Ustazah Lia menunggu dengan gelisah di parkiran kampus dekat asrama syahamah itu, tempat yang sama dirinya kemarin-kemarin mengisi acara kajian yang berakhir dengan persetubuhannya dengan Fahri. Sesekali matanya memandang orang-orang yang datang ke sana, berharap orang yang dia tunggu datang.
Parkiran itu memang parkiran terbuka. Siapapun bisa mengaksesnya terutama karena di pojok parkiran itu juga ada mesin ATM yang beroperasi 24 jam. Sudah sepuluh menit yang lalu dia mengirim sms ke nomor orang yang dia tunggu: “Ana sudah di parkiran.”
Sore itu ustazah lia mengenakan kerudungnya yang berwarna hitam kembang-kembang panjang sampai pantatnya. dikombinasikan dengan gamis kombor berwarna cokelat muda yang nampak sederhana. Hanya ada sedikit corak di bagian depannya. Dia membawa tas kanvas yang dulu sering dia bawa saat dia masih kuliah. Penampilannya sebagai seorang ukhti sudah sangat sempurna.
Sepuluh menitan kemudian, seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dengan dandanan rapi seperti mahasiswa datang mengendarai vixion. Perasaan ustazah lia berdesir. Laki-laki itu memandang sekitar seperti mencari seseorang, kemudian saat matanya menangkap sosok ustazah lia, dia melajukan motornya dan berhenti tepat di depan ustazah lia.
Membuka helmnya, dia mengangguk kemudian menghampiri ustazah lia.
“Ukhti Lia?” sapanya dengan nada bertanya.
Ustazah Lia tersenyum kemudian mengangguk. Matanya masih mengamati laki-laki itu dengan seksama. Kemudian laki-laki itu kembali bertanya, “Aku kalakanji. Langsung saja yuk ukhti, ngobrolnya nanti saja,” sambil mengedipkan matanya, dia menambahkan, “udah enggak sabar.”
Ustazah lia kemudian bangkit dan naik ke boncengan di belakang Kalakanji. Lalu sepeda motor itu pun berlalu meninggalkan parkiran kampus. Dalam perjalanan, mereka berdua sempat mengobrol sedikit, ternyata Kalakanji adalah mahasiswa kampus itu. Semester 6. Jelas dia orang kaya, terlihat dari penampilannya. Dan terlihat juga dari kosnya.
“Ini kosku, ukhti,” Kalakanji memarkir motornya di depan kamar kosnya. Sebuah kamar kos yang besar, lengkap dengan serambi. Hanya ada 3 lokal di sana, dan masing-masing lokal dibuat dengan model perumahan. Artinya, jika tinggal di sana sepertinya tak perlu berakrab-akrab dengan tetangga.
“Mari masuk,” Kalakanji mendahului masuk ke kamarnya. Kamarnya memang luas meski perabotannya tak banyak. Ada kamar mandi dalam, ada juga ruangan terpisah ke belakang sebagai dapur. Sepintas mirip dengan kamar kos Fahri akan tetapi ukurannya kira-kira dua kali lipatnya.
“Duduk dulu ukhti, anggap saja kamar sendiri,” Kalakanji menampakkan senyum nakalnya. Dia kemudian berlalu ke belakang. Ustazah Lia menaruh tasnya di meja. Dia kemudian duduk di kursi depan meja itu. Matanya menatap sekitar kamar, mencoba menebak seperti apa karakter penghuni kamar itu.
“Nama asli antum siapa, mas?” Ustazah Lia membuka pertanyaan ketika Kalakanji sudah kembali ke depan. Ustazah Lia sedikit memicingkan matanya melihat minuman yang dibawanya. Dua botol pilsener ukuran tanggung, tampaknya baru keluar dari coolbox yang memang ada di dapur kalakanji. Ustazah lia tentu saja belum pernah meminum minuman seperti itu sehingga dia merasa berdebar-debar juga.
“Ahh, Nofal, ukhti, hehe,” Kalakanji memberi isyarat ustazah lia supaya bangkit dari kursi. Kemudian dia duduk di sana dan tanpa cannggung langsung menarik tubuh ustazah lia sehingga jatuh ke pangkuannya. Ustazah Lia menurut saja, meski dia untuk sementara belum menunjukkan banyak gerak. Hal itu justru membuat Nofal gemas. Tangannya merangkul pinggang ustazah lia di pangkuannya, sementara tangannya yang satu menyentuh-nyentuh bibir ustazah lia.
“Ayo diminum dulu ukhtiku,” Nofal kemudian sambi menenggak bir itu. Ustazah lia mengamati. Kemudian dia nyeletuk. “Kok ana enggak dikasih gelas sih, mas?”
Nofal tertawa. “Gelas? Gak usah ukhti,” tangannya sedikit meremas pinggang ustazah lia. “Buka saja mulut ukhti,” ucapnya. Ustazah lia menurut. Sementara nofal menenggak kembali minumannya, tapi tidak meminumnya. Mulutnya nampak kembung dipenuhi pilsener. Dia kemudian mendekatkan bibirnya ke mulut ustzah lia yang terbuka. Kemudian dicaploknya bibir itu dengan posisi kepalanya di atas dan kepala ustazah lia mendongak, ditahan oleh satu tangan Nofal.
“Glkkkkk glkk glkkk,” pilsener dari mulut nofal kemudian berpindah ke mulut ustazah lia dan langsung mengalir ke tenggorokannya. Terasa sedikit aneh, ada rasa masamnya, tapi entah kenapa ustazah lia menyukainya. Baru kali ini dia mencoba permainan semacam ini.
Nofal mengamati wajah ustazah lia sambil tersenyum. “Gimana ukhti, enak?”
Ustazah lia mengangguk. Balas tersenyum. Nofal tak tahan melihat bibir seksi itu, bibir bawah yang tebal menggoda membuatnya langsung menurunkan kembali bibirnya, cuppp cuppp cuppp. Kali ini ustazah lia mulai beraksi, dikeluarkannya lidahnya menelusup ke dalam rongga mulut nofal, membuat nofal terangsang dan tangannya mulai liar menggerayangi tubuh ustazah lia di pangkuannya yang mengenakan gamis kombor coklat muda itu.
“Ahhhh,” ustazah lia menggeliat-geliat. Tangannya memeluk erat leher nofal, sesekali mengusap-usapnya lembut, menyentuh saraf-saraf tubuh nofal membuat kontolnya yang terhimpit pantat ustazah lia mulai bergerak-gerak. Ustazah lia juga merasakannya. Sambil tersenyum dia menyelipkan tangannya ke benda di bawah pantatnya itu.
“Apa ini, mass?”
“itu kontol, ukhtiku sayang,” Nofal menyingkapkan sedikit kerudung lebar ustazah lia, kemudian kepalanya menyelusup ke baliknya, bibirnya langsung menjilat-jilat leher ustazah lia sampai yang punya kelimpungan. Tak hanya itu, sesekali ustazah lia juga menggelinjang ketika dirasakannya gigitan-gigitan kecil di lehernya.
