Close Menu
Cerita SexCerita Sex
  • Warning!
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Kirim Cerita Sex
  • Join Telegram
  • Video Bokep
  • Foto Bugil
  • Jav Sub Indo
X (Twitter) WhatsApp Telegram
Cerita SexCerita Sex
  • Contact
  • Warning!
  • Privacy
  • Kirim Cerita
  • ThePornDude
  • Bokep
Cerita SexCerita Sex
Home»Cerita Sex Populer»Broken Home

Broken Home

Nafsu didalam rumah tangga yang rusak
Share Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

Dulah dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kananku yang disedot dan dikulum dengan rakus. Arman menelusuri tubuhku dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuhkupun tidak luput dari jilatannya.

Aku mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepala, tubuhku menggelinjang hebat, dan aku kembali orgasme dibuatnya. Badanku menegang dan menekuk ke atas namun Mang Komar masih belum keluar. Melihatku orgasme, Komar manarik penisnya.

“Saatnya gentian ya Neng, sekarang giliran bang Dulah” dia menyuruhku menungging sambil meregangkan kedua kakiku.

Dengan sekali genjot penis Dulah terasa melesak dalam vaginaku dengan gaya dogy, dia memacu tubuhnya makin cepat sampai menimbulkan bunyi kecipak dalam vaginaku, sementara Suhe menunggu giliran mencicipi vaginaku.

Mula-mula dia mendekati kepalaku lalu kembali penisnya minta aku kulum, setelah dikulum sebentar Suhe mulai bergerak maju-mundur didepan mulutku. Aku yang memang suka penis Dulah menaik turunkan pinggangku sendiri. Tentu saja melihat ini Dulah tertawa dan kembali melecehkanku

” anjrit, lu kayaknya keenakan ya gua entotin, demen ya sama kontol gua?”gairahkupun semakin berkobar, apalagi setelah terasa suatu kenikmatan yang tiada tara di dalam rahimku yang seakan meledak-ledak minta terus disodok.

Dulah tiba-tiba menggulingkan tubuhnya sehingga aku ikut terguling menyamping. Dia lalu mengaduk-aduk vaginaku dengan gaya menyamping. Kulihat matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan nikmat. Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya yang bertatoo.

Aku tidak kuat menahan gelembung kenikmatan dalam rahimku, kembali vaginaku orgasme untuk yang kesekian kalinya.

“Sekarang giliran lu” Dulah menyerahkan aku begitu saja pada Suhe yang penisnya masih ada dalam mulutku.

Suhe segera melepaskan penisnya dari mulutku, lalu ia segera memompa vaginaku dengan gaya standar, tapi tak lama kemudian

“Gilaaa gua gak kuat, mau keluar nihh” teriaknya.

Diapun segera melepas kembali penisnya. Sementara di luar masih hujan dengan derasnya, menambah tinggi tensi birahiku.

“Man, sep, kalian gak mau coba ngentotin non Carline ini? Tuh dia masih mau ditusuk-tusuk lho” Komar bertanya pada Oman dan Usep yang sejak tadi hanya mengocok-ngocok penisnya saja.

Akupun heran tapi tak ambil peduli karena meskipun mereka tidak ikut, tetap saja ada yang menyetubuhiku.

“Gak ah, gua lagi bayangin lagi ngentotin kakaknya, gak nahannn” Oman tetap mengocok penisnya.

“Hahaha beritanya lu naksir kakaknya ya… padahal nikmatin dulu saja adiknya, tapi terserah kalian lah”.

“Sekarang saatnya kita ngecrot sama-sama, ayo pilih sendiri mau keluarin dimana” Suhe yang nampak tidak sabar menuntaskan birahinya.

Mereka masing-masing menempati posisi pilihannya, kali ini Odet memilih dalam vaginaku, Dulah di payudaraku, Komar memilih dalam mulutku, Arman mengurut penisnya di depan wajahku sementara Suhe berniat keluar di perut atau pahaku.

