Ku lihat jam di dinding sudah pukul 5 sore. Ku beres beres kan alat alat kerja. Entah kenapa aku ingin cepar pulang ke rumah kak sinta.
“Tok….tok….tok…..”terdengar suara pintu ruang kerja ku.
“Ya masuk”
Ternyata cintya yang mengetok pintu.
“Udah mau pulang ya?” Ucap cintya.
“Iya ni sweety, hari ni badan ku lemas, tadi malam ku gak bisa tidur karna pemadaman PLN”
“Ouh, iyalah kalau gitu, padahal ku kangen loh” ucap cintya
Tampak wajah cintya kecewa atas ucapan ku. Aku merasa semenjak ku bermain api dengan sepupu sepupu ku, cintya agak terabaikan oleh ku.
Sore itu ku antar kan cintya pulang ke rumah nya. Setelah sampai di pekarangan rumah nya.
“Gak singggah dulu lovely?”
“Gak lah sweety, aku pengen istirahat dulu”
Sebelum cintya turun dari mobil ku, dya berikan kening kepada ku, lalu ku kecup keningnya.
***
Sesampai di rumah kak sinta, terlihat kak sinta dan andin sedang duduk di teras depan.
“Assalamualaikum” ucap ku.
“Walaikumsalam” jawab mereka.
“Wah, kalau tau begini mending ku tadi beli gorengan ya” ucap ku.
“Iya ya, kakak pun lupa beri tau ke kamu ian, pergi beli lah ian, ngidam gorengan kakak ni ian” sambil mengusap perut buncit nya.
“Sebentar ya kak, ku mandi dan ganti baju dulu”
Selesai ku mandi dan berpakain, aku pun keluar untuk membeli gorengan. Saat melewati teras depan ku lihat andin sendiri duduk disana.
“Udah mandi ndin, mau ikut gak?”
“Enggak” jawab andin dengan nada ketus
Aku pun bergegas keluar rumah untuk mencari gorengan buat kak sinta yang katanya ngidam.
Dalam mobil ku memikirkan andin, dimana malam tadi ku telah melihat memeknya yang begitu menggairah kan. Ada rasa ingin ku perawani andin. Tapi ku tau andin sangat susah di taklukkan. Apalgi tadi dya terlihat marah terhadap ku.
Ku tidak tau kenapa sikap andin tadi begitu kasar, aku mengira andin pasti sudah mengetahui perbuatan ku malam tadi.
Selesai membeli gorengan aku pun segera pulang. Saat sampai di rumah. Ku lihat kak sinta tertidur di ruang tv. Saat ku ingin mengambil piring ke dapur,
“Bruukkkk” aku dan andin bertabrakan
“Ehh….kamu punya mata gak”
“Maaf mbak, aku gak sengaja”
“Maaf…maaf…kamu kira segampang itu apa?”
Aku pun hanya tertunduk saat andin memarahi ku. Suaranya begitu lantang terhadap ku. Sehingga membuat kak sinta pun terbangun.
“Ada apa ian, kok ribut seperti ini”
“Ini ni kak, jalan matanya gak di pake, main tabrak tabrak aja”
“Aku kan dah minta maaf loh kak, tapi tetap aja mbak andin marah” ucap ku.
“Sudah, sudah, rian kan gak sengaja ndin, dan dya kan udah minta maaf” ucap kak sinta
Andin pun langsung pergi ke kamar nya
Dan membanting pintu dengan sangat keras.
“Kamu sih ian, jalan gak liat liat”
“Aku gak tau kalau dya di kamar mandi kak”
“Kalau seperti ini ceritanya, aku pulang ke rumah aja ya kak, males aku sama nenek lampir macam dya”
“Jangan lah ian, kalau kakak ada perlu perlu sesuatu gimana”
“Kakak telfon aja ian kak, ian pengen tidur di kamar ian kak, kangen suasana kamar rian”
“Ya sudah lah, aktifkan terus hp mu ya ian”
“Siiippp kak”
***
15 menit sudah, sampai ku di istana ku rumah ku.
Ku lihat pintu pagar rumah ku terkunci gembok. Berarti di rumah menandakan tidak ada mama dan papa ku.
Ku ambil kunci serap ku di dalam tas ku. Lalu ku buka pintu pagar. Saat ku membuka pintu rumah ku tiba tiba hp ku berdering. Ku lihat di layar hp ku nomor tidak di kenal.
“Hallo, assalamualaikum”
“Jangan sok alim kamu ian, bangsat kamu”
“Ini siapa ya, saya salah apa sama kamu” ucap ku.
“Berbuat apa kamu terhadap aku tadi malam rian, kesabaran ku sudah habis, aku gak bisa sembunyikan masalah ini lagi, jawab jujur lelaki pengecut”
“Maaf, ini mbak andin?”