Balas dendam, dia menurunkan sedikit pantatnya di pangkuan nofal, dengan demikian area penis nofal pun bisa bebas. Dengan sedikit gerayangan tangannya menyusup ke balik celana nofal, menyentuh kontolnya yang sudah membesar terangsang. Diusapnya lembut, tapi saat dirasakannya gigitan-gigitan di lehernya, dia balas mencubit pelan kontol itu.
“Arrrghhhh,” Nofal menggelinjang bangkit. Mau tak mau ustazah lia pun ikut berdiri sambil tertawa. “Nakal ukhti,” desis naufal, tubuhnya memeluk ustazah lia dari belakang dalam posisi berdiri.
“Tapi suka kan?” ustazah lia menggelendot manja ke tubuh nofal, membuatnya makin gregetan. Memang nofal punya pacar, tapi bukan akhwat. Dia sudah berkali-kali ngesek dengan pacarnya itu sampai bosan dan mengharapkan sensasi lain, menyetubuhi akhwat seperti ustazah lia.
“Suka sekali, hehe, uangnya sudah masuk rekening ukhti kan?” kali ini nofal meremas-remas kedua payudara ustazah lia dari belakang dengan ganas. Sementara ustazah lia menyandarkan kepalanya di bahu kiri nofal sambil kepalanya menoleh ke wajah nofal.
“Sudahh, tambahi dong mass,” cupp cuppp cupp, diciumnya bibir nofal yang membalas sambil memejamkan mata. Dirasakannya kontolnya semakin tegang di bawah, terkurung di celananya yang terasa kian menyempit.
“Iyah ukhtiku, nanti pasti kutambahi,” desisnya. Nofal sudah mentransfer sebesar 2 juta tadi, sebagai upah 24 jam menikmati tubuh sang ustazah. Bagi dia duit sebesar itu hanya duit yang sepele.
“Cuppp,” ustazah lia kembali menciumnya. Kemudian ustazah lia membalikkan tubuhnya dan mendorong tubuh nofal ke dinding kamar. Nofal menurut saja dengan hati berdebar-debar. Apalagi yang akan dilakukan ukhti liar ini, begitu pikirnya.
Setelah tubuh nofal bersandar di dinding, ustazah lia tersenyum dan menggerakkan wajahnya mencium sepintas saja bibir nofal. Kemudian sambil tangannya mengusap-usap makin ke bawah, dari dada, ke perut, tubuhnya pun semakin ke bawah. Lalu tangan ustazah lia mencapai celana nofal dan langsung mencoba melepasnya.
Mata ustazah lia berbinar menatap benda yang nampak tegang di bawah celana dalam nofal. Dia melepas celana itu sampai ke bawah dengan sabar. Nofal mengangkat kakinya supaya celana itu bisa terlepas semuanya. Kemudian tangan ustazah lia dengan lembut melepas celana dalam itu. penis nofal langsung mengacung menyentuh-nyentuh kepala ustazah lia yang ditutupi kerudung kembang-kembang hitam.
Ustazah lia menundukkan kepalanya mencium paha nofal dari atas menyusur ke bawah pelan-pelan, sementara tangannya mengocok-ngocok kontol nofal pelan. Nofal memejamkan matanya bersandar di dinding. Kakinya bergerak-gerak dirangsang oleh gerakan bibibr ustazah lia yang membuat kontolnya makin menegang. Kocokan di kontolnya juga terasa sangat lembut. Maklum tangan ustazah lia bukan tangan yang terbiasa bekerja berat.
“Ahhh, ukhtiiii,” tangan nofal kemudian bergerak meraih kepala ustazah lia, mengusap-usapnya pelan. Ustazah lia pindah ke paha satunya dan dia pun melakukan hal yang sama seperti tadi, tangannya semakin gencar mengocok-ngocok penis nofal membuat benda itu makin tegang mengacung.
“Aihhhhhhhhhh,” desahan nofal berganti, kepalanya mendongak dengan mata memejam ketika dirasakannya rongga yang hangat, lembut, dan basah mengulum kontolnya. Terasa seperti vagina, nikmat sekali. Tangannya gelisah di dinding sementara ustazah lia perlahan memaju mundurkan mulutnya yang dipenuhi oleh kontol nofal. Sesekali diperagakannya seperti dia sedang menggosok rongga-rongga mulutnya dengan menggunakan kontol itu.
“Terus ukhti, teruss,” desis nofal. Kali ini kepalanya menunduk mengamati pemandangan erotis ustazah alim berkerudung lebar dan bergamis kombor sedang asyik mengulum kontolnya. Tangannya meraih belakang kepala ustazah lia dan ikut menggerak-gerakkannya maju mundur.
Slappp slappp, bunyi kuluman kontolnya menggema memenuhi ruangan itu. Nofal merasakan kuluman di kontolnya terasa berbeda dengan kuluman pacarnya. Terasa lebih nikmat. Dia bahkan merasakan kontolnya tak akan bertahan lama jika dibiarkan begini terus. Maka dia pun menahan kepala ustazah lia dan berkata, “Sudah dulu ukhtiku,”
Ustazah lia menurut. Dia kembali berdiri berhadapan dengan nofal. Tangannya kini ganti mengocok-ngocok penis nofal yang sudah licin berlumuran liurnya. Nofal mencopot kausnya kemudian dengan ganas memegang kepala ustazah lia dan melumat bibir seksinya. Ustazah lia membalas, cuppp cuppp cupppp,” ciuman keduanya nampak liar menimbulkan bunyi kecipak menggairahkan.
Nofal meremas-remas payudara ustazah lia yang sudah membusung sekal. Disentuh-sentuhnya putingnya dari balik gamis ustazah lia membuat sang ustazah mengerang-erang kenikmatan. Lalu tangan nofal semakin liar menyingkapkan gamis ustazah lia, meraba-raba pahanya, menyentuh lubang memeknya yang tak terlindungi apapun.
“Ahhhh, masssshhhh,” ustazah lia menggelinjang. Nofal mengobel-ngobel memek ustazah lia penuh nafsu. “Ahhhhh ahhhhh,” desahan ustazah lia meninggi ketika jemari nofal menyentuh-nyentuh itilnya dengan kasar. Tubuhny mengejang-ngejang gelisah, ditahan oleh satu tangan nofal yang lain yang merengkuhnya.
Nofal kemudian menghentikan rangsangannya. Dia tersenyum. “Sebentar, ukhtiku.” Ustazah lia kemudian duduk di ranjang. Nofal membuka lemari pakaiannya, kemudian mengambil satu pakaian dari sana dan memberikannya pada ustazah lia. “Hadiah, dipakai sekarang ya, ukhti sayang,”
Ustazah Lia membeberkan pakaian itu. ternyata itu lingerie. Lingerie seksi warna hitam, tembus pandang, dia menatap nofal, “Pakai ini?” tanyanya sambil mengacungkan lingeri itu. Nofal mengangguk. Dia masih berdiri mengamati ustazah lia. Kontolnya mengacung tegak, tampak basah oleh liur ustazah lia.
“Baiklah,” ustazah lia berdiri dan mencopot kerudungnya lebih dahulu.
