ISTRIKU INGIN KUTIDURI
Kali ini Charlotte menggenggam kedua tangan Elliot. Tatapan matanya dipenuhi oleh tekad besar seolah dia ingin menghadapi pertarungan. “Elliot, kumohon tiduri aku!”
“…”
Pernyataan berani yang dilontarkan Charlotte itu mampu meluluh lantahkan hati Elliot. Dia tidak bisa mencerna ucapan istrinya itu dengan baik sehingga kilatan kebingungan tampak begitu jelas di matanya. Ini bukanlah kali pertama ada seorang wanita yang mengajaknya tidur bersama, Elliot juga biasanya akan menanggapi mereka dengan santai, tapi Charlotte adalah pengecualian.
Di mata Elliot, Charlotte selalu tampak semurni kertas putih. Wanita itu tidak ternoda dan Elliot juga tidak mau menodainya. Selama ini dia berpikir sangat mustahil bagi Charlotte untuk mengajaknya tidur bersama.
Namun ternyata perkiraannya itu telah dipatahkan oleh Charlotte sendiri. “Charlotte, kamu …” Kamu telah menyalakan sumbu api yang sebelumnya padam.
Dalam seperkian detik, kekangan tali yang mengikat nafsu Elliot terputus, membuat pria itu tak dapat lagi menahan diri untuk menyambar bibir Charlotte. Tangan kanannya menarik pinggang Charlotte supaya mendekat, sementara tangan kirinya mendorong kepala bagian belakang Charlotte supaya ciuman mereka tidak terlepas.
Charlotte terkejut, tidak menyangka bila ciuman Elliot yang biasanya lembut dan ringan kini menjadi dipenuhi oleh nafsu dan sedikit kasar. Elliot melumat bibir bagian atas dan bawah Charlotte secara bergantian, seolah ingin memakan bibirnya yang lembut.
Charlotte mengernyitkan keningnya, merasa bila pasokan oksigennya telah menipis. Elliot yang menyadari hal itu akhirnya melepaskan ciuman mereka, meninggalkan bekas salliva yang mengotori bibir Charlotte. Keduanya terengah, berusaha mengambil oksigen sebanyak – banyaknya seraya menatap satu sama lain.
Begitu mata mereka berpandangan, pipi Charlotte bersemu merah. Detak jantung di dalam dadanya terus bergemuruh cepat seolah dia habis melakukan lari marathon. Dunia disekeliling Charlotte tampak menghilang, sehingga pandangannya hanya tertuju kepada Elliot.
Manik matanya turun ke bibir Elliot, mengingat setiap lumatan yang diberikan oleh Elliot beberapa saat lalu. Tanpa sadar, Charlotte menginginkan ciuman itu lagi, ciuman bertempo kasar dan radikal.Ceritasex.site
“Charlotte,” Elliot berbisik disebelah Charlotte, “Aku akan bertanya sekali lagi, apa kamu yakin dengan keputusanmu? Karena bila kamu berkata ‘iya’, maka aku tidak akan menahan diri lagi.”
Telinga Charlotte terasa panas, ada sengatan kecil di tubuhnya yang membuat ia merinding tatkala mendengar suara Elliot. Namun anehnya, dia menyukai perasaan itu. “Ya, aku yakin.”
Elliot tersenyum, “Jangan menyesali ucapanmu sendiri nanti.”
“Tidak akan.”
Elliot kembali mencium bibir Charlotte, menjilat permukaan bibir wanita itu yang sudah lembab. Perlahan Elliot menarik dagu Charlotte sampai bibirnya terbuka sedikit, sehingga ia bisa melesakkan lidahnya ke dalam mulut wanita itu. Permainan lidah Elliot bisa terbilang sangat handal, ia mampu membuat Charlotte melenguh pelan setiap kali lidahnya dihisap oleh Elliot.
Berbanding terbalik dengan Elliot, Charlotte sama sekali tidak tahu cara untuk mencium seseorang. Sehingga terkadang ia akan melakukan tindakan ceroboh seperti menggigit bibir Elliot, kadang kala giginya juga akan bersentuhan dengan gigi Elliot.
