Setelah ayahku, habis kusiksa dengan kenikmatannya sendiri selama empat hari. ibuku pun datangmengantikan aku. Ibu yang mengantarkannya adalah abangku Nasrun.
Ibu berganti dengan diriku. Kii aku yang kembali di boncengan ibuku. Dalam perjalanan waktu aku duduk di booncengan, kakaku Nasrun mulai merayuku, mengajakku ke kebun karet dulu. Aku mengerti maksudnya, kenapa aku tidak dibawa langsung ke rumah.
Aku tahu kakaku Nasrun ingin menyetubuhiku di gubuk di kebun karet. Kami pun sampai, dengan langsung kakakku Nasrun menyetubuhiku tanpa ba-bi-bu.. Setelah spermanya keluar, aku dibawanya ke rumah.
Setiba di rumah, aku langsung mandi dan menyiapkan makanan. Katanya aku harus mengantarkan nasi ke kakaku yang tertua. Aku mengantarnya, kemudian di gubuk sawah kami, kakaku tertua merayuku lagi.
Aku bilag aku mau, asal dia menjilati dulu memekku. Kakaku menyanggupinya. Langsung aku ke gubuk dan mengangkangkan kedua kakiku yang memang kusengaja tanpa kolor.
Selesai dia menyetubuhiku dengan rakus, aku kembali ke rumah dengan alasan aku mau tidur, karena lelah. Di rumah aku hanya melihat adikku yang terkecil sedangkan Paklek-ku yang berumur 20 tahun bernama Diman, sedang merumput.
Walau kakinya kecil sebelah, dia seorang yang rajin dan hanya taman SMP saja. Di rumah hanya ada adikku yang laki-lakiku. Dia tersenyum melihat kehadiranku.
“mBak… aku….” katanya mendekatiku.
“Apa, terus terang saja. Apa kamu mau menyetubuhi mBak?” tanyaku terus terang.
Adikku tersenyum. Melihat senyumnya akau sudah mengerti. Saat dia mendekatiku, langsung dia kupeluk dan kucium bibirnya. Aku mengajarinya berciuman, seperti yang pernah kulihat di video porno. Kami pun akhirnya bersetubuh.
LIma hari ibu di ladang baru bersama ayah, secara bergantian dua kakak dan satu adik laki-laki menyetubuhiku. Sepertinya bagi mereka tidak ada beban. Enak saja, padahal dulu mereka begitu jijik, begitu aku dimarahi ayah dan ibu, semasa aku diperkosa oleh Pakde.
Bahkan dua abangku, ikut-ikutan memarahiku. Adikku satu laki-laki dan satu perempuan hanya diam saja. Paklek ku justru sedih dan menangis, melihat aku dimarahi.
Akhirnya ayahku pulang bersama ibu ke rumah. Malamnya kami kumpul. Siap makan malam, aku dibantu adikku menyuci piring dan menyiapkan segalanya.
Sejak itu kakakku yang tua dan kakaku yang nomor dua meneruskan pekerjan membuka ladang baru. Ibu terus berjualan di pasar. Adik laku-lakiku dan adik perempuanku membantu sana-sini. Paklek tetap dengan tugasnya merumput sedaya mampunya.
Aku tetap mendapat tugas mengantar nasi buat ayah di sawah yang sedang ditanami kacang kuning. Tentu saja aku selalu melakukan persetubuhan dengan ayahku. Jika ayah letih, aku tetap memaksa.
Dua minggu kemudian aku mendatangi ayah di sawah dan aku menyampaikan, kalau aku hamil. Ayah terkejut sekali dan wajahnya memucat.
“Aku yakin ini adalah anak ayah,” kataku pasti, walau sebenarnya aku tidak hamil sama sekali. Ayah terduduk lesu.
“Lalu bagaimana?” kata ayah bingung. Aku senang sekali melihat dirinya bingung.
“Nikahi aku, Yah,” kataku ketus. Ayah semakin pucat. Dia orang ternama di desa kami, harus menikahi anak gadisnya sendiri yang berumur 15 tahun.
“Tak mungkin,” kata ayah. Aku memaksanya. Ayah menangis dan meminta maaf kepadaku. Kami diam sesaat.
“Kalau tidak, aku akan menggugurkan kehamilanku. Ada bidan di kota yang mau menggugurkan kandunganku.
Aku butuh biaya dan kalau kandunganku sudah gugur, aku mau sekolah SMA di kota,” kataku. Langsung wajah ayahku cerah dan langsung dia menyetujuinya, asal aku menjaga rahasia dengan ketat.