“Nanti kerudungnya pakai lagi ya ukhti,” nofal berkomentar.
Ustazah lia hanya tersenyum kemudian mencopot gamisnya juga. Baru saja ustazah lia akan memakai lingeri itu, sudah dirasakannya tubuh nofal menghimpit tubuhnya dari belakang, tangannya meremas-remas payudaranya sementara dirasakan oleh ustazah lia gigitan di bahunya.
“Ahhh, mas ini, katanya pake lingerie,” tangan ustazah lia bergetar mengacungkan lingeri, menahan rangsangan yang diraskaannya.
“Hhhhhh hhh ukhti seksi sekali, tak tahan aku,” suara nofal terdengar bergetar. Hembusan nafasnya terasa panas menimpa leher ustazah lia. Satu kali remasan di buah dada ustazah lia yang membuat tubuhnya menggeletar, kemudian nofal melepaskannya. Ustazah lia kemudian memakai lingeri itu, terlihat pas di tubuhnya.
“Pakai lagi kerudungnya ukhti, oya sama ini,” desis nofal sambil mengambil high heels dari bawah ranjang dan memberikannya pada ustazah lia. Ustazah lia menurut. Dia menghampiri cermin yang ada di sana, mematut-matut dirinya sebentar kemudian membalikkan tubuhnya menatap nofal.
Nofal ternganga menatap pemandangan di depannya. Seorang ustazah alim berdiri di depannya mengenakan lingeri yang nampak sangat seksi, bagian bawah tubuhnya sudah terbuka bebas, hanya sedikit bagian memeknya yang tertutup, tapi karena kain lingeri itu tembus pandang malah membuat bayangan hitam di selangkangan ustazah lia sangat merangsang.
Di bagian atas, sang ustazah masih mengenakan kerudung lebar, kembang-kembang warna hitam. Kerudung itu menyampir menutupi payudaranya, sampai pinggang. Di bawah, kaki sang ustazah mengenakan high heels membuat nofal langsung teringat pada pelacur-pelacur kelas atas yang pernah bersetubuh dengannya tanpa mencopot high heels mereka.
Dia mengocok-ngocok penisnya sementara ustazah lia masih berganti-ganti pose di depannya. Sesekali diangkatnya sedikit kerudungnya, menampaknya putingnya yang mencuat, mengintip dari bagian tengah kerudung. Sesekali disibakkannya bagian bawah lingeri yang dia pakai, dan tangannya mengusap-usap jembut yang tumbuh di sana.
Nofal tak tahan, dihampirinya sang ustazah, kemudian diserbunya dengan ganas dan dibaringkannya di ranjang. Tubuh ustazah lia berbaring di ranjang sementara kakinya menjuntai ke bawah. Dengan beringas nofal melumat bibir ustazah lia sementaa tangannya meremas-remas payudaranya membuat ustazah lia mengeluarkan rintihan-rintihan yang kian memancing birahi nofal.
“Hhhhh sayanggg, ukhti sayangg, hhh,” nofal mendesah-desah sementara penisnya menggesek-gesek paha atas ustazah lia, seiring gerakan nofal yang mengulum kuping ustazah lia dari balik kerudungnya. Kerudung itu sudah basah oleh liurnya, tapi dia tak peduli.
Merasakan gesekan-gesekan itu, ustazah lia menggapaikan tangannya ke kontol nofal dan mengusap-usapnya pelan. Tangannya yang satu lagi mengusap-usap punggul nofal lembut membuat nofal makin keranjingan. Kini dia menghisap-hisap payudara ustazah lia dari balik lingeri yang melekat dibasahi liurnya. Digigit-gigitnya pelan putingnya sesekali membuat tubuh ustazah lia melenting ke atas dan mendesah-desah, “ahhhh, ahhhhh,”
Puas dengan bagian atas tubuh ustazah lia, nofal bangkit dan membenamkan kepalanya di selangkangan ustazah lia. Dia meludah di jembut ustazah lia, kemudian menjilat-jilatnya dengan penuh nafsu. Dimain-mainkannya lidahnya menyeruak ke balik belahan memek ustazah lia. Sementara tangannya mencengkram bagian dalam paha ustazah lia, tak hentinya menyusur dari atas ke bawah bolak-balik.
Ustazah lia memejamkan matanya merasakan rangsangan itu. dia tak peduli bahwa dirinya sekarang sedang menjadi pelacur. Toh dirinya pun menikmatinya, belum lagi dia sudah mendapatkan bayaran tinggi hanya untuk 24 jam, belum lagi nanti katanya akan ada bonus….
“Aaaaahhhh,” ustazah lia menjerit ketika dirasakannya jemari nofal menyeruak ke dalam memeknya, mengobok-obok dinding memeknya itu. dinaikkannya kakinya ke ranjang satu. tak disangkanya, nofal malah kini pindah menjilat-jilat betisnya sementara kakinya masih mengenakan high heels.
“Ukhtiii, mulus sekali, terawat yahhh,” nofal mendesis-desis. Sesekali tangannya mengocok-ngocok kontolnya yang sebenarnya sudah dari tadi menginginkan masuk ke memek. Akhirnya dia tak tahan. Ditariknya tubuh ustazah lia bangkit dan dibalikkannya untuk berposisi menungging di kasur. Ustazah lia mengerti bahwa nofal ingin mendoggynya. Dilentingkannya punggungnya membuat pantatnya kian menggairahkan dan buah dadanya kian nampak menggantung.
Untuk sebentar nofal memandang pemandangan itu sambil mengocok kontolnya. Betapa erotisnya. Seorang ustazah yang masih mengenakan kerudung lebar, memakai lingeri yang seksi dan high heels kini siap dia tunggangi. Dengan perlahan diselusupkannya penisnya ke bawah anus ustazah lia, menyelinap menyentuh vagina yang sudah basah. Lalu…..sleeeepppppp, dengan sekali hentakan, penisnya masuk ke vagina itu.
“Ahhhhhh,” ustazah lia mendesah. “Ahh ahhh ahhhhhh,” desahnya terus berlanjut seiring gerakan kasar nofal memaju mundurkan tubuhnya. Tangan nofal memegang pinggang ustazah lia erat sementara matanya penuh gairah menatap buah dada ustazah lia yang membusung menggantung. Diraihnya payudara itu dan diremas-remasnya dengan gemas.
“Auhhhhh,” ustazah lia melentingkan tubuhnya kembali, tangannya mencengkram kasur kuat-kuat. Tubuhnya mulai berkeringat. “hhhh hhhh,” Nofal mendengus-dengus merasakan kehangatan dinding-dinding vagina ustazah lia yang bergesekan dengan kontolnya. Betapa nikmatnya. Sesekali dipejamkannya matanya merasakan kenikmatan sensasi yang baru kali ini dia rasakan.
“Aku tak peduli membayar mahal lonte yang satu ini,” batinnya. Toh kenikmatan yang diberikan pun sebanding. Dia bahkan sudah menetapkan hatinya untuk memberikan bonus nanti.
