Aku biarkan saja dia begitu, mungkin dia masih dalam proses transisi untuk berani telanjang sesungguhnya di depanku. Kurangkul dan kubimbing ke kamar mandi. Shower aku atur agar tidak terlalu panas, tetapi juga tidak dingin. Pertama aku guyur seluruh tubuh Mbak Surti termasuk rambutnya.
Body Mbak Surti ini memang benar-benar aduhai. Rugi amat suaminya meninggalkan istri sebagus ini. Mukanya juga gak terlalu jelek, malah menurutku untuk ukuran di sini sudah bisa mencapai skor 7 lah. Aku menyabuni seluruh tubuhnya.
Bagian payudaranya agak lama aku remas-semas dengan sabun yang licin. “ Ah mas e nakal, main disitu terus,” katanya. Selanjutnya adalah selangkangan. Baru aku sadar bahwa Mbak Surti tidak banyak memiliki jembut, sehingga memeknya yang mentul terlihat jelas.
Aku memasukkan jari tengahku dan membersihkan belahan memeknya dengan sabun. “Aduh mas geli ah, “ katanya manja. Aku gantian minta disabuni. Dia memperlakukan aku seperti sedang memandikan anaknya, Bedanya dibagian penisku dia melakukan kocokan, sehingga penisku pelan-pelan mulai bangun lagi.
Nikmat sekali dan segar rasanya membersihkan diri, meskipun waktunya sudah dinihari. Dengan berbalut handuk kami kembali kekamar tidur. Aku menyarankan Mbak Surti untuk langsung masuk ke bawah selimut dengan melepas handuknya. AC kamarku terasa sangat dingin, apalagi sehabis mandi begini rasanya tidak tahan berlama-lama telanjang.
Setelah badanku kering aku juga langsung masuk ke dalam selimut yang sama dengan Mbak Surti. Tempat tidur di kamarku cukup leluasa untuk ditempati berdua. Aku langsung memeluk tubuh mbak Surti yang kedinginan. Tanganku mulai bergerilya meremas susunya yang masih padat dan menantang.
Dia mulai bangkit birahinya, ditandai nafasnya yang makin cepat. Pentilnya kupilin-pilin dan akhirnya aku hisap dan gigit dengan kedua bibirku. Nafsu Mbak Surti makin tinggi dengan sekali-kali melenguh. Giliran berikutnya tanganku menggapai belahan memeknya yang berbulu jarang.
Terasa sudah mulai berlendir di bawah sana. Aku turun menciumi perutnya yang masih kencang sambil jariku terus memainkan clitorisnya. Dia mengejang-ngejang setiap kelentitnya diusap.
Selimut sudah terbuka dan badan Mbak Surti terekspos bugil. Aku terus ke bawah dan menciumi gundukan memeknya. “Mas jangan ah jijik, “katanya.
Rupanya dia belum pernah dioral. Aku tidak perduli malah terus menelusuri kebawah dan lidahku sudah menemukan titik sasaran, yaitu clitorisnya. Memek Mbak Surti sama sekali tidak berbau. Mungkin juga karena habis mandi tadi dibersihkan dengan sabun, atau karena dia memang pandai merawat kewanitaannya.
Aku mulai melakukan operasi ke seputar memeknya. Mbak Surti sudah lupa soal jijik tadi. Dia malah menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan lidahku di kelentitnya. “ Aduh mas enak e masssss,” erangnya berkali-kali.
Tiba-tiba dia terdiam dan tidak berapa lama kemudian menjerit keras dan bersamaan dengan itu seluruh permukaan kemaluannya berkedut-kedut. Dia mencapai orgasmenya melalui oralku. Aku bekap terus mulutku ke memeknya dan menghentikan gerakan lidah.
Tangan Mbak Surti menekan kepalaku agar lebih ketat menekan memeknya. Aku memang agak kesulitan bernafas jadinya, tetapi masih ada celah sedikit.
Selesai dia menuntaskan orgasmenya dia tergolek lemas. Aku meneruskan mencolok jari tengah dan jari manis perlahan-lahan memasuki memeknya yang sudah makin basah. Titik G pot yang dicari terasa menonjol di bagian langit-langit vaginanya. Pelan-pelan aku raba halus. Awalnya Mbak Surti diam saja.
