Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adikku laki-laki semua. Sekarang kakak kandungku sdh berkeluarga, dan tinggal di Denpasar, Bali. Adik kandungku baru saja menyelesaikan kuliah-nya di Jakarta, dan kami tinggal bersama. –cerita sex terbaru– Sejak aku pindah ke Jakarta, orang tua kami membeli rumah di Jakarta agar aku dan adikku tdk gampang terpengaruh oleh sifat dan kebiasaan anak-anak kost yg tdk benar. Memang aku akui itu kekhawatiran yg berlebihan, tp bagi kami itu adalah berkat karena telah diberi tempat tinggal oleh mereka.
Aku ingin menceritakan pengalaman mengesankan sewaktu aku masih kuliah di kota pahlawan (Surabaya) hampir 10 tahun yg lalu. Pengalaman ini melibatkan hubungan aku dgn kakak sepupuku yg berumur lima tahun lebih tua dari aku. -cerita mesum terbaru- Kalau aku pikir-pikir lagi sekarang, keperjakaanku diambil oleh kakak sepupuku sendiri, dan tdk ada rasa penyesalan di dalam diriku.
Atau mungkin karena aku adalah laki-laki, jadi masalah keperjakaan tdk terlalu penting bagi kami kaum Adam.
Kakak sepupuku bernama Evani, tp sejak kecil aku selalu memanggilnya Eva atau hanya Cici yg artinya kakak perempuan. Kami berasal dari kota yg sama yakni kota Surabaya. Eva adalah anak dari kakak perempuan ibuku. Dia adalah anak bibi yg sulung dari 3 bersaudara.
Eva pada saat 10 tahun yg lalu berwajah cantik, putih, dgn tinggi badan 165 cm. Dadanya montok, meskipun tdk begitu besar. Tp pinggulnya bukan main indahnya.
Aneh-nya anak dari ibuku semua-nya laki-laki, sedangkan anak dari bibi semua-nya perempuan. Rumah kami tdklah jauh, dan sewaktu masih SMP dan SMA, Eva selalu mampir ke rumahku hampir tiap 3 kali seminggu. Karena tempat les private matematika, dan fisika-nya hanya beberapa meter dari rumahku. Jadi daripada pulang ke rumah-nya dulu seusai sekolah, dia memilih untuk mampir di rumahku untuk makan siang lalu berangkat lagi ke les private-nya.
Sejak kepindahan Eva, terus terang aku merasa kehilangan dan kadang-kadang rindu dgn-nya. Hanya setahun dua kali Eva pulang ke Surabaya, dan itu hanya untuk beberapa minggu saja. Dan yg mengesalkan, tiap kali Eva pulang, selalu saja saat aku harus menghadapi ujian umum. Jadi waktuku untuk bermain-main dgn dia sangatlah terbatas.
Hubungan Erik dan Eva terus berlangsung sampai akhir-nya seusai kuliah, mereka memutuskan untuk segera menikah. Keputusan menikah ini atas permintaan Erik, karena dia harus kembali ke Samarinda dan melanjutkan usaha orang tua-nya. Eva menikah di usia-nya yg ke 24 tahun. Tentu saja setelah menikah Eva harus ikut Erik ke Samarinda.
Suatu hari setelah 2 tahun lama-nya tiada kontak dgn Eva. Tiba-tiba Eva terbang ke Surabaya karena rindu dgn orang tuanya. Erik tdk datang bersamanya dan Eva hanya tinggal untuk 10 hari saja. Tp kunjungan kali ini tdk tepat pada waktunya. Rencana Eva pulang ini untuk memberi kejutan buat orang tuanya, malah dia lebih dikejutkan lagi oleh orang tuanya.
Pada hari Jumat siang (kira-kira jam 2 siang), sepulang dari kuliah, aku langsung memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Tdk seperti biasanya. Biasanya setiap hari Jumat, aku dan teman-teman kuliah pasti langsung ngafe atau istilahnya ngeceng (kalo bahasa kami bilangnya ‘mejeng’) di mall. Waktu tiba di rumah, Eva sdh ada di sana dan lagi menonton VCD bersama pembantu.
“Halo Tony. Baru aja datang. Cici bosan di rumah. Tara dan Dina lagi keluar tuh ama cowok-cowoknya. Jadi cici bosan di rumah sendiri. Jadi yah pindah aja di sini.”, jawabnya ringan.
“Eva dah makan belum?”, tanya saja.
“Sdh tadi. Tuh ada ikan goreng ama sambel lalapan mbak punya. Mantep tuh!”, canda Eva sambil melirik ke pembantuku.
