Masih pagi, ustazah lia sedang duduk di kamarnya menghadapi segelas teh hangat yang masih mengepulkan asap. Di tangannya satu buku baru tentang reproduksi perempuan sedang dia baca, karangan seorang ummahat yang terkenal di Indonesia. Minggu depan dia diundang untuk mengisi kajian reproduksi perempuan dari sudut pandang agama. Undangan itu datang dari organisasi akhwat kampus tempat dia dan ustazah raudah dulu juga bergabung. Karena itu pulalah hubungannya dengan para kader juniornya masih terjalin sampai sekarang.
Buku itu buku bagus, dilengkapi dengan gambar-gambar juga, gambar-gambar berwarna alat reproduksi perempuan. Beberapa bahkan sangat jelas berupa photo. Ustazah lia membayangkan bagaimana proses pembuatan buku itu berlangsung. Apakah si penulis buku memoto organ tubuhnya, atau dia meminta suaminya, ah, bukan, berondong simpanannya memoto memeknya kemudian setelahnya mereka berdua langsung bersetubuh di depan naskah yang belum jadi, sementara suami sang ummahat itu sedang mengobrol dengan tamu dari penerbitan di ruang sebelahnya.
Memang imajinasi ustazah lia termasuk tinggi. Di balik tubuh mungilnya dan kerudung lebarnya tersimpan nafsu birahi yang menggelora. Itu sudah dibuktikan dengan rutinitas seks webcamnya dengan ahmad soleh yang berujung kenikmatan bersenggama malam kemarin. Ahmad soleh. Ustazah Lia tersenyum membayangkan laki-laki itu yang menolak pulang dan baru mau dia antar pulang setelah sore.
Tentu saja sebenarnya hanya pura-pura diantar pulang, lengkap dengan gamis dan cadarnya sebagai penyamaran. Membayangkan kontol ahmad soleh yang disepongnya menggunakan bibir seksinya dan tubuh laki-laki itu yang menggeliat-geliat, ustazah lia tersenyum lagi. Birahinya bangkit. Diam-diam tangannya menyelinap ke balik gamisnya, mengusap-usap memeknya yang tak tertutup celana dalam.
Semakin lama dia usap, semakin tidak konsentrasi pikirannya pada buku yang dia baca. Dia memutuskan untuk membuka laptopnya dan membuka situs-situs pemuas nafsu birahinya. Karena gejolak syahwatnya yang sudah terlanjur memuncak, dia sampai lupa bahwa pagi itu pintu kamarnya belum dia kunci. Maklum dia tadi keluar sebentar meminta gula ke kamar ustazah raudah untuk tehnya.
Di sebuah situs, dia temukan video yang menayangkan seorang gadis berkerudung disodok-sodok memek dan anusnya oleh dua lelaki kulit hitam. Ahhh, dia terbelalak melihat betapa besarnya batang-batang itu, jauh lebih besar dari batang ahmad soleh. Desahan dan lenguhan si gadis berkerudung yang diikuti dengan raut wajahnya yang nampak meringis campuran antara kenikmatan dan rasa perih membuatnya merasa kian terangsang.
Dia duduk di kursi, mengangkang, kakinya menginjak tepian kursi. Gamisnya tidak sepenuhnya dia singkapkan, tapi tangannya sudah jelas menyelinap ke balik sana, menggerayangi paha dan memeknya sendiri menyentuh titik-titik sensitif di sana. “Ahhhh ahhhhh,” begitu desahannya terdengar seiring birahinya yang memuncak.
Durasi video itu hanya 15 menit. sudah lima menit berjalan dan ustazah lia merasa memeknya sudah basah. Jemarinya semakin liar menusuk-nusuk dinding memeknya sementara imajinasinya melayang membayangkan dirinyalah yang sedang ditusuk oleh dua pria kulit hitam itu. “Auhhhh, uhhhhh, uuuuukkhhhhhh,” matanya merem melek, kepalanya mendongak sementara mulutnya menganga.
Saat itu…
“Ukhti, ana mau ngambil gula, ehhhhhh……” terdengar suara pintu dibuka dan sapaan itu yang berujung pekikan kaget. Ustazah Raudah. Ustazah lia kaget terutama karena dari pintu layar laptopnya terlihat sangat jelas karena posisinya juga membelakangi pintu. Dia tadi memang membawa gula bersama wadahnya dari kamar ustazah raudah, dan dia lupa mengunci pintu.
