ISTRIKU YANG BERTINGKAH ANEH
Pada minggu sore, Charlotte berseru. “Akhirnya selesai!”
Berkat bantuan Elliot, Charlotte bisa dengan cepat menyelesaikan semua gambar kerja utamanya. Paling dia hanya tinggal menggambar gambar – gambar detail nanti, tapi itu tidak terlalu sulit, jadi Charlotte bisa mengerjakannya dengan agak santai.
Elliot melihat Charlotte merenggangkan tangannya ke atas, berusaha untuk merilekskan otot punggungnya yang terasa kaku. Begitu Charlotte mendengar tulangnya berbunyi, ia langsung menurunkan tangannya dan menghela napas lega.
“Baru kali ini aku bisa menyelesaikannya dengan cepat.”
Elliot menarik kursi Charlotte supaya mereka bisa duduk lebih dekat. “Memangnya berapa lama biasanya kamu mengerjakan tugas?”
“Berhari – hari, sampai akhirnya mendekati deadline dan aku harus begadang sampai pagi.”
Elliot memijat leher belakang Charlotte yang terasa kaku, membuat Charlotte sedikit menggigil akibat merasakan tangan Elliot yang dingin. Selain itu, Charlotte juga merasakan sensasi yang aneh begitu Elliot menyentuh kulit lehernya. Rasanya agak menggelikan tapi juga nyaman di saat yang bersamaan.
“Lehermu terasa sangat kaku, apa sakit?”
Tanpa sadar pipi Charlotte bersemu merah. “Sedikit.”
Tangan Elliot bergerak dengan lembut di belakang leher Charlotte, dia menekan bagian yang terasa nyeri menggunakan jari – jarinya. Sesekali, Elliot tanpa sengaja menyentuh kulit punggung Charlotte yang mengenakan pakaian longgar.
Ketika menyentuh punggung Charlotte, Elliot mampu merasakan permukaan kulit punggungnya yang lembut, terlalu lembut sampai Elliot penasaran untuk menggerakan tangannya semakin ke bawah. Namun, ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh tali bra milik Charlotte, wanita itu segera menahan tangan Elliot supaya berhenti bergerak.
Keduanya saling bertatapan, sama – sama terkejut dengan tindakan mereka. Buru – buru Elliot menarik tangannya dan berkata, “Maaf, aku tidak sengaja.” ceritasex.site
Seketika kepala Charlotte terasa panas, ia tidak mampu memikirkan apapun karena terlalu terkejut. Charlotte belum pernah disentuh oleh orang lain sebelumnya, jadi dia merasa aneh bila ada orang yang tiba – tiba menyentuhnya.
Kemudian secara spontan malah menahan tangan Elliot, seolah pria itu telah melakukan tindakan asusila. Padahal Elliot sebenarnya sangat berhak untuk menyentuh Charlotte jika ingin.
Karena merasa begitu malu, Charlotte akhirnya bangkit dari kursi dan berkata dengan cepat. “Aku ingin mengambil buah di dapur, nanti aku akan segera kembali.”
Elliot hendak mengatakan sesuatu, tapi Charlotte lebih dahulu berlari keluar dari ruangan. Diam – diam Elliot merutuki dirinya sendiri karena berpikir telah membuat kesalahan fatal. Padahal Charlotte belum memberikannya izin untuk melangkah lebih jauh, tapi dia malah tanpa sengaja ingin melampaui batas.
Di lain tempat, Charlotte dengan wajah yang sepenuhnya merah berlari menuju dapur untuk mengambil air dingin dan potongan buah. Namun Charlotte berhenti berjalan saat mendengar suara isakan tangis dari arah dapur, membuat dia langsung bersembunyi di balik tembok untuk melihat orang itu.
Di dalam dapur, Charlotte melihat tiga pelayannya tengah berusaha menenangkan seorang pelayan yang menangis keras. Air matanya terus mengalir meski sudah berkali – kali diusap menggunakan tisu.
“Sudahlah, berhenti menangis. Untuk apa kamu menangisi suamimu yang bajingan itu?” kata seorang pelayan seraya memberikan kotak tisu baru.
Bukannya berhenti, pelayan itu malah tambah menangis. “Ini adalah salahku, dia selingkuh pasti gara – gara aku!”