Aku duduk di atas sofa sambil kakiku naik di meja, dan Eva duduk pas di sebelahku. Semakin lama Eva semakin mendekat ke aku. Aku tdk begitu perduli karena aku sdh terbiasa dgn itu. Bau harum rambutnya sempat tercium saat itu. Eva tampak bosan, mungkin karena dia telah nonton film itu dulunya.
“Terus Eva mau ngapain?”, tanyaku.
“Ngga tau nih. Mau ke Thailand cici.”, jawabnya sambil tertawa.
“Ya sono, beli ticket! Tony anterin deh sekarang”, responku seadanya. Tiba-tiba Eva mencubit perutku.
“Eva mau ke mall ngga?”, tawaranku.
“Malas ah. Mall mall melulu. Ngga ada yg lain?”, tanya Eva.
“Ada. Mau ke Tretes? Nginep di sono.”, tawaranku lagi.
“Boleh sih, tp ngga hari ini. Masih panas dan macet lagi jam-jam gini.”, jawabnya.
“Trus sekarang Eva mau ngapain?”, tanyaku sekali lagi.
“Ke kamar Tony yuk. Ada computer game baru ngga?”, tanya dia.
“Liat aja sendiri.”, jawabku santai.
Tiba-tiba bak kesambar petir, Eva membuat aku mati kutu. Aku lupa total kalau di computer itu banyak koleksi film-film porno yg aku dapat dari teman-teman kuliah.
“Weleh Eva jangan buka itu dong! Barang privacy! Khusus laki-laki.”, jawabku seadanya.
“Emang cewek ngga boleh liat yah?”, tanya dia menyindir lagi.
“Kalo cewek mau liat, boleh aja, tp liat nanti saja atau kapan-kapan, jangan sekarang.”, jawabku sambil malu tdk karuan.
“Cici mau liat sekarang boleh kan?! Lagian cuman begini saja. Tony lupa yah, cici kan sdh punya suami.”, jawab dia lagi.
“Ya udah. Terserah Eva. Tp suaranya dikecilin yah. Ntar mbak kedengaran lagi.”, pintaku.
“Tony, pinjitin cici dong? Minta mama tuh beliin kursi belajar yg enak. Bikin pegal aja.”, kata Eva.
Terus terang sejak dulu, aku tdk pernah sungkan-sungkan untuk memijat Eva apabila dia minta. Tp kali ini aku keberatan, karena Eva sedang nonton film porno. Sejak tadi aku pengen keluar dari kamar, dan membiarkan Eva nonton sendirian. Tp jg ada sedikit rasa ngga enak kalo meninggalkan dia sendiri. Aku berdiri di posisi yg serba salah. Akhirnya aku memutuskan untuk memenuhi permintaan Eva.
“Kurang keras, Eva?”, tanyaku.
“Cukup Tony. Tp rada turun ke lengan sedikit yah.”, pinta Eva.
Sekarang mau tdk mau aku ikut nonton film bokep itu bersama Eva. Aku tdk berani berkata apa-apa. Malu dan risih itu alasan yg paling tepat. Aku akui sejak dari tadi rudal aku sdh cukup berdiri, tp masih belum maksimum.
“Tony, pengen pijet susu cici ngga?”, tanya Eva.
Jeblerrr, kayak kesambar petir, ingin segera pingsan saja aku dgn pertanyaan Eva itu.
“Mmmm… maksud Eva apa yah?”, tanyaku pura-pura bego.
“Iya, cici tanya Tony. Pengen ngga pijet susu cici?”, jawab Eva sambil tangannya meraba payu daranya sendiri.
“Mmmmm… “, hanya itu yg bisa saja jawab.
Dgn malu-malu aku turunkan kedua telapak tangan aku menuju kedua payu daranya, dan meremasnya lembut. Tubuh Eva tiba-tiba terkejut sejenak, kemudian santai lagi. Hanya beberapa detik saja, tiba-tiba Eva berkata:
“Tony, stop dulu. Bentar, cici mau lepas BH dulu.”
Gila benar nih, aku dibikin ngga karuan saja. Eva melepaskan BH nya dari dalam kaos putihnya tanpa menanggalkan kaosnya.
Terang aja, aku bisa merasakan daging lembut yg menonjol jelas dia dadanya, meskipun masih terbungkus kaos putihnya. Aku menelan ludah, malu, risih, grogi tp kedua telapak tangan masih meremas-remas payu daranya. Rudal k0ntolku sekarang menjadi berdiri tegak, dan amat keras.
“Ehmm…ehmmm…ahhh”, suara Eva perlahan-lahan berubah seperti suara pemain wanita di film bokep yg sedang kami tonton.