Ustazah Raudah keluar kembali dan menutup pintu. Dia meninggalkan ustazah lia yang termangu merasa malu karena dirinya sudah tertangkap basah sedang menonton video porno. Bahaya kalau sampai ustazah raudah melaporkannya pada ustazah aminah. Betapa malunya dia. Bisa-bisa dia diusir dari asrama syahamah. Nafsu birahinya turun seketika. Dimatikannya laptop dan dia duduk termenung di kursi memikirkan alasan apa yang bisa dia gunakan untuk membujuk supaya ustazah raudah tidak melaporkannya.
Tentu saja ustazah lia si mungil berkerudung lebar itu tidak tahu bahwa ustazah raudah sebenarnya sudah berdiri di luar pintunya dari tadi. Ustazah lia si akhwat berbibir seksi itu juga tidak tahu soal hubungan antara ustazah raudah dengan Alif dan Ustaz Karim. Dia bahkan tidak tahu bahwa ustazah raudah sudah tahu dirinya kemarin memasukkan laki-laki ke dalam kamar dengan menyamar sebagai ukhti.
Merasa pusing, akhirnya ustazah lia bertekad untuk terus terang saja dan meminta maap pada ustazah raudah. Siapa tahu temannya itu berbaik hati merasa kasihan dan tidak melaporkannya. Maka diambilnya wadah gula dari meja dan dengan gontai dia melangkah keluar dari kamarnya menuju ke kamar nomor delapan. Kamar ustazah raudah.
Tok tok tok “assalamualaikum.” Dia berdiri dengan gamang di depan kamar itu.
“Waalaikumsalam. Masuk.” Terdengar jawaban ustazah raudah dari dalam.
Ustazah lia masuk dengan ragu. Dia menatap ustazah raudah yang sedang duduk di depan laptopnya. Di meja ada segelas teh yang belum diseduh. Ditutupnya pintu perlahan, kemudian dia meletakkan gula di meja. “Makasih gulanya, ukhti,” bisiknya lirih.
Ustazah Raudah hanya menoleh sekilas kemudian kembali menekuni laptopnya. “sama-sama, ukhti lia.”bUstazah lia berdiri dengan ragu di belakang ustazah raudah. Dia bingung harus memulai dari mana membicarakan hal tadi. Akhirnya, “ukhti, ana mau menjelaskan soal….tadi.”
Ustazah Raudah tetap tidak menunjukkan perhatian. “Maksud ukhti?”
“Emmmh, tadi itu ana…”
“Nonton video porno?” Kali ini ustazah raudah menjawab sambil membalikkan posisi duduknya menghadap ke ustazah lia. Matanya menatap tajam.
“i…iy…iya, ukhti, ana khilaf.” Ustazah lia menunduk.
Ustazah raudah bangkit. Dia memasukkan gula ke dalam gelas tehnya, kemudian menuangkan air dari pojok ruangan. Setelah meletakkan gelas itu di meja, dia berkata sambil berdiri. “Kenapa, ukhti?”
Ustazah lia mengangkat kepalanya, kemudian dia kembal menunduk. “Ana…tidak tahan, ukhti. Cuma sekali itu kok ana nonton.”
“Oya? Kalau selain nonton?” ustazah Raudah kembali meneruskan.
Ustazah lia terperanjat. Sempat terpikir olehnya jangan-jangan ustazah raudah tahu dirinya sering web seks dengan ahmad soleh. Atau…jangan-jangan ustazah raudah tahu tentang dirinya dan ahmad soleh malam kemarin. “Ti…tidak, ukhti.”
“Tidak apa? Duduk saja ukhti, di ranjang ya, kursinya hanya satu.” Jawab ustazah raudah. Dia menghampiri pintu dan menguncinya sementara ustazah lia duduk di ranjang. Kepalanya masih menunduk. Pasrah. Ustazah raudah kemudian duduk juga di sampingnya.