“Kenapa itu jadi salahmu?!”
“Aku selalu saja menolak saat dia ingin mengajakku untuk berhubungan intim. Mungkin saja karena itu dia jadi mencari wanita lain untuk memuaskan nafsunya,” tangisannya kian keras, bahkan sampai keluar dari area dapur.
“Omong kosong! Kau menolak karena lelah setelah bekerja seharian, seharusnya dia yang memahami kamu!”
“Tapi … tapi pria memang seperti itu, mereka selalu saja tidak puas dengan satu wanita.”
Charlotte merasa napasnya terhenti saat mendengar percakapan mereka. Dia dan Elliot sudah menikah lebih dari satu minggu, tapi Charlotte masih belum membiarkan Elliot menyentuhnya.
Mungkin Elliot mampu bertahan hingga sekarang, tapi bagaimana bila Charlotte tak kunjung memberikan izin selepas satu bulan atau satu tahun?
Mungkinkah dia akan mencari wanita lain?
Apa Charlotte akan diselingkuhi bila dia tidak mampu menjadi istri yang baik?
Tiba – tiba saja Charlotte merasa panik. Ketakutan memasuki hatinya, kemudian memenuhi pikirannya. Elliot sekarang sedang berusaha untuk menjauhi masa lalunya yang dipenuhi oleh wanita dan hura – hura, tapi tetap saja keliaran yang pernah ia lakukan di masa lalu tidak akan terhapus begitu saja.
Elliot yang biasanya bermain dengan banyak wanita, bagaimana mungkin bisa tahan jika istrinya terus menolak?
Padahal Charlotte baru saja mendapatkan hati serta perhatian Elliot. Sekarang bahkan cinta di dalam hati Charlotte mulai tumbuh untuk pria itu. Apabila Elliot kembali mengabaikannya lagi di masa depan, Charlotte pasti akan mengutuki dirinya sendiri yang tak becus dalam menjalankan kewajiban seorang istri.
Charlotte akhirnya tidak jadi pergi ke dapur, dia memutuskan untuk kembali ke ruang kerja dan menemui Elliot.
Elliot yang tengah membereskan meja kerjanya merasa bingung saat melihat Charlotte datang tanpa membawa apapun. “Tidak jadi mengambil buah?”
Charlotte menggeleng, “Buahnya habis.”
Elliot semakin bingung, sepertinya tadi pagi dia masih melihat ada sekeranjang buah segar di dalam kulkas. Apa mungkin buah – buah itu telah dimakan oleh pelayannya?
“Kamu mau makan buah? Aku bisa menyuruh seseorang untuk membelinya.”
“Tidak perlu, aku tidak begitu ingin.”
Charlotte melangkahkan kakinya dan berhenti di depan meja. “Elliot.”
“Mhm?”
Charlotte ingin membicarakan perihal peristiwa yang ia dengar dari para pelayan. Namun, bibirnya terasa keluh setiap kali ia hendak membuka suara. Tampaknya Charlotte merasa begitu malu untuk membicarakan hal seperti itu.
“Tidak jadi,” bisik Charlotte.
Elliot menaikkan satu alisnya, tidak mengerti alasan Charlotte bertingkah gugup seperti itu. Akan tetapi, Elliot sadar mungkin Charlotte bertingkah begitu karena terlalu terkejut dengan tindakan Elliot.
Dia harus meminta maaf dengan benar nanti atau Charlotte mungkin akan membencinya.
Tapi sepanjang hari itu, Charlotte selalu saja menghindar setiap kali Elliot ingin membicarakan masalah tadi, seolah – olah wanita itu tidak ingin mendengar penjelasan Elliot.
Istrinya itu pasti sangat marah kepadanya.
Ketika menjelang malam, Elliot dan Charlotte pergi ke kamar tidur. Namun Elliot melihat Charlotte hanya berdiri diam di depan pintu tanpa mempunyai keinginan untuk mendekati tempat tidur.
Elliot tiba – tiba merasa sangat menyesal. Dia hanya menyentuh kulit punggung Charlotte, tapi Charlotte sudah bertingkah seolah dia adalah benda kotor yang tak patut di dekati.