“Iyaaa lelaki pengecut, aku andin!!”
Seketika jantung ku berdebar sangat cepat. Aku gak sangka perbuatan ku dya ketahui.
“Maaf mbak, aku khilaf mbak”
“Dengan ke khilafan kamu apa semua akan kembali rian, bajingan kamu”
“Sumpah mbak, aku gak beneran khilaf, dan aku masih bisa kontrol diri ku kok mbak, tidak merenggut keperawanan mbak, tolong maafin aku mbak, dan jangan sampai berita ini di ketahui bang erik dan kak sinta, ku mohon mbak”
“Dasar seeetaaan!!!!!”
“Tut….tut…..tut…..tut….” andin langsung mematikan hp nya.
otak ku mulai berpikir gimana caranya untuk meminta maaf ke andin, dan jangan sampai andin menceritakan aib ini ke bang erik atau kak sinta.
“Drrrrtttttttt” tiba tiba hp ku bergetar.
Ku lihat sms masuk dari andin.
“Aku tunggu kamu di pos satpam komplek, kalau kamu emang laki laki jangan menghindar”
Aku pun segera mengunci pagar ku kembali, dan menemui andin. Apapun yang akan terjadi nanti aku pasrah. Apapun yang dya lakukan aku terima asal kan aib ini jgan ada yang mengetahui nya.
Sesampai ku di gerbang komplek kak sinta, ku lihat andin sudah berdiri disana menunggu kehadiran ku.
Di bukanya pintu mobil ku.
“Plak…..plak….plak…..plak….” tamparan keras mendarat di pipi kanan dan kiriku.
Aku hanya bisa menunduk malu, dan menahan rasa sakit akibat tamparan dari andin.
“Udah puas kamu bajingan!!”
“Bug…..bugh…..bugh……” kini andin berkali kali meninju perut dan dadaku.
Mendapat tinjuan keras di perut ku, aku pun mulai merasakan sakit yang begitu dahsyat membuat aku harus merungkuk menahan sakit nya.
“Ayooo jalan, satpam sudah mulai curiga itu, ceeeepatt” bentak andin terhadap ku.
Dengan rasa sakit aku coba buat mengemudi mobil ku untuk meninggal kan gerbang komplek.
500 meter dari gerbang satpam tersebut aku pun menghentikan kembali mobil ku, karena perut ku kembali ku rasakan sakit.
“Kenapa berhenti?”
Aku gak menjawab pertanyan dya, ku tekan perut ku yang terasa sakit lalu ku rebahkan kepala ku di atas stir mobil ku.
“Biar aku saja yang nyetir kamu pindah kesini” ucap andin.
Setelah berganti posisi, mobil terasa oleh ku telah jalan di kemudikan oleh andin. Aku gak tau dya bawa aku kemana, karna ku menyaman kan diri ku dengan menutup mata.
“Ayo turun!!”
Saat ku buka mata ku, ternyata ku melihat kami telah sampai di salah satu klinik.
“Kenapa mbak bawa aku kesini, aku gak apa apa kok mbak, aku siap menerima ganjaran atas perlakuan ku ke mbak, aku siap mati di tangan mbak kok, asal kan itu yang buat mbak bisa memaaf kan aku” ucap ku sedikit terbata bata.
“Udah jangan gila kamu, sekarang kamu turun, periksakan perut mu yang sakit itu”
“Aku gak mau mbak, bawa aku pulang aja, aku hanya butuh istirahat mbak”
“Ya sudah kalau kamu gak mau, kalau terjadi apa apa terhadap mu aku tidak akan bertanggung jawab, aku minta maaf udah buat kamu sakit” ucap andin tapi dya tidak berani menatap ku.
Ntah kenapa aku merasa senang dya meminta maaf pada ku, walau perut ku yang terasa sangat sakit sekali.
“Jadi kamu mau pulang kemana, ke rumah bang erik?”
“Jangan mbak, jangan kesana, aku gak mau masalah ini di ketahui oleh kak sinta, ku mohon mbak, tolong antarin aku ke rumah ku aja mbak”
“Okelah, kamu jgan tidur, karna aku gak tau jalan kerumah kamu”
Aku dan andin sekarang sedang menuju rumah ku. Di dalam perjalanan andin mengemudi tidak ada sedikit pun bicara kepada ku. Aku yang hanya bicara menunjukkan arah menuju rumah ku.
“Halo ma, lagi dimana?”
“Mama di padang ian sama papa mu, ada urusan kerjaaan papa kamu, maaf mama lupa kasih kabar ke kamu”
“Sejak kapan mama disana, dan kapan pulang?”
“Rabu kami pulang nak, kamu dimana nak, kok suara kamu beda, apa kamu sakit?”
“Gak kok ma, cuma magh ku kambuh lagi, mnum obat nanti juga sembuh”
“Tu kan, mulai lagi telat telat makan, begitu jadinya, apa gak di kasih makan kamu sama kakak mu di sana?”