Anjing, bisik hatiku. Aku jelaskan kalau biayanya Rp 15 juta. Ayah aterkejut.
“Kalau tidak, ayah harus menikahi aku,” jkataku sembari menangis. Akhirnya ayah setuju. Selain uang Rp. 15 juta dia akan mengontrakkan rumah kecil buatku, dan membiayai sekolahku. Setiap bulan ayah akan mengirimkan uang Rp 1 juta buatku, walau teman-teman hanya membutuhkan biaya Rp 500.000,-
Aku meilhat ayah pontang panting mencari uang dan membujuk ibu agar mengizinkan aku sekolah di kota, karean semua isi keluarga mengatahui otakku yang paling cerdas.
Aku menemui juga kakaku yang tua dan yang nomor dua. Tentu saja secara terpisah. Mereka juga sangat terkejut saat aku minta mereka nikahi. Akhirnya, aku minta mereka mencarikan uang untuk aku menggugurkan kandunganku seberapa saja.
Kemudian aku minta secara diam-diam mereka harus mengirimkan aku uang setiap bulan Rp. 300.000,-. AKu tak mau tau bagaimana caranya. Mereka setuju dan akan bekerja keras, serta mencari kerjat ambahan untuk itu. Mampus kamu, batinku lagi.
Adikku aku temui lagi dan aku menceritakan hal yang sama. Adikku justru menangis, saat aku mengatakan aku harus menggugurkannya kalau aku tak ada uang untuk menggugurkan kandunganku.
“Jangan mBak. Jangan digugurkan, kan dia anakku, anak kita,” katanya sendu. Dalam hatiku, dari semua manusia di rumahku, adikku yang bungsulah yang terbaik dari mereka.
Semua setuju aku menggugurkan kandunganku, kecuali adikku si Tono yang bungsu. Aku memeluknya dan menciumnya. Akhirnya aku tau dialah satu-satunya manusia yang paling mencintaiku.
Setelah uang diperoleh, aku mengusulkan kepada ayah dan ibu serta seisi rumah, agar aku ditemani oleh Tono adikku di kota, dengan alasan dia sudah bisa menjagaku dan otaknya juga tergolong pintar. Bujuk rayuku diterima oleh semuanya.
Aku dan Tono diantar ke kota. Aku masuk SMA dan tono pindah kelas dua SMP. Kami satu rumah di rumah BTN yang dibeli ibu, type 36 yang belum dikembangkan. Semua peralatan dapur, kamar dua buah yang kecil, dua buah meja belajar dan segala keperluan sudah terpenuhi.
Aku bilang pada ayah, aku tak mau dijenguk oleh siapapun keuclai oleh ibu dan adikku yang perempuan. Ayah langsung menyetujui.
Aku dan Tono pun hiodup serumah. Dia senang sekali, terlebih setelah tinggal kami berdua di rumah aku mengatakan kebohonganku padanya.
“Kalau begitu, kitapacaran saja ya mBak,” katanya dengan tulus. Kutatap wajahnya yang lugu dan tulus. Aku mengangguk.
“Jadi mBak mulai sekarang jadi pacar Tono?” tanyanya.
“Ya. Kamu adalah adikku dan pacarku juga.”
“Bagaimana kalau kita menikah saja?” tanya Tono. Aku mengangguk.
Kami pun duduk berdua dan berhadap-hadapan. Aku menyalaminya dan Tono pun mengucapkan:” AKu terima nikahmu mBak dengan mas kawin… dia rogph sakunya dan mengeluarkan uang Rp. 2000,- lalu menyerahkanya padaku :”Kontan!”
Kami tersenyum dan berpelukan lalu berciuman.
Aku bersama Paklek (adik ayah) yang pincang tinggal bersama. Ayah dan ibu menempatkan Paklek agar Paklek bisa menjagaku. Aku masuk kelas 1 SMK (SMEA) agar mudah mencari kerja nanti, jika sudah tamat.
Di depan rumah mungil type 36 hang belum di kembangkan itu, Paklek jualan rokok dan jualan jajanan anak-anak. Ada juga jual sabutm, sikat gigi dan sebagainya, untuk masyarakat di komplek itu.
Setiap bulan ayahku datang bergantian dengan kakaku yang tertua atau ibuku atau kakakku yang nomor dua mengantar uang belanja kami. Bila kakakku yang tertuadatang aku jelas meminta tagihan tambahan uang, demikian juga bila kakakku yang nomor dua datang.