Namun lama-kelaman dia mulai lagi merintih-rintih. Aku menggerakkan kedua jariku di dalam memeknya dengan gerakan yang makin keras. Mbak Surti pun makin mengerang. Aku buka kedua kakinya sehingga belahan memeknya juga terbuka.
Memeknya cukup bagus, tidak ada gelambir berlebihan, dan warnanya juga tidak terlalu pekat. “ Mas-mas stop dulu mas aku rasanya kebelet pipis, aduh mas,” erangnya. Aku tidak menuruti kemauannya tetapi terus mekin keras mengangkat kedua jariku di dalam liang vaginanya.
Aku sengaja membuka lebar celah vaginanya. Seperti yang kuharapkan, dari celah vaginanya menyemprot cairan agak kental mengenai mukaku. Sekitar 4 kali semprotan itu terjadi dan makin melemah sampai akhirnya hanya meleleh.
“Aduh mas aku pipis tadi ya, tapi rasane koq uenak banget yoo, aku lemes banget mas,” katanya.
Tidak menghiraukan keluhannya aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku yang sudah mengeras sejak tadi. Meski memeknya basah, tetapi jepitannya masih terasa mencengkeram. Aku menandai, jika cewek baru orgasme, otot-otot vaginanya demikian mengembang sehingga memberi efek lebih menjepit.
Aku memompa dengan gerakan kasar. Mbak Surti mencapai orgasme lagi, dia sampai minta-minta ampun karena katanya badannya lemas banget. “ Aduh mas wis mas aku ampun mas lemes banget massss,” tapi terus aku genjot.
Mbak Surti mesti mengiba-iba minta kuhentikan, tetapi dia merintih-rintih keenakan juga. Aku memainkan penisku di dalam vaginanya pada posisi konstan tepat dimana bagian-bagian sensitifnya tergerus. Rasa nikmat mulai menjalari seluruh tubuhku dan orgasmeku sudah makin mendekat dan akhirnya meledaklah spermaku di dalam memeknya.
“Aduh mas e pinter banget main e, aku nganti lemes banget mas. Aku durung pernah ngrasake koyo ngene,” katanya.
Setelah beristirahat sejenak dia kuajak ke kamar mandi. Tapi dia rada enggan. Aku bilang, nggak enak, kalau tidur belepotan gitu. Di bawah pantatnya memang aku alasi handuk, agar maniku yang meleleh keluar dari memeknya tidak sampai mengotori sprei.
Dengan malas-malasan akhirnya dia menggelayut ditubuhku menuju kamar mandi. Setelah itu kami tertidur pulas. Kami terbangun sudah sekitar jam 11 siang. Perut rasanya keroncongan.
Setelah kami main satu ronde lagi, kami mandi dan berpakaian lengkap. Hari ini aku berencana mengantar Mbak Surti ke Purworejo.
“Mas tau enggak, aku kan waktu di Terminal Tirtonadi kemarin, pura-pura saja nanya ke mas. Padahal aku naksir mas biar jadi pasanganku untuk ke Gunung Kemukus,” katanya sambil berbisik dalam perjalanan kami dengan kereta Pramex (Prambanan Expres).
Dalam hatiku ternyata sama juga dengan aku, memilih-milih pasangan sebelum ke Kemukus. Sesampainya di Purworejo aku langsung mencari hotel, dan malamnya janjian mau merasakan nasi gorengnya.
Mbak Surti dibantu keponakannya membuka tenda Nasi Goreng. Aku mencicipi nasi goreng olahannya, juga mi rebus. Ternyata bumbunya terasa masih kurang mantap, malah terkesan terlalu banyak MSG. Kalau dia mempertahankan rasa nasi goreng seperti ini, biar berpuluh kali ke gunung Kemukus, nasi goreng dagangannya gak bisa tambah laku.
Aku berjanji akan memberi resep bumbu nasi goreng yang lebih yahud. Dia kelihatan senang sekali. “ Lha mas e pinter masak toh,” tanyanya heran bercampur gembira. Kami janjian ketemu besok dengan dia menjemputku ke hotel dan mengajak ke rumahnya.