Aku benar-benar masih hijau dibidang beginian. Edukasi seks yg aku dapatkan hanya dari film-film bokep saja. Reality seks experience masih belum pernah sama sekali. Ini saja pertama kali aku meraba, meremas payu dara seorang wanita.
Kakak sepupu yg biasanya manis dan lembut, kini berubah menjadi wanita yg sedang haus akan seks. Aku tdk pernah menygka kalau Eva ternyata sangat mahir di bidang ini.
Tanpa sungkan-sungkan lagi, Eva bertanya dgn vulgarnya, “Tony, pengen gituan ama cici ngga?!”.
“Anu, gituan apa ci?”, tanyaku pura-pura bego lagi.
“Tony jangan pura-pura bloon ah”, jawab Eva sambil mencubit tanganku.
“Tp Tony emang ngga tau, pengen gituan apa sih?”, jawabku masih pura-pura lagi.
“Idihh Tony, reseh nih. Maksud cici itu, Tony pengen ngga ngentot ama cici?”, kali ini pertanyaannya semakin bertambah vulgar.
“Hah?! Yakin nih Eva? Di sini sekarang? Ntar kedengaran mbak loh.”, jawab panik.
“Kunci aja pintunya. Kayaknya mbak lagi tidur siang. Lagian kita putar musik aja biar ngga kedengeran.”, jawab Eva.
Seakan-akan mengerti dgn tingkah lakuku yg mau hijau. Eva kemudian menarik tubuhku agar bergabung denganya di atas ranjang. Tanpa malu-malu, tangan Eva menjulur ke dalam celana boxerku, dan dgn singkat saja batang k0ntolku telah digenggamnya dgn mudah.
“Ah, Eva bisa aja nih?”, jawabku malu-malu.
“Tony pernah ngga gituan ama cewek lain?”, tanya Eva penasaran.
“Menurut Eva gimana?”, jawabku malu-malu.
“Kalau menurut cici sih, kayaknya belum pernah yah. Tony masih malu-malu gitu … tp MAU!”, godanya lagi.
“Cici ajarin Tony yah. Tp ini untuk kali ini saja. Tdk bakalan ada lain kali. Cici mau ambil Tony punya perjaka.”, kata Eva sambil tertawa.
Dgn segera saja kulepas semua pakaian yg aku kenakan termasuk celana boxerku. Kini aku yg terlanjang bulat. Mungkin karena terlalu nafsu dan grogi, aku sampai lupa kalau Eva masih berpakaian lengkap. Brrr… semburan angin AC benar-benar dingin. Dgn segera aku matikan AC di kamar. Reflek tubuh aku untuk menghindari dari masuk angin.
“Ntar dulu, pelan-pelan dong sayang.”, jawab Eva santai.
Terus terang panggilan kata ’sayang’ di sini berbeda sekali rasanya dgn kata ’sayang’ yg sering Eva ucapkan dulu-dulunya. Kali ini seakan-akan kata ’sayang’ yg berarti seperti ‘aku milikmu’ atau ‘nikmatilah aku’, atau apalah gitu. Yg pasti berbau seks.
Aku berbaring di atas ranjang dgn posisi badan terlentang, kedua telapak tangan di atas perut, dan dgn batang k0ntol yg menegang. Eva seperti mengerti apa yg harus dia perbuat. Eva mengarahkan tubuhnya diatas tubuhku dan memulai actionnya.
Aku mencoba mencium bibirnya, tp tiap kali aku mencoba, Eva selalu menghindar saja.
“Eva, Tony mau cium bibir cici.”, kataku.
“Jangan Tony. Ciuman bibir kan hanya buat pacar. Cici kan bukan pacar kamu.”, jawab Eva.
Aku hanya mengangguk saja pertanda setuju, dan kemudian membiarkan dirinya menjelajahi seluruh tubuhku. Eva benar-benar mahir dalam bidang beginian. Dia dgn cepat bisa mengetahui dimana titik kelemahanku tanpa harus bertanya kepadaku. Dgn tanpa ragu-ragu dia mengulum lembut batang k0ntolku, dgn sesekali menjilat-jilatnya. Tubuhku bak melayg di surga, setiap hisapan yg dia berikan terhadap batang k0ntolku membuatku melayg-layg.
“ahh … ahh …”, terdengar suara erangan halus Eva.
Dia berusaha menahan suaranya agar tdk terdengar oleh pembantuku.
“Tony, tolong lepas celana cici dong?!”, pintanya lembut. Tentu saja tawaran yg mahal. Dgn segera aku lepaskan celana jeansnya plus celana dalamnya.