Elliot tertawa di dalam hati, berpikir bila istrinya sangat menggemaskan karena belum pernah berciuman hingga berusia 21 tahun.
Beberapa saat kemudian, Elliot kembali melepaskan ciuman mereka. Kali ini, ada guratan kekecewaan di mata Charlotte saat Elliot tidak lagi menciumnya.
Elliot lantas tersenyum, lalu mencium pipi serta ujung bibir Charlotte selama beberapa kali. “Tidak perlu kecewa, ada hal yang lebih menarik dari sekedar berciuman.”
Charlotte bahkan belum membalas, tapi Elliot sudah lebih dahulu menunduk dan menjelajahi leher Charlotte yang jenjang. Dia menjilat permukaan kulit istrinya yang cerah, sehingga membuat seluruh bulu di tubuh Charlotte merinding. Jilatan itu lambat laun berubah menjadi gigitan – gigitan kecil, terasa sedikit menyakitkan tapi juga memabukkan di saat yang bersamaan.
Tangan Elliot bergerak untuk melepas satu – persatu kancing di piama milik Charlotte dan menjatuhkan pakaian itu ke atas lantai. Sontak Charlotte menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang hanya tertutupi oleh bra.
“Biarkan aku melihatnya,” pinta Elliot seraya menarik tangan Charlotte.
“Aku … malu,” bisik Charlotte.
“Setelah ini, kamu tidak akan lagi memperdulikan rasa malu.”
Sekali lagi, Elliot melumat bibir Charlotte, berupaya agar wanita itu mengendurkan cengkraman kedua tangannya. Dengan cepat, Elliot mengunci tangan Charlotte di belakang punggungnya dengan satu tangan, sedang tangan lain melepaskan pengait pakaian dalamnya hingga kedua dada Charlotte terekspos tanpa sehelai benang pun.
Charlotte berusaha melepaskan cengkraman tangan Elliot, tetapi otot di tubuhnya langsung melemas begitu telapak tangan Elliot yang dingin menyentuh salah satu dadanya. Pikiran Charlotte semakin terasa melayang begitu Elliot menunduk dan mulai menjilat dua bulatan kecil di dadanya.
“Elliot …” Charlotte melenguh pelan. Sentuhan Elliot di titik sensitifnya itu lantas mengobarkan gairah Charlotte yang selama ini terkubur.
Kedua kakinya terasa lemah, sehingga ia berpegangan pada pundak Elliot. Ketika suara desahan Charlotte semakin mengeras, Elliot akhirnya mengangkat tubuh Charlotte dan meletakkan tubuh istrinya di atas tempat tidur.
Napas Charlotte memburu, aliran darah di dalam tubuhnya mengalir begitu cepat setiap kali mendapatkan sentuhan Elliot.
Sampai di titik ini, Charlotte sudah melupakan rasa malunya dan hanya berbaring pasrah di hadapan Elliot.
Ketika Elliot melepaskan celana piama Charlotte, ia melihat dalaman Charlotte yang sudah basah dan tampak transparan. Tanpa menunggu lebih lama, pria itu segera melepaskan kain terakhir di tubuh Charlotte sehingga seluruh tubuh istrinya itu tak lagi tertutupi oleh sehelai benang pun.
“Charlotte, aku baru menyentuhmu sedikit dan kamu sudah sebasah ini. My Darling, apa kamu sangat menikmati sentuhan dariku?”
Kedua mata Charlotte setengah terpejam, ia menggigit bibirnya sendiri dan mengangguk pelan.
Elliot tersenyum puas saat melihat reaksi istrinya, “Kamu akan merasa semakin puas setelah ini.”
Charlotte hendak membalas, tetapi berakhir mengeluarkan pekikan halus tatkala ia merasakan jari Elliot menyentuh titik sensitif yang ada di inti Charlotte. Pria itu mengelusnya pelan, lalu menekan – nekan titik itu dengan lembut sebelum akhirnya berubah menjadi gesekan cepat yang membuat Charlotte tak mampu lagi berpikir selain meneriakkan nama Elliot.