Merekapun melancarkan aksinya, Odet menggenjotku dalam sekali, sementara Komar menjejelkan penisnya dalam mulutku, Dulah mengangkangiku untuk menjepitkan penisnya di kedua payudaraku, dan Suhe menggesek-gesekkan penisnya di pahaku yang putih.

Beberapa menit kemudian berbagai jenis sperma menyembur masing-masing di tempatnya, agak kaget aku menerimanya, namun nikmat sekali, dimulai dengan Arman yang menyemburkan spermanya di wajahku, belum tuntas kagetku melihat cairan putih kental mengenai wajahku,

Suhe menuntaskan hasratnya di pahaku, terasa basah dan hangat, lalu penis Dulah yang sengaja dijepit dipayudaraku meluncurkan spermanya hingga muncrat sampai ke daguku. Kekagetanku disusul adanya cairan hambar berbau khas di lidahku, membuatku gelagapan.

“Telen aja non, sekalian bersihin ya” Komar malah menyuruhku menelannya

Dengan sedikit tercekat, perlahan aku menelannya sedikit demi sedikit sampai habis, lalu aku menjilati penis komar sampai bersih, selagi aku menjilatinya, terasa lagi rasa hangat menjalariku, kali ini Odet yang menyemprotkan spermanya dalam rahimku sambil terus mengenjotku sampai terasa penisnya mengecil, baru Odet mencabutnya.

“Uuuhh… Neng, enak yaa…mmm !” desah Odet sehabis melepas hajatnya dalam tubuhku.

Aku yang masih terhanyut dalam lautan birahi tidak malu-malu lagi mengemuti semua sisa-sisa sperma pada masing-masing penis buruhku. Akhirnya Oman dan Usep secara bersamaan menumpahkan spermanya di atas kepalaku dan di luar vaginaku.

Di ruangan itu kami bertumpang tindih melepas sisa kenikmatan. Tubuhku belepotan oleh sperma-sperma, dari vaginakupun setelah kukorek baru mengalir sperma kental milik Odet.

Saat kami semua melepas lelah, tiba-tiba pintu terbuka dengan kerasnya, tampak mama dalam keadaan acak-acakan, matanya sembab merah. Aku hampir pingsan dibuatnya, tidak ada jalan untuk sembunyi, aku hanya bisa menutupi tubuhku dengan kedua tanganku seadanya..

“Fei Chen, mama sudah lihat semuanya!! Bisa-bisanya kamu lakukan ini semua, teganya kalian berbuat ini pada anakku!” teriak mama.

Anehnya semua buruhku tampak santai-santai saja, biasanya mereka panik kalau tau bakal kena marah mama. Lemaslah sekujur tubuhku, kini mama sudah tau seluruh perbuatanku, apa yang harus kulakukan.

Aku terdiam, tak terasa airmataku mulai menggenang dipelupuk mataku.

“Maafin Fei Chen ma…” hanya itu yang terlontar dari mulutku, lidahku serasa tercekat, tak mampu bicara banyak.

Di belakang mamaku muncullah 4 orang pria setengah baya, yang dua kukenal sebagai Nurdin dan si Abdul botak, tapi dua lagi aku tidak mengenalnya.

“hahahaha apa kabarmu moy, udah puas belum entotannya? Oya ini gua kembaliin celana dalam lu yang waktu itu lu tinggaalin” Abdul melemparkan celana dalamku yang minggu lalu diambilnya, hatiku perih sekali saat itu.

“Tuh ci, jangan marah gitu, anakmu inikan mirip cici waktu muda dulu, anak kan ga akan beda jauh dari induknya” Nurdin bicara dengan dingin

“Kalian semua, pakai baju kalian, permainan sudah selesai” Abdul berteriak pada para buruhku yang dengan patuh langsung memakai kembali bajunya masing-masing, sementara bajuku tergeletak jauh dari jangkauanku, untuk mencapainya tentu aku harus berjalan mendekati dua pria yang tak kukenal itu, itu tak mungkin kulakukan karena tubuhku dalam keadaan polos. Mamaku tampak terpukul berat melihat keadaanku.

