus memeknya yang hangat.
“Uhhh,” pak tanto melenguh merasakan betapa sempitnya memek ustazah bergamis dan berkerudung lebar itu. dipajukannya tubuhnya membuat tubuh ustazah lia juga terdorong maju, tapi ditahan oleh tubuh pak karto. Penis pak karto mulai bergerak masuk keluar sementara tangan pak karto mencengkram pinggang ustazah lia erat-erat
“Hhhh hhhh hhh,” pak tanto mendesah-desah nikmat, dinding vagina ustazah lia terasa sangat hangat bergesekan dengan kulit penisnya. Sementara itu sambil merem melek ustazah lia mengulum dan menghisap penis pak karto kian liar membuat tubuh pak karto berkelojotan menahan keliaran mulut sang ustazah.
Setelah beberapa saat menonton kedua kawannya seperti itu, pak sakir ikut tak tahan. Dikangkangkannya kakinya di atas punggung ustazah lia. Lalu dipukul-pukulkannya penisnya yang hitam panjang di alur punggung ustazah lia membuat ustazah lia makin melentingkan tubuhnya. Setelah itu dengan perlahan pak sakir memaju mundurkan penisnya menggosok alur punggun ustazah lia dari balik gamisnya.
Pak sahid tak mau kalah. Dia berbaring menelentang dan memposisikan kepalanya tepat di bawah payudara ustazah lia. Disentil-sentilnya puting susu ustazah lia membuat ustazah lia bergerak ke kiri dan ke kanan tanpa guna sebab tertahan oleh kedua kaki pak sakir. Lalu slupppppppppp, dicaploknya payudara ustazah lia membuat sang ustazah merasa dirinya hampir gila dirangsang dari semua arah.
Ustazah lia melampiaskan gairahnya dengan menghisap-hisap penis pak karto kuat-kuat. Beruntung pak karto terhitung jago ngentot sehingga dia tak langsung orgasme meski dirasakannya hisapan itu sangat nikmat. Pak tanto masih mendesah-desah sambil menusukkan penisnya keluar masuk memek ustazah lia yang kian basah oleh cairan kewanitaannya. Di atas punggung ustzah lia, pak sakir mengusap-usap leher sang ustazah dari balik kerudungnya, sementara kontolnya masih menggesek-gesek alur punggun ustazah lia.
“Hmmmmm mmmm hhhhmmmm,” ustazah lia menggeram-geram ketika dirasakannya rasa gatal di memeknya kian menjadi. Tangannya menggapai-gapai yang satu ke bawah mengangkat kepala pak sahid supaya menghisap puting susunya lebih kuat, sementara tangannya yang satu menahan tubuhnya yang mulai bergetar.
Ploppp, kontol pak karto lepas dari mulutnya, kepalanya mendongak, mata ustazah lia terpejam. Pak sakir yang paham bahwa sang ustazah hampir mencapai puncak kenikmatan kemudian menarik kerudungnya membuat kepala sang ustazah kian mendongak. Cuhhh, pak karto mludahi mulut ustazah lia yang terbuka, ludah itu langsung mengalir ke tenggorokan ustazah lia membuatnya hampir tersedak. Segala syaraf di tubuhnya terasa berdenyar bersiap menuju puncak kenikmatan. Di belakangnya, pak tanto juga kian gencar menusuk memeknya dalam posisi doggy ketika dirasakannya empotan empotan vagina sang ustazah kian mengerap.
“Auhh uhhh uh ah uuhhhhhhh uuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhh,” ustazah lia meraung, tubuhnya bergetar hebat saat dirinya orgasme. Pak sahid menahan tubuh ustazah lia kuat-kuat dari bawah supaya tidak ambruk, sementara pak tanto menujahkan penisnya kuat-kuat, dirasakannya cairan orgasme ustazah lia membasahi penisnya, hangat, digenggamnya pinggang sang ustazah kuat-kuat, ditepuknya pantat bulat itu dengan penuh gairah.
Ustazah lia menundukkan kepalanya setelah orgasmenya berlalu. Nafasnya terengah engah sementara dari sudut bibirnya air liur meleleh keluar. Ploppp, “Nghhhh,” kepala ustazah lia kembali mendongak merasakan sisa orgasme menyerangnya saat pak tanto mencabut penisnya yang kini basah dari memek ustazah lia.
Pak sakir menarik kerudung ustazah lia menarik tubuh itu berdiri. “hhhmmmmm,” ustazah lia mengerang saat tubuh mungilnya didekap pak sakir kuat-kuat sementara bibirnya dilumat dengan kasar. Dimainkannya lidahnya di rongga mulut pak sakir sementara dengan gemas pak sakir menghisap-hisap bibir bawahnya yang seksi. Dari memek ustazah lia keluar cairan kental kewanitaannya sisa orgasme tadi. Pak sahid yang melihat itu langsung menjilatinya dengan penuh gairah, sementara pak tanto masih dengan penis mengacung pergi ke meja bar dan mengambil bungkusan.
“Ukhti, pakai ini, ganti gamisnya.”
Ustazah lia melepaskan pelukan pak sakir. Diraihnya bungkusan itu. ternyata isinya lingerie hitam menerawang. Dia tertawa, diraihnya sloki yang disodorkan pak karto dan diminumnya, kemudian dibukanya kancing gamisnya dan dicopotnya sampai dia bugil.
Keempat lelaki itu menatap pemandangan eksotis ustazah alim yang kini bugil dan hanya memakai kerudung lebar sepinggang. Dengan gaya menggoda ustazah lia memakai lingerie itu, melenggak lenggok membuat keempat lelaki itu menelan ludah. Pak karto yang pertama tanggap. Ditariknya tubuh ustazah lia ke sofa dengan posisi menelungkup, disambut oleh tubuh pak karto yang menelentang. Penis pak karto yang masih tegang setelah tadi disepong ustazah lia kemudian langsung diarahkan ke memek ustazah lia.
“Memekmu peret sekali ustazahhh,” bisik pak karto saat penisnya mulai menembus memek ustazah lia yang basah karena cairan orgasmenya tadi. Ustazah lia tak menjawab, dia sedikit meringis merasakan penis pak karto yang terasa lebih besar dari penis pak tanto.
“Slapp slappp slappp,” bunyi kocokan penis pak karto di memek ustazah lia terdengar seiring gerakan ustazah lia yang menarik turunkan tubuhnya. Ustazah lia menoleh ke belakang saat dirasakannya benda hangat basah menjilati anusnya.
“Ppp pakkk,” desahnya melihat pak tanto menjulurkan lidahnya di sana. “Kottorrr pakkk, jang ahhhhhh,” dia melenguh merasakan kenikmatan saat jemari pak tanto menyentuh-nyentuh lubang tempat keluarnya kotoran itu.
“Hahaha, tampaknya masih perawan ya ndukk?” sahut pak tanto. Dikocok-kocoknya kontolnya yang basah oleh cairan vagina ustazah lia. Lalu diludahinya anus ustazah lia, “cuhhh cuhhh,”
“Pak, jangan pakkk, ahhh, jangann,” ustazah lia dipeluk erat oleh pak karto, sementara itu matanya membeliak merasakan ujung penis pak tanto menyentuh anusnya, pak tanto mendorong tubuhnya. Tubuh ustazah lia bergetar, dahinya sedikit mengernyit merasakan benda asing menusuk anusnya. Ada rasa nyeri sedikit.
“Ahhhhhh!” dia menjerit keras, tubuhnya ambruk di tubuh pak karto saat pak tanto mendorong tubuhnya keras-keras ke depan membuat anusnya serasa terbelah.
“Hehehe, nanti juga nikmat ndukkk,” pak tanto mengekeh sambil mulai mendorong penisnya keluar masuk di anus ustazah lia. Pada saat yang sama pak karto juga mulai mendorong tubuhnya dari bawah, membuat penisnya kembali bergerak maju di memek ustazah lia.
Untuk sejenak ustazah lia memejamkan matanya merasakan dua penis yang kini menujah dua lubang dalam tubuhnya. Diakuinya ucapan pak tanto benar. Rasa sakit tadi kini tergantikan oleh kenikmatan yang berangsur-angsur membuat tubuhnya kembaii segar. Maka dia kini mulai mengikuti tempo tusukan kedua laki-laki itu dengan menggerakkan pinggulnya membuat penis pak karto makin dalam menusuk memeknya.
“Uhh uhhh, aku ustazahh, uhhhh,” mulutnya mendesah-desah merasakan kenikmatan itu.
“Iya ukhti, kamu ustazahku lonte,” sahut pak karto, tangannya mengelus-elus pipi ustazah lia. Ustazah lia meraih jemari itu dengan mulutnya dan mengulumnya dengan gaya menggoda. Pak tanto mengusap-usap punggung ustazah lia yang tertutupi lingerie, dirapihkannya kerudung ustazah lia yang kusut karena gerakan ketiganya. Betapa bergairahnya dirinya merasakan kenikmatan menyetubuhi ustazah yang kini hanya mengenakan kerudung lebar dan lingerie, threesome pula!
Seolah sepakat, pak sakir dan pak sahid masing-masing duduk di kanan kiri ustazah lia. Kontol keduanya sudah tegang maksimal, dikocok-kocok dengan tangan mereka sendiri. Paham dengan maksud mereka, pak karto lalu menahan tubuh ustazah lia dengan menangkupkan kedua tangannya di kedua payudara sekal ustazah lia. Ustazah lia yang juga maklum kemudian mempercayakan tubuhnya ditahan pak karto, kedua tangannya masing-masing menggapai kontol pak sakir dan pak sahid dan mulai mengocoknya.
Suara desahan dan rintihan memenuhi ruangan itu saat kelimat orang itu dipacu birahi. Sesekali dengan nakal tangan pak sakir mengelus-elus pinggang ustazah lia dari balik lingerinya, sementara pak tanto menarik-narik kerudung ustazah lia dari belakang seperti menarik tali kekang kuda. Pak karto tak kalah nakalnya, tangannya meremas-remas payudara ustazah lia sekaligus menahan tubuh mungil sang ustazah.
Diperlakukan seperti itu tentu saja ustazah lia kalang kabut. Tubuhnya terkunci rapat oleh keempatnya. Maka yang bisa dilakukannya hanya merintih-rintih sambil mempercepat kocokannya kedua tangannya di penis pak sakir dan pak sahid, goyangan pantatnya juga semakin gencar mengikuti irama tusukan di lubang kenikmatannya.
Plakkkk plakkk, pak karto melepaskan satu tangannya dan menampar lembut pipi ustazah lia kemudian kembali menahan tubuh itu. “ustazah Lonte, memekmu enak sekali, hhhh,”
“Memekku enakkkkhh?” ustazah lia menjawab setengah mendesah. Dijulurkannya lidahnya. Air liurnya menetes di dada pak karto.
“Enak sekali ustazah, peret kaya perawan.”
