4 hari sudah andin berada di pekan baru. Urusan dya di kota ku telah selesai. Di malam itu walau keadaan rumah ku hanya aku dan andin, tapi kami tidak melakukan apa apa. Aku tidur di tempat tidur kamar ku. Sedangkan andin tidur di kasur palembang (kasur tipis yang bisa di lipat).
Sore sepulang ku dari kantor, andin sms ku untuk singgah ke rumah kak sinta. Karena malam nanti dya akan kembali ke pasaman. Semenjak pertengkaran ku di rumah kak sinta, aku memang tidak pernah nginap di rumah kakak ku itu. Apa lagi di tambah masalah ku dengan andin yang meminta pertanggung jawaban untuk menikahi nya.
Lepas dari halaman kantor ku, ku pacu mobil kesayangan ku menuju rumah kak sinta. Di persimpang mau masuk ke komplek perumahan, ku singgah untuk membeli gorengan untuk jadi santapan sore kami nanti.
Sesampai di rumah kak sinta ku lihat andin di teras rumah sedang asik dengan laptop nya.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam” ucap andin.
Entah kenapa aku agak grogi dengan andin sore itu. Rasanya ku pengen cepat cepat masuk ke dalam rumah untuk menghindari nya. Tapi merasa gak enak, aku duduk bersama dya di teras rumah kak sinta.
Sekitan 5 menitan ku duduk bersama andin di teras, kami tidak ada komunikasi. Kami sibuk dengan kegiatan kami saat itu. Andin sibuk dengan laptop nya, aku sibuk dengan hp ku.
“Ouh ya hampir lupa, ni tadi ku beli gorengan di depan komplek, dimakan ya, aku mau mandi dulu ya”
“Iya makasi”
Ku tinggal kan andin di teras rumah, aku segera masuk ke rumah untuk mandi. Saat melewati dapur ku bertemu dengan kakak ku, kak sinta.
“Lagi apa kak?”
“Ini masak ikan ian, pulang kerja tadi mampir kepasar beli ikan, kok tumben kesini, kenapa kangen ya sama kakak”
“Iya kak kangen, kangen kali malah” ucap ku bergurau dengan kak sinta.
“Kangen sama andin gak?, tau karena tau andin mau berangkat makanya udah berani kesini lagi ya”
“Hehehe, aku mandi dulu ya kak, hbis dari lokasi tadi siang, dah bau ayam potong ni badan”
“Ihhhh, mandi sana, jangan buat kakak muntah ya ian”
“Ya….ya….ni mau mandi”
Selesai mandi dan berpakain, aku merokok di taman belakang rumah, sebenarnya ingin di teras depan, tapi sekali lagi, entah mengapa aku ingin menghindari andin saat itu.
Saat sedang asik merokok dan bermain hp ku, masuk sms dari andin.
“Keluar yok, cari oleh oleh buat adik ku dan mama”
“Oke, tunggu bentar ya,” balas sms ku
Setelah rokok yang ku hisap habis, segera ku keluar menemui andin. Ternyata andin sedang bersama kak sinta di teras.
“Jadi mbak?”
“Jadi, bentar ya, ku ambil tas dulu kedalam”
“Hayoooo, mau kemana kalian ni, kok dah akrab aja” ucap kak sinta.
Andin pun tidak merespon ucapan kak sinta. Malah meninggal kan teras begitu saja dan masuk ke kamar mengambil tas nya.
“Ehh, di tanya gak ada yang jawab, jujur kamu ian, kok secepat itu jadi akrab”
“Ahhh, perasaan kakak aja tu, biasa aja pun gak akrab lah, dya minta tolong buat cari oleh oleh untuk adiknya”
“Ouhhh..iyalah, jangan berantam berantam gak, layani dya dengan baik,buat dya untuk terakhir dya disini.”
“Apalah kakak ni, macam dya mau mati aja, bilang terakhir disini”
Tiba tiba andin keluar
“Yuk ian, jangan di dengarin kali kakak mu itu,” ucap andin.
Kak andin pergi keluar bentar ya, pinjam dulu adiknya” ucap andin sambil mencium tangan kak sinta.
“Kalau pinjam, balikin ya, jangan sampai di rusak ya ndin” gurau kak sinta.
“Aman tu kak”
Setelah berpamitan dengan kak sinta, aku dan andin pun pergi mencari oleh oleh. Di dalam perjalan, aku dan andin masih sama seperti tadi. Tidak ada komunikasi. Ku arah kan mobil ku ke arah sudirman. Karena di daerah itu banyak orang menjual makanan khas melayu. Oleh oleh dari khas pekanbaru atau riau.
