“Aaakkkhhhh.., Herriii..!” jerit Leni sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Lenii.., Aku sayang Kamuu..!”
Namaku Heri, tentunya bukan nama asli dong. Aku tinggal di suatu kota yg kebetulan sering dijuluki sebagai kota kembang pengalamanku ini terjadi mungkin kira- kira 2 tahun yg lalu. Sebut saja Leni (bukan nama sebenarnya), dia adalah tunangan temanku yg bernama Edi (bukan nama asli) yg tinggal di Jakarta, yg mana pada waktu itu Edi harus keluar kota untuk keperluan bisnisnya.
Tdk lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tdk begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.
“Hei Her..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?” kata Deni.
“Tuh.., di atas meja belajar.” kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku.
“Oh ya Her.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Her..,” kata Deni sambil tertawa kecil.
“Heri..,” kataku sambil menyodorkan tanganku.
“Leni..,” katanya sambil tersenyum.
“Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar- debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
“Heh..! Kok malah bengong Her..!” kata Deni sambil menepuk pundakku.
“Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku.
“Her, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Len.., kalo si Heri macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi.
“Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tdk tahu apa yg harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.
“Mo minum apa Len..?” kataku melepas rasa maluku.
“Apa aja deh Her. Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum.
“Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
“Kalo sekali sih nggak apa Her, tapi ini udah yg keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Leni dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Len, siapa tau dugaan Kamu salah,” kataku.
“Tau ah.., jadi bingung Aku Her, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!” potong Leni.
“Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos.
Leni tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu udah punya pacar Her..?” tanya Leni.
“Eh, belom.. nggak laku Len.. mana ada yg mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong.
“Ah bohong Kamu Her..!” ucap Leni sambil mencubit lenganku.
“Ada apa Len..? Minumannya sudah habis juga..?” katak u pura-pura bodoh.
“Her, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Leni seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Len..?” jawabku.
“Aku.., Aku.. pengen bercinta Her..?” pinta Leni.
“Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yg lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yg pertama kalinya bagiku, namun kalau yg seperti ini aku baru yg pertama kalinya merasakan dengan orang yg baru kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku,
“Aku pengen bercinta sama Kamu, Her..! Puasin Aku Her..!” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
“Aahh Her..!”
“Her.., buka dong bajunya..!” katanya manja.
“Bukain dong Len..,” kataku.
Sambil menciumiku, Leni membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur.
“Akhh.., Len.” Kemudian Leni mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga.
Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas. Leni melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yg menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yg keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali.
Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Okkhhhh.. nikmat sekali,” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.
“Auuwwwww.., sakit dong Len..!” kataku sambil agak meringis.
Leni seperti tdk mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya. Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tdk kuat juga, aku sudah tdk kuat lagi menahannya,
“Len, Aku mau keluar.. akhh..!” Leni cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya,
Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Leni kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku.
Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutLenih tubuhnya yg elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan,
“Aahh..!” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya.
Kujilati putingnya yg sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yg sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Leni mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yg mungkin kata orang itu adalah klitoris.
Leni semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yg kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yg namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.
Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tdk pernah.
Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya.
“Her..! Masukin Her..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.
Aku yg dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
“Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam hati.
Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yg menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yg merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
“Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri.
“Aaakkhh Her..!” desah Leni.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Leni sambil tangannya memegang kedua pipiku.
Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Leni mengejang,
“Aaakkhh.. Herriii..!” Ternyata Leni sudah mencapai puncaknya duluan.
“Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Leni.
“Aku masih lama Len..,” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
“Aahh Len.., Aku hampir keluar..,” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Her..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..!” kata Leni sambil menggoyang pantatnya yg bahenol itu.
“Aaakkhh.., Herriiiii..!” jerit Leni sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Lenii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Leni. Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yg tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Her..!” puji Leni.
“Kamu juga Len..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan.
Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Leni keburu datang.