Charlotte mengerang keras, tangannya meremas seprai di sampingnya dan punggungnya melengkung naik hingga kedua dadanya membusung tinggi.
Tiba – tiba, Charlotte mendapatkan sensasi aneh yang terasa seperti sebuah ledakkan. Tubuhnya mengenjang kuat dan berusaha menekan titik sensitifnya ke jari Elliot.
Begitu ledakan itu berhasil dilepaskan, Charlotte merasa begitu lemas dengan napas yang teremgah – engah. Elliot kemudian mengangkat tangannya, memperlihatkan cairan cinta Charlotte yang menempel di beberapa jarinya.
Charlotte berusaha berbicara di antara napasnya yang terengah. “Maaf, aku terlihat memalukkan.”
Beberapa saat yang lalu, Charlotte merasa bila dia bukan lagi dirinya sendiri dan tanpa sadar malah bertingkah seperti wanita penggoda di hadapan Elliot.
“Kenapa bisa memalukkan, Charlotte sama sekali tidak memalukan. Itu hanyalah reaksi alami dari tubuh, jadi wajar apabila kamu bertingkah seperti tadi,” balas Elliot seraya melepaskan pakaiannya sendiri.
“Kamu ingin apa?”
Elliot menurunkan celananya, memperlihatkan bagian selatan tubuhnya yang sudah mengeras sedari tadi. Tatkala melihat bagian bawah Elliot yang tidak tertutupi celana, Charlotte langsung menutupi wajahnya menggunakan jari, tapi tanpa sadar malah mengintip melalui celah jari – jemarinya.
“Charlotte, tadi hanyalah pembukaan. Sekarang, mari kita masuk ke permainan yang sesungguhnya.”
Sebelum menyatukan inti mereka berdua, Elliot memastikan bila bagian bawah Charlotte sudah basah sepenuhnya sehingga tidak akan terasa sakit saat mereka melakukan penyatuan.
“E .. Elliot .. Itu tidak akan muat,” kata Charlotte dengan ngeri. Dia memang pernah melihat film dewasa bersama temannya karena penasaran, tetapi saat ia mempraktekannya secara langsung, Charlotte merasa bila itu mengerikan.
Elliot tertawa pelan, dia menyisirkan rambut ke belakang dan berkata, “Jangan khawatir, tubuh manusia sudah dirancang sedemikian rupa untuk bisa menyatu sehingga kamu tidak perlu takut.”
Sejak dahulu, Elliot tidak pernah suka berhubungan dengan seorang perawan. Selain karena mereka terlalu sentimental, para perawan juga cenderung dipenuhi oleh rasa takut yang tidak masuk akal. Akan tetapi, sekarang perawan itu adalah istrinya sendiri, sehingga Elliot tidak melihat Charlotte sebagai wanita yang menyebalkan.
Supaya Charlotte merasa lebih nyaman, Elliot memberikannya beberapa kecupan ringan di bibir serta wajah. Ia kemudian menatap kedua mata Charlotte dengan pandangan yang dipenuhi oleh kasih sayang. “Jangan memikirkan apapun dan fokus saja terhadapku. Apabila terasa menyakitkan, aku akan langsung berhenti. Charlotte tidak perlu khawatir, aku pasti tidak akan melukaimu.”
Hati Charlotte perlahan menghangat, kata – kata Elliot berhasil menyelimuti Charlotte dengan ketenangan sehingga rasa takutnya mulai menurun. “Kalau begitu lakukan pelan – pelan.”
“Mhm, aku akan melakukannya pelan – pelan,” jawab Elliot.
Perlahan Elliot mulai menyatukan inti mereka berdua. Awalnya, dinding dalam Charlotte terasa begitu sempit, mencengkram benda asing yang baru saja masuk dengan begitu kuat.
Elliot menghela napas, kemudian mengelus untaian rambut Charlotte yang berantakan. “Rilekskan tubuhmu, kamu akan sakit jika terlalu tegang.”
Elliot lantas menstimulasi tubuh Charlotte dengan menyentuh beberapa titik sensitifnya supaya membuat wanita itu merasa lebih nyaman. Perlahan dinding bagian dalam Charlotte mulai melunak, sehingga Elliot bisa memperdalam penyatuan mereka.