Aku bisa hidup agak lumayan. Aku membeli pakaian dan segala kebuituhanku. Seusai belajar megerjakan PR, aku duduk nonton TV 17 Inc yang mempersembahkan lagu-lagu masa kini. Paklek duduk disampingku.
Kaki kirinya yang sedikit lebih kecil karean folio, suka mengajari aku belajar. Wajahnya tampan dan bersih, karean Paklek memang seorang pembersih. Dia suka membantuku ntuk mencuci pakaianku bahkan menyetrikanya. AKu sayang padanya.
“Di sini kamu mulai senang, ya…” katanya perlahan dan lembut.
“Kenapa, Paklek…” aku kembali bertanya sembari menonton TV.
“Kalau di desa, kamu selalu tertekan dan harus melayani kakak-kakakmu,” katanya lembut juga.
“Melayani bagaimana, Paklek,” tanyaku dengan dada bergemuruh.
“Ya… Paklek mengetahui semuanya. Dua kakakmu selalu menyetubuhi dirimu,” katanya seperti terdengar dan tidak. Berarti Paklek mengetahui semuanya, pikirku.
“Apa lagi yang Peklek tau?” tanyaku ingin tau pula.
“Yah… hanya itu,” katanya. Apakah dia berbohong atau tidak. Apakah dia tahu juga aku disetubuhi oleh ayah, tapi rasanya tak mungkin. Dengan adikku? Oh…
Aku diam saja. Mataku tetap menonton TV. Aku terbayang pada ayahku, kedua kakakku dan adikku yang menyetubuhiku. Bayangan itu membuatku jadi gelisah. Apa sebenarnya aku ini, kok terbayang saja, tiba-tiba aku jadi kepingin ditiduri oleh laki-laki.
Bagaimana dengan Paklek? Apakah Paklek bisa meniduri seorang perempuan? Apakah kakinya yang kecil sebelah itu, mampu menyetubuhi perempuan? Aku jadi ingin tau. Aku pun merapatkan dudukku pada Paklek. Uh… Paklek tersenyum.
“Kamu harus percaya Paklek. Paklek tidak akan memberitahu siapa-siapa. Pakelek kasihanpadamu. Paklek akan menjagamu di sini, : katanya.
“Kalau aku butuh ditiduri, apakah Paklek kasihan juga padaku?” tanyaku memancing. Memekku sudah kemut-kemut. Paklek tak menjawab. Matanya justru tertuju ke TV. AKu meraba kontolnya dari luar celananya. Uh.. ternyata kontol Paklek sudah tegang. Dan aku yakin kontol itu sangat besar.
“Paklek, dia sudah tegang,” kataku. Paklek diam saja bahkan tubuhnya terasa padaku, gemetaran. Cepat kulepaskan pakaianku dan aku telanjang bulat di hadapannya. Kusodorkan pentil tetekku untuk diisapnya.
Paklek sepertinya diam. Kupaksa pentil tetekku ke celah bibirnya. Perlahan Paklek mengisapnya dengan gemetaran. Bergantian pentil tetekku kusodorkan. Akhirnya Paklek mengisapnya dan mengelus-elus yang sebelah lagi.
Aku membuka celananya dan semuapakaiannya. Kuseret dia memasuki kamar tidurnya yang bersih, karena dia memang pembersih. Kutelentangkan dia di atas tempat tidur dan aku menaiki tubuhnya.
Kutuntun kontolnya menusuk memekku dan aku mulai menggoyangnya dari atas. Kontol itu keluar masuk dan melepaskan spermanya. Mulai sejak uitu, kami selalu melakukan persetubuhan.
Bulan ketiga ayahku datangt mengantar uang belanja. Saat itu Paklek sedang belanja ke grosir untuka membeli kebutuah dagangannya. Langsung ayahku merenggut tubuhku ke dalam kamar dan mencumbuku.
Ayah yang sudah terbiasa dan berpengalaman, memang seorang laki-laki perkasa. Dia mampu menyetubuhiku lebih dari setengah jam. AKu benar-benar selalu puas oleh perlakukan ayahku. Dari laki-laki yang mkenyetubuhiku, hanya ayah yangbenar-benar membuat aku puas dan nikmat.
Sejak itu, setiap kali ayah datang ke kota membawa uang bulanan kami dan tentu saja, kalau ayah yang datang, selalu saja uang bulanan diberikan dua bahkan tiga kali lipat dari jumlah yang seharusnya. Ayah berahasia memberiku uang dan katanya aku semakin cantik selama di kota.