Sekali lagi … OH MY … aku menjadi sesak napas sekarang. Aku sekarang bisa melihat meki Eva dgn jelas.
Terpintas di dalam pikiranku untuk menjilat-jilati meki milik Eva seperti yg sering aku lihat di film bokep. Tp niat ini ditolak oleh Eva, mungkin karena takut aku tdk tahan mencium aroma meki. Jadi aku hanya diperbolehkan untuk memainkan tanganku di bagian itilnya. Meki Eva lembut sekali dan kini menjadi basah. Suara erangan nikmat Eva semakin menjadi-jadi, dan kadang-kadang sedikit terlepas kontrol.
“Tonyyy, ahhh … ahhh … geli Tony…”, suara Eva yg sedang bernapsu.
“Enak Eva?”, tanyaku.
Meki Eva semakin basah dan licin. Kali ini tubuhnya sedikit menegang. Saat itu aku tdk mengerti apa yg akan terjadi denganya, yg terdengar dari mulutnya hanya
“Tony … ahh ahh … cici mau datangggg … cici mau datanggg”. Hanya dalam hitungan detik, tiba-tiba tubuh Eva mengejang dan menjerit keras.
Aku panik dan segera saja aku tutup mulutnya dgn tanganku. Napasnya terengah-engah, dan memelukku sekencang mungkin. Tubuh Eva berkeringat, maklum saat itu AC telah aku matikan, mengingat Surabaya kota yg panas, tdk heran Eva jadi berkeringat.
“Tony mau rasain masuk ke sini ngga?”, katanya sambil menunjuk mekinya yg sdh basah.
Aku hanya mengangguk malu-malu sambil berkata,
“Kalo Eva ijinin, Tony mau aja masuk ke sana.”.
“Idih, genit kamu. Jelas cici ijinin dong. Masa cici cuma ijinin pegang. Kan tanggung.”, jawabnya genit.
Kemudian dia menambahkan,
“Tony, tp ini hanya untuk hari ini saja yah. Dan ini hanya rahasia kita berdua saja. Jangan sampai ini terbongkar ke orang lain, apalagi kalo sampai suami cici tau. Cici bisa bunuh diri.”, katanya serius.
“Husss … mana boleh begitu Eva”, jawabku tegas.
“Makanya, Tony harus jaga rahasia ini, ok?!”, pintanya. Aku hanya memberikan signal peace, yg berarti ‘I swear’.
“Sekarang Tony ambil posisi di atas cici. Cici tuntun dedek Tony dulu. Jangan sembarangan main tusuk yah?!”, katanya lagi. Aku hanya bisa mengangguk saja.
“Tony pengen diam dulu ci. Punya cici anget banget.”, jawabku.
“Enak?”, tanya Eva sekali lagi, dan aku menganggukan kepalaku.
“Kalau gitu kocok sekarang yah, ntar kalau Tony pengen keluar pejunya, keluarin aja yah. Jangan mencoba untuk ditahan. Ini kan pertama kali buat Tony, jadi cici bisa maklum kalo Tony belum bisa mengontrol keluarnya peju.”, jelas Eva.
“Ahhh…Tony…cepet pinter kamu…yah di sono terus … terus lebih dalam lagi…”, puji Eva. Aku hanya tersenyum saja.
“Uhhh … ohhh… uhhh…”, desahan Eva menjadi-jadi.
“Tonyyy … entotin cici terus … entot cici terus … k0ntolnya enakkk bangettt sihhh … uuuhhh…”.
Melihat kelakuan Eva, aku menjadi seakan-akan terbawa olehnya, dan seperti penyakit menular, akupun mulai ngomong yg jorok-jorok pula.
“Tonyyy … cici mau kencinggg … geliii bangettt … uuhhh …”.
Arti ‘kencing’ di sini bukan bukan air seni beneran, tp karena terlalu gelinya Eva merasa seakan-akan pengen kencing. Yg pasti meki Eva makin basah saja.
“Uhh…ohhh … suka ngga ngentot ama cici … suka ngga? meki cici enak ngga? … “, tanya Eva kacau.
“Enakkk bangettt cici … enakkk banget … Tony nanti kapan-kapan minta lagi yah? … ngga mau sekali doang, pleaseee …”, mohonku.
“Iyaaa … iyaaa … asal Tony sukaaa … Tony boleh entot cici terusss … uuhh … oohhh”, jawabnya.
Aku menjadi amat gembira mendengarnya.
“Eva suka ngentot ternyataa yahhh … baru tau Tony”, kataku.
“Siapaaa di dunia ini yg ngga suka ngentot, heh? Cici jg manusia kann…”, jawab Eva.