“Hihihi, memek ustazah ahhhhh, kontol kaliannn ahhhh,” ustazah lia mulai meracau. Setelah orgasme tadi tubuhnya memang lebih sensitif, belum lagi ketika dirasakannya rangsangan di semua spot tubuhnya tanpa henti. Dilenting-lentingkannya tubuhnya merasakan remasan tangan kasar pak karto di dadanya. Sesekali jemari pak karto dengan nakal menjepit putingnya membuat mulutnya membuka tercungap-cungap merasakan kenikmatan syahwat yang menggila.
“Ukhti lonteee,” pak tanto mendengus sambil terus menusuk anus. “Lubangmu nikmatt,,gak mirip lonte lainn,” srakk srakkk plokkkkkk, bunyi sentuhan selangkangannya dengan pantat sang ustazah terdengar menggema di ruangan itu. tubuh mungil ustazah lia nampak sangat seksi, berbalut lingerie dan kerudung lebar, terjepit empat lelaki. Sementara di samping, pak sakir dan pak sahid hanya bisa merem melek merasakan kocokan tangan ustazah lia yang kian tak beraturan. Tangan mungil yang lembut dan terawat. Tangan ustazah yang alim.
“Iya donggg pakk, ukhhh, ana kan ukhti alimmm,” rintih ustazah lia, matanya memejam. Mulutnya tak henti mendesah. Rasanya kenikmatan ini tak ada habis-habisnya bagi dirinya. Pengalaman pertamanya melayani empat laki-laki bersamaan juga membuat hatinya berdebar-debar seperti malam pertama.
“Akhhh, terus pak, terussss,” ustazah lia mengerang-erang saat dirasakannya kontol pak karto hampir mentok di memeknya, mengunci selangkangannya yang terus didorong maju oleh tujahan pak tanto di anusnya. “terussssss,” bisiknya makin pelan.
“Iya ukhti, hhhhhhhh,” pak karto mendengus, kini dilepaskannya topangan tangannya di dada ustazah lia, dipeluknya erat tubuh ustazah itu. bibirnya melumat ganas bibir sang ustazah. Lidah ustazah lia mulai menari-nari mencari jalan menuju ke mulut pak karto. Sementara kedua tangannya masih mengocok penis pak sahid dan pak sakir. Lingerinya sudah mulai basah kembali oleh keringat.
Bunyi nafas tertahan ustazah lia terdengar pula setiap kali pak tanto menghentakkan tubuhnya. Memek ustazah lia masih diganjal penuh oleh penis pak karto. “ungghhhhhhh,” tubuh ustazah lia menggeliat geliat saat tangan pak tanto menggusap-usap punggunya lembut. “Ahhh, ana mau kelu..arrr…ahhh,…kontollll,” ucapan ustazah lia mulai tak terkontrol. Syahwatnya mulai menguasai pikiran. Digoyang-goyangnya pantatnya seolah mengharapkan pak tanto menujah anusnya lebih kuat.
Pak tanto surti. Dikabulkannya keinginan ustazah lia. Plokkk plokk plokkk, dia makin gencar mengocok lubang kenikmatan ustazah lia. Ustazah lia akan mendongakkan kepalanya saat kenikmatan orgasme kembali menerpanya, tapi pak karto mendekap kuat-kuat tubuhnya dan melumat bibirnya.
“Nnghh!” hanya itu yang sempat keluar dari mulut ustazah lia. Tubuhnya bergetar hebat. Pak tanto mendiamkan tubuhnya dan memegang pinggang ustazah lia. Kocokan tangan ustazah lia di tubuh pak sahid dan pak sakir terlepas. Kedua tangannya kini menggapai gapai liar, pantatnya bergoncang hebat.
“Huh huhhh huhhhhh,” dengan nafas terengah engah ustazah lia mendengus-dengus saat bibirnya terlepas dari bibir pak karto. Pak tanto tersenyum kemudian menepuk pantat ustazah lia sambil mencabut kontolnya. Pak karto mendorong tubuh ustazah lia sambil meremas payudaranya.
Ploppp, seiring tubuh ustazah lia yang berdiri, kontol pak karto pun lepas dari memeknya. Dengan liar ustazah lia menatap ke penis pak sakir yang hitam panjang. Dia meraih kontol itu dengan mulutnya dan menghisap-hisapnya seperti gemar sampai pak sakir memaki-maki penuh kenikmatan. “Anjing, lonte, ukhti, anjinggg, ahhh, ukhti binal, ukhti syahwatttt!”
“Hrhhh hrrrhhhh,” hanya jawaban itu yang keluar dari mulut ustazah lia. Birahinya seperti tak habis-habisnya. Dari memeknya cairan kewanitaan dari orgasme keduanya meleleh keluar. Pak tanto menyapu cairan itu dengan jemarinya membuat tubuh ustazah lia menggelinjang.
Pak tanto yang nampaknya sudah punya ide lain kemudian menarik tubuh ustazah lia dan menyodorkan bingkisan baru. “Ustazah, stop dulu, istirahat sebentar, ustazah ganti pake ini.”
Ustazah Lia menurut. Dilepaskannya kontol pak sakir dari mulutnya. Nampak hitam mengkilap terkena air liurnya. “Mukena?” ustazah lia menatap seolah tak percaya. Di tangannya kini tergenggam mukena putih bersih berbahan sutera. Mukena dua potong atas bawah, bukan mukena terusan.
“Iya ukhti, sama pakai ini,” pak tanto menyodorkan kacamata berbingkai hitam. “Kami ingin lihat ukhti menari dulu, sama pidato. Kan ukhti ustazah, pasti bisa pidato.” Sambung pak tanto.
Keempat pria itu lalu duduk di sofa, berdampingan. Ustazah lia mencopot lingerinya yang sudah basah dan melemparkannya ke arah pak sakir. Pak sakir mencium-cium lingerie itu penuh nafsu. Keringat ustazah lia baginya terasa menggairahkan, sama menggairahkannya dengan tubuh mungil itu. demikian juga kerudungnya dicopot.
Setelah mengenakan mukena putih lengkap, ustazah lia kemudian duduk di seberang keempat lelaki itu seperti seorang guru akan mengajari murid-muridnya. Bedanya murid-muridnya ini semuanya telanjang bulat dengan penis mengacung.
“Anak-anak,” suara ustazah lia memulai.
“Hahaha,” keempat pria itu tertawa tergelak-gelak. “Teruskan, teruskan, iya buuu.”
“Kalian harus belajar ngentot sejak dini….” ustazah lia menjulurkan lidahnya menjilati bibirnya dan menatap keempat pria itu.
“Ngentotttt,” teriak mereka berempat sambil mengocok-kocok kontol.
“Karena ngentot itu nikmat, ya enggak?” ustazah lia meremas payudaranya dengan gaya menggoda.
“Iya buuu, setujuu.” Pak sakir tak tahan, dicondongkannya tubuhnya ke depan, meremas payudara ustazah lia.
Ustazah lia menepis tangan itu. “Kamu! Jangan tidak sopan ya.”
“ustazah, contohin ngentottt,” bisik pak sakir sambil mendekap erat tubuh ustazah lia.
“Jangannn, jangan begini, nanti ustazah laporin ke kepala sekolah,” ustazah lia bergaya merengek seperti wanita yang menolak diperkosa. Gayanya yang menggoda seperti itu membuat pak sakir kian gemas. Dilumatnya bibir ustazah lia, “jang….ahhh,” ustazah lia balas melumat bibir pak sakir. Gairahnya kini kembali naik.
pak sakir menurunkan tubuhnya setelah puas, disingkapkannya mukena bagian bawah ustazah lia, Clupppp clupppp, dijilat-jilatnya memek ustazah lia yang lembab dan lengket oleh cairannya. “Ngghhh, anak nakalll,” rintih ustazah lia, “Kamu bikin ustazah ketagihan ngen…totttt!”
Pak sahid mengambil sebotol anggur dari rak. Kemudian dia menuangkan isinya ke dada ustazah lia. “Ahhh, slurppp slurrpppp,” ustazah lia menengadahkan kepalanya menadahi sebagian anggur itu. sebagian lagi membasahi mukena bagian atasnya tepat di dada, membuat busungan sekal di dadanya itu terbayang jelas karena mukena yang lengket di kulit.
Pak tanto langsung meremas remas payudara itu dari depan, dikangkanginya tubuh pak sakir yang masih merunduk sibuk merangsang memek ustazah lia. “Ahhh, kalian ini…ahhh ahhh enakkkkkk,” ustazah lia menggeleng-gelengkan kepalanya menikmati rangsangan dari ketiga laki-laki itu. dari sudut matanya dilihatnya pak karto sedang mengocok-ngocok kontolnya sambil memandang pemandangan ustazah alim bermukena putih bersih sedang dihimpit oleh tiga laki-laki.
“Pppakkk, masukin ppakkkk, ana udah gak tah..hannn,,,” desis ustazah lia sambil meraih-raih kepala pak sakir di selangkangannya. “Ana tak tahann, ahhh, kontolll kontolll,”
“ukhti pengen kontol?” pak sahid menjawab lembut sambil mengusap-usap kepala ustazah lia yang tertutup mukena.
“Iyaaaa, ahh ahhh aaaaaaahhhhh,” ustazah lia menjawab sambil menjambak kepala pak sakir. “Ayo pppakkkk, kontolmuuuu,” sambungnya setengah berbisik.
Pak sakir mengangkat kepalanya. Lalu dia menyuruh kedua kawannya pindah posisi. Pak sahid mendahului pergi ke meja bar. Kontolnya mengangguk-angguk di setiap langkahnya. Lalu dia berbaring menelentang di sana. Meja bar kecil itu memang unik, berbentuk bundar dan tidak terlalu lebar. Pak sakir lalu membopong tubuh mungil ustazah alim yang terbalut mukena putih itu ke sana. Dipaskannya tubuh ustazah lia di atas pak sahid, ditahannya sebentar sampai pak sahid bisa mengepaskan penisnya yang mengacung tepat di lubang anus ustazah lia. Lalu dilepaskannya tubuh ustazah lia masuk ke rangkulan pak sahid.
Jreeeessshh “Aaaahhhhh!” ustazah lia menjerit saat benda kenyal panjang langsung menerobos anusnya seiring tubuhnya yang jatuh ke dekapan pak sahid. Matanya membeliak lebar. Lalu dengan gerakan cepat, pak sakir langsung menusuk memeknya dari depan sambil berdiri. “Nih memek lonteeeeeeee!” serunya.
Tubuh ustazah lia menggeliat merasakan kontol hitam itu menujah memeknya yang sudah licin. Dibandingkan yang lain penis pak sakir memang yang paling besar. sambil menusuk anus ustazah lia, tangan pak sahid menelusup ke balik mukena bagian atas ustzah lia dan meremas-remas buah dada sekal sang ustazah dengan gemas.