“Charlotte, aku minta maaf atas kejadian tadi,” Elliot menelan ludahnya sendiri, “Aku benar – benar tidak akan menyentuhmu sembarangan lagi.”
Usai mendengar kata – kata Elliot, Charlotte akhirnya mengangkat kepalanya dan bertemu pandang dengan suaminya itu. Manik emeraldnya memancarkan keterkejutan sekaligus ketakutan.
Jika Elliot benar – benar tidak akan menyentuhnya lagi, maka Charlotte akan menganggap dirinya sangat gagal sebagai istri.
“Elliot,” Charlotte akhirnya bersuara. Dia berjalan mendekati Elliot dan menarik ujung pakaian Elliot. Wajahnya tertunduk dan telinganya tampak semerah apel. “Ayo tidur bersama …”
Elliot tertegun, butuh waktu agak lama untuk memproses kata – kata Charlotte menjadi sesuatu yang positif. “Kita memang selalu tidur bersama, kan?”
“Maksudku bukan itu!” Charlotte mengangkat kepalanya, “Aku ingin kita tidur bersama .. tidur seperti suami istri … tidur … tidur yang orang dewasa lakukan.”
Pikiran Charlotte tidak mampu memproses susunan kata yang benar. Dia merasa kepalanya begitu pusing karena bingung ingin berbicara seperti apa di hadapan Elliot.
Elliot tentu tahu arah pembicaraan Charlotte, tapi dia lebih memilih untuk tidak memanfaatkan Charlotte yang mungkin sedang merasa bersalah karena sudah menolak suaminya mentah – mentah tadi sore. Ngocoks.com
Elliot berkata seraya mengusak pucuk kepala istrinya, “Charlotte, masalah yang tadi tidak perlu dipikirkan. Aka hanya tidak sengaja menyentuhmu, bukannya ingin tidur bersama kamu. Tenang saja, jika memang kamu belum siap, aku tidak akan memaksa.
“Tidak!” Charlotte memegang tangan Elliot menggunakan kedua tangannya. “Elliot, pernikahan kita sudah berjalan lebih dari seminggu. Tapi kita belum pernah melakukan hubungan suami istri. Aku … aku takut kamu akan kecewa denganku.”
“Aku tidak akan kecewa. Jangan terburu – buru, aku akan memberikanmu waktu untuk mempersiapkan hati.”
“Jangan bersikap seperti itu.”
Elliot menatap Charlotte dengan lembut. “Kenapa?”
“Orang lain sering berkata kalau seorang istri tidak mampu memenuhi kewajibannya dengan baik, nanti suaminya bisa mencari wanita lain. Elliot, aku tidak mau kamu tidur dengan wanita lain. Karena itu, aku ingin memenuhi kewajibanku sebagai istri!”
Elliot membulatkan matanya, seluruh panca indra di tubuhnya terasa mati rasa sehingga Elliot hanya bisa diam membisu. Otaknya berusaha memproses kata – kata Charlotte dengan sebaik mungkin, tapi meskipun dia berusaha mencari celah untuk berpikiran baik, tetap saja otaknya memberikan satu kesimpulan mutlak.
Charlotte ingin tidur dengannya.
Bukan jenis tidur pada umumnya, melainkan tidur yang melibatkan pergerakan dan rasa panas disekujur tubuh.
Setelah beberapa saat berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak tidak karuan, Elliot akhirnya berkata dengan suara yang bergetar. “Charlotte, kamu tidak perlu memaksakan diri.”
“Aku tidak akan tidur dengan wanita lain meski kamu tidak membiarkanku menyentuh kamu.”
Benar, Elliot tidak akan pernah meninggalkan Charlotte.
Karena cintanya untuk Charlotte bukan didasari oleh nafsu yang menggebu.
Tapi, kenapa Charlotte harus memancing nafsunya disaat Elliot sudah berusaha mati – matian untuk menekannya?!
“Aku tidak memaksakan diri! Aku benar – benar ingin melakukannya supaya hatiku bisa merasa tenang.”
Kali ini Charlotte menggenggam kedua tangan Elliot. Tatapan matanya dipenuhi oleh tekad besar seolah dia ingin menghadapi pertarungan. “Elliot, kumohon tiduri aku!”
Bersambung…