“Ada kok ma, udah ya ma, salam kangen buat papa, kalau udah di pekanbaru telfon rian ya ma, rian rindu papa mama, assalamualaikum”
“Iya nak, jaga kesehatan kamu, walaikumsalam”
***
Sesampai di rumah ku, aku beristirahat di kamar kesayangan ku. Ku lihat andin sibuk mencari sesuatu di kotak obat di kamar ku.
“Ini kotak apa gak ada balsem ya, cuma obat demam dan obat luka aja yang tersedia”
“Kemaren kemaren ada, habis mungkin” jawab ku.
“Apa di rumah ini gak ada kencur?”
“Aku gak tau kalau itu mbak, liat aja di dapur mbak, emang kencur buat aapa ya mbak”
“Liat aja nanti,”
Aku masih bingung kenapa dya mencari kencur pada saat itu. Apa dya pandai membuat obat tradisional pikir ku dalam hati.
15 menit ku tertidur.
“Mana yang sakit, coba ku liat”
Ku angkat sedikit baju ku ke arah atas. Ku lihat andin memegang wadah. Saat itu aku gak tau apa yang dya buat.
“Ini yaaa”
“Auuuuuu sakit mbak”
“Manja kali kamu, pegang sedikit aja kesakitan”
“Aku punya magh mbak, yang mbak pukul itu tepat dimana magh ku sering kambuh”
“Ahhh dasar manja”
Andin kini mengoleskan sesuatu yang ada di wadah ke perut ku. Lama lama ku rasakan perut ku menjadi hangat.
“Mbak, kok hangat jadinya”
“Udah jangan banyak protes, dah syukur mau ku obati”
“Iya mbak, makasi udah ngobati, dan ku minta maaf mbak atas kejadian malam kemaren, aku benar benar khilaf mbak”
“Aku minta kamu jujur ian, ceritakan apa yang telah kamu lakukan terhadap ku, asal kamu ketahui, aku emang masih perawan, yang namanya bau sperma, aku tau ian,”
“Aku malam itu melihat daster mbak tersingkap membuat ku nafsu, awalnya aku cuma meraba meraba aja mbak, tapi karna tidak ada reaksi dari mbak, ku singkap celana dalam mbak pakai, lalu ku menggesek gesek punya ku ke punya mbak, sampai keluar, sekali lagi aku tidak ada memasukkannya, karna ku tau mbak masih perawan”
Ku lihat air mata andin mulai jatuh mendengar cerita ku. Aku hanya bisa diam dan melihat dya.
“Aku bersumpah dulu, yang bisa melihat dan menikmati tubuh ku adalah suami ku. Aku akan serahkan itu untuk suami ku, tapi kamu udah menodai nya ian, walau kamu tidak mengambil perawan ku, tapi kamu telah melihat nya kan”
Aku hanya bisa tertunduk mendengar perkataaan andin. Air mata nya pun semakin cepat mengalir.
“Pacar ku dulu tidak pernah ku izinkan untuk melihat tubuh ku, dya hanya bisa merasakan memegang payudara ku dari luar, area bawah tidak pernah ku izinkan untuk memegangnya, walaupun masih memakai celana. Tapi aku bisa melihat kemaluannya dan sering sperma dya keluar di tangan ku”
“Maafin aku mbak, aku gak tau harus bagaimana lagi, aku cukup menyesal mbak”
Tiba tiba andin mendekat pada ku
Plak….plak….plak…..
model-baju-lebaran-wanita2
“Segampang itu kamu bilang harus bagaimana?, kamu harus nikahi aku, karna aku telah bersumpah ”
Aku hanya bisa tertunduk mendengar ucapannya. Otak ku berpikir, baru lepas dari eka, kini hubungan ku dengan cintya kembali di uji kembali. Sekarang andin meminta pertanggung jawaban atas prilaku ku.
“Kenapa kamu diam?, mau menolak?”
Kembali ku terdiam
“Heii…..kau dengar gak aku ngomong”
“Tapi mbak, aku sudah punya kekasih, aku gak bisa untuk meninggalkan dya mbak”
“Aku gak mau tau urusan kamu, apa mau kejadian ini ku beritau bang erik dan keluarga kamu”
“Jangan mbak, ku mohon, aku gak mau aib ini di ketahui keluarga ku apalagi bang erik mbak, ku mohon”
“Semua udah terjadi kan, apapun itu, cinta ataupun tidak cinta diantara kita semua harus kamu pertanggung jawabkan, nikahi aku, mau cerai setelah nikah terserah”
Kembali ku terdiam dengan perkataan andin. Dya terlalu keras bagi ku. Dan memegang prinsip pun juga keras. Hanya waktu yang akan bisa menjawab nya nanti.
Bersambung…