Sesampai di salah satu penjual oleh oleh.
“Udah sampai mbak, kata orang disini yang enak makanannya”
“Iya ian, makasi, tapi mulai sekarang jangan panggil aku mbak lagi, aku gak tua kok dari kamu ian, kata kak sinta kita seumuran kok”
“Iya mbak, eh andin”
Aku menunggu di dalam mobil, andin sendiri turun dan belanja. Cukup lama ku menunggu dya belanja oleh oleh saat itu. Ku dengar adzan magrib pun sudah berkumandang.
“Lama ya ian, ternyata benar kata kamu, disini enak enak makanan untuk oleh oleh nya saat ku coba tadi”
“Gapapa mbak, eh andin”
Tiba tiba 2 orang pelayan toko menghampiri mobil kami.
“Letak di mana kak?”
“Buka aja pintu belakang mas, gak terkunci itu” ucap ku pada pelayan toko tersebut.
Ku lihat cukup banyak andin membeli oleh olehnya. Ada 3 kardus yang cukup besar di bawa oleh 2 pelayan toko tersebut.
Setelah selesai memasukkan barang barang andin, andin meminta ku untuk makan sate rusa lagi. Dimana pertama kali dya datang ku bawa makan sate rusa.
sesampai di tempat sate rusa, kami pun memesan sate rusa. Ku lihat andin begitu suka dengan sate ini. Dya makan begitu lahapnya.
“Kalau umur ku panjang, bawa ku lagi makan disini ya ian” ucap andin saat itu.
“Pasti lah, tapi jangan bawa bawa umur panjang lah mbak”
“Eh kamu, di bilang jangan panggil mbak, masih aja, umur gak ada yang tau ian, walaupun kita sehat seperti sekarang dan masih muda, tapi semua itu sudah ada jalannya ya kan, jodoh, maut, rezeky, dan jalan hidup gak ada manusia yang tau itu, ingat itu ian”
“Iya ndin”
“Kalau sate rusa ku bungkus basi gak ian sampe di kampung ku”
“Ya basi lah ndin, kecuali buat makan di jalan mungkin bisa”
“Ya udah lah, aku bungkus 1 lah buat makan di lubuk bangku nanti”
Selesai kami makan dan pesanan sate andin selesai kami pun segera pulang ke rumah kak sinta. Tak terasa hari sudah jam 8 saja saat itu. Sedangkan mobil travel andin berangkat jam 9.
Di dalam perjalanan pulang
“Ian, ingat ya, janji kamu ke aku, apapun caranya nanti, kalau allah izinkan kita menikah, aku pulang nanti, kamu selalu ingat aku ya, aku minta maaf kalau ada salah sikap kasar terhadap mu, mau kan memaafkan aku”
“Iya ndin ku maafkan, aku juga minta maaf atas prilaku ku, aku akan coba ndin walau berat”
Andin mengambil tangan kiri ku saat itu lalu menciumnya. Cukup lama dya menghirup tangan ku malam itu. Aku pun gak bisa menolak nya.
Sampai di rumah kak sinta andin bergegas mengemas ngemas barang nya. Walau tidak banyak. Ku dengr dari luar dya dikamar sibuk menelfon ibu nya di kampung.
“Tit….tit….”
Mobil tumpangan andin ternyata sudah datang menjemputnya malam itu. Andin pun keluar membawa barang bawaannya dari kamar. Aku pun coba membantu mengangkat barang bawaannya.
“Ian, masih boleh kan aku pinjam kamar ini lagi nantinya”
“Ya boleh lah ndin, ini kan rumah bang erik juga, abang kamu”
Selesai memasuk kan semua barang bawaannya ke dalam mobil travel yang dya tumpangi. Tampak andin menitikkan air matanya saat pamit sama kak sinta malam itu.
“Kak, maafin andin ya kalau sikap andin ada kasar dan menyakiti hati kakak”
“Iya ndin kakak juga minta maaf, kalau kakak ada salah salah kata atau sikap sama andin selama andin disini ya”
Mereka pun kini berpelukan, dan sama sama sambil menitik kan air mata.
Lalu andin jalan mendekati ku.
“Ian….”
Andin langsung memeluk ku, dan membisikkan sesuatu di telingaku.