“Jujurlah, ukhti, kita sudah berkawan lama. Ana mengenal ukhti sudah seperti saudara sendiri.” Ustazah Raudah melingkarkan tangannya ke belakang tubuh ustazah lia. Tangan itu kemudian meremas bahu ustazah lia dengan lembut.
Ustazah lia mendengar nada lembut ustazah raudah merasa bahwa kemungkinan sang ustazah akan melaporkannya pada ustazah aminah semakin kecil. Maka berangsur-angsur ketakutannya hilang. “Iyya ukhti, ana pernah gituan…”
“Gituan apa ukhti? Yang jelas lah, jangan seperti perawan sedang menerima pinangan,” ustazah raudah tersenyum menenangkan. Tangannya menarik kepala ustazah lia ke arahnya, posisinya kemudian setengah memeluk sang ukhti. Merasa ada sandaran, naluriah ustazah lia menyandarkan tubuhnya.
“Gituan, ukhti, aaaaah, ana malu mengatakannya.” Wajah ustazah lia bersemu merah.
“Alah, nonton video porno gak malu tapi ngobrol sama saudaranya sendiri malu-malu.” Ustazah Raudah kembali tersenyum menggoda.
“Ustazah iniiiii.” Ustazah Lia mulai terbawa juga. Suasana mulai cair di antara mereka berdua. “Itu lho, ukhti, main antara laki-laki sama perempuannn.”
“Main? Main apa ukhti? Main petak umpet? Ana gak paham.” Ustzah Raudah masih menggoda.
Merasa kesal digoda terus, ustazah lia mencubit pinggang ustazah raudah. “Iiihhhh,” ustazah raudah menggeliat. “Malah nyubit coba.”
“Hihi, salah ukhti sendiri malah menggoda.”
“Emang ukhti lia sendiri sih, kenapa susah banget bilang ngentot.” Jawaban ustazah raudah membuat hati ustazah lia berdesir. Betapa lugasnya ustazah yang satu ini mengucapkan kata yang dari tadi sungkan dia ucapkan.
“Ukhti…..” ustazah lia menatap ustazah raudah yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum. Tangan ustazah raudah merengkuh pinggangnya sementara posisi tubuhnya setengah dipeluk oleh ustazah itu.
“Tubuh ukhti mungil, tapi dadanya sekal ya…” ustazah raudah menjawab sementara tangannya mengusap payudara ustazah lia pelan.
“Ukhti! Apa-apaan….” ustazah lia mencoba bangkit tapi tangan ustazah raudah menahannya dan malah menariknya semakin erat dalam pelukan.
“Sudahlah, ukhti, ana bisa ngelaporin ukhti ke umi aminah, kecuali….” ustazah raudah menggantung ucapannya. Tangannya semakin liar meremas payudara ustazah lia.
“Kecuali ap….mmmmhhhh,” ucapan ustazah lia menggantung juga karena mulutnya yang sedang membuka dicaplok oleh mulut ustazah raudah. Dia berusaha melepaskannya tapi tangan ustazah raudah yang satu lagi malah menekan kepalanya dari belakang.
“Bibir ukhti seksi,” bisik ustazah raudah setelah bibir mereka berpisah.
Ustazah lia tak menjawab. Diam-diam dia merasakan birahinya yang tadi sempat turun kini naik kembali. Bibir ustazah raudah dirasakannya sangat lembut, membuai dan membangkitkan birahinya yang tadi sempat dirangsang oleh video akhwat berkerudung lebar dientot oleh dua kulit hitam.
“Ukhti pernah ngentot kan? Kini ukhti bakal ngerasain sama perempuan juga sama nikmatnya.” Kembali ustazah raudah berbisik. Tangannya dengan ahli menggerayangi sekujur tubuh ustazah lia dari balik gamisnya, menyentuh area-area sensitif di tubuh sang ukhti. Posisi tubuh ustazah lia kini sudah sepenuhnya berada di pelukan ustazah raudah.