“Buset, Dul, badannya mulus banget, ini amoy yang lu ceritain itu?”

“Iya, putihnya mirip ibunya ya, ini malah lebih putih karena mash muda, ayo Mad, lu jangan bengong gitu, beresin semua kamera di kamar ini, jangan sampe ada yang ketinggalan”

Somad lalu mendatangi tiap pojok kamar dan mengambil benda hitam bercahaya merah yang rupanya adalah kamera tersembunyi..

“Astaga, jangan-jangan…..” desahku dalam hati.

Mama mendekatiku, sambil terisak dia menamparku

“Anak gak tau diri, mama lahirin kamu bukan untuk jadi pelacur! Semua perbuatan kalian tadi mama lihat! Mama gak nyangka kamu sudah begini! ” teriak mamaku.

Nurdin kembali menengahi kami ” Sudahlah ci, ingat sebelum kawin sama suamimu dulu kita juga pernah kayak gini, gak usah marah-marah, terima saja anakmu ini, gini-gini juga ini calon anakku juga” katanya mengelus punggung mama.

Mama kembali terisak, dia terdiam mendengar kata-kata Nurdin.

“Fei, siapa yang pertama kali berbuat ini?” tanya mama padaku.

“Maksud mama apa?” tanyaku bingung harus menjawab apa.

“Siapa yang pertama kali berbuat sama kmu?” mama mengulanginya lagi.

Aku terdiam sesaat, apa yang harus kujawab, aku sendiri tidak tahu siapa yang menyetubuhiku pertama kali, mataku ditutup kain waktu itu terjadi.

“Fei gak tau ma, waktu itu mata Fei ditutup, jadi gat au siapa yang duluan, mama tanya sama mereka aja”

Aku melihat mama hamper histeris mendengarnya, lalu dia memandang buruh itu satu persatu,

“Siapa yang pertama kali menyentuh anakku?” tanyanya datar.

Aku melirik Dulah karena aku merasa dia yang mengambil keperawananku dulu.

“Wah ci, kami waktu itu lagi teler, jadi gak inget siapa yang berbuat, lagian non Carlinenya juga mau koq kami gilir” Komar mengajukan pembelaannya.

“Pokoknya salah satu dari kalian harus bertanggung jawab kalau sampai anakku hamil, atau aku akan tuntut kalian semua.” Para buruhku saling pandang lalu Nurdin berkata pada mama Ngocoks.com

“Sebaiknya kita tanya saja baik-baik mereka, jangan kasar begitu, tanya juga anakmu”

“Kalian, siapa yang mau tanggung jawab? Harus ada salah satu yang mau mengawini Carline” Mama malah seakan menawarkan aku pada para buruhku..

Aku mengerling pada Dulah, dalam hatiku aku tahu dia yang harus bertanggung jawab.

“Wah ci, ga bisa gitu dong, kita semua sudah punya istri di kampung, gimana kalau kita jadiin simpenan aja? Boleh gak? Iya gak teman-teman?” Dulah memberi komando.

“Iya ci, begitu ajalah tanggung jawab dari kita mah, kan kejadiannya juga atas dasar suka sama suka, iyakan neng?” Odet menimpali sambil memandangku.

Aku tidak bergeming, sungguh harga diriku sudah hancur. Mamaku sendiri seakan menjualku pada buruh-buruh ini.

“Dia tidak akan hamil koq ci, kita sudah kasih obat pelunturnya koq, tapi kalau hamil biar aku yang tanggung jawab deh, aku bersedia koq kawin sama non Carline” Bergidik aku mendengar kata-kata Odet itu, sementara Dulah malah tertawa-tawa puas diikuti yang lainnya termasuk Odet sendiri.

“Baiklah kalau begitu, ingat kata-katamu itu, yang lain jadi saksi! Kalau suatu saat anakku hamil oleh perbuatan kalian, kamu yang harus bertanggungjawab!” Mama memberikan pengumumannya sambil menunjuk Odet yang tentu saja terlihat senang sekali.