“Aku percaya kamu ian, walau sesaat aku bertemu, aku cuma ingin meminta ingat lah aku selalu ian”
“Iya ndin”
Rasanya malam itu ingin pula ku menangis, tapi ku tahan, karena aku malu saat itu.
“Hati hati disana ya ndin, kalau dah sampai kabari aku” ucap ku kepada andin.
Selepas mobil tumpangan andin ingin meninggalkan rumah kak sinta, andin terlihat masih melambai lambaikan tangannya di dalam mobil itu.
26 september 2010 mobil yang di tumpangi andin masuk ke dalam jurang, kami orang mudik menyebut jurang itu kelok 17. Tidak ada 1 pun penumpang yang selamat dalam tragedi itu.
Mendengar berita tersebut aku dan kak sinta benar benar terpukul. Rasanya begitu manis sikapnya malam itu. Beda pada saat dya datang ke rumah kak sinta. Aku sangat mengingatnya sampai saat ini. Apalagi kalau makan di tempat sate rusa kesukaannya…
Kini semua tinggal kenangan, sikap baik nya dan buruknya aku kenang sampai sekarang. Apalagi aku janji kepadanya akan selalu mengingat dya… :(:(:(
Selamat jalan andin athifa paramita semoga amal ibadah mu di terima di sisi allah SWT.
Sesampai di parkiran rumah sakit, ku melihat ada percecokan antara sepasang kekasih. Karna ku penasaran perhatian ku terus terhadap mereka berdua.
“Plak” tamparan keras mendarat di pipi perempuan tersebut.
Segera ku turun dari mobil ku, ku datangai mereka.
“Maaf bang, gak baik melakukan kekerasan terhadap wanita loh”
“Apa lagi ini di muka umum” ucap ku pada pria tersebut.
“Ehhh.. anjing, ini bukan urusan kau”
“Sekali lagi saya minta maaf, tapi saya gak enak aja liatnya, laki laki memperlakukan kasar wanita”
Tiba tiba pria tersebut melayangkan tinjuan ke muka ku.
Dengan cepat ku tangkap tangan nya lalu ku plintir kan tangannya ke punggungnya.
“Arrghhhhhhhhh”
“Maaf bang, karna abang memulai terpaksa saya seperti ini ke abang”
“Binatang kau, kau siapa berani berani ikut campur urusan ku” ucap pria tersebut sambil menahan rasa sakit akibat tangannya ku plintir
“Aku bukan siapa siapa, tapi aku emang tidak suka melihat orang menyakiti fisik wanita, liat sama abang, semua orang memerhatikan kita sekarang, apa bang gak malu?”
Tiba tiba 2 orang satpam rumah sakit datang dan melerai kami. Ku lepaskan plintiran tangannya. Lalu dya pergi meninggalkan kami.
“Ang caliak beko, alun tau ang jo sia ang beurusan yo ( kamu liat nanti, belum tau kamu beurusan sama siapa ya)” ancam pria tersebut
Ku liat satpam tadi sedang menenangkan wanita yang sedang menangis itu.
Karna ku merasa urusan ku selesai, ku tinggalkan mereka.
“Bang, tunggu bang”
“Ya, ada apa kak” ucap ku terhadap wanita itu
“Makasih ya udah menolong saya, tapi semua gak selesai disini bang, dya pasti lakukan hal lebih dari tamparan tadi ke saya,” ucap wanita itu sambil terseduh seduh menangis.
“Haduh kak, kok di gitukan diam aja sih kak, tinggal lapor polisi semua beres kak, negara kita, negara hukum kok, jadi kakak gak perlu takut kalau dya berani berbuat kekerasan lagi terhadap kakak”
“Iya loh tin, ngapain juga kamu takut, walaupun pacar mu, kalau dya udah kasar, buat apa lagi di pertahankan” ucap salah satu satpam kepada wanita tersebut.
“Kalian semua gak tau apa yang terjadi, kalau memang abang mau bantu aku, jangan tanggung tanggung bang, saya minta tolong sama abang antarkan saya pulang, dan abang akan liat apa yang terjadi saat ini di kosan aku”
“Karna ku merasa tertantang dengan ucapan wanita tersebut, ku berniat untuk membantunya”
“Baik lah kak, saya akan antar kakak pulang, dan saya pengen liat apa yang terjadi dengan kosan kakak”
Setelah berpamitan dengan satpam rumah sakit, aku dan wanita itu pergi menuju ke kosan nya.