Tangan ustazah raudah kini menyelinap ke balik gamis ustazah lia, menyusuri paha ustazah lia ke atas sampai tubuh ustazah lia bergetar merasakan syaraf-syarafnya yang sensitif disentuh dengan lembut oleh jemari nakal ustazah raudah. Tak berhenti di sana, tangan itu dengan nakalnya langsung membelah bibir vagina ustazah lia membuat yang punya mendesah sambil memejamkan matanya, “Ukhhhhhhh, ukhti, ukhti, sudah, aaah ah aaaaaahhhhh,”
Boro-boro berhenti, ustazah raudah semakin liar. Kini didorongnya tubuh ukhti lia ke ranjang sampai berbaring. Ustazah lia yang meredakan nafasnya yang memburu belum sempat melakukan apa-apa ketika dia merasakan ustazah raudah menyingkap gamisnya sepinggang dan dirasakannya jilatan-jilatan basah di jembutnya.
“Ukhh, aduhhh, ukhti, apa-ap…ahhh, akh nikmatnyaaa,” rintihan ustazah lia terdengar antara rasa sungkan dan kenikmatan. Dengan ahli ustazah raudah menusuk-nusukkan lidahnya ke belahan yang nampak bersih itu. Sesekali disentilnya itil ustazah lia menggunakan ujung lidahnya membuat yang punya merintih-rintih kenikmatan.
Suatu saat ustazah raudah kemudian menghentikan jilatannya. Dia bangkit dan menyingkapkan gamisnya juga sepinggang. Kemudian dia memposisikan vaginanya bersentuhan dengan vagina ukhti lia sementara mulutnya langsung melumat bibir ustazah lia yang saat itu sudah pasrah. Matanya terpejam seiring desahan dan rintihan yang keluar dari mulutnya.
Cuppp cupppp cupppp, bibir ustazah lia yang seksi memang membuat ustazah raudah merasa gregetan. Dilumatnya bibir itu tanpa bosan. Lalu dimasukkan lidahnya menjelajahi rongga mulut ustazah lia, memberikan kenikmatan yang sama nikmatnya dengan saat ahmad soleh mencumbu ustazah lia. Diakui oleh ustazah lia bahwa sang ukhti memang lebih jago dalam mencumbu dan menyerang area sensitif di tubuhnya daripada ahmad soleh.
Selangkangan ustazah raudah kemudian bergerak perlahan, “Ukhhh,” tubuh ustazah lia mengejang ketika dirasakannya vagina sang ukhti menyentuh itilnya. Dirasakannya kenikmatan yang penuh sensasi meski tak dirasakannya ada penis yang memasuki rongga vaginanya. Dirangsang sedemikian rupa, kini ustazah lia pun mulai aktif membalas.
Diremasnya kuat-kuat buah dada ustazah raudah sampai gantian ustazah alim itu mengerang. Tak tahan, ustazah raudah melepaskan tangan ustazah lia dari buah dadanya kemudian dijilatinya leher sang ustazah sambil menyingkapkan kerudung lebarnya. Dengan gemas digigit-gigitnya leher jenjang ustazah mungil itu meninggalkan bekas cupangan merah di sana.
Merintih-rintih ustazah lia memeluk erat tubuh ustazah raudah. Digesek-gesekkan selangkangannya mencari posisi yang pas itilnya supaya bersentuhan kembali seperti tadi. Setiap tersentuh, rintihannya terdengar makin keras memenuhi ruangan. “Akhh akhhh, ukhti, akhhhh, terussh hhhh hhhh ukhtiku, akhhhh,”
Rintihan binal ustazah lia membuat ustazah raudah semakin bernafsu. Bibirnya kini menjilati dada ustazah lia dari balik gamisnya sampai basah dan memperlihatkan putingnya. Setelah itu, digigit-gigitnya pelan masih dari balik gamis. Tubuh ustazah lia menggelinjang. Dirasakan desiran-desiran nikmat di sekujur tubuhnya yang tak jelas entah di sebelah mana. Kenikmatan itu membuatnya demikian cepat akan mencapai orgasme.
“Ukhti, ahhh, ukhti, ana mauuu…ahh, ken…cingggg…ahhhh auhhhh,” ustazah lia merintih-rintih. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang tak karuan sementara gesekan selangkangannya makin tak beraturan. Ustazah raudah kemudian menyudahi jilatannya di payudara ustazah lia kemudian dia menurunkan kepalanya ke arah selangkangan ustazah lia, dan….