Namun, begitu ia bergerak lebih dalam, Charlotte langsung mencengkram tangan Elliot dengan kuat. Ada setitik air mata yang jatuh di sudut matanya dan ia merintih kecil. “Sakit … Elliot ..”
Walaupun Elliot sudah memastikan bagian bawah Charlotte telah siap, tetap saja penyatuan pertama akan terasa sakit untuk Charlotte.
Melihat wajah istrinya tampak menyedihkan, Elliot jadi tidak tega. “Kita bisa berhenti kalau kamu tidak ingin melanjutkan, aku tidak keberatan jika harus menunggu lebih lama.”
“Tidak!” Charlotte menggeleng cepat, ia menahan lengan Elliot untuk bergerak mundur. “Aku tidak mau berhenti, aku ingin bersatu dengan kamu.”
Elliot sontak memeluk Charlotte dengan erat seraya berbisik pelan. “Kalau begitu tahan sebentar, gigit pundakku jika tidak tahan.” Ngocoks.com
Dalam satu kali hentakan, Elliot menenggelamkan seluruh intinya ke dalam Charlotte. Cengkraman tangan Charlotte kian mengeras, wanita itu juga menggigit pundak Elliot karena merasa sakit.
Elliot tidak bergerak, menunggu sampai istrinya merasa nyaman. Selama beberapa saat, Elliot hanya memeluk tubuh Charlotte seraya membisikkan kata – kata penuh cinta.
“Aku mencintaimu, Charlotte. Karena itu aku ingin memiliki kami seutuhnya, baik fisik maupun hatimu.”
“Jangan takut, rasa sakit itu tidak akan bertahan lama.”
Seoerti kata Elliot, lambat laun rasa sakit itu mulai sirna dan tergantikan oleh sengatan – sengatan yang membawa kenikmatan. Begitu Charlotte mengeluarkan erangan kecil, Elliot mulai menggerakan tubuhnya secara perlahan.
Charlotte mengalungkan lengannya di belakang leher Elliot. Napas Charlotte putus – putus dan detak jantungnya berdetak selayaknya tabuhan genderang. Ia tanpa sadar melebarkan kakinya supaya Elliot bisa memperdalam penyatuan mereka.
Setiap kali Elliot menghentakkan tubuh bagian bawah mereka dengan kuat, Charlotte secara reflek akan meneriakkan nama Elliot seolah nama pria itu adalah satu – satunya kosa kata yang ada di dalam benaknya.
Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meskipun pendingin ruangan sudah dinyalakan dengan suhu rendah. Suara derit tempat tidur bersatu dengan erangan serta desahan keras dari Charlotte, membuat Elliot semakin bersemangat untuk menekan tubuh Charlotte.
Tempo permainan mereka lantas berubah semakin cepat dan tak beraturan, Charlotte merasa bila pikirannya sudah sepenuhnya kacau tatkala ia berada di ujung puncak. Beberapa saat kemudian, keduanya sama – sama melepaskan gairah mereka yang tertahan.
Elliot tersenyum lembut, ia perlahan menundukkan kepalanya dan kembali mencium bibir Charlotte yang sudah bengkak dan memerah. “Aku benar – benar mencintaimu, Charlotte.”
Charlotte berusaha mengatur napasnya sebelum berkata. “Apa aku sudah menjadi istri yang baik untukmu?”
“Kenapa bertanya seperti itu?” Elliot mengelus pipi Charlotte, “Kamu selalu menjadi istri yang baik untukku.” Setidaknya di kehidupan sekarang, Charlotte tidak akan pernah buruk di mata Elliot.
Beberapa saat kemudian, Elliot akhirnya melepaskan penyatuan mereka. Matanya menatap ke arah inti Charlotte yang kini tampak berantakan dengan cairan cinta miliknya sendiri dan milik Elliot. Selain itu, terdapat pula beberapa tetes noda darah yang keluar, pertanda bahwa Charlotte telah menyerahkan pengalaman pertamanya untuk Elliot.
#Bersambung…