Keesokan harinya aku bersama Mbak Surti belanja ke pasar membeli bumbu yang kuperlukan seperti kecap asin, kecap inggris, ebi, kemiri dan bumbu kaldu sapi dan ayam serta trasi yang bagus. Semua belanjaannya kubayari. Dia kelihatan senang sekali.
Dari pasar kami langsung menuju rumahnya yang sederhana. Rumahnya kelihatan sepi kecuali keponakannya yang kemarin membantu berjualan. Semua anak-anaknya sedang bersekolah. Aku menunjukkan olahan bumbu nasi goreng berbagai versi, ada versi chinese food, ada versi nasi goreng jawa, sekaligus dengan isinya ada udang, ayam, hati ampela ayam dan baso.
Dengan gaya koki profesional aku mendemontrasikan penggunaan bumbu dan memasak nasi gorengnya dengan berbagai versi. “Wah nasi goreng mas e enak tenan je,” katanya. Aku juga mengajari cara memasak mi goreng, mi rebus dengan bumbu yang sederhana tetapi terasa sedap.
Akupun meminta dia mengikuti resepku untuk dijual di warungnya. Aku sekaligus mengajari pula cara membuat Kwetiau goreng ala Medan dan Kwetiau siram.
“Wah isine lengkap banget yo mas, iki di jual berapa mas. “ tanyanya.
Untuk pertama Nasi goreng lengkap dan Kwetiau gorengnya dijual dengan harga 10 ribu dulu, nanti kalau sudah banyak pelanggannya baru dinaikkan. Dengan harga 10 ribu sudah cukup bisa dapat untung kok. Dia sepakat mengikuti arahanku dan nanti malam menu baru ini akan di coba dijajakan.
Itu saja tidak cukup aku membantu membuatkan menu dengan menyewa komputer di warnet lalu difoto copy dan tendanya diubah dengan tampilan print digital banner dengan disain yang lebih menarik. Malam itu pengujung warungnya lebih ramai dari biasanya, sampai mereka harus rela menunggu agak lama menunggu pesanannya.
Menu baru yang kurancang itu lumayan berhasil malam itu. Aku terus menunggu di warung Mbak Surti, sampai dagangannya habis jam 12 malam. “Wah lumayan je mas duite akeh,” kata Mbak Surti. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Memang tampilan warung Mbak Surti agak mencolok dibandingkan warung-warung di dekatnya. Banner yang mencolok memikat orang untuk mampir. Apalagi menu yang ditawarkan belum ada saingan di kota itu. Mbak Surti sebenarnya punya sense yang bagus soal memasak, sehingga aku tidak perlu terlalu susah mengajari bumbu-bumbunya.
“Mbak kuncinya di telor, jangan dimasukkan diawal, tetapi dipertengahan kita menggoreng, biar tidak amis taburi merica. Dengan telor itu makannya jadi tidak terlalu berminyak, sehingga orang tidak cepet muak,” kataku memperingatkannya.
“Mbak ziarah ke gunung kemukus itu harus 7 kali lho dengan jeda setiap 35 hari dan harus dengan pasangan yang sama lho,” kataku menggoda.
“Wah 10 kali pun gak apa-apa asal sama mas e” katanya genit.
Sebulan kemudian dia mengabariku bahwa warung tendanya sekarang sudah memiliki 3 meja, dan rame terus. Padahal waktu itu cuma ada 1 meja. Dia sudah punya 2 asisten untuk masak dan 2 lagi untuk melayani.
Aku tidak tahu apakah Mbak Surti meyakini kemajuan dagangnya karena ziarah ke Kemukus, atau karena menu baru yang kuajarkan kepadanya.
Hampir setiap bulan aku ke Solo dan kami ke Kemukus melaksanakan sex orgy di alam bebas. Setahun kemudian dia sudah makin berkembang dengan memperbesar tendanya menjadi 8 meja. Omzetnya sudah bisa mencapai 2 jutaan dan kalau malam minggu bulan muda bisa mencapai 5 jutaan.
Jika dulu aku yang membiayai hotel dan segala macamnya. Sekarang Mbak Surti mencegah aku membiayai itu, Dia semua yang membayarnya.
Aku menyukai mbak Surti karena memeknya uenak banget, sebaliknya dia menyukai ku karena jasa resepku dia bisa maju . Kabar terakhir dia sudah buka cabang di kota yang sama. Bravo Mbak.