“uhhh, dadamu indah sekali ustazah, uhhhhh,” desisnya penuh gairah.
“Ahh Ahh ahhh,” ustazah lia hanya menjawab dengan erangan. Tubuhnya masih meresapi kenikmatan tusukan kontol pak sakir yang liar di memeknya. Urat-urat di batang penis hitam itu terasa menekan-nekan dinding memeknya membuatnya merem melek merasakan kenikmatan syahwat untuk yang kesekian kalinya.
Lalu pak Tanto datang menghampiri. Plakkk, ditepuknya pipi ustazah lia sampai menoleh ke samping. Pak tanto berdiri di samping kepala ustazah lia dan menyodorkan penisnya untuk dikulum. “Hmmmphhhh,” ustazah lia mendesis mengulum penis itu. ada bau kotorannya sendiri tercium sekilas tapi anehnya dia tak merasa mual. Dia malah makin bergairah. Dihisap-hisapnya penis itu dengan liar, “Hngh hngh hngh,” bunyi seperti orang mengejan keluar sesekali di sela kulumannya seiring dengan henjutan pak sakir di memeknya.
Pak karto yang terakhir menghampiri ustazah lia. Dia membelai kepala ustazah lia yang tertutup mukena. Ditatapnya wajah ustazah lia yang nampak keibuan dan alim dengan kacamata bingkai hitam menghiasinya. Selintas terbayang olehnya wajah ustazah yang tinggal di rumahnya yang juga sering dia khayalkan sebagai cewek yang melayaninya. Sang ustazah pun sama memakai kacamata hitam dan selalu memakai baju gamis kombor setiap kali keluar.
Membayangkan itu penisnya makin menegang. Diraihnya tangan ustazah lia dan dimbimbingnya menuju ke penisnya. Tangan itu langsung mengocok-kocok penisnya lembut, kemudian makin lama makin cepat, seiring kepalanya yang bergerak-gerak mengulum penis pak tanto.
“Hhhh, peretnya memek ukhtiiii, anjinggg, memek alim nihhh, ahhh rasakan kontolku rasakann!” pak sakir memaki-maki sambil menusuk-nusukkan kontolnya tanpa henti dengan liar. Sesekali pak sahid bergerak pelan di bawah mengangkat dan menurunkan tubuh ustazah lia membuat kontolnya menggesek-gesek dinding anus ustazah lia yang tadi diperawani pak tanto.
“Hisap terus ustazahku, ahhh hisap terusss, ustazah alim hisap kontollkuuu,” pak tanto berteriak-teriak menimpali, “Hmmphhhhh, hhhh hhhh,” hanya itu jawaban ustazah lia. Tangannya sibuk mengocok kontol pak karto sementara mulutnya pun tak kalah sibuknya menghisap penis pak tanto.
“Hhh, ahhh, Karto, gantian sini, tak tahan aku, sini, hhh,” pak tanto merasa hisapan itu terasa nikmat sementara dia belum mau keluar, maka dia pun pindah posisi dengan pak karto. Penis pak karto kini dihisap-hisap dan dikulum oleh ustazah lia, membuat yang empunya penis mendengus-dengus keenakan. Sementara itu tangan ustazah lia kini mengocok-ngocok penis pak tanto yang sudah licin oleh liurnya tadi.
Aroma ruangan itu mulai kembali menguarkan bau syahwat yang menggelora. Bunyi desahan dan erangan kelima orang itu bercampur baur dengan bau anggur dan keringat. Plokkkk plokkk plookkk, bunyi kocokan kontol pak sakir di memek ustazah lia terdengar sesekali, memek ustazah lia memang sudah licin tapi tetap terasa peret memijat dan meremas batang pak sakir yang hitam panjang.
“Ahhhh ahhhh!” dihisap seperti itu oleh ustazah lia, pak karto mulai tak tahan. Diraihnya kepala sang ustazah dan digerak-gerakkannya lebih cepat mengulum kontolnya itu. pada saat yang sama pak tanto juga merasakan hal yang sama. “Argh, ukhti, terus uhti terus terusssss a…aahh ahhhhhhhhh.”
Pak karto akhirnya orgasme. Ustazah Lia merasakan penis pak karto menegang di dalam mulutnya, kemudian memancutkan sperma di dalam. Dicobanya akan mengeluarkan penis itu tapi pak karto menahan kepalanya kuat-kuat. Dengan mata membeliak ditelannya semua sperma yang dipancutkan penis pak karto.
Crot crottt crottttt, pada saat yang sama dirasakannya pancutan sperma juga menimpa wajahnya, sebagian mengenai kacamatnya. Ternyata pak tanto juga akhirnya orgasme. “Uh uhhh uhhhhhh,” dengus pak tanto sambil memeras batang penisnya, memancutkan semprotan-semprotan sperma di wajah ustazah lia yang terlindungi mukena.
“Hhhhh hhh,” akhirnya pak karto melepaskan genggamannya di kepala ustazah lia. Sebagian spermanya berleleran dari mulut ustazah lia yang terbuka dengan nafas memburu. Mencium bau sperma itu, ustazah lia merasakan denyar-denyar di tubuhnya seolah dirinya pun sudah hampir kembali mencapai puncak kenikmatan.
“Plopppppp,” saat itu mendadak pak sakir mencabut penisnya dari memek ustazah lia.
“Terusshhh hhhh terusssss,” rintih ustazah lia merasa kenikmatannya terhenti mendadak. Lalu dirasakannya pak sahid mengangkat tubuhnya mencopot penisnya dari anus ustazah lia. Dia langsung bangkit dan blesssssss, “ahhhhhh,” penis pak sahid kini gantian menusuk memeknya menyambung kenikmatan yang sempat terhenti.
Pak sakir naik ke meja bar. Dikangkanginya kepala ustazah lia lalu diarahkannya penisnya yang hitam tegak berlumuran cairan vagina ustazah lia. “Sloppppppp,” penis itu masuk menyumbat mulut ustazah lia. Digerak-gerakkannya pinggulnya membuat ustazah lia seperti sedang gosok gigi menggunakan batang penisnya.
“Auhhhhhhhhgggg,” ustazah lia merintih di sela kuluman batang penis itu. memeknya terasa makin gatal seiring tusukan kontol sahid di sana. Satu tujahan, “ahhh,” tubuhnya bergetar. Penis sahid terasa makin dalam menyentuh-nyentuh rongga kewanitaannya. Satu tusukan lagi, “auuuhggggggg ah terusss ahh ahh ahhhh,” dia merintih-rintih, bau penis pak sakir terasa menyengat membuatnya makin cepat meraih puncak.
“Aku hampir keluar ukhti, ahhh, memekmu ketat, aghhh,” pak sahid mendengus dengus. Batangnya terasa seperti diperas di dalam memek sang ustazah. Dirasakannya sesuatu mengalir dari pangkal ke pucuk penisnya, dan akhirnya muncrat seiring kenikmatan.
“Aghhhh, rasakan ahhhh, ukhtiii.” Dicengkramnya pinggang ustazah lia kuat-kuat seiring penisnya memancut-mancut menumpahkan sperma di lorong vagina ustazah lia. Merasakan kehangatan pancutan itu tubuh ustazah lia bergetar hebat, memeknya mengempot kuat lalu matanya membeliak meraskaan kenikmatan orgasmenya yang ketiga malam itu. dia ingin menjerit tapi mulutnya disumpal penis pak sakir yang kian menegang, kian menegang, dan…
“Mphhhhhhhh,” mata ustazah lia kian membeliak merasakan penis di mulutnya juga menyemprotkan sperma dengan ganasnya. Orgasme pak sakir di mulutnya membuatnya merasakan orgasme susulan yang membuat memeknya mengempot makin keras penis pak sahid. Pak sahid melolong-lolong merasaan kenikmatan yang sedemikian rupa tak pernah didapatkannya dari istrinya ataupun pelacur yang pernah dia sewa.
Tubuh ustazah lia berkelojotan hebat. Pak sakir lalu mencabut penisnya dan memuncratkan pancutan pancutan terakhir spermanya di wajah ustazah lia yang kini basah berlumuran keringat dan air mani. “Hhhh,” pak sakir mendesah puas, sementara ustazah lia berbaring lemas dengan nafas terengah-engah. Empat lelaki ini benar-benar memeras kebinalannya malam itu.
Selesai ronde ketiga itu, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Aroma ruangan itu sudah pepat oleh aroma syahwat dan bau sperma keempat lelaki itu bercampur keringat mereka dan keringat ustazah lia. Ustazah lia bangkit dengan mukena basah oleh keringat dan sperma yang berleleran. Wajahnya juga nampak dipenuhi oleh sperma. Kacamatanya juga tak kalah kotornya oleh sperma nampak putih kental di kaca dan frame hitam yang membingkainya.
“Kau benar-benar hebat ukhti lonte,” desis pak sakir sambil menapok pantat ustazah lia. Ustazah lia tertawa mengikik sambil mengelus penis pak sakir yang menjuntai hitam. Pak sahid memeluk ustazah lia dari belakang, melumat bibirnya ganas. Sementara pak karto duduk terhenyak di sofa, nafasnya masih memburu. Pak tanto duduk di sisi lain sofa sambil memenuhi kembali slokinya.
“Malam yang dahsyat, aku janji kukasih bonus besar lonte alim ini.” Desisnya sambil mengacungkan sloki.
“Aku juga, sebulan sekali kusewa lonte ustazah ini, anjing sekali dia.” Pak Karto membalas sambil balas diacungkannya slokinya.
“Hihiihiii, geliiii,” keduanya menatap ustazah lia yang saat itu sedang mengikik geli karena tubuhnya dipangku oleh pak sakir sementara mulut pak sakir mencucup memeknya yang dipenuhi jembut semrawut tersiram sperma tadi. Pak sakir membopong ustazah itu dan membaringkannya terlentang di meja depan pak karto dan pak tanto. Pak sahid mengikuti lalu duduk di samping pak karto, sementara pak sakir duduk di samping pak tanto.
Posisi ustazah lia kini terbaring menelentang dengan mukena dua potong yang dia kenakan acak-acakan berlumur sperma, tersingkap di sana sini. Sementara di sisi kanannya dan di sisi kirinya empat pria yang telanjang bulat setelah merasakan kepuasan tubuhnya memandangnya penuh gairah.
Pintu ruangan itu terbuka. Dua orang pelayan Pak Tanto masuk mendorong kereta dorong kecil penuh dengan berbagai macam makanan. Dada ustazah lia kembali berdesir melihatnya. Kedua pelayan itu meletakkan kereta barang di tepi meja, kemudian mereka kembali.
“Ayo kawan-kawan, kita kembali berpesta,” teriak Pak Tanto. Dimulainya dengan mengambil tiga potong sosis dari nampan di atas kereta dorong, disingkapkannya mukena bagian bawah ustazah lia, lalu diselipkannya sosis-sosis itu di belahan memek ustazah lia. Setelah itu, disodorkannya mulutnya mendekat, digigitnya sosis itu satu gigitan, “Nggghhhhhh,” ustazah lia melenguh merasakan geli di memeknya. Tak mau kalah, pak karto mengambil es cream dan menumpahkannya di kedua buah dada ustazah lia.
“Auhhhh, hhhhrrrrr ahhhhh,” ustazah lia melenguh merasakan dingin di susunya. Lalu tubuhnya menggelepar gelepar saat dirasakannya dengan buas dua lidah menjilat-jilat es cream di sana, pak karto dan pak sakir. Sementara itu pak sahid meneduhi kepala ustazah lia dari atas, lalu perlahan bibirnya turun dan cuppp cuppp, dilumatnya bibir ustazah lia dengan posisi terbalik.
“Ahhhh ahhh ahhhhh” di ruangan itu kini hanya terdengar suara desahan ustazah lia yang sedang dicicipi oleh keempat pria penuh nafsu. Bunyi kecipak mulut dan ciuman terdengar juga berselang-seling. Tubuh ustazah lia entah kenapa terasa segar, ada desir-desir gairah yang terus memuncak di tubuhnya terutama ketika dia membayangkan bahwa ini baru awal dirinya melayani keempat tamu istimewa itu, waktu 24 jam masih lumayan panjang.
*****
Malam Rabu. Malam hari yang sama dengan ketika Ustazah Lia melayani pak Tanto dan tiga kawannya di villa di dinginnya Kaliurang.
Di sebuah rumah mewah yang tampak asri. Ada plang di depan yang bertuliskan “Abu Fawaz” dan keterangan bahwa rumah tersebut adalah rumah ketua presidium satu partai yang populer di indonesia sebagai partai akhwat dan ummahat. Rumah itu nampak sepi dari luar. Tapi tidak demikian jika kau menengok ke dalam.
Di sebuah kamar yang ada di dalamnya, desahan penuh kenikmatan keluar dari mulut dua insan beda jenis di atas ranjang. Yang wanita tentu saja Umi Lilik Hamidah, tubuhnya saat itu masih mengenakan gamis meski sudah tersingkap di sana-sini, kerudung lebarnya juga masih terpakai meski sudah acak-acakan, sementara itu tubuhnya menggelinjang ke sana ke mari karena sedang digerayangi dengan nakal oleh seorang laki-laki. Bukan, bukan Abu Fawaz, sang abu malam itu tidak pulang ke rumah karena sedang giliran menginap di istri keduanya, Umi Habibah.
Laki-laki yang sedang menggumuli umi lilik nampak masih sangat muda, berondong. Tubuhnya tegap dan penisnya nampak sudah tegang mengacung, menusuk-nusuk belahan paha Umi Lilik. Laki-laki itu adalah Alif. Ya, Alif yang tadi sore pergi ke rumah umi lilik sebenarnya memang sengaja ke sana karena dia diminta datang oleh umi lilik, meminta jatah tusukan penis Alif di memeknya setiap Abu Fawaz sedang menginap di rumah istri keduanya itu. Pada saat yang sama kebetulan ukhti sofia, putri tunggal umi Lilik yang sudah berusia 23 tahun sedang menginap di sekretariat partai.
Dari mana sebenarnya umi lilik bisa kenal Alif dan kemudian menjadi pasangan ngentotnya?
Kalau masalah kenal sudah jelas sejak dulu sudah, karena Umi Lilik pun sudah bolak-balik berkunjung ke rumah umi Aminah. Perkenalan itu lalu berlanjut ke facebook sampai keduanya pun menjadi akrab. Sudah biasa guyon dan Alif pun memanggil umi lilik sebagai umi keduanya.
Setelah Alif memerawani ustazah Raudah, dia mulai ketagihan mengentot akhwat, terutama akhwat yang lebih tua dari dia. Sejak dulu dia sudah merasa tertarik pada umi lilik karena buah dadanya yang nampak menonjol, belum lagi umi lilik pun kalau sudah guyonan di inbok facebook dengannya sudah tak ragu lagi, blak-blakan, bahkan sampai masalah seks.
Umi lilik misalnya sering curhat ke Alif tentang kebutuhan seksnya yang tak terpenuhi setelah Abu Fawaz punya istri kedua. Alif semula menanggapi dengan sopan, kemudian dia mulai memancing-mancing.
“Umi nyari suami kedua saja deh,” begitu balas Alif saat itu.
“Ahh, mana boleh, sayang, mana ada juga yang mau sama umi, udah tua gini.”
“Alif mauuu,” balas Alif sambil memberi emotikon cinta.
“Serius? Sini dongg, umi lagi pengen nihhh, Abu sedang di rumah umi habibah.”
“Serius dong, oke, Alif otewe ya.”
“Hush, nikah dulu dongg,”
“iya umi, nikahnya berdua saja, tanpa saksi tanpa wali” balas alif sambil memberi emotikon ketawa.
“Hihihi, sini Alif, umi di rumah nih, umi tunggu satu menit.”
Alif tak membalas. Dia memoto wajahnya dengan posisi mencium. Satu menit kemudian umi lilik kembali membalas.
“Mana ini yang ditunggu kok gak dateng-dateng?”
Alif mengirimkan fotonya.
“Ahh, Cuma foto wajah doangg, gak bikin umi puas dong,” umi lilik membalas dengan emotikon menjulurkan lidah.
“Maunya umi foto apa dong?” Alif memancing.
Agak lama baru umi lilik membalas. “Foto ituuuu. Tapi Alif masih kecil ya, percuma dehhh, pasti kecil juga.” Kembali emotikon menjulurkan lidah. “
Lalu satu pesan lagi menyusul. “Mending Alif bantu umi bikin makalah yaa.”
Alif memfoto penisnya yang tegak mengacung. Dia sebenarnya agak ragu kuatir umi lilik marah. Akan tetapi merasa bahwa umi lilik sedang horny saat itu, dia nekat. Dikirimkannya foto itu. agak berdebar dia menanti balasan yang agak lama. Baru kemudian balasan umi lilik begini:
“Alif ngambil gambar porno dari internet yaa? Gak baik, mentang-mentang umi sedang pengen.”
Yessss, Alif berteriak. Umi lilik gak marah. Dia membalas: “itu punya Alif kok umi.”
“Umi gak percaya.”
“Serius.”
“Alahh, Alif bohong. Itu lebih besar dan panjang dari punya Abu.”
“Itu punya Alif umi.”
“Bohong. Awas umi laporin ke umi Aminah lho.”
Alif kemudian memfoto tubuhnya yang sedang berbaring dengan penis mengacung. Diusahakannya supaya wajahnya juga kelihatan. Lalu dikirimkannya foto itu. Umi Lilik lama tak membalas. Kemudian muncul permintaan chat dengan webcam dari umi lilik. Hampir bersorak Alif menyetujuinya.
Itulah kali pertama Alif melihat tubuh telanjang umi lilik. Malam itu dia memuaskan umi lilik meski hanya melalui chat seks dan mereka hanya saling melihat melalui webcam. Setelah itu, mereka rutin melakukannya setiap kali Abu Fawaz sedang menggilir istri keduanya. Sampai kemudian Alif pindah ke asrama syahamah yang artinya mereka pun tinggal satu kota. Dari sana dimulailah petualangan Alif mengontoli Umi Lilik setiap kali ada kesempatan.
“Umi,” Alif mengelus-elus pinggang umi lilik. Dikecupnya bahu sang umi yang halus menyembul dari gamisnya yang sudah tersingkap di sana sini.
“Iya sayanggg, hhh,” umi lilik membalas. Diterlentangkannya tubuhnya. Ditatapnya alif dari bawah. Mulutnya sedikit membuka. Cuppppp cupppp, Alif tak tahan, dikecupnya bibir sang umi.
“Umi harus bantu lagi Alif supaya alif bisa ngentot umi Alif ya?” yang Alif maksud umi Aminah.
“Hihi, kan udah umi bantu sayang. Umi sudah ngasih umi aminah vibrator lho, biar dia tambah kepengen kontol, hihihi,” umi lilik kembali tertawa ngikik. Tangannya meraba-raba ke bawah, tangannya menelusup ke balik celana kolor Alif, diraihnya kontol Alif yang sudah tegang di sana dan dikocok-kocoknya pelan
“Uhhh, terus umi,” Alif melenguh. “Alif masih butuh bantuan umi,”
“Apa sayang?” Umi Lilik terus mengocok.
Alif menurunkan mulutnya mengulum cuping telinga umi lilik sampai dia mendesah-desah seperti kepedasan. Lalu Alif berbisik di telinga umi Lilik.
“Oke sayang, nanti umi laksanakan, tapi….” dia menatap Alif.
“Tapi apa umi….” Alif melepas kancing gamis umi lilik dengan brutal sampai terlepas sepenuhnya. Diangkatnya tubuh umi lilik dan dicobanya melepaskan gamis itu. umi lilik menggerakkan tangannya membantu. Kini dia hanya mengenakan beha dan celana dalam warna hitam, sementara kepalanya masih ditutupi kerudung.
“Tapi Alif harus selalu puasin umi.”
Alif tertawa kecil. “Iya umi seksi, emmm, Alif suka beha umi,” jawab Alif. Tangannya mengelus-elus payudara umi lilik dari balik behanya sampai umi lilik menggelinjang keenakan. Alif lalu mengambil posisi di atas umi lilik, kontolnya menekan-nekan memek umi lilik dari balik celana dalam. Umi lilik kembali menggeliat-geliat membuatnya nampak semakin seksi.
Dengan lembut mulut Alif menggigit tali beha umi lilik, tepat pada kaitan behanya. Beha umi lilik memang tipe beha dengan kaitan di depan. Tessss, dengan mulutnya Alif membuka kaitan beha itu. “Uhhh,” tubuh umi lilik melenting, apalagi saat dengan rakus mulut Alif langsung mencucup payudaranya yang memang besar meski sudah sedikit kendor termakan usia.
Alif bisa menaksir bahwa payudara umi lilik hanya sedikit lebih kecil dari punya umi aminah. Selain itu, sementara punya umi lilik sudah agak kendor, punya umi aminah masih sangat kencang seperti anak muda. Suatu hari dulu dia pernah mendengar umi aminah dan ustaz karim mengobrol mesra dan umi aminah mengatakan bahwa dia mendapat resep membuat payudaranya membulat besar dan kencang dari umi latifah. Resep rahasia turun temurun, begitu. Alif tentu saja tahu umi latifah dan dia pun mengakui bahwa payudara umi latifah masih jauh lebih bulat dari punya ibunya.
Cupppp cluppppp clupppp, dengan bergairah dilumatnya payudara umi lilik. Lalu disentil-sentilnya puting kecokelatan di sana dengan menggunakan ujung lidahnya.