Ayah, abangku setiap kali datang, selalu mintajatah untuk menyetubuhiku dan aku merasa senang. Selain nikmat, aku juga dapat uang tambahan yang lumayan besar sampai aku diam-diam bisamembeli kalung mas, cincin dan sebagainya dan selalu kusembunyikan di dalam lemari pakaianku.
Selain itu, tentunya Pakelk pun semakin pintar saja dan mampu memuaskan aku. Jika pikiranku buntu mengerjakan PR, aku selalu bercumbu dan bersetubuh dengan Paklek, membuat otakku jadi lancar. Anehnya aku tidak hamil-hamil.
Setelah tujuh bulan aku di kota, ayah datang membawa uang dan menyetubuhiku. Selesai bersetubuh aku bilang pada ayah, kalau aku hamil lagi. Ayah terkejut.
“Kenapabisa hamil, nDuk?” ayah bertanya lembut.
“Tak aperlu aku jawab, Yah. Ayah pasti tau jawabannya, kenapa aku hamil.” kataku. Ayah menunduk.
“Lalu bagaimana?” tanyaayah.
“Aku terpaksa menggugurkan lagi, Yah. Menggugurkan itu sangat sakit sekali, seperti mau mati rasanya,” kataku. Ayah terdiam dan menunduk. Cerita ini dipublish oleh situs Ngocoks.com
“Berapa biayanya?” tanya ayahku. Kalau masih muda bisa berkisar Rp. 3,5 juta. Tapi ini sudah masuk lebih 4 bulan yah,” kataku. Ayahku terdiam. Diaberjanji secepatnya akan datang membawa uang.
Tiga hari kemudian ayah datang membawaku uang Rp. 5 juta. Aku pura-pura menangis. Ayah pun cepat-cepat pergi sembari berkata:” Cepat kamu gugurkan dan jaga rahasia. Jangan sampai ada yang tau.”
Setelah ayah pergi, aku memaki. Dasarmau enaknya saja, bathinku. Mampus kau, bisik hatiku lagi. Kusimpan uang itu dalam bentuk perhiasan dan masuk dalam tabunganku. AKu juga sudah membeli HP.
Ketika kakaku yang sulung datang, aku juga mengatakan demikian dan dia pusing. Pokoknya aku tak mau tau, harus ada dalam tiga hari, ancamku. Akhirnya dia pulang dan tepat tiga hari dia menyerahkan padaku uang Rp. 3 juta.
Aku tak perduli dia dapat dari mana. Hal serupa juga berlaku pada kakaku nomor dua. Dalam waktu empat hari dia menyerahkan uang Rp. 2,7 juta. Aku tersenyum. Sementara dengan Paklekku aku memberikan yang terbaik untuknya. Tidak tergesa-gesa.
Aku tamat SMK. Aku minta kuliah di kota. Mulanya ayah keberatan. Aku mengancam. Bagaimana ayah bisa menyetubuhiku kalau aku tak kuliah.
Akhirnya ayahku setuju dan ibuku sangat bangga padaku, ada anaknya sekolah tinggi dan nanti kerja di bank. Pikirku, apa kalau kerja di bank itu punya uang banyak, walau isi bank banyak uang?
Kakaku yang nomor dua dan yang sulung jarang sekali menyetubuhiku. Mungkin sudah kapok. Kalau pun mereka menyetubuhiku, mereka sudah pakai kondom. Kurang ajar. Tapi ayahku tidak. Dia tetap menyetyubuhiku dengan telanjang tanpa kondom.
Gak enak katanya. Selama SMK aku sudah minta empat kali uang mengugurkan. Selama mahasiswa semester satu sudah dua kali. Entah darimana saja uang ayah, aku juga tidak tau.
“Kalau kamu bukan anakku, nDuk, aku akan menikahi kamu.” kata ayah. AKu diam saja. Ayah kulihat sudah benar-benar jatuh cinta padaku. Dalam hatiku akumemaki. Dulu dia sangat marah padaku, saat Pakde memperkosaku, kini dia yang ketagihan mau menyetubuhiku.
Bahkan ada-ada saja alasannya pada ibu, untuk ke kota agar bisa menyetubuhiku,. Dia siap mengeluarkan uang berjuta-juta untuk biaya menggugurkan, walau sebenarnya aku tidak pernah mengugurkan. Aku malah takut, bagaimana kalau aku menikah nanti, apakah aku bisa punya anak atau tidak.