“Plokk plokkk plokk,” suara beradu selangkangan nofal dengan pantat ustazah lia terdengar berkombinasi dengan rintihan ustazah lia dan desahan nofal. Seprai kasur itu sudah awut-awutan karena pergerakan mereka yang liar. Tangan nofal meraih kerudung lebar ustazah lia dan menariknya seperti tali kekang kuda. Hal itu membuat kepala ustazah lia mendongak, mulutnya menganga. “Plakkk,” nofal menepuk pantat ustazah lia, ustazah lia menjawab dengan lenguhan dari mulutnya, “Uhhhhh,”
“Ukhti, ambilkan botolku,” di tengah persetubuhan itu nofal berkata. Memang posisinya tak memungkinkan menjulurkan tangannya ke meja, tapi posisi ustazah lia bisa. Maka ustazah lia menjulurkan tangannya seiring denyar-denyar kenikmatan di memeknya yang hampir membuatnya tak bisa fokus. Nofal mengambil botol pilsener dan menenggaknya sementara hentakan selangkangannya tak pernah berhenti. Ustazah lia merasakan penis itu menerobos liang vaginanya yang ketat, membangkitkan saraf-saraf sensitif di dinding vaginanya, membuat lututnya bergetar hampir tak kuat menyangga tubuhnya.
Satu tenggakan diminum oleh nofal, kemudian tenggakan kedua tidak diminumnya, tapi disemburkannya ke punggung ustazah lia setelah menyingkapkan lingeri dan kerudung ustazah lia ke atas, “Ahhhhhh, massss,” ustazah lia melentingkan punggungnya merasakan semburan pilsener di sana. Akibatnya, alur punggungnya menahan air itu, menggenang di sana. Dengan penuh gairah, nofal mencucupkan mulutnya ke genangan itu dan menyedotnya perlahan.
“Ahhhhhhh, ahhh, geli mass, ahhh,” ustazah lia bergerak-gerak merasakan geli di punggungnya. Geli yang nikmat. Geli itu diikuti oleh remasan dua tangan nofal di payudaranya sementara mulutnya kini menjilat-jilat alur di punggung ustazah lia. Tujahan di memek ustazah lia kian gencar, ustazah lia hanya bisa menggerak-gerakkan kepalanya merasakan semua itu.
“Aduhhh uhhh, ana hampir sampai, ahhh, mass, ahhh,” ustazah lia merintih-rintih. Dirasakannya memeknya berkedut-kedut hampir meraih kenikmatan. Nofal paham, dia semakin gencar meremas payudara ustazah lia dan menujahkan penisnya di lubang memek yang terasa mengempot batangnya itu. kemudian…..
“Agggggggggggggggggggggggghhhhhhhhhh, ahhh…” suara jeritan ustazah lia tinggi kemudian memelan seiring tubuhnya mengejang hebat, nofal menahan tubuh itu erat-erat supaya tidak ambruk, saat kejangan kedua dirasakannya, dia langsung menusukkan penisnya lebih kuat, membuat ustazah lia merasakan orgasme susulan, matanya mendelik dan tangannya bergetar tak kuat menahan tubuhnya. “hhhh HHHHH,” desahannya terdengar seiring air liur mengucur dari sudut bibirnya.
Setelah orgasme itu selesai melanda sang ustazah, nofal kemudian menarik penisnya dari memek ustazah binal berkerudung lebar itu. ada cairan kental ikut jatuh dari lubang itu, penis nofal juga berlumuran cairan kental yang sama. Nofal kemudian membalik tubuh ustazah lia menjadi terlentang. Dikangkangkannya paha sang ustazah, dan ditusukkannya kembali penisnya ke lubang kenikmatan itu.
Ustazah lia kembali mendesis-desis, memeknya sudah sangat licin membuat kulit kontol nofal semakin sensitif dan memberikan kenikmatan yang lebih dari tadi. Nofal menusuk-nusuk dengan liar, dirasakannya memek itu kini semakin mengempot kontolnya entah kenapa. Dia pun sudah merasakan kedutan-kedutan dan cairan kenikmatan mengalir dari pangkal selangkangannya ke batangnya.
“Akhhh, aku hampir keluarrr, ukhtii,” gigi nofal gemeletuk merasakan badai kenikmatan yang hampir melandanya. Tujahannya makin liar membuat tubuh ustazah lia berguncang guncang dan desahannya terdengar makin tak jelas. Kepalanya bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan. Sesekali tangannya membenahi kerudungnya yang sudah tak karuan.
Sleep sleep sleeeeeeppp, akhirnya nofal menusukkan penisnya kuat-kuat, ustazah lia menggoyangkan pinggulnya membuat penis nofal terasa seperti diputar, satu empotan kuat seperti menghisap penisnya dan crotttttt satu pancutan keluar dari penisnya di dalam rahim ustazah lia.
Nofal mendongakkan kepalanya merasakan kenikmatan itu, kemudian dikeluarkannya penisnya sambil mendengus keras, diarahkannya penisnya ke wajah ustazah lia, dan crottt, crottt pancutan spermanya mengenai wajah sang ustazah. Kemudian tak diduganya mulut ustazah lia membuka dan mencaplok penisnya.
“Aaaaagghhhhhh ahhhhh ukhh ukhtiiiii,” nofal menjerit-jerit merasakan kenikmatan ketika penisnya yang masih memancut mancutkan sperma dihisap oleh ustazah lia. Ustazah lia merasakan kontol itu berkedut liar memuntahkan lahar di dalam mulutnya. Dengan penuh gairah ditelannya sperma itu sampai kedutan-kedutan di penis nofal berhenti.
Nofal kemudian mengeluarkan penisnya. Leleran spermanya nampak dari sudut bibir ustazah lia yang seksi. Tak tahan, dilumatnya bibir ustazah jalang itu yang membalas tak kalah binalnya. Untuk beberapa saat keduanya saling melumat di atas ranjang.
Kemudian nofal membaringkan tubuhnya di samping ustazah lia. Sambil tersenyum dia meraih kepala ustazah lia menolehkannya ke wajahnya. “Ukhti seksi, hebat sekali,” “Hihi, antum juga, mas,” jawab ustazah lia. Dia menggapai meja dan mengambil botol pilsenernya.
Ditenggaknya satu kali, kemudian dia menenggak kembali dan mengangkat kepalanya meneduhi kepala nofal. Dengan bibirnya disentuhnya bibir nofal hingga mulut itu membuka dan dituangkannya pilsener dari mulutnya. Nofal meminumnya dengan penuh kenikmatan. Dan cupppppp, akhirnya bibir ustazah lia mencium bibir nofal. “Gantian, mass,” bisiknya.
Nofal tersenyum. Batas waktunya 24 jam masih lama. Dia sudah memikirkan banyak kenikmatan lain yang bisa dia habiskan bersama ustazah itu. tapi sebelum itu, dia menggapai dompetnya dari meja, mengeluarkan uang seratus ribuan lima lembar, menggulungnya seperti batang rokok, kemudian dia bangkit sambil cengar-cengir dan menyelipkan gulungan itu di vagina ustazah lia. “Bonus buat ukhtiku,” bisiknya.