“Aaaaaaaaaaaaaagggggghhhhhh,” ustazah lia menjerit keras seiring dengan orgasmenya ketika ustazah raudah menjilat dan menghisap klentitnya. Selangkangannya terangkat membuat tangan ustazah raudah harus menahan pahanya kuat-kuat. Mulutnya menganga lebar sementara matanya mendelik memandang langit-langit. Beberapa saat kemudian setelah orgasmenya itu, tubuh ustazah lia melenting ke bawah ke ranjang. Nafasnya terengah-engah seperti habis berlari maraton.
“Gimana, ukhti? Sama enaknya kan dengan ngentot bareng laki-laki bergamis?” Ustazah Raudah berbisik sementara kedua memek mereka masih bergesekan. Tubuhnya masih meneduhi tubuh ustazah lia. Tangannya membelai kepala ustazah lia, merapikan kerudung lebar sang ustazah alim yang acak-acakan.
“Hhhh hhhh,” ustazah lia hanya mendesah-desah. Selangkangannya bergerak-gerak menggesek-gesekkan bibir vaginanya dengan bibir vagina ustazah raudah. Sepertinya dia mengharapkan ronde kedua.
“Hihi, malah kecanduan kan ukh….” ucapan ustazah raudah terpotong oleh mulut ustazah lia. Dia membalas tak kalah binal. Lidahnya menari-nari masuk menggelitik rongga mulut ustazah lia.
“Nakall,” begitu ucapnya saat mulut mereka berdua sudah terpisah.
Ustazah Lia tersenyum. Kemudian dia membalik posisi tubuhnya menjadi di atas ustazah raudah. Di meja, gelas teh ustazah raudah masih utuh tak tersentuh. Teh di dalamnya sudah mendingin sementara yang empunya masih sibuk diamuk syahwat yang menggelora, mencari kepuasan sesama jenis, sesama ustazah asrama syahamah yang dalam kesehariannya selalu menundukkan kepala dari pandangan laki-laki dan menutupi tubuh seksi mereka menggunakan gamis kombor dan kerudung lebar.
*****
Ustazah Lia akhir-akhir ini sibuk dengan twitternya. Semula dia memang lebih suka facebookan, terutama ketika dia sudah mengenal ahmad soleh. Layanan seks webcam memberikan sensasi kenikmatan tersendiri baginya. Walaupun dia adalah seorang akhwat, ustazah pula yang sehari-harinya selalu bergamis dan berkerudung lebar, akan tetapi bukan berarti nafsu birahinya tidak membara.
Akhwat-akhwat seperti dirinya justru memang memiliki nafsu yang lebih mudah meledak dan juga imajinasi yang tinggi karena selama ini syahwat mereka terlalu dikekang. Tapi kemudian ketika dia sedang membuka twitternya, dia menemukan direct message dari seorang followernya
“Halo ukhti, bibirnya indah sekali,” begitu direct message yang pertama.
“Ahh, aku selalu membayangkan kontolmu dihisap bibirmu ukhti.” Begitu selanjutnya.
Lalu direct message yang selanjutnya adalah foto-foto dirinya yang dimuncrati sperma. Nampak sebagai foto asli. Belum lagi ada banyak kata-kata yang menunjukkan kalau followernya itu benar-benar pengagumnya. Diam-diam ustazah lia merasa tersanjung juga. Selain itu, dia melihat bahwa penis si follower itu lebih besar daripada punya ahmad soleh.
Nama follower itu kalakanji.
Akhirnya ustazah lia membalas juga direct message itu, termasuk melayani inboks seks atau insex dengannya. Berurutan setelah itu entah kenapa seiring dengan seringnya dia ngetwitt yang mengesankan dirinya adalah akhwat malu-malu kucing, menggoda tapi tetap terkesan sopan, banyak sekali followernya yang mengirimi direct message yang intinya sama: mereka merasa bergairah untuk menyetubuhinya, beberapa bahkan berani membayar mahal.
Sejak dulu ustazah lia tak pernah merasa kesulitan soal uang karena dia mendapatkan tunjangan yang lumayan dari bibinya yang janda. Tapi bulan kemarin bibinya itu, Umi Purwanti menikah lagi dan entah kenapa kebutuhannya meningkat. Maka tunjangan untuk ustazah lia pun berkurang sedikit demi sedikit. Sementara pada saat yang sama ustazah lia hanya mendapatkan penghasilan dari gajinya mengajar privat yang tak seberapa.