Di dalam mobil aku dan dya tidak banyak bicara, dya hanya bicara petunjuk arah menuju kosannya.
“Stop di pagar biru depan itu bang”
“Baik kak”
Ku liat pria tadi dan teman nya sedang mengeluarkan baju baju beserta kasur ke luar pagar.
Saat wanita itu ingin turun dari mobil ku, ku tarik tangannya.
“Kakak diam disini, sekarang dya urusan ku kak” ucap ku.
“Hey bencong, cuma itu yang bisa kau lakukan lepaskan sakit hati kau”
“Itu dya…itu dya yang memukul ku tadi”
Tiba tiba kawan pria tersebut lari kedalam rumah besar.
Dan keluarlah seorang oknum aparat negara yang memakai seragam.
Ku liat wajah oknum tersebut tidak asing bagi ku.
“Itu nyo da, yang maninju awak tadi da ( itu dya bang, yang memukul saya tadi bang” ucap pria itu kepada oknum tersebut. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Maaf da, ndak ado wak maninju nyo da, wak ingin malarai inyo jo dek bacakak jo ceweknyo ( maaf bang, tidak ada saya memukul dya bang, sya ingin melerai dya sama pacarnya sedang berkelahi ” ucap ku
Ang kalau den caliak caliak muko ang ndak asiang jo den, anggota juo ang yo ( kamu kalau saya liat wajah mu gak asing sama sya, anggota juga kamu ya) ucap oknum tersebut.
Indak do da, awak cuma pengajar beladiri bo##r di satlat ko####l, mungkin uda mancaliak awak di situ ndak da ( tidak bang, saya cuma pengajar beladiri bo##r di satlat ko####l, mungkin abang liat abang di situ mungkin ) ucap ku.
“Ouh yo, berarti ang anggota irul yo ( oh iya, berarti kamu anggota irul ya ) ”
“Iyo da, sekali lai wak minta maaf da, wak ndak do maninju adiak uda,(iya bang, sekali lagi saya minta maaf bang, saya tidak ada memukul adek abang)”
“Den picayo jo ang, den tau anggota bo##r indak ado yang babuek gaduh, ouh yo sia namo ang ( saya percaya sama kamu, saya tau anggota bo##r tidak mau yang berbuat rusuh, ouh ya siapa nama kamu? ”
“Ambo rian da ( saya rian bang )” sambil ku julurkan tangan ku untuk bersalamaan.
“Andi”
Tiba tiba bang andi menampar adiknya dan menyuruh dya pergi.
Maafan adiak uda yo ian, inyo memang mada ian, indak bisa di kecekan, tapi kalau laah kanai jo urang baru mangadu jo awak, malu wak sabananyo ian, tapi baa lah dek manenggangang urang gaek wak nyo ian (maafkan adek abang ya ian, dya memang nakal ian, tidak mau di bilang, tapi kalau sudah kenak sama orang, baru mengadu sama bang, malu bng sebenarnya ian, tapi mau gimana, karna menghormati orang tua bg aja ian,)”
Yo lah da, dek barang barang cewek ko lah di lua kini da, taposa wak baok yo da, dan mintak tolong wak jo uda, sabuik an ka adiak uda jan gaduah juo cewek ko lai, mambana wak da ( iya lah bang, karna barang barang wanita ini sudah di luar, terpaksa saya bawa ya bang, dan minta tolong saya bang, sampaikan sama adek abng jangan ganggu cewek ini lagi, mohon saya bang) ”
“Oke ian beko uda sampaikan”
“Makasi da”
Ku angkat tas dan baju2 yang berserakan, segera ku masuk kan ke bagasi belakang mobil ku. Setelah semua barang selesaai ku susun di mobil ku. Segera ku tinggalka. Kosan itu.
Wanita itu hanya bisa terdiam saja. “Maaf kak, apa kakak udah ada tempat kontrakan baru?” Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya. “Kalau seperti itu,, tinggal saja dulu di rumah kakak ku ya kak, menjelang kakak dapat rumah kontrakan”
Dya tidak menjawab perkataan. Sekarang dya menatap tajam ke arah ku. “Kalau saya tidak salah, abang yang brewokan tadi siang itu kan, yang bertanya sama saya pada saat saya mau antar kan bayi pasien”
“Iya kak, udah beda ya kak, dengan yang tadi siang,” ucap ku sambil melihatnya.
Memang aku memerhatikan suster yang membawa bayi ku tadi siang.
“Aku rian kak”
“Titin” ucapnya.