Ustazah lia tertawa dan menggerak-gerakkan vaginanya membuat gulungan itu terlempar keluar, kemudian dia memungutnya dan menaruhnya ke tasnya.
*****
Sementara di kosan nofal ustazah lia sedang berpacu dalam birahi dengan si penghuni kos, di kamar delapan asrama syahamah ustazah raudah pun sedang melakukan hal yang sama. Pasangannya kali ini bukan alif, melainkan ustaz karim.
Sms ustaz karim tadi malam adalah awal dari kencan mereka di kamar ustazah raudah. Ustaz karim sebenarnya menginginkan malam pas dia sms, tapi karena saat itu ustazah raudah sedang threesome dengan ustazah lia dan Alif, maka baru hari inilah dia bisa.
Kepada ustazah aminah, ustaz karim beralasan ada acara rapat kepartaian, dia mungkin menginap dan baru pulang besok pagi. Ustazah aminah percaya saja. Dia tak tahu bahwa ustaz karim bukannya keluar dari gerbang tapi menyelinap masuk ke kamar ustazah raudah.
Ustazah Raudah sebenarnya suka-suka saja bersetubuh dengan ustaz karim, tapi dia tetap menunjukkan kealimannya dengan pura2 terpaksa. Bahkan sms ustaz karim tadi malam pun dia balas seperti ini:
“Ada apa ustaz?”
“Ehmm, kangen ukhti. Pengen ngentot.”
“Hush, jangan begitu ustaz, dosa.”
“Alaaaahhh, ukhti juga menikmatinya kan?”
Ustazah Raudah tidak menjawab, saat itu dia sedang menggesek gesekkan nenennya pada punggung ustazah lia yang sedang bersetubuh dengan penuh gairah dengan alif. Ustaz Karim mengirim sms lagi: “ahhh, ukhti, ana terbayang memek ukhti, ana sedang ngocok kontolll!”
Ustazah Raudah mengikik dan menunjukkannya pada Alif. Alif membalas sms itu sambil terus menusukkan penisnya pada ustazah lia yang dientotnya dalam posisi saling memeluk: “ustaz tobatt, gak baik, ingat ustazah aminah!”
“Hehe, ustazah aminah bosan, pengen memel ukhti raudah. Ya? Ana ke kamar anti sekarang ya?”
Alif tersenyum membaca balasan itu. Yesss, batinnya. Berarti ibunya kini makin kesepian sementara gairahnya terus dibangkitkan oleh obat perangsang yang dia campurkan ke dalam tehnya. Dia menyerahkan hp itu kembali ke ustazah raudah sementara bibirnya melumat bibir seksi ustazah lia.
“Jangan ustaz, jangann!”
“Ah, sudahlah, ana maksa kok, pokoknya ana ke sana!”
Ustazah raudah kemudian membalas begini: “besok agak siangan saja ustaz ke kamar ana, kita ngobrol ya. Cuma ngobrol.”
Balasan ustaz karim: “oke.”
Tentu saja ustazah raudah tak percaya bahwa nanti ustaz karim mau diajak ngobrol saja. Akan tetapi saat tiba saatnya, ketika ustaz karim mengetuk kamarnya, ustazah raudah bersikap sesopan mungkin. Dia mempersilahkannya masuk, kemudian mengunci pintu dan duduk di pinggir ranjang.
Ustaz karim duduk di sampingnya. Tangannya mengusap tangan ustazah raudah lembut. “Ukhti, nanti ana pulang dari luar negeri ana akan nikahi ukhti jadi istri kedua.” Dalam hatinya ustazah raudah tertawa mendengar rayuan gombal itu. “Jangan ustaz, ana gak enak sama ummi aminah.”
“Sudahlah ukhti, jangan menyebut nyebut umi aminah, pokoknya beres,” kini ustaz karim makin liar, tangannya mulai menelusuri paha ustazah raudah yang ditutupi gamis warna biru tua. Ustazah raudah menepis tangan itu. “Jangan ustaz. Udah ya, kalau ustaz gak mau ngobrol.”
Ustaz karim tertawa. Dia kemudian menjawab. “Yaudah ana pergi, tapi ukhti bantu kocokin kontol ana dulu ya, ana tadi malam lama sekali ngocok sambil ngebayangin dikocok tangan lembut ukhti.”
“Gak mau ustazzz,” ustazah raudah menggeser tubuhnnya menjauh. Gaya ustazah yang malu malu seperti itu membuat ustaz karim makin terangsang. Tanpa pikir panjang dia langsung berdiri dan mencopot celananya.
“Ikhhhh,” ustazah raudah memalingkan mukanya. Ternyata ustaz karim tak memakai celana dalam dan penisnya sudah mengacung.
Ustaz karim tersenyum. Dia kembali duduk di samping ustazah raudah yang kini tak menatapnya. Perlahan tangannya meraih tangan ustazah raudah dan menuntunnya ke arah kontolnya. Tangan ustazah raudah sedikit bergetar tapi pada akhirnya tangan itu menurut.
“Nah gitu ukhti, ahhhh, ayo dikocok biar cepat,” ustaz karim menggerak gerakkan tangan ustazah raudah mengocok ngocoks kontolnya. Kemudian dilepaskannya tangannya dan tangan ustazah raudah dengan perlahan mulai bergerak sendiri mengocok. “Ahhhh ahhh ahhh,” ustaz karim mendesah pelan seirama kocokan tangan ustazah raudah di kontolnya.
Ustazah raudah menjaga dirinya supaya nampak tidak terlalu bersemangat. Dikocoknya kontol ustaz karim dengan lembut. Memang kontol itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kontol Alif, tapi tak apa lah sebagai pemuas sementara, begitu pikirnya. Sementara itu ustaz karim yang menduga bahwa ustazah raudah memang mengocok kontolnya karena terpaksa kemudian berusaha sebisa mungkin menahan diri supaya penisnya tidak muncrat cepat-cepat. Tidak terlalu mudah memang karena dirasakannya juga tangan lembut ustazah raudah itu sangat nikmat mengocok penisnya.
Sudah lima belas menit berlalu, ustazah raudah menampakkan raut lelah. Ustaz karim yang melihat hal itu tersenyum. Dia mengulurkan tangannya mengusap keringat yang muncul di dahi sang ustazah. “Ustazah, lama sekali, coba dihisap biar cepat.” Ustazah raudah menggelengkan kepalanya. “Gak mau ustaz, gak boleh gitu. Biar ana kocok saja.”
“Apanya ukhti yang dikocok?” ustaz karim malah menggoda.
“Ini,” sahut ustazah raudah sambil menggedikkan bahunya ke arah benda yang sedang dia genggam.
“Ini apa?”
“Ini ustaz, punya ustaz.”
“Apa ini?”
“Kontol, ustaz!” Ustazah Raudah menjawab dengan nada terdengar jengkel. Ustaz karim tertawa.
“Sudahlah ustazah, lelah kan, sekarang mending hisap saja, pegal kan tangan ustazah?”