“Eva …ahhh… Tony kayaknya mau meledakkk ntar lagii … gimana nihhh”, kataku panik.
“Keluarin ajaaa kalo dah ngga tahann …”, jawabnya.
“Iyaaa … Tony mau keluarrr ntar lagii … cici siap-siap yah”, kataku lagi. Eva hanya mengangguk saja.
Kupercepat lagi goyangan pingguku. Eva menjadi seperti cacing kepanasan.
“Tonyyy … cici jg mau datanggg … enakk bener k0ntolnya sihhh …”, puji Eva lagi.
“Eva … dah dipuncakkk nihhh … ntar lagiii … ntar lagiii …”, kataku ngga karuan.
“Barengan yah sayanggg … ahhh ahhh … cici jg mau datang sayanggg …”, Eva mengingau.
Mendengar kata ’sayang’ lagi, aku menjadi tambah bernafsu lagi. Bendungan pejuku sebentar lagi jebol, dan aku tau pasti kalau itu bakalan tdk lama lagi.
“Eva … Tony ntar lagiii datanggg …”, kataku memberi aba-aba.
“Iya sayanggg, keluarin yah sayanggg … uuhhh … oohhh ….”.
Selang beberapa detik kemudian …
“Eva … Tony datanggg … ahhhh … ahhhh …”, kataku sambil batang k0ntolku mengeluarkan semua pejunya di dalam liang meki Eva.
“Ahhh … Tony sayanggg … cici jg keluarrrr … ahhh … ahhh …”, sahut Eva sambil memeluk tubuhku yg basah kuyung.
“Tony, thank you sekali lagi yah.”, kata Eva.
“Tony jg thank you buat Eva. Ini pengalaman berharga Tony.”, jawabku.
“Ngga nyesel kamu Tony?”, tanya Eva penasaran.
“Tdk sama sekali.”, jawabku tegas yg kemudian terlihat Eva tersenyum manis.
“Idih … peju perjaka banyak banget. Ngga cukup meki cici yg menampung. Tp sekarang dah ngga perjaka lagi nih!”, canda Eva. Aku hanya tersenyum saja.
“Tp untuk ukuran perjaka, Tony termasuk hebat loh. Masih saja mampu bikin cici datang sekali lagi.”, pujinya.
“Eva, bener ngga sih kalo cewek menelan peju perjaka bisa awet muda?”, tanyaku bercanda.
“Idih … mana ada yg begituan. Itu kan cuman mitos aja”, jawab Eva.
Tak terasa total waktu kita berperang di atas ranjang lebih dari 3 jam. Jam 6 sorean Eva pamit pulang, karena dia ada janji dgn teman-teman masa SMA-nya dulu. Pada malam harinya aku menerima sms darinya yg berkata:
Kemudian aku balas smsnya,
“Kalau Eva mau Tony tutup mulut tentang rahasia ini, tolong sumbat mulut Tony ama susu Eva lagi deh.”.
“Idih … masih kurang yah?! Dah ketagihan nih yah?! Ntar sebelon cici pulang ke Smrd, cici kasih lagi deh.”, balesnya.
Eva telah berubah bukan saja sekedar kakak sepupu saja, tp lebih menjadi guru seks-ku. Dia terlihat sangat mahir dalam memuaskan nafsu birahi laki-laki. Jurus goyang pinggulnya dgn posisi dia diatas mampu membuatku babak belur. Seakan-akan dgn posisinya di atas, mekinya terasa seperti meremas-remas dan menyedot batang k0ntolku. Pertama kali Eva mengenalkan jurus goyang pinggulnya, aku tdk mampu bertahan, dan hanya beberapa kali goyangan pinggulnya, aku langsung ejakulasi. Eva sempat menyindir canda waktu itu, dan maklum melihat kejadian ini.
Eva pernah mengaku bahwa dia tdk pernah sebelumnya menaruh perasaan nafsu kepadaku. Hanya karena dia telah hilang kontak dgnku lebih dari 2 tahun lamanya, dan sekembalinya dia ke Surabaya, aku telah banyak berubah terutama dari segi fisik.
Kepulangan Eva ke Samarinda menjadi pil pahit buatku. Karena guru seks-ku meninggalkanku di Surabaya sendiri. Hampir tiap hari aku ber-masturbasi sendiri sambil membayangkan memori-memori indah menyetubuhi Eva. Aku merasa seperti pecundang saat itu, karena hanya masturbasi yg bisa aku lakukan. Sering aku menelpon Eva lewat hp-nya, menceritakan betapa berat aku ditinggal olehnya, dan betapa rindunya aku denganya.