“Beres ci, kalau neng Carline ini hamil, saya yang tanggung jawab, asal neng Carlinenya mau dijadiin istri ketiga saja, gimana?”tawar Odet. Mama termenung lalu dia berkata

“ga bisa, masa anakku jadi istri ketiga, kamu harus ceraikan dulu semua istrimu!”

“Yehh si cici ini malah ngatur, disini kita yang bikin aturannya ci, masih untung anakmu ada yang mau tanggung jawab, kalau sama gua sih dijadiin gundik aja atau sekalian gua jadiin pecun didaerah terminal, toh anak enci aja malah seneng diewe rame-rame, iya ga?”

Dulah malah mendekatiku lalu dengan kasar dia membuka lubang vaginaku di depan semua orang termasuk mama “Tuh ci, liat sendiri memek anak enci malah banjir, artinya dia masih mau dientot,,hahhahaa”

semua pria diruangan itu tertawa kesenangan, aku tertunduk malu sekali tidak bisa mengontrol cairan dalam vaginaku yang sudah bercampur sperma ini. Pandangan mata mama terlihat jijik sekali melihatku seperti itu.

“kalau dia mau seperti itu, ya terserah kalian lah, masa bodo dengan kalian, Fei chen, kalau kamu ga suka, bilang sekarang!” bentak mama berharap kepastian dariku.

Aku tidak menyadari hal ini, malah terus menunduk, aku tak mampu menjawab mama, perasaan bersalah, malu, menyesal, takut bercampur jadi satu hingga aku benar-benar diam seribu bahasa.

“Udah ci, relain aja anak lu jadi gundik anak-anak disini, anak juga kan gimana ibunya, toh lu juga gundik kita meskipun nanti lu dikawin sama si Nurdin ini.” Pria bertato yang bernama Somad tiba-tiba angkat bicara, dan rupanya omongannya ini sangat mengena dihati mama, akupun sempat kaget mendengarnya meskipun sudah kuduga sebelumnya. Sebelum mama berkata sesuatu, Abdul mendahuluinya

“Tuh, karena anak lu juga diam, berarti setuju usulan si Odet itu, Sudahlah ci, ga usah disesali punya anak pecun kayak lu, lu harusnya bangga anak lu tu digemari kita-kita, artinya anak lu tu enak buat dientot, nah, sekarang daripada kita rebut-ribut, masalahnya kan udah selesai, mending lita kasih kesempatan anak lu nerusin entotannya, kasian tuh memeknya keliatan ngacai terus minta disodok, belum puas kan neng?”

Dengan kurang ajarnya Abdul berkata begitu sambil mencium dada mama sambil menurunkan baju atasan mama sampai payudaranya terlihat jelas.

Tentu saja mama teriak marah, tapi apa daya dia tidak bisa lagi membetulkan bajunya karena Somad pun malah membantu Abdul melucuti pakaian mama, sementara Nurdin menontonnya sambil tersenyum

“Jangan di sini Mad, di kamar sebelah aja, kita terusin lagi permainan kita”

Akhirnya mama dipanggul ke kamar sebelah, dan selanjutnya aku tidak tahu lagi apa yang terjadi disebelah, aku hanya mendengar teriakan mama memarahi Nurdin lalu suaranya berubah pelan dan lama-lama menjadi rintihan, suaranya cukup jelas karena diluar hujan sudah berhenti.

Sepeninggal mama dan keempat pria itu, terdengar riuh sekali diruanganku, sesekali tawa buruh-buruh itu meledak.

“Gilaa, gua bisa juga ngawinin amoy majikan kita.. hahhaha biarpun memeknya udah kalian cicipin juga, tapi gua ga nyesel” Odet dengan senangnya berceloteh

“Jangan seneng dulu det, itukan kalo neng Carline hamil, mana mau dia kita hamilin, apalagi udah tau bakal lu kawinin, dia pasti minta pelunturnya ke si Ahmed hehehehe jangan mimpi lu” Suhe mengingatkan Odet.

Tanpa sadar Suhe mengingatkan aku akan Ahmed, yaa tentu saja aku tidak mau sembarangan dihamili mereka, aku masih punya Ahmed dengan anti hamilnya yang mujarab itu. Hati dan pikirankupun menjadi lebih tenang, kini satu-satunya yang mengganggu pikiranku hanya masalah mama, bagaimana sikapnya padaku setelah tahu masalah ini?

“Nih moy, lu pake baju lu sekarang, udah cukup malaem ini, kita udah puas, kecuali kalau lu masih mau lagi, lu boleh telanjang disini semaleman, kita semua mau minum-minum dulu di depan rumah sambil main gapleh, siapa tau gua kepingin lagi” Dulah melemparkan pakaianku yang tadinya tergeletak diujung kamar.

“Non Carline sebaiknya jangan pulang dulu, hari udah larut malam, nanti di luar ada yang ngentotin lagi kan cape, itung-itung nunggu mama non yang lagi keenakan di ruang sebelah, tuh udah kita siapin nasi goreng kalo non lapar, kalau mau mandi, non masak air panas sendiri ya, disini gak ada pembantu kayak di rumah non” Arman orang tersopan di antara semua buruh-buruhku.

Aku mengangguk kelelahan sambil cepat-cepat berpakaian. Selesai berpakaian ketujuh buruhku sudah tak terlihat diruanganku, tapi suaranya masih terdengar ramai di beranda mess ini, memang mereka sering nongkrong didepan mess sambil merokok, main gitar, main kartu atau malah mabuk, inilah contoh kebiasaan masyarakat kumuh disekitar rumahku yang sangat membuat kami sekeluarga tidak berani keluar rumah karena banyak tindak kriminal yang terjadi didaerah ini.

Aku merasa sendiri terkurung dalam mess papaku, aku tidak berani pulang karena takut para preman yang mungkin sedang berkeliaran, tapi aku juga tidak nyaman dalam mess karena mama ada disini bersama Nurdin dan teman-temannya.

Aku memasak air panas untuk mandi, badanku terasa lelah sekali, sementara mataku malah penasaran ingin melihat apa yang mama lakukan di kamar itu, benar-benar kebiasaan yang sulit dihentikan. Akupun mandi dengan penuh rasa ingin tahu keadaan mama, aku berniat mengintipnya setelah mandi nanti… Lagi asik-asik mandi membersihkan badan, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, padahal rasanya sudah kukunci.

“Bener Dul, anaknya lebih mulus dari ibunya euy, hehehe lagi mandi ya neng” Seringai pria yang bernama Tirta.

“Iya udah gua bilang, kalau ibunya lagi ga bisa, sekalian aja kita kerjain anaknya juga, biar lu ga penasaran, gua sih udah coba, wuih, enak banget, Yuk kita bawa ke kamar bareng mamanya, ayo neng kita ngamar lagi nemenin mama lu” aku tidak sempat menutupi tubuhku karena bajuku di gantung dibalik pintu kamar mandi, sementara sekarang pintunya malah terbuka, otomatis bajuku tertutup pintu yang menuju tembok.

“Jangan Pak, aku capek” ringisku sambil berusaha menutupi kemaluanku dengan tangan kiri dan dadaku dengan tangan kanan, tapi kedua orang itu malah menerobos ke dalam kamar mandi

“Ga apa neng, nanti juga semanget lagi, kita two in one yuk, udah pernah belum? Mama neng suka sekali gaya ini” Abdul berkata sambil tangannya memondongku, aneh sekali, tubuhku malah menjadi lemas tanpa tenaga waktu tangannya menyentuhku.

Dengan sekali hentakan, akupun dibopongnya diikuti oleh Tirta yang bersiul kurang ajar.

Hatiku dagdigdug tak karuan saat pintu kamar dibuka dari dalam. Terlihat mamaku dalam keadaan telanjang bulat sedang mengoral Nurdin yang telentang di ranjangnya. Somad tampak gembira melihatku dibopong masuk

“Weleh-weleh anaknyapun mau ikutan, bakalan asik nih, ayo Dul, cepat bawa masuk, taruh aja di sebelah ibunya, tar kita gilir lagi.”

Abdul meletakanku disamping mama yang sedang berlutut mengoral Nurdin, melihatku dia tampak kaget.

“Lho, koq anakku dibawa kesini bang?” Tanya mama pada Somad.

“Ya gapapa dong ci, kan status anak lu sama dengan lu, gundik juga, jadi kita semua bebas pake, lagian gua penasaran sama anak lu ini, boleh kan Din?” Tirta yang rupanya menginginkanku balik bertanya pada Nurdin.

Pria setengah baya itu tampak nanar menatapku, penisnya masih terlihat basah sehabis dioral mama.

“I..iya tentu boleh, aduh ci, mirip kamu waktu muda yaaa.., mulus banget, gua juga jadi kepingin nyicipin” Nurdin seakan tanpa sadar berkata demikian..

Mama langsung bangun dari ranjang, dia segera mengambil bajunya, namun tindakannya itu dihalangi Somad yang langsung menindihnya di sampingku.

“Udah ci, kita ngentot sama sama aja, kalian punya bakat yang sama koq, ga usah malu sama anak sendiri” Kata-katanya membuatku bergidik, namun tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali.. hanya mataku saja memandang mama dengan takut.

Akhirnya mamapun terlihat lemas laagi disampingku setelah Nurdin mengisap vaginanya. Kini kami berdua tergolek di ranjang yang sama sementara empat pasang mata memperhatikan sekujur tubuh kami dengan mata melotot.

“Ci, kulit anak lu lebih kencang ya, lebih putih lagi, putingnya lebih merah, cuma susunya lebih kecil ” Nurdin kembali dioral mama, sementara vagina mama dijilati Abdul, Somad dan Tirta mengerubutiku, giliran Titra yang minta kuoral, dan Somad menjilati vaginaku.

Beberapa saat kemudian, mama terdengar sedang mengalami orgasme.

“Ibunya udah muncrat nih Din, gua entot aja ya, gak nahan nih” Abdul meminta persetujuan Nurdin.

“Eh, jangan dul, diakan lagi hamil, biar aja bayinya lahir dulu atau tunggu hamil tua, tuh anaknya aja lu kerjain lagi, lumayankan daun muda!” cegah Nurdin spontan.

“belum tentu juga itu anak lu Din, masa sama temen lu tega demi anak haram dia”Abdul tetap memaksa.

“Gak apa bang, saya juga gak terlalu kepingin punya anak lagi, siapa tau bisa langsung gugur” mama berkata disela pembicaraan mereka.

“Tuhkan Din si encinya juga udah kepingin dientot gini”

“Jangan! Nanti suaminya gak bakal mau cerai, bisa batal rencana gua ngawinin dia, kita kan teman, harus bagi senang atau susah bersama, nanti juga gua bagi lagi koq, siapa tau itu anak lu juga” Nurdin rupanya tak ingin kandungan mama gagal.

“Udahlah dul, lu demen amat sama si enci sih? Nih kan ada anaknya, lebih ranum juga lagi, lu ngalah dulu dah, demi temen, kita garap aja anaknya rame-rame sampe hamil, kan asik..hahahaha” Somad menengahi perdebatan itu.

“Wuah, bosen gua sama amoy ABG gini, stok gua udah banyak di Jakarta, terakhir tuh si Lingling anak toko emas yang pernah kita rampok, sampe sekarang masih betah kita culik sampe gak mau pulang, giliran kita juga yang repot ngentotin dia mulu kan? Sampe bosen guanya juga”kata Abdul pada semuanya.

“hahaha rupanya teman kita ini lagi bosen amoy yaa, padahal kan si Lingling itu bulan lalu udah lu jual ke Batam ketempatnya si Romli” Somad malah mengumumkan rahasia mereka.

“Yee gua jual juga karena kita semua udah bosen kan, daripada gua balikin ke tokonya mending gua jual, Ya sudahlah gua ewe juga ni amoy anak lu ci,”

“Jangan bang, sama aku saja, kasian a Chen”mama memandangku dengan mata memelas, akupun jadi tidak tega membiarkan mama yang sedang hamil harus melayani mereka berempat, ternyata dari tadi sore mereka hanya bercumbu dan oral sex, pantas saja begitu melihatku seakan singa mendapat mangsa.

“Biar aja ma, mama istirahat aja, biar saya yang lakuin buat mama” kataku memberanikan diri.

“Ternyata anak lu baik juga ci, demi mamanya rela dientot, hehehe atau sifat lonte anak lu udah parah ya.. hahaha, biar deh kita nyicip memeknya ya” Somad semangat sekali sekaligus melecehkanku, untung aku sudah sering dilecehkan jadi biasa saja bagiku, namun karena ada mama aku jadi sedikit merasa segan dan malu.

“Biar gua yang pertama, neng lu nungging sekarang! “perintah Tirta.

Setelah posisiku sesuai permintaannya, serta merta penisnya yang telah berpengalaman itu di jejalkan dalam vaginaku dengan gaya dogy, aku merasakan sensasi yang lain dengan yang pernah kurasakan, Sementara ketiga penis lainnya telah tampak teracung mengkilat-kilat kehitaman.

Somad mempunyai penis yang terbesar dari yang pernah kulihat, mereka bertiga termasuk Nurdin menyuruhku mengoral penis mereka sambil vaginaku diaduk-aduk penis Tirta. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk orgasme, rongga vaginaku sudah licin dan basah oleh cairan orgasmeku.

“Hei ci, liat sini dong, masa baliknya kearah tembok begitu, ayo liat aja anak cici nih lagi keenakan, kalian memang mirip kalau lagi gini..” Abdul membalikkan tubuh mama yang rupanya tidak tega melihatku dikerjai mereka, ajaib sekali, mama langsung menurut saja begitu abdul menepuk punggungnya.

Begitu mama berbalik Tirta yang sehabis mengaduk vaginaku dan melihatku orgasme, mencabut penisnya lalu menyuruh mamaku untuk menjilati penisnya.

Posisi sekarang berganti, Somad telah berbaring diranjang dan menyuruhku menduduki penisnya yang tegak teracung itu, agak bergidik juga aku meihat ukuran penis Somad, namun gairah membuatku menuruti semuanya, dengan posisi duduk aku disetubuhi Somad dari bawah, Nurdin membantu tubuhku supaya dapat naik turun dengan nyaman.

“Mad, bikin dia nungging dikit atuh, gua mau coba bool nya” Abdul sekarang berada di belakangku sambil meremas-remas payudaraku dan tanpa banyak bicara Somad memelukku kearahnya sehingga lubang anusku terpampang ke arah Abdul.

Aku berontak, aku agak trauma dengan posisi ini sebab terakhir melakukannya semua badanku terasa sakit terutama anusku, tapi dengan tepukan di punggungku tanpa sadar aku berhenti memberontak malah memajukan lubang anusku ke arah penis Abdul. Dengan terkekeh-kekeh dia, memasukkan kepala penisnya keanusku.

“Sakit pak, jangan disitu” keluhku.

“Tenang aja non, gak akan sakit, malah enak, mama non aja hoby koq” Abdul sambil meludah ke anusku lalu pelan-pelan menjejalkan kepala penisnya, aneh tapi nyata, penis itu sedikit demi sedikit masuk dengan mulusnya tanpa terasa sakit sedikitpun.

Tentu saja hal ini makin merangsang gairah birahiku, kedua lubang di tubuhku terasa penuh saling bergesekan berganti-ganti,

“ahhhh,…… oooowhhh” rintihku, sementara mama kulirik masih menjilati penis Tirta yang basah oleh cairan orgasmeku.

Mama kulihat asyik sekali mengulum dan menjilati penis Tirta sambil sesekali matanya melihatku, ahh akhirnya aku dan mama sama-sama menikmati disetubuhi oleh buruh dan preman-preman temannya, aku yakin sekarang dan selanjutnya mama tidak akan bermasalah denganku dalam masalah ini.

Satu hentakan Somad dirahimku membuatku melambung dalam kenikmatan yang tak dapat kutuliskan, disusul hentakan Abdul bergantian menghantarku pada orgasme berikutnya. Tubuhku mengejang, diam sesaat untuk membiarkan cairanku keluar.

“Enak ya neng, ayo sekarang sama Bapak, mumpung gua belum resmi jadi bapakmu” Nurdin meminta gilirannya padaku. Somad dan Abdul mengeluarkan penisnya masing-masing, sekarang aku terbaring telentang menunggu penis Nurdin yang mungkin nanti jadi bapak tiriku.

Mama terlihat akan mengatakan sesuatu pada Nurdin, tapi sesaat kemudian sperma Tirta muncrat memenuhi mulut mama sehingga untuk beberapa saat mama tidak dapat berkata-kata karena mulutnya masih dipenuhi penis Tirta dan spermanya juga.

“Telen aja ci, biar gak kotor kasurnya!” perintah Tirta, mamaku segera menelan sperma itu lalu dengan cepat dia berkata “Din, kalau mau harus pake kondom!” rupanya mama tidak mau aku hamil oleh Nurdin.

Hehehe rupanya mama tidak tahu aku bisa mendapatkan anti hamil kalau aku mau, tapi kubiarkan saja karena Nurdinpun tanpa mama suruh telah menyiapkan kondom.

Akupun dikerjai Nurdin, agak riskan memang disetubuhi oleh calon bapak tiri, apalagi sambil ditonton mama yang mulutnya kembali dijejali penis Abdul dan Somad bergantian.. Nurdin dalam beberapa genjotan saja menghentikan genjotannya, rupanya dia telah orgasme didalam tubuhku, untunglah memakai kondom.

“Gila ci, anakmu ini rasanya mirip cici waktu muda dulu, enak bener, jadi inget lagi nih ci, gua jadi cepet ngacret dah!”teriak Nurdin disela-sela orgasmenya.

“Gak salah tuh anak-anak milih anak lu jadi gundik mereka.” puji Nurdin padaku yang sekaligus membuat mukaku merah harga diriku kembali terinjak.

Kulihat Somad kembali padaku sambil mengocok-ngocok penisnya di depan wajahku, disusul Abdul yang juga mendekatkan penisnya kemulutku. Aku tahu keinginan mereka, tanganku mengocok penis besar Somad dan lidahku mengulum penis Abdul.

Tak berapa lama kemudian merekapun menyemprotkan sperma ditempatnya masing-masing. Wajahku kembali belepotan sperma, kali ini mulutkupun dipenuhi sperma, dan sama seperti mama, merekapun ramai-ramai menyuruhku menelan sperma Abdul. Setelah kutelan selesailah permainan mereka denganku malam itu.

Kulihat sudah pukul 3 dinihari, mama memasak air untuk aku mandi, dan kamipun akhirnya mandi bersama. Mama memelukku “Chen, sekarang kamu sudah jadi wanita dewasa, mama harap kamu bisa ketemu jodohmu, kalau bisa jangan dengan buruh itu, kamu harus jaga jangan sampai hamil seperti mama” kata mama padaku”

“Iya ma, Fei tau koq, maafin Fei juga ma, Fei dulu kebawa nafsu sampai jatuh ketangan mereka” kataku juga.

“Iyaa sudahlah Chen, mama sudah ngerti, memang sex itu kebutuhan semua orang, kita wanita juga butuh kepuasan, mama gak akan