Gerakan tangan ustazah raudah akhirnya terhenti juga seolah dia benar-benar pegal. Melihat itu, ustazah karim langsung mendorong tubuh ustazah raudah supaya menggelosoh di lantai, kemudian diraihnya kepala ustazah aminah yang berkerudung warna hijau itu ke arah kontolnya yang mengacung. Semula dirasakannya kepala ustazah raudah tak mau bergerak. Tapi akhirnya ustazah itu menyerah. Mulutnya semakin dekat dengan kontol ustaz karim, kemudian menempel di sana.
“Buka mulutnya ustazah,” desis ustaz karim.
Ustazah raudah tak menjawab.
“Ayo buka,” ustaz karim kembali berkata, kali ini dengan nada memerintah. Tangannya sedikit mencengkram rambut ustazah raudah dari balik kerudung. Ustazah raudah menurut. Dibukanya mulutnya, dan “Heghk,” dia kaget ketika ustaz karim langsung menusukkan penisnya masuk ke mulutnya.
“Aghhhh,” ustaz karim mendesah kembali sambil memaju mundurkan kepala ustazah raudah. Seperti tadi, ustazah raudah akhirnya refleks memaju mundurkan kepalanya tanpa harus digerakkan oleh ustaz karim. Sudah demikian, ustaz karim menahan tubuhnya dengan kedua tangannya ke ranjan, sementara di bawah kontolnya dengan asyik dikulum dan dihisap-hisap penuh kenikmatan oleh ustazah raudah.
Lima belas menit kembali berlalu dan penis ustaz karim masih belum juga mengeluarkan sperma. Ustazah raudah kembali menampakkan raut wajah lelah. Gerakan kepalanya sudah semakin pelan. Ustaz karim yang menyadari hal itu kembali berkata. Tangannya membelai kepala ustazah raudah mesra.
“Ustazah, coba buka deh gamis ustazah, biar ana lebih terangsang.”
Wajah Ustazah Raudah memerah. “Sembarangan ustaz ini, tadi minta ini, terus sekarang minta ini itu.”
“Hehe, lha mau gimana lagi? Antum mau berapa jam menghisap kontol ana?”
Ustazah Raudah tampak termenung seolah berpikir.
“Udah buka saja gamisnya doang ukhtiku, kerudungnya tak usah.”
Akhirnya ustazah raudah menyerah juga. Dibukanya gamisnya, menampakkan buah dadanya yang sekal ranum. Pinggangnya ramping, perutnya rata. Kulitnya nampak halus dan mulus karena memang selalu terlindungi oleh gamis kombor dan kerudung lebarnya. Melihat pemandangan itu ustaz karim menghela nafasnya, mencoba menenangkan dirinya menikmati ustazah muda separuh telanjang di depannya.
Lalu ustazah raudah kembali duduk berjongkok dan menghisap-hisap penis ustaz karim yang saat itu sudah sangat tegang. Pada akhirnya ustaz karim sudah tak kuat menahan lagi nafsunya. Ditariknya kepala ustazah raudah mengeluarkan penisnya, kemudian didorongnya tubuh ustazah itu sampai terjengkang ke belakang, terduduk mengangkang, kedua pahanya terbuka.
Belum juga ustazah raudah bisa menguasai keseimbangannya, ustaz karim sudah menempakan tubuhnya di antara kedua paha ustazah raudah. Tanpa basa basi, ditusukkannya penisnya ke celah di tengah selangkangan ustazah raudah.
“Ahhhh, ustaz, jangannn, ahhh, ustaz jahattt!” ustazah raudah pura-pura tak mau. Tangannya memukul-mukul punggung ustaz karim yang saat itu sudah mulai memaju mundurkan penisnya di dalam memeknya. Ustaz karim tak mempedulikan penolakan ustazah raudah. Sepengelamannya lama-lama juga sang ustazah akan menurut jika sudah terasa enaknya.
Tebakannya tak meleset. Dirasakannya perlawanan ustazah raudah sudah mengendur. Bahkan kini dirasakannya selangkangan sang ustazah mengimbangi gerakan selangkangannya. Merasa sudah bisa menaklukkan sang ukhti alim itu, ustaz karim mengangkat tubuh itu dan membaringkannya di ranjang tanpa melepas kontolnya.
“Huu huuu ukhhh, ustazzz, akhhh, auhhhh,” ustazah raudah hanya terdengar mendesis-desis tak jelas. Sementara bunyi kocokan kontol ustaz karim di vagina ustazah berkerudung kelabu lebar itu menggema di kamarnya. Tangan ustaz karim meraih buah dada ustazah raudah yang meski tak sebesar punya istrinya tapi juga tak kalah menggairahkan. Diremas-remasnya pelan, sesekali dipelintirnya puting susu itu sampai rintihan kenikmatan keluar dari mulut sang ustazah.
“Agh agh, ukhtiku, nikmat kann, ahhh, rasakan kontolku, ahhh, ukhtiku,” ustaz karim terus mencoba menaikkan syahwat ustazah raudah dengan mengucapkan kata-kata kotor. Ustazah raudah membalas dengan merintih-rintih penuh kenikmatan. “Ahhh, ustazzz, jangannn, ahhh, terus terus teruuuuuusshhh ahhhh,” rintihannya juga membangkitkan birahi ustaz karim sampai ke ubun-ubun.
Bosan dengan posisi itu, didorongnya tubuh ustazah raudah ke dinding dan diselonjorkannya kedua kakinya ke bawah punggung sang ustazah. Kemudian ditariknya tubuh ustazah raudah ke arahnya. Dalam posisi berpelukan duduk berselonjor di atas ranjang itu, penisnya terus bergerak menusuk memek sang ustazah dengan liar.
“Ustazzzz, ahhh, ana mau kencingggg, ahhh,” tangan ustazah raudah menggaruk-garuk punggung ustaz karim dengan ganas. Dengan posisi seperti itu memang klentitnya bisa terangsang dengan mudah setiap kali penis ustaz karim menujah. Bau tubuh laki-laki ustaz karim dan bulu-bulu di dadanya yang menggesek-gesek payudaranya juga ikut memberikan sensasi tersendiri bagi sang ustazah.
Cuppp cupppp, ustaz karim melumat bibir ustazah raudah dengan lembut. Tangannya mengelus-elus alur punggung sang ustazah membuatnya menggelinjang-gelinjang kegelian. Penis dan memek keduanya beradu kian erat kian rapat, seiring dengan keringat yang mulai turun membasahi tubuh mereka berdua.
Ustaz karim membenahi kerudung ustazah raudah yang nampak acak-acakan, sementara ustazah raudah menekankan dagunya di bahu ustaz karim sambil terus merintih-rintih. Saat gelombang kenikmatan itu mulai mendekat, ustaz karim merasakan penisnya seolah masuk ke ruang hampa, terhenti sejenak sebelum kemudian seperti tersedot. Penjagaannya pun ambrol, penisnya berkedut-kedut tak tertahankan.