“Ahhhhh terus sayangggkkkk, ahhhhkkkkk,” tubuh umi lilik menggeliat-geliat. Diadu-adukannya memeknya dengan kontol Alif yang menonjol dari balik celana kolornya.
“Alif suka susu umi, Alif hisap ya umi,” jawab Alif.
“Iya alifff, ahhh, sayangg, hisap susu umi alifff, shhhhhhhh, hisapppp,” tangan umi lilik meraih belakang kepala Alif, ditekankannya kepala itu ke susunya. Tangan Alif yang satu lagi meremas-remas susu umi lilik yang satunya membuat desahan umi lilik semakin kerap.
“Umi pengen ngentot?” tanya Alif di sela hisapannya.
“Pengennnnn, sudah seminggu umi gak dikasih jatah sayangg, ahhh, umi gak tahannn, entot umi sayang, entot umiii!”
“Abu gak pernah ngentot umi?” Alif kembali menyambung. Tangannya dengan gemas meremas-remas payudara umi lilik.
“Auhhhh, remas terusss, ahhh ahhh ahhhh, Abu lebih suka umi habibahh, lebih muda. Hisap lagi sayang, susu umi, hisappp,”
Hsssssppppppp, Alif menarik payudara umi lilik dengan mulutnya. Payudara umi lilik yang bermodel pepaya itu pun tertarik. Lalu dielus-elusnya payudara itu dengan tangannya, dipencet-pencetnya seperti memeras susu sapi.
“Akh akhhhhh, nikmat sayang, ayo entot umi, entottt,” Umi Lilik mendesah histeris. Sepertinya dia sudah benar-benar horny. Dibandingkan umi aminah, umi lilik memang lebih lemah pertahanannya tentang syahwat. Umi aminah jauh lebih alim darinya.
Alif lalu menurunkan kepalanya, dijilatinya perut umi lilik, dijulur-julurkannya lidahnya di lubang pusar umi lilik. Umi lilik mendesah-desah, tangannya meremas-remas seprai sampai awut-awutan. Jilatan itu lalu turun kembali ke bawah. Desir birahi semakin menguasai umi lilik saat dirasakannya Alif menggigit-gigit celana dalamnya.
“Copot saja sayanggg,” bisik umi lilik.
Alif tak menggubrisnya. Dijilatinya belahan memek umi lilik dari balik celana dalamnya sampai celana dalam itu basah. Lalu dengan tangannya, dicopotnya celana dalam itu, umi lilik membantu dengan meluruskan kakinya. Lalu Alif juga mencopot celana kolornya, menampakkna penisnya yang tegak mengacung. Setelah itu, dia memutar tubuhnya sampai kini keduanya ada dalam posisi 69. Mulut Alif tepat mencucup belahan memek umi lilik, sementara itu kontolnya juga pas di depan mulut umi lilik.
“Hummmpphhhhh,” dengan liar umi lilik mencaplok kontol itu dengan mulutnya. Dihisap-hisapnya gemas kontol yang sudah beberapa kali memberikannya kenikmatan itu. sama gemasnya, Alif menjulur-julurkan lidahnya ke belahan memek umi lilik yang bereaksi merapatkan kakinya menahan kenikmatan. Saat dilihatnya ada tonjolan kecil seperti kacang di sebelah atas, Alif langsung menghisap-hisapnya.
“Aughhhhhhh,” untuk sesaat kontol Alif terlepas dari mulut umi lilik yang kepalanya sedikit terangkat. “Hisap Alif, hisap hisap hisaaapppppp, ughhhhh, hisap itil umii,” saking gemasnya umi lilik kembali memasukkan kontol Alif dan menghisap-hisapnya tanpa henti. Alif merasakan kenikmatan menjalar dari kontolnya ke perutnya, membuatnya merasa tak tahan. Setelah dirasanya memek umi lilik sudah basah, dia lalu bangkit. Diputarnya kembali tubuhnya. Diposisikannya tubuhnya di atas tubuh umi lilik dengan posisi misionaris. Umi lilik yang sudah mengharapkan tusukan kontol Alif dari tadi menyeringai gembira.
“Kontolmu tusukkan memek umi sayang, cepetttt,” dia menarik punggung Alif. Alif segera menurunkan tubuhnya setelah mengepaskan kontolnya di belahan memek umi lilik. Umi lilik melihat kontol perkasa anak tunggal umi aminah itu membelah memeknya membuat memeknya tersibak. Sedikit tertahan karena kontol itu yang terlalu besar untuk memeknya, dia membantu menggerakkan pinggulnya sementara alif juga menekankan tubuhnya.
Blessshhhh, “Ahhhhhhh,” keduanya merintih bersamaaan merasakan kenikmatan persetubuhan terlarang itu. umi lilik membetulkan kerudungnya yang menjulur menutupi dahinya sementara Alif mulai menaikturunkan tubuhnya dengan tempo cepat. Dia sudah sangat bergairah karena tadi sore dirangsang oleh ustazah lia saat mengantarkan sang ustazah ke parkiran kampus.
“Ewe umi sayang, ewe umi pake kontol besarmu,”
“Huhhhhh huhhh huhhh,” Alif hanya menjawab dengan lenguhan. Tangannya asik meremas-remas buah dada umi lilik yang terguncang-guncang seirama gerakan liar mereka berdua.
“Puaskan umi, puaskan umi, puaskan umiiii,” Umi lilik menjerit-jerit. Tangannya menggaruk-garuk dada alif gemas. Kepalanya menggeleng-geleng liar, birahinya yang selama ini terpendam membuatnya malam itu benarbenar ganas. Kerudung lebar yang menutupi kepalanya kembali acak-acakan. Dia tak lagi mempedulikannya, apa yang dia rindukan saat itu hanyalah kenikmatan.
Dirasakannya kontol Alif mengganjal memeknya. Setiap tusukan menambah kenikmatan yang berdenyar di sekujur tubuhnya. Lenguhan Alif yang nampak sangat bergairah juga membuat dirinya merasa semakin bergairah menyadari tubuh tuanya masih bisa memikat remaja berkontol besar itu. diulurkannya tangannya ke atas mengusap pipi Alif, lalu dia berbisik. “Kamu ganteng sayang, kontolmu besar. jadi pacar umi ya?”
“Iya umi, Alif pacar umi, alif suami Umi,” jawab Alif di tengah deru nafasnya yang menghembuskan birahi. Diturunkannya kepalanya ke bawah, dilumatnya bibir umi lilik. Lidah umi lilik bergerak liar menerobos masuk ke dalam rongga mulut Alif, menambah kenikmatan yang membuat Alif makin liar menggenjot tubuh umi lilik.
Tubuh umi lilik terguncang-guncang di ranjang. Seprai sudah acak-acakan tanpa mereka pedulikan. Tubuh keduanya terus berpacu, keringat mulai keluar dari tubuh-tubuh mereka membuat suasana dalam kamar terasa makin panas.
“Uuggggh, peret banget memekmu umi binal!” Alif memaki sambil meremas payudara umi gemas. Dipelintirnya puting susu itu sampai umi lilik menahan nafasnya merasakan kenikmatan yang tak terkira.
“Uhhhh, uhhhh, umi, uhhhh,” dia meracau tak jelas. Kenikmatan mulai merambah ke sel-sel otaknya, membuatnya tak mampu lagi berpikir jernih. Dia merasakan badai kenikmatan sebentar lagi akan datang. Diraihnya kepala Alif mendekat. Dijilat-jilat cuping telinga remaja itu sebelum dia berbisik: “Umi hampir sampai, genjot terus sayanghhh,”
Mendengarnya Alif terus menggenjot tubuh umi lilik sambil kian gencar memberikan rangsangan di dada umi alim itu. betapa nikmat sensasi menyetubuhi umi lilik yang dalam sehari-harinya selalu berpenampilan tertutup itu. Dibenahinya kerudung lebar umi lilik yang membuatnya nampak makin erotis. Dirasakannya penisnya juga kian menegang mengocok memek umi lilik.
“Umi sampai sayang, umi sampaiii, ahh, umii samppppaaaiiiiii,” umi lilik berteriak keras, tubuhnya berkelojotan liar, dipeluknya erat tubuh Alif lalu digigitnya bahu Alif kuat-kuat. Alif menusukkan penisnya saat dirasakannya memek umi lilik mengempot-empot penisnya kian kerap. Lalu dirasakannya cairan hangat membasahi kepala kontolnya. Dia pun hampir saja muncrat, akan tetapi masih ditahan-tahannya. Dibalasnya memeluk tubuh umi lilik saat tubuh itu berkelojotan seolah tanpa henti.
“Ahhhh, kau hebat sayanghhh, hhhh, hebatt,” umi lilik melepaskan pelukannya dan menatap wajah yang meneduhinya. Wajah remaja yang ganteng dan sudah menjadi pasangan selingkuhnya selama ini. Dengan gemas diraihnya lagi kepala itu ke pelukannya.
Alif mencabut kontolnya dari memek umi lilik, tubuh umi lilik sedikit terangkat saking rapatnya kontol itu dalam lubang kenikmatan sang umi. Lalu Alif menggeser tubuhnya menduduki perut umi lilik. Diselipkannya kontolnya di antara kedua payudara umi lilik. Lalu dirapatkannya kedua payudara itu menjepitnya. Digerak-gerakkannya kontolnya turun naik.
Umi lilik mencengkram pinggul Alif dan ikut membantu menggerak-gerakkannya maju mundur. Rangsangan di payudaranya kembali terasa, sedikit ngilu tapi enak. Abu Fawaz tak pernah melakukan eksperimen liar seperti ini yang sebenarnya justru sangat didambakan umi lilik.
Jepitan buah dada umi lilik di kontolnya terasa sangat rapat dan lembut. Alif melenguh penuh kenikmatan. Birahinya terpacu melihat wajah cantik perempuan seumuran ibunya yang kini sedang berpacu dengan kenikmatan di bawahnya. Wajah keibuan itu masih mengenakan kerudung lebar membuat birahinya kian meningkat. Puting susu yang mencuat karena tekanan pada kedua payudara umi lilik juga membuatnya gemas ingin menggigitnya.
“Susumu menggemaskan, umi sayang,” desisnya.
“Hihi, susu umi, susu umi alim, sayang,” balas umi lilik yang tersenyum binal. Dia membelai-belai paha Alif bagian dalam menambahkan rangsangan pada diri remaja itu.
“Alif ingin muncratin muka umi yang alim tapi binal,”
“Muncratin saja sayang, akan umi santap mani Alif sampai habis.” Umi lilik lalu menjulur-julurkan lidahnya membasahi bibirnya. Digoda terus seperti itu akhirnya Alif pun mencapai puncaknya. Dia menggeram sambil memajukan kontolnya dan menjepitnya kian rapat dengan payudara umi lilik.
“Aghhhhhhhh!” Kontol Alif nampak bertambah panjang, meregang, sebelum kemudian bergerak ke depan memuncratkan maninya ke wajah umi lilik yang sedang menatap kontol itu, sebagian mengenai dagunya dan mengalir ke lehernya. Umi lilik mengerjap-kerjapkan matanya merasakan semburan mani alif yang seolah tanpa henti. Dibukanya mulutnya dan dengan lidahnya dijilat-jilatnya mani yang berleleran di sekitar mulutnya itu.
“Akhhhhhhhhhhh!” Alif memekik lagi. Akhirnya gairah yang tertahan-tahan sejak tadi terlepaskan juga. Ditatapnya wajah umi lilik yang berlumuran spermanya. Sebagian mengenai kerudungnya juga. Ah, pemandangan yang sangat seksi, batinnya. Seorang perempuan alim setengah tua kini berbaring nampak binal dengan wajah dan kerudung lebarnya berlumuran air maninya.
Diturunkannya wajahnya, dilumatnya bibir umi lilik sekaligus bersama dengan air maninya yang ada di area itu. umi lilik membalas tak kalah binalnya. Lalu Alif melepaskan kulumannya, dia tersenyum mengangkat wajahnya. Lalu dijatuhkannya tubuhnya ke samping tubuh umi lilik, berbaring terlentang. Umi lilik lalu menyampingkan tubuhnya. Dijepitkannya kakinya ke kaki Alif, tangannya bergerak mengusap-usap dada Alif.
“Alif suami keduaku,” bisiknya di telinga Alif.
“Umi Lilik yang binal, istriku yang alim,” balas Alif.
Keduanya lalu tertawa berbarengan. Alif balas menyampingkan tubuhnya. Dipeluknya tubuh seksi umi lilik hamidah. Saat kepala kontolnya bergesekan dengan bulu-bulu memek umi alim yang binal itu, Alif pun sadar bahwa birahinya belum sepenuhnya terpuaskan. Begitu juga umi lilik.
*****
Pagi hari, umi lilik terbangun oleh remasan tangan Alif di payudaranya. Dia melenguh binal,
“Ahhh, sayang ini, masih pagi kok sudah nakal,” desahnya genit.
“Iya dongg, tubuh umi bikin kontol Alif ngaceng terus sihh,” Alif meremas-remas payudara umi lilik hamidah. Meski sudah agak kendur dan tidak sebesar punya ustazah aminah akan tetapi tetap saja payudara yang seperti buah pepaya itu membuatnya bergairah.
“Hihi, jam berapa ini sayang?”
“Jam tujuh mi.” Sebelum umi lilik terbangun, Alif baru saja mengirimi sms ke ustazah lia yang nanti jam sembilan baru terbangun di villa kaliurang.
“Ahhh, kamu sih, tadi malam masa sampai jam 3 masih saja ngentotin umi.”
“Ah kan umi juga yang minta hayoo.”
Cuppp cupp cuppp, umi lilik mencium bibir Alif, Alif membalas melumat bibir umi lilik sementara tangannya membalikkan tubuh itu terlentang. Dia langsung mengambil posisi di tengah paha umi lilik. Umi lilik surti dan langsug membuka pahanya, membuat dada Alif berdebar memandang memek wanita alim itu kini terpampang jelas di hadapannya.
Tingg tongg, saat itu bel rumah berbunyi.
Wajah umi lilik langsung pucat. Dia mendorong tubuh Alif dan berkata, “masa abi sih, biasanya dia menginap dua malam.”
Alif lebih tenang. Dengan kontol yang masih mengacung, dia langsung pergi ke depan dan mengintip siapa yang datang. Dia kembali dengan wajah cerah. “Bukan kok umi, sepertinya dari partai, paling mau minta tanda tangan.”
“Ohhh,” umi lilik menarik nafas lega. Dia turun dari ranjang dan akan memakai pakaiannya. Alif mengampirinya dan berbisik.
“Apa Aliffff,” umi lilik membeliakkan matanya.
“Ayolah umi, gak bakal ketahuan kok, sensasinya lhoo,” jawabnya sambil mengelus-elus pantat umi lilik.
“Kamu ini,” umi lilik tersenyum. Dipakainya kerudung panjangnya, tanpa memakai baju. Dia langsung pergi ke pintu depan. Alif mengikuti.
“Eh, ukhti nafisah, ada apa ukhti pagi-pagi begini?” Umi Lilik tersenyum pada orang yang berdiri menanti di depan pintu. Umi Lilik sengaja hanya membuka pintu sedikit sepenuh wajahnya. Ditunggingkannya tubuhnya ke belakang sehingga yang terlihat oleh Ukhti Nafisah hanya wajahnya saja dan separuh tubuhnya ke bawah yang tertutup oleh kerudung lebar yang menjuntai. “Maaf ukhti, ini pintunya dari kemarin macet, umi saja tak bisa lewat, baru mau diperbaiki hari ini.” Sambung Umi lilik.
“Ohh, gak apa-apa umi, maaf ana mengganggu sepagi ini,” ukhti nafisah mengangguk hormat. Dia tak punya prasangka apa-apa karena umi lilik adalah figur yang sangat dihormati di partai. Ukhti Nafisah sendiri hanyalah anggota sie di kepartaian yang tugasnya memang menjadi penghubung atau semacam pengantar surat. “Ana mau minta tanda tangan umi, ini buat undangan acara diskusi akhwat di tengah-tengah dunia global, umi,”
“Oh gitu, ohhh,” umi lilik sedikit mendesah. Dahinya mengernyit saat dirasakannya Alif mengelus-elus belahan memeknya di belakang di balik pintu. “Mana suratnya ukhti, biar umi tanda tang…ahhh…umi tanda tangan sekalian.” Umi Lilik merasakan sensasi yang luar biasa saat dirasakannya kontol Alif menusuk memeknya dari belakang. Sensasi itu muncul karena debar-debar di hatinya yang kini sedang disetubuhi di depan akhwat alim seperti ukhti nafisah.
Ukhti nafisah memang sedikit aneh dengan nada bicara umi lilik, tapi dia tak berpikiran buruk. Dikeluarkannya surat dan pulpen, berikut buku untuk alas. “Ini umi,” sahutnya sambil menyodorkannya pada umi lilik.
“Ohh, iyya,” sedikit tergagap umi lilik menerimanya. Henjutan kontol Alif terasa sangat nikmat, kontol besar dan panjang itu terasa sangat penuh di memeknya yang sudah melahirkan seorang putri. Dia lalu menggoretkan tanda tangannya dengan tangan sedikit gemetar.
“Abu sedang tidak di rumah ya umi?” hanya sekadar basa basi, ukhti nafisah bertanya. Sementara diedarkannya pandangannya ke sekitar, “halaman rumah yang asri,” begitu batinnya.
“Enghhh, enggak ukhti, abi sedang keluarrhh,” sekuat tenaga umi lilik menahan desakan syahwat yang terasa bergejolak di sekujur tubuhnya. Andai dia sedikit menegakkan tubuhnya maka ukhti nafisah akan melihat tangan Alif sedang meremas-remas payudaara umi lilik dengan ganas. “Ukhti sofia juga sedang tidak ada, nginap di sekre.”
Ukhti Nafisah mengangguk sambil tersenyum menerima kembali kertas, pulpen, dan buku dari tangan umi lilik. Diceknya sebentar, setelah beres, dia langsung berkata, “Kalau begitu ana pulang dulu, umi, makasih ya, mohon maaf ana mengganggu pagi-pagi begini.”
“Enggak apa-apa ukhti,” jawab umi lilik. “Oya, ukhti, ada tawaran pengabdian menjadi ustazah, tapi di kampung terpencil, mau enggak ukhti? Udah lulus kuliah kan?”
“Benarkah umi? Dari partai?” mata ukhti nafisah berbinar. Dia memang sedang bingung setelah lulus kuliah mau pergi ke mana. Dibetulkannya kacamatanya yang mendadak melorot.
Pikirnya kalau tawaran itu datang dari partai maka dia bisa mendapatkan peluang naik karir seandainya mengambil tawaran itu. tawaran yang datang bukan dari orang sembarangan pula melainkan figur yang sangat dihormati di partainya.
“Emmm, iya, ukhhhh, partai dapat permintaan bantuan menjadi ustazah selama setengah tahun di desa Kalicangkir, desa pelosok sih, tapi kalau menurut umi itu justru baguss,” umi lilik berhenti sejenak saat dirasakannya tubuhnya semakin sukar dikendalikan. Dia hampir orgasme. “Bagus buat pembelajarann ukhh. Ukhti Sofia juga mau ikut.”
Ukhti Sofia, putri tunggal umi lilik memang kawan akrab ukhti nafisah, mereka bareng-bareng kuliah. “Nanti kalau ukhti mau umi bisa bantu ukhti biar naik ke sie pengembangan sumber daya manusia.” Sambungnya.
Ukhti nafisah membelalakkan matanya. Hatinya berdebar. Sie pemberdayaan SDM adalah seksie elit di partai. Hanya orang-orang terpilih yang bisa naik ke sana. Setahunya dulu umi lilik dan juga ustazah aminah memulai karirnya di sana sebelum mencapai jabatan tinggi seperti sekarang. Tanpa pikir panjang dia mengangguk. “Baik umi, ana siap.”
Umi Lilik tersenyum. “Baiklah ukhti, nanti ana kabari ya kalau sudah siap. Ana koordinasi sama umi Aminah juga, karena sebenarnya permintaan bantuannya lewat beliau.”
“Terima kasih umi, terima kasih.” Ukhti nafisah membungkukkan badannya kemudian dia pamit.
“Akhhhh,” umi lilik mendesah seiring kepalanya mendongak saat tubuh ukhti nafisah sudah berbalik dan sedang berjalan ke sepeda motornya yang diparkir di luar gerbang rumahnya. Pegangannya di pintu hampir terlepas, tubuhnya makin membungkuk dalam posisi doggie style sambil berdiri.
Srekkkk, Alif kini menggeser tubuhnya sehingga dia bisa melihat dan juga terlihat melalui celah pintu. “Ukhti Nafisah, lihat umimu sedang dikontoli Alif nih, ukhti, menolehlah,” racau Alif sambil terus menggenjot memek umi lilik dari belakang.
“Alif, jangannn ahhh!” umi lilik terkejut dengan tingkah Alif. Andai ukhti nafisah menoleh dia pasti bisa melihat apa yang sedang dilakukannya. Dia mencoba menutup pintu tapi tak kuat. Kekuatirannya malah membuat desir-desir di dadanya kian memuncak.
“Ayolah ukhti, ukhti nafisah, lihat umimu yang alim tapi binal ini,” racau Alif lagi. Plok plok plokkkk, setiap henjutannya menimbulkan bunyi khas yang membuat umi lilik kian birahi.
“Alif, awwasss keta…huannnnn,” susah payah umi lilik berbisik. Tapi Alif terus menghenjutnya tanpa memperdulikan ucapannya. Saat ukhti nafisah sampai ke motornya dan menytater motornya, umi lilik mencapai orgasmenya.
“Aakhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,” dia berteriak lirih, tubuhnya kelojotan sementara matanya membeliak menatap ke arah ukhti nafisah. Dirasakannya kenikmatan itu bertahan selama beberapa detik membuat tubuhnya menggeletar-geletar tak tertahankan. Lalu saat Alif kembali menghenjutkan kontolnya di dalam memeknya, dia kembali mengerang-erang merasakan orgasme susulan yang melandanya. Beruntung saat itu ukhti nafisah langsung memacu sepeda motornya tanpa sekali pun menoleh kembali ke rumah umi lilik.
“hhh hhh hhhh,” nafas umi lilik terlihat memburu. Pegangannya dipintu dilepaskannya dan dia kini berdiri. Alif sudah melepas penisnya dari memek umi lilik. Dia kini berdiri di hadapan umi lilik sambil tersenyum. “Nakal kamu Liff,” kata umi lilik di sela nafasnya yang memburu sambil memukul dada alif pelan. “Umi takut benar ketahuan ukhti nafisah tadi.”
Alif merengkuh tubuh perempuan berkerudung lebar berusia 45 tahunan itu ke dalam pelukannya. Dirasakannya tubuh sang umi melekat di tubuhnya karena keringat yang sudah membanjir dari tadi. Cuppp cuppppp cupppp, dilumatnya bibir umi lilik yang masih terasa kenyal. “Tapi umi suka kan, sampai orgasme gitu,” jawabnya.
“Iya sihhh, tapi kan itu un…ahhhh,” umi lilik kembali mendesah saat dirasakannya tangan Alif mengorek memeknya. Dari memeknya yang tak tertutupi apapun itu cairan orgasmenya meleleh menetesi karpet. “Anak nakalllll,” umi lilik memukul-mukul dada Alif, lalu dia menyandarkan kepalanya di dada anak kandung ustazah Aminah itu. alif mengelus-elus belakang kepala umi lilik yang masih tertutup kerudung lebarnya.
“Umi katanya mau ngirimi umiku video.”
“Ahh iyaaa, hampir lupa. Habis kamu nakal sih,” umi lilik tersenyum binal. Dia kemudian melepaskan diri dari rengkuhan Alif dan berjalan mendahului menuju kamarnya.
“Nah kan, Alif lagi yang disalahin,” sahut Alif sambil menyusul umi lilik.
Umi Lilik berbaring menelungkup di ranjangnya sambil menghidupkan laptop. Alif juga berbaring dalam posisi yang sama di sampingnya. Ditumpangkannya satu kakinya ke kaki umi lilik. Digesek-gesekkannya pelan.
“Aliffff, geli tau,” seru umi lilik sambil menatap Alif yang tersenyum lebar.
“Hihihi, iya iya umi.” Kini Alif berhenti menggesek-gesekkan kakinya meski tetap dibiarkannya kakinya di sana. Umi Lilik membuka facebooknya kemudian dia membuka koleksi video bokepnya yang ternyata sangat banyak. Sambil memilihi sesekali Alif mengajaknya bercanda sampai membuat Umi Lilik tertawa-tawa dan menyenggol-nyenggol tubuh Alif. Kelakuan ustazah alim itu sudah seperti anak muda yang masih puber saja di samping Alif.
“Yang ini saja, mi, cocok,” bisik Alif sambil menunjuk video yang barusan dicoba. Karena posisinya di samping kiri umi lilik, maka tangan kanannya digerakkannya ke samping, menelusup di bawah kerudung lebar di punggung umi lilik kemudian meraih pinggang umi lilik dan mengusap-usapnya. Umi lilik menggerak-gerakkan tubuhnya merasa geli geli nikmat.
“Oke. Umi kirim ya.” Jawab umi lilik. Lalu dikirimkannya video itu ke umi aminah melalui inbok facebook.
“Terus sekarang gimana sayang?” umi lilik kemudian bertanya sambil menoleh ke Alif.
“Sekarang?” Alif balik bertanya. Lalu digelitiknya pinggang umi lilik sampai sang umi mengikik geli.
Lalu didorongnya tubuh itu sampai terlentang. “Sekarang Alif akan mengentot umi lilik yang binal ini sambil menunggu suaminya pulang.” Jawab Alif sambil memasang posisi di atas umi lilik. Kontolnya menggantung dari atas menyentuh-nyentuh belahan memek umi lilik yang basah oleh cairan orgasmenya tadi.
“Serius sayang? Gak mau sarapan dulu?” umi lilik menjawab setengah mendesah. Kepala kontol Alif terasa hangat di mulut memeknya.
“Sarapan Alif kan ini,” sahut Alif sambil mencucupkan mulutnya di payudara umi lilik. Dihisap-hisapnya putingnya yang kecokelatan itu dengan gemas. Umi lilik menggelinjang dan mendesah-desah liar. Dia selalu mengharapkan kenakalan seperti ini dari suaminya, akan tetapi suaminya selalu saja main cepat dan hanya memuaskan dirinya sendiri tanpa memikirkan kebutuhan seks istrinya.
“Kamu suami rahasiaku, sayanggg,” bisiknya mesra sambil memeluk tubuh Alif. Tangannya mengelus-elus punggung Alif penuh rasa sayang. Diangkat-angkatnya pinggulnya supaya kontol Alif bisa menembus memeknya. Tapi hanya sedikit saja yang masuk dan tentu saja saat tubuhnya kembali turun, kontol itu pun kembali keluar dari memeknya.
“Iya umiku binal. Sampai kapan pun,” jawab Alif tak kalah mesranya. Wajahnya kini meneduhi wajah umi lilik kemudian dia menurunkan bibirnya dan mengulum bibir itu mesra.
“Kamu ini benar-benar memuaskan umi,” umi lilik mengusap-usap dada Alif, tetesan keringat jatuh dari sana ke payudaranya, membuatnya merasa tambah nikmat.
“Umi, kalau Alif ngentot ukhti sofia gimana?”
“Hushhh!” umi lilik menepuk pipi Alif. “Kamu ini tidak puas hanya uminya, anaknya juga mau dientot,” lanjutnya dengan nada guyon.
Alif tertawa. “Dada ukhti sofia kayaknya lebih besar dari punya umi ya?”
“Iya sayang, gampanglah soal anak umi, nanti umi bantu, tapi pelan-pelan ya, fokus ke umimu saja dulu. Umi Aminah.”
“Iya umiku sayang,” cuppp cuppp, Alif kembali melumat bibir umi lilik.
“Turunin tubuhmu sayanggg, umi tak tahannn,” rintih umi lilik. Dibelitkannya kedua kakinya ke pinggang Alif, membuat tubuhnya sedikit terangkat dengan belahan memek kian membuka siap menelan kontol Alif.
“Hehe, umi gak sabaran banget,” jawab Alif. Diturunkannya tubuhnya sekaligus.
“Aaaawwwwww!” umi lilik menjerit ketika dirasakannya kontol alif yang besar dan panjang membelah memeknya dalam gerakan cepat. Pinggulnya menyentuh ranjang kemudian kembali terangkat. Kontol itu terasa menyentuh bagian paling ujung dari lobang kenikmatannya, jeritannya berubah menjadi rintih kenikmatan ketika Alif mulai menaik turunkan tubuhnya.
“Ahh ahh ahh terus sayang, terus kontoli umi, ahhh, teruuuusss,” rintihnya. Matanya terpejam sementara tangannya tak mau diam mengusap-usap punggung Alif. Sentuhan tangan itu dirasakan Alif sangat lembut membuatnya makin merasa sayang pada sang umi.
“Umi, bayangin suatu saat nanti Alif ngentot umi bareng ukhti sofia,” desahnya sambil terus menggenjot umi lilik.
“Ahh ahhh ahhh, kayaknya nikmat sayang, ahh ahh ahh,” umi lilik membalas di sela rintihannya. “Tapi anakku alim beneran sayang, perlu trik khusus untuk membuatnya mau, seperti umi aminah,” umi lilik mengakhiri ucapannya dengan senyuman.
“Hehe, kalau putrinya alim beneran, uminya alim apaan nihhh?” Alif membalas, lalu dikucupnya puting susu umi lilik sampai tubuh sang umi menggeliat-geliat keenakan.
“Uminya alim binal, hihihi,” jawab umi lilik sambil tertawa mengikik.
Plokk plokk plokkk, suara beradunya selangkangan umi lilik dengan Alif terdengar memenuhi ruangan. Bunyi nafas keduanya sudah tak teratur seiring dengan birahi yang terus menggelegak. Sesekali terdengar bunyi kucupan kedua bibir mereka yang saling melumat penuh gairah syahwat.
“Sayanggg, ahhh, kamu kuat sekali sayang, umimu mau orgasme lagiii,” desah umi lilik setelah dua puluh menitan tubuhnya digenjot Alif.
“iya umi, Alif masih belum,” jawab Alif lembut. Tangannya menyibakkan kerudung umi lilik yang turun menutupi dahinya karena gerakan umi lilik yang makin liar.
“Ahh ahh umi suka kontolmu, umi suka dientot, ahhh,” umi lilik mulai meracau liar. Tangannya mencengkram punggung Alif erat, sementara kakinya kian rapat membeli pinggang Alif. Alif paham dan dia langsung mempercepat tusukannya di memek umi lilik yang terasa kian licin karena cairan kewanitaannya yang kian membanjir.
“Umi, ukhti sofia pulang jam berapa?”
“Puaskan dulu umimu sayanggg, nanti umi jawabbb hhh hhh hhh,” umi lilik menggoyang-goyangkan pinggulnya makin liar. Tiba-tiba Alif menghentikan gerakannya. “Sayanggg,” umi lilik melenguh. Dia mencoba menarik pinggul Alif tapi Alif bertahan.
“Jawab dulu dong umi,”
“Iya iyaa, jam sepuluhan biasanya sayang,” jawab umi lilik dengan nafas memburu. “Ayo turunkan lagi, ayo entot umiii,” teriaknya gemas.
“Hehe, dasar umi binal!” jawab Alif. Kembali ditujahnya memek umi lilik dengan gencar. Umi lilik kembali mendesah desah tak karuan sampai kemudian gelombang kenikmatan menerpanya. Dirasakannya memeknya terasa gatal, kemudian kenikmatan menyebar ke perutnya dan sekujur tubuhnya. Lalu tubuhnya tersentak sentak seiring cairan orgasmenya menyembur menerpa kepala kontol Alif yang sedang berdiam di lubang kenikmatannya itu.
“Aaaaaaaaaaaaahhh umi keluarrhhh!” teriaknya keras. Kuku jemarinya menusuk punggung alif, bibirnya kemudian dengan ganas mencaplok bibir alif dan menggigitnya sampai Alif merasa kuatir bibirnya berdarah. Sekuat tenaga Alif menusukkan penisnya sambil dirasakannya tubuh umi lilik berkelojotan dalam himpitannya. Saat bibir mereka terlepas mulut umi lilik hanya mampu menganga tanpa mengeluarkan suara apapun.
Saat badai kenikmatan itu mereda, Alif lalu mencabut penisnya, dia membaringkan tubuhnya di samping umi lilik sambil sesekali menyentil-nyentil puting susu sang umi. “Umi, bikinin adonan agar-agar dong.”
“Agar-agar?” umi lilik bertanya heran. Nafasnya masih terdengar terengah-engah.
“Yuk, umi bikinin ya,” jawab Alif sambil mendahului bangkit dan keluar kamar.
“Apa maunya nih anak?” umi lilik berkata sendiri. Kemudian dia bangkit dengan tubuh terasa lelah dan keluar dari kamarnya. Dengan ditemani Alif di dapur, umi lilik kemudian membuat adonan agar-agar. Setelah selesai, umi lilik menatap Alif penuh tanya tentang apa yang selanjutnya akan dilakukan. Adonan untuk tiga orang, ditempatkan di dalam gelas.
“Umi berbalik dong,” pinta Alif. Umi lilik lalu menungging sambil berpegangan pada tempat cuci piring di dapurnya. Dia sudah bisa sedikit menebak apa yang akan Alif lakukan. Ditunggingkannya pantatnya sebisanya. Lalu desahannya kembali terdengar saat dirasakannya penis alif mulai kembali membelah memeknya dari belakang.
Tangan Alif mencengkram pinggang umi lilik sementara tubuhnya dengan liar bergerak maju mundur. Sesekali diremasnya payudara umi lilik yang menggantung menggoda. “Umi binalll, umi binalll,” racaunya. Memek umi lilik dirasakannya mulai mengempot kontolnya. Posisi doggie membuat umi lilik yang saat itu hanya memakai kerudung lebar acak-acakan yang sudah basah oleh keringat membuatnya makin nampak seksi.
“Iya sayangg, umi binalll, entot terus sayangg, ahhhh,” umi lilik membalas dengan kata-kata porno membuat birahi Alif makin terpacu. Kontolnya dengan ganas mengobok-obok umi lilik yang alim, sesekali ditamparnya pantat perempuan seusia ibunya yang masih kencang itu.
“Alif mau keluar umi, ahhh, memek umi enakk,”
“Memek umi kan alim sayang, seperti yang punya,” jawab umi lilik menggoda. Digeol-geolkannya pinggulnya dalam gerakan memutar membuat kontol alif terasa seperti diremas-remas di dalam memeknya. Alif mencengkram ujung kerudung umi lilik membuat kepala umi lilik mendongak. Punggungnya melenting membuat payudaranya nampak kian menggantung di bawah tatapan alif penuh nafsu.
“Arghhh aghh, umiiii, Alif mau keluar umiii, hghhhhh,” Alif menggeram hebat. Tubuh umi lilik sedikit tersentak saat Alif mendadak mencabut kontolnya, kemudian diarahkannya kontolnya ke salah satu gelas dengan adonan agar-agar. “Aaaaaaaakhhh!” dia mendengus seiring muncratan-muncratan spermanya masuk ke dalam salah satu gelas, bergabung dengan susu yang tadi sudah ditambahkan umi lilik.
Umi lilik hanya menatap adegan itu sambil tersenyum. Diusap-usapnya itilnya dengan lembut. Alif kemudian menghampiri umi lilik dengan penis yang masih tegak. Dia berdiri di hadapan umi lilik yang bersandar di tempat cuci piring. “Agar-agar spesial untuk ukhti sofia,” bisik Alif.
“Nakall!” jawab Umi Lilik. Tangannya bergerak ke bawah mengocok penis Alif dengan gemas. “Aaaawwww!” tiba-tiba dia menjerit kaget ketika Alif mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di tempat cuci piring itu. lalu dengan ganas Alif melabuhkan mulutnya di belahan vagina umi lilik.
“Ahhh ahh h auhhhhhh,” tubuh umi lilik bergerak-gerak liar. Tubuhnya tak bisa berpindah karena kedua pahanya ditahan kuat-kuat oleh Alif. Sementara itu mulut Alif menghisap-hisap klentitnya dengan kuat.
“Terus sayanggg, terus ahhhh, enaknnyaaaaa, ahhhhh,” umi lilik terus menggelepar-gelepar. Tangannya menggapai-gapai ke samping mencari pegangan. Dirasakannya kedutan-kedutan halus di vaginanya kian mengerap.
“Hmmmmhmmmm,” Alif hanya menggeremang tak jelas. Dihisapnya klentit umi lilik dengan penuh gairah. Paha umi lilik diusap-usapnya dari bawah ke atas bolak-balik. Sesekali lidahnya dijulurkannya membelah vagina umi lilik membuat yang empunya kian keras mendesah-desah penuh kenikmatan.
“Alifff, anak nakallll, umi keluar lagi, oooooooohhhh umi keluar…ahhhhhh,” crett crettt crettt, vagina umi lilik berkedut hebat dan cairannya sedikit menyemprot ke luar mengenai wajah Alif yang menengadah tepat di depannya. Alif mengeluarkan lidahnya menjilat-jilat cairan kenikmatan umi lilik. Setelah usai, dia kemudian berdiri, diraihnya kepala umi lilik dan diciumnya lembut mulut sang umi.
“Kau benar-benar gila,” bisik umi lilik.
Alif hanya tertawa. “Jangan lupa adonan agar-agarnya umi,” jawabnya. Umi lilik tertawa mengikik saat Alif membopong tubuhnya kembali ke kamarnya. Alif menjatuhkan tubuhnya di ranjang sementara umi lilik membersihkan tubuhnya dan menyiapkan sarapan.
Jam sepuluh pagi, Ukhti Sofia pulang, saat itu Alif sudah rapi di meja makan bersama umi Lilik.
“Eh ada dek Alif. Sudah lama?” sapa ukhti sofia. Ukhti sofia adalah ukhti dengan wajah keibuan, nampak lembut, ada tahi lalat di atas bibirny sebelah kanan. Dia mengenakan kacamata minus dua berbingkai merah tua, nampak sangat serasi dengan kerudung lebarnya yang juga berwarna seperti itu.
“Belum mbak,” jawab Alif sambil mengangguk. Di hadapannya ada segelas agar-agar. “Ini baru sampai, terus umi malah ngajak sarapan,” dia mengerling umi lilik yang juga tersenyum.
Ukhti sofia duduk di seberang Alif. Umi lilik lalu menyodorkan segelas agar-agar ke hadapannya. “Ini sebelum sarapan,” ucapnya sambil menepuk bahu ukhti sofia.
Ukhti sofia mulai menyendok. Alif mengamatinya dengan dada berdebar. Agar-agar itu yang ada campuran air maninya. Perlahan di bawah meja, dibukanya resleting celananya. Dijuntaikannya penisnya supaya terbebas. “Toh ukhti sofia tak akan melihatnya,” batinnya.
Di mata Alif, ukhti sofia yang sedang mengunyah agar-agar itu lalu menelannya nampak sangat seksi. Ukhti sofia memang merasa ada yang aneh dalam agar-agar itu, akan tetapi dia tak menaruh curiga sedikit pun sebab memang warnanya seputih susu.
“Gimana rasanya sayang?” Umi Lilik bertanya. Dia duduk di sisinya.
“Enak banget umii, makasih yaaa,” sahutnya. Sambil tersenyum dia mengelus tangan ibunya penuh rasa sayang.
“Baguslah, umi memang sedikit bereksperimen dengan agar-agar itu.” jawab umi lilik. Matanya sedikit mengerling Alif.
“Apa resepnya umiii?” tanya ukhti sofia manja. dia kembali menyuapkan sesendok agar-agar ke mulutnya. Alif merasakan penisnya bergerak-gerak, tapi dia pura-pura sibuk memakan agar-agarnya sesopan mungkin.
“Resep dari Alif tuh.” Jawab umi lilik sambil mengarahkan dagunya ke Alif.
“Dekk, apa resepnya nih, enak banget,” kini ukhti sofia menatap ke Alif. Mata Alif balas memandang sang ukhti sebelum tertumbuk ke dada ukhti sofia yang meski ditutupi kerudung lebar tapi tetap nampak menonjol. Sepertinya dia mendapatkan keturunan payudara besar dari ibunya. Umi lilik yang tahu ke mana arah pandangan Alif langsung melotot ke arahnya.
“Euhh, rahasia mbak,” jawab Alif. Dalam benaknya terbayang dia mendoggy sang ukhti berkacamata itu di meja makan sementara tangannya meremas-remas buah dada itu dari belakang. Nampaknya sama besar dengan buah dada umi lilik tapi tentunya masih kencang karena belum disentuh pria mana pun.
“Ahhh, kalian ini bersekongkol, oke oke,” ukhti sofia pura-pura merengut, lalu dia menyuapkan sendok terakhir agar-agarnya ke mulutnya. Umi lilik hanya tertawa. Ngocoks.com
Saat itulah ukhti sofia tanpa sengaja menjatuhkan sendoknya. Dia langsung membungkuk memungut sendok itu yang jatuh ke kolong meja. Agak lama dia di dalam posisi itu, saat posisinya kembali duduk di kursi, dia langsung menatap Alif dengan pandangan aneh. Wajahnya sedikit merah. Ukhti Sofia bangkit.
“Eh eh eh, sarapan dulu sayang,” seru umi lilik.
“Ana ke kamar dulu umi, ini belum ganti baju.” Jawabnya. “Umi sarapan saja sama dek Alif, ya, sofi belum lapar mi, malah ngantuk juga,” Dia langsung berlalu.
Saat itulah Alif baru sadar, saat ukhti sofia membungkukkan tubuhnya, dia pasti bisa melihat penisnya yang menjuntai keluar dari risleting. Dia menepuk kepalanya. Umi lilik menatapnya heran. Alif hanya menunjuk ke bagian selangkangannya. Penasaran umi lilik langsung membungkukkan tubuhnya melihat dari bawah meja. Saat tubuhnya kembali ke posisi semula, dia menatap Alif cemberut
“Semoga ukhti sofia menganggap Alif lupa menutup risteling, umi,” bisik Alif, meski dia pun tak terlalu yakin. Umi Lilik hanya menjulurkan lidahnya menggoda. Lalu dia balas berbisik pelan, “Jangan pulang dulu, setelah sarapan ke kamar umi dulu, sofia kalau sudah tidur paling bangun-bangun siang.” Alif mengacungkan jempolnya. Di bawah meja kontolnya mulai bergerak mengacung.
Bersambung…