Intinya, saat ini ustazah lia sedang kekurangan uang. Maka sempat terpikir olehnya bagaimana jika dia merelakan saja tubuhnya untuk dibayar mahal. Yang penting aman dan tak diketahui ustazah aminah, maka semuanya akan beres. Toh akhir-akhir ini dia rasakan juga birahinya sering meledak-ledak minta dipuaskan. Kan asyik dia bisa mendapatkan uang banyak sekaligus juga mendapatkan pelampiasan birahi.
Tok tok tok, “assalamualaikum,” bahkan tanpa menoleh pun ustazah lia sudah tahu itu adalah ustazah raudah. Dia hanya tersenyum. Lamunannya pun terputus. “Waalaikumsalam, masuk ukhti, gak dikunci.” Ditutupnya laptopnya, kemudian dia duduk menghadap ke ustazah raudah yang masuk dan tersenyum kepadanya. Cklek, ustazah raudah mengunci pintu dari dalam.
“Kok dikunci, ukhti?” Ustazah Lia bertanya pura-pura heran.
“Ada dehh,” Ustazah Raudah menjawab seenaknya. Dia melangkah menghampiri ustazah lia dan menundukkan kepalanya, “Cupp cuppp,” bibirnya melumat bibir seksi ustazah lia. Ustazah Lia membalas dengan memain-mainkan lidahnya di dalam mulut akhwat yang penuh birahi itu. Setelah kenikmatan kemarin bersama rekannya itu, dirinya sudah tak merasa sungkan lagi.
“Ukhti ini, jam segini udah maen cium saja,” Ustazah Lia menggoda.
“Kangen antum sih,” jawab ustazah raudah. Dia kemudian meletakkan tas kanvas yang tadi dia jinjing di ranjang ustazah lia.
“Apa itu ukh?” ustazah lia bangkit menghampirinya. Tangannya meremas bokong ustazah raudah sambil membungkuk mencoba melihat isi tas itu. Matanya membelalak melihat barang-barang aneh yang selama ini hanya dia lihat di internet. dia pun mengeluarkan satu demi satu. Ada dildo vibrator, ada benda seperti seperti kalung dengan bulatan-bulatan yang sedikit lebih besar, ada benda seperti ikat pinggang…
Ustazah raudah mengambil benda seperti ikat pinggang itu, menyingkap mukenanya kemudian memakainya di pinggangnya. “Strapon ukhti,” ustazah raudah memberitahu namanya. Kemudian dia memasangkan dildo di bagian yang menutupi memeknya dan berdiri seperti memamerkan dirinya di hadapan ustazah lia. Ceritasex.site
Nampaklah kini seorang ustazah alim asrama syahamah dengan mukena tersingkap sepinggang dengan strapon di pinggangnya menyangga dildo warna pink mengacung. Perasaan ustazah lia berdesir membayangkan petualangan syahwatnya yang baru.
Dia menyentil-nyentil dildo itu yang lalu bergetar berayun-ayun. “Coba jilat, ukhti,” ustazah raudah berbisik. Ustazah lia lalu menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilatnya dengan gaya yang menggoda. Tak tahan, ustazah raudah meremas buah dada ustazah lia yang sudah membusung mengeras di balik mukenanya.
Dildo di selangkangan ustazah raudah sudah basah oleh liur ustazah lia. Sang ustazah kemudian berdiri. Dengan nafas memburu dan mata sedikit sayu, disentuh-sentuhkannya bibirnya pada bibir ustazah raudah. Menggoda. Ustazah raudah mencoba menangkap bibir itu dengan bibirnya, tapi bibir seksi ustazah lia menghindar dan masih seperti tadi hanya menyentuh-nyentuh saja.
“Ukhti nakal ya sekarang..” desis ustazah raudah sambil tangannya memeluk tubuh ustazah lia. Bibirnya masih mencoba melumat bibir seksi ustazah lia.
“Dari dulu, hhh” jawab ustazah lia seperti bisikan. Di bawah, diangkatnya mukenanya dan dibimbing satu tangannya diselipkannya dildo itu di antara kedua pahanya, tepat di bawah selangkangannya sehingga dildo itu menggesek-gesek pangkal pahanya nikmat. Disengajanya pahanya sedikit diregangkan sehingga tidak mejepit dildo itu. Ustazah raudah yang mengerti kemudian menggerakn-gerakkan dildo itu pelan.
Cupppp cupppp cupppp, akhirnya setelah tangan ustazah raudah mencengkram belakang kepala ustazah lia erat, dia bisa juga melumat bibir ustazah lia. Ustazah lia menghisap bibir bawah ustazah raudah penuh gairah, sementara itu lidah ustazah raudah sudah menari-nari menerobos mulutnya, menjilat-jilat rongga hangat, menimbulkan rasa geli pada ustazah lia.
Setelah puas bercumbu dalam posisi itu, ustazah raudah membalikkan tubuh ustazah lia, membuatnya membungkuk dengan tangan menahan tubuhnya pada pinggiran ranjang. Ustazah raudah menyingkapkan mukena ustazah lia, kemudian…
“Aaaaaaah ah ahhhhh ahhhhhhhh,” ustazah lia menggeliat-geliatkan tubuhnya saat dirasakan lidah usatzah raudah menari-nari di belahan pantatnya. Lidah itu dengan nakalnya kemudian menyelinap ke bawah pangkal selangkangannya, membuat dia menggerak-gerakkan selangkangannya mengharapkan memeknya juga terjilat oleh lidah basah dan hangat itu.
Ustazah raudah surti. Dengan tangannya paha ustazah lia sedikit diangkat sehingga memeknya kelihatan merekah. Ustazah lia membantu dengan melentingkan tubuhnya dan menunggingkan bokongnya. Belahan yang merekah itu lalu dijilat-jilat oleh ustazah raudah, membuat ustazah lia semakin keras merintih-rintih. Kepalanya bergoyag-goyang liar dengan mata terpejam merasakan kenikmatan jilatan sang ustazah.
Sesaat ustazah lia merasakan jilatan itu terhenti, lalu saat dia baru hendak membalikkan kepalanya menengok ke belakang, “Uggghhhhh,” dirasakannya benda panjang menyelinap menujah memeknya dari belakang. Dildo itu berjaya menerobos area kenikmatannya, kemudian dengan liar ustazah raudah memaju mundurkan tubuhnya menambah kenikmatan sang ustazah berbibir seksi itu.
Plokkkk plokkk plokkkkk, suara benturan pangkal selangkangan ustazah raudah dengan pantat indah ustazah lia terdengar serasi berkombinasi dengan bunyi desahan keduanya. Sesekali tangan ustazah raudah membelai-belai puting susu ustazah lia dari belakang, sesekali memelintirnya memberikan campuran rasa nyeri dan kenikmatan.
Setiap kali dildo itu menujah masuk, bukan hanya ustazah lia yang merasakan kenikmatan akan tetapi juga ustazah raudah. Ternyata strapon milik sang ustazah adalah strapon dobel. Tak hanya mengandung dildo tapi juga vibrator perangsang memek. Maka setiap dildo itu menekan, ustazah raudah pun merasakan vibrator di memeknya makin merangsang memberikan getaran di area sensitifnya. Tak heran desahannya kemudian tak kalah nyaring dengan ukhti pasangannya itu.
“Teruss terusss ukhti terusssshh ahhhh hhh nikmatnya, ahhhhhh,” ustazah lia menggumam tak karuan seiring tubuhnya yang makin liar bergerak-geak mengimbangi sodokan ustazah raudah. Ustazah raudah menggeram keras “Ughhhh akhhhhh, augggghhhh, ukhti, akhhhh,” tubuhnya mendorong-dorong makin keras sampai-sampai ustazah lia harus menekan ranjang lebih keras, sepertinya rangsangan vibrator di memek ustazah raudah sudah hampir selesai melaksanakan tugasnya.
Merasa dirinya hampir orgasme, ustazah raudah mencabut dildo itu kemudian mendorong tubuh ustazah lia terlentang di kasur. Dengan tergesa sambil merintih-rintih merasakan vibrator yang menggetarkan memeknya, dia melumat bibir ustazah lia kemudian memasukkan kembali dildonya di memek ustazah lia yang juga sudah hampir orgasme. Diremas-remasnya buah dada ustazah raudah yang menggantung, sesekali disentilnya pelan puting yang sudah mencuat menggoda itu membuat ustazah raudah meraung raung penuh kenikmatan.
Tubuh keduanya sudah basah oleh keringat. Mukena ustazah lia sudah menempel ke tubuhnya membuat pemandangan yang makin merangsang birahi ustazah raudah. Disentakkannya dildonya makin liar menusuk-nusuk memek ustazah lia yang sudah makin basah, “ahhh, ukhti, ukhti, ukhtiiiiiiiiii, ana hampir keluarrr, ahhh, keluarrrrrrrhh,” ustazah raudah meracau tak karuan, ustazah lia yang merasakan hal yang sama kemudian mencengkram kepala ustazah raudah mendekatkannya ke mulutnya dan menempelkan hidungnya di hidung sang ustazah, matanya menatap mata pasangannya itu penuh birahi. Di bawah pantatnya digoyangkannya membalas tujahan ustazah raudah.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!” ustazah raudah meraung keras , tubuhnya bergeletar liar, ditahan oleh tangan ustazah lia yang memeluknya kuat-kuat. Pada saat yang sama, ustazah lia juga mencapai puncaknya, tubugnya kelojotan merasakan cairan kewanitaannya memancar membasahi dildo yang menancap kukuh di vaginanya. “Ukhtiiiiiiiiiiiiiiiiii!” ustazah lia balas menjerit.
Selama beberapa saat tubuh keduanya menggeletar-geletar di atas ranjang. Vibrator di memek ustazah raudah dan dildo di memek ustazah lia menjadi saksi kenikmatan dua ustazah itu yang semakin kreatif mencari kepuasan syahwat mereka di asrama syahamah. Mukena keduanya sudah hampir seluruhnya basah, melekat pada tubuh keduanya yang seksi, menciptakan pemandangan yang sangat erotis bagi siapapun yang melihatnya.
“Ukhti,” Ustazah Raudah berkata pelan sementara tubuh mereka berdua yang penuh keringat berbaring berdampingan. Paha ustazah raudah menumpang satu di paha ustazah lia. Wajah keduanya berseri meski nampak lelah setelah petualangan seks yang mendebarkan itu. Ngocoks.com
“Iya, sayang,” Ustazah Lia menjawab genit sambil tangannya tak diam mengusap-usap dada ustazah raudah.
“Ukhti besok ke kampus kan? Ngisi kajian?” Tangan ustazah raudah menggenggam tangan ustazah lia dan mengelusnya lembut.
“Iya, ukh, kenapa? Mau ikut?”
“Enggak, ana punya ide yang menarik buat ukhti.”
“Apa itu?”
Ustazah Raudah kemudian menyampingkan tubuhnya. Kakinya menumpang ke kedua paha ustazah lia yang berbaring menelentang. Kemudian dia berbisik di telinga ustazah lia.
Mata ustazah lia membelalak. “Hussss, ukhti ini.”
“Hihi,” ustazah raudah kembali menelentangkan tubuh bugilnya. “Menarik kan, ukhti? Besok ana pinjamin kok, gratis.”
“Gak mau ah ukhti,”
“Coba bayangkan sensasinya. Gak bakalan ketahuan kok ukh, kujamin dehh.”
Ustazah Lia berpikir sejenak. Kemudian dia berkata, “baiklah, ukh, kayaknya menarik memang.”
“Nah gitu.” Ustzah Raudah tertawa lebar. Dia kemudian bangkit dan membenamkan kepalanya di selangkangan ustazah lia dari samping.
“Aduhhhh, uhhhh, ukhti ini gak bosen-bosennn,” Ustazah lia menggeliat merasakan lidah ustazah raudah menjilat-jilat memeknya. Tangannya mencengkram kepala ustazah raudah, membenamkannya di jembutnya yang rapi. Ustazah raudah tak menjawab. Dia asyik menikmati mainan barunya yang menyenangkan. Dirasakannya vaginanya sendiri pun sudah sangat basah meminta dipuaskan.
Bersambung