“Aaaaaaaaaaaaahhhh, ahhh ahhh ahhh ana ahhhhhhh,” ustazah raudah menjerit keras. Kemudian digigitnya bahu ustaz karim seiring tubuhnya menggelepar-gelepar seperti ikan di kolam kekeringan. Ustaz karim menggerung keras sementara tangannya erat memeluk tubuh sang ustazah. Kepalanya dipenuhi dengan kenikmatan, tubuhnya mengejang saat penisnya menumpahkan lahar panas ke rahim ustazah raudah. “Hghh Hhhhhhhhhh,” terdengar dia mendengus-dengus penuh gairah.
Beberapa saat keduanya berpelukan erat merasakan kenikmatan yang mereka alami. Kemudian ustaz karim melonggarkan pelukannya dan tersenyum menatap ustazah raudah. Pura-pura malu, ustazah raudah menundukkan kepalanya. Ustaz karim membenarkan kerudung yang dipakai sang ustazah. Kemudian dia mencium bibir itu. setelahnya, ustaz karim turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Ustazah raudah duduk di ranjang, mengirimkan bbm pada alif: “Sukses, abi pasti tak pulang sampai besok.”
Ustaz karim kembali dari kamar mandi. Sepertinya dia mencuci penisnya. Kemudian dia duduk di kursi sambil memandang ustazah raudah yang balas menatapnya.
“Ustaz. Sudah kan? Sudah pulang.”
“Pulang ke mana ukhtiku?” Senyum licik tergambar di bibir ustaz karim.
“Lho, kan sudah ini ustaz, pulang ke kamar ustaz.”
“Hehe, ini masih tegang,” seru ustaz karim sambil menunjuk penisnya yang memang sudah kembali tegak. “Sini ukhti, ana pangku.”
Ustazah Raudah hanya menatapnya seolah putus asa.
“Ayo sini,” ustaz karim kini duduk di kursi sambil memamerkan penisnya yang tegang mengacung. Akhirnya ustazah raudah menghampiri, membenahi kerudung lebarnya, kemudian mengangkangi tubuh ustaz karim dan mengepaskan lubang memeknya ke penis sang ustaz. Saat sudah pas, dia menurunkan tubuhnya.
“Ukhhhh,” ustaz karim melenguh merasakan penisnya kembali menyentuh kehangatan dinding memek sang ustazah yang sudah sangat becek setelah orgasme pertamanya. Entah kenapa memek itu terasa sangat peret. Mulut ustaz karim sementara itu tak diam. Dilahapnya buah dada ustazah raudah yang menggoda pas di depan mulutnya.
“Ahhh ahhhhh, auuuuhhhhh,” ustazah raudah mendesah-desah sambil menggerak-gerakkan selangkangannya. Dia sudah lupa bahwa dia harus pura-pura terpaksa. Pada akhirnya dia hanya berharap sang ustaz mengira dirinya menjadi binal karena rangsangan yang sudah diberikan oleh sang ustaz, bukan karena dia memang ingin menikmati juga persetubuhan yang ganas itu. selain itu, sebisa mungkin sesuai rencana Alif dirinya harus menahan sang ustaz sampai esok hari.
*****
Sementara Ustazah Lia sedang asyik dientot Nofal dan ustazah Raudah sedang asyik digumuli ustaz karim, di kamarnya malam itu ustazah Aminah tak bisa tidur. Kepalanya terasa pusing terutama karena gairahnya sudah lama tak terpenuhi. Dia duduk di kursinya bertopang dagu, kemudian diminumnya teh yang sudah tinggal separuh, teh buatan Alif. Dia tak tahu bahwa bukannya menjadi segar melainkan setelah meminum teh itu gairahnya semakin menjadi-jadi.
Saat itu sudah jam sepuluh malam. Asrama sudah sepi. Sambil mempermainkan hpnya tanpa tujuan, ditengoknya kamar Alif yang tak dikunci, lampu tidur sudah dihidupkan, dalam samar cahayanya nampak bayangan berbaring di ranjang. Sepertinya alif sudah tertidur. Hhh, ditariknya nafas dalam-dalam ketika dia mendadak teringat pada penis jumbo anaknya yang dilihatnya sembunyi-sembunyi dari celah pintu kamar mandi kemarin itu. dia merasakan syahwatnya semakin meninggi.
Saat akan ditutupnya kembali kamar alif, didengarnya sang anak mendesah. Sejenak dia mematung di ambang pintu. “Alif?” tanyanya pelan.
“Umi…umi….” Alif terdengar kembali mendesah, kemudian dilihatnya tubuh di ranjang itu bergerak dan kini berbaring terlentang. Dalam remang kamar Alif, dilihatnya di bagian selangkangan alif yang tertutupi selimut itu sesuatu bergerak, meninggi. Ustazah Aminah membeliakkan matanya memandang pemandangan menggairahkan itu.
“Nggghhhh, umi, ahhh, umiii,” Alif kembali terdengar mendesah. Kali ini ustazah aminah yakin sang anak semata wayangnya itu bermimpi. Dan dia memimpikan dirinya. Sepertinya mimpi erotis karena dia yakin penis sang anak kini dalam posisi menegang.
Sebenarnya ustazah aminah akan pergi kembali ke kamarnya, tapi entah kenapa dia mendadak penasaran. Kakinya tanpa sadar bergerak ke arah ranjang anaknya. Ditatapnya wajah sang anak. Matanya terpejam, mulutnya masih mendesah-desah menyebut-nyebut “umi,”
Dengan hati berdebar, ustazah raudah menggeser selimut yang menutupi bagian atas tubuh anaknya pelan. Anaknya ternyata tak memakai baju. Dadanya nampak bidang untuk anak seumurannya. Lalu ustazah aminah bergerak ke bagian samping selimut dan menyingkapnya perlahan. Sesekali ditengoknya mata sang anak, kuatir dia terbangun.
Akhirnya setengah dari selimut yang menutupi bagian tengah tubuh sang anak bisa dia angkat tanpa membuat sang anak terbangun. Nafasnya hampir tercekik ketika pandangannya tertumbuk pada penis yang menegang sangat besar dan panjang dari selangkangan anaknya. Urat-urat bertonjolan di sana, kepalanya membesar seperti jamur. Tanpa sadar ustazah aminah mengangkat hpnya dan memotret penis sang anak dalam posisi seperti itu.
Makin berani, didekatkannya wajahnya hendak mencium penis itu. tiba-tiba tubuh alif bergerak membuat ustazah aminah kaget dan refleks menjatuhkan selimut itu. Kemudian dia bergerak cepat kembali ke arah pintu sambung ke kamarnya dengan hati deg-degan. Sejenak dia berdiri di depan pintu, mendengarkan siapa tahu ada suara dari kamar alif, suara dia terbangun. Ketika tak didengarnya apapun, dia pun menarik nafas lega.
Tak diketahuinya saat itu di kamarnya, Alif yang dari tadi sebenarnya hanya pura-pura tidur dan pura-pura bermimpi hanya untuk memancing sang ibu itu kini berbaring sambil mengocok penisnya. Bibirnya menyunggingkan senyum sementara di benaknya terbayang rencana selanjutnya yang akan dia praktekkan esok hari. Dia menunggu selama sepuluh menitan sebelum kemudian didengarnya desahan tertahan dari kamar sang ibu. Sambil tersenyum dia bangkit dari ranjangnya. Kemudian tanpa menimbulkan suara, dia melangkah pelan-pelan menuju pintu sambung yang menuju kamar ibunya.
Setelah kembali ke kamarnya tadi, ustazah aminah langsung duduk di ranjangnya dengan perasaan campur aduk antara tegang, gairah, dan juga perasaan bersalah telah mengintip sang anak. Dia membuka hpnya memandang foto penis anaknya tadi. Perlahan dirasakannya gairah syahwat merayap di tubuhnya. Diusap-usapnya memeknya yang mulai membasah.
“Ah!” begitu dia mendesah. Lalu dia mendadak teringat pada kejadian tadi siang. Tadi siang itu dia pergi ke rumah Umi Lilik Hamidah karena ingin mengobrolkan masalahnya. Umi Lilik Hamidah adalah istri Abu Fawaz yang merupakan atasan ustaz karim dan ustazah aminah di partai akhwat. Usianya sepantaran dengan ustazah aminah. Hubungan ustazah aminah dengan umi lilik memang lumayan akrab. Jika ada apa-apa permasalahan pribadi biasanya ustazah aminah curhat ke umi lilik, begitu juga sebaliknya.
Siang itu ustazah Aminah yang curhat.
Curhatnya sederhana. Dia bercerita tentang gairahnya yang akhir-akhir ini terasa meninggi. Dia meminta saran tentang bagaimana nanti saat dia ditinggalkan oleh sang suami dalam waktu yang lama sementara birahinya minta dipuaskan. Umi Lilik saat itu mengangguk-angguk maklum.
“Umi mengerti kok permasalahan antum,” umi Lilik membesarkan hati ustazah aminah. “Dalam posisi seperti antum sekarang, menurut umi ada satu solusi yang kebetulan umi bisa bantu.”
“Alhamdulillah, apa itu umi?” Wajah Ustazah Aminah nampak cerah.
Umi Lilik tersenyum. Kemudian dia mengajak ustazah aminah pergi ke kamarnya. Di sana dia menyodorkan satu barang yang membuat ustazah aminah terkejut. Ternyata umi Lilik menyodorkan strapon vibrator perangsang memek dan strapon dildo yang dilengkapi vibrator.
“Dalam keadaan darurat boleh kok pakai ini, daripada berzina,” Umi Lilik tersenyum.
Ustazah Aminah memandang barang itu, memegang-megangnya. Langsung terbayang di benaknya bagaimana cara memakai benda itu. perlahan dirasakannya memeknya membasah.
“Sudah, sekarang umi tenangkan saja, ini hadiah ana berikan buat antum,” Umi Lilik langsung memberikan benda itu lengkap dengan wadahnya. “Umi masih punya yang lain kok,” begitu tambahnya sambil mengedipkan matanya.
“Euh, makasih, umi, umi benar-benar membantu masalah ana,” Ustazah Aminah sedikit tergagap saat menerima barang itu. setelahnya keduanya mengobrol beberapa hal-hal lain sampai kira-kira setengah jam kemudian ustazah aminah pulang. Kepulangannya diantar dengan senyuman Umi Lilik Hamidah.
Malam ini, saat birahinya memuncak, ustazah aminah langsung terpikir pada strapon vibrator itu. dia kemudian beranjak mengambil benda itu dari lacinya. Dipakainya langsung di balik mukenanya, mukena sutera warna hitam yang terlihat menerawang. Lalu dia langsung berbaring di ranjang dan menghidupkan vibrator itu.
“Ahhhhh! Ahhhh!” dia tak bisa menahan desahannya ketika dirasakannya getaran-getaran yang merangsang memeknya. Dirapatkannya pahanya merasakan vibrator itu bergetar lebih terasa, meranngsang juga bagian dalam kedua pahanya. Terasa nikmat. Dia merintih-rintih keenakan. Dibayangkannya saat itu lidah Alif menjilat-jilat memeknya, kemudian lidah sang anak itu menelusup menusuk-nusuk dinding lubang tempat dia dulu dilahirkan.
Saat itu alif membuka sedikit pintu sambung dan mengintip sang umi yang bergerak-gerak gelisah sambil merintih di ranjangnya. Penisnya sudah mengacung, dikocok-kocoknya penuh nafsu.
“Aliffff, ahhhh,” Alif sedikit tersentak ketika didengarnya sang umi menyebut-nyebut namanya. Dilihatnya ustazah aminah membuka hpnya dan menatap layar dengan mata sayu. Saat itu memang ustazah aminah menatap foto kontol anaknya sambil membayangkan kontol itu sedang menujahnya sekarang ini. “Ahhh, masukkan kontolmuuuu, ahh, sayang, aliff, ahhhhh, ahhhh,” gairah sudah menguasai kepalanya, ustazah aminah sudah tak ingat apa-apa selain kontol dan kenikmatan. Kakinya tak henti bergerak-gerak seiring getaran vibrator di memeknya.
Alif mengocok-ngocok kontolnya makin keras. Rencananya berjalan dengan mulus kalau ternyata sang ibu sudah mulai tertarik pada kontolnya. Kalau dia tak sabaran sudah dari tadi dia meloncat dan menerkam tubuh sang ibu. Birahinya pun sudah memuncak membayangkan betapa enaknya menyetubuhi sang ibu yang memiliki payudara sangat besar itu. tapi dia mencoba menahan diri, toh masih ada rencana kelanjutan supaya kelak dia bisa merasakan kenikmatan yang lebih dahsyat.
“Akhhhh, ukhhh, aduhhh, alif aliff, alif sayang, masukkan, ahhh, umi gak….tahannnn, nghhhhh,” ustazah aminah bergerak-gerak liar di ranjangnya. Mukenanya sudah tersingkap di sana sini. Getaran di memeknya sudah menguasainya, membuat tangannya meremas-remas buah dadanya dengan liar. Ngocoks.com
Ditungganginya guling dengan posisi seperti menyetubuhi manusia, wajahnya menempel erat pada guling itu yang dia peluk erat-erat. Tak disadarinya air liurnya sudah menetes membasahi guling itu, sementara diadu-adukannya selangkangannya pada guling itu sementara kakinya mengunci guling itu kuat-kuat.
“Akhhh akhhhhhhh, umi…umi kelu….ar sayang, ahhh, kontolmu nikmat sayang, ahh ahhh ahhhhhh,” tubuh ustazah aminah tersentak-sentak liar di atas guling itu. Dari balik celah pintu alif juga merasakan sensasi yang sangat dahsyat membuat penisnya memuncratkan lahar panas pada dinding kamar. Digigitnya bibirnya mencegah mulutnya mengucapkan nama ibunya.
Dilihatnya tubuh sang ibu menggelosoh lemas di ranjang, nafasnya yang memburu terdengar sampai ke tempatnya mengintip. Saat sang ibu nampak membenahi mukenanya, Alif dengan perlahan menutup pintu tanpa suara. Di benaknya tergambar jelas apa yang akan dia lakukan esok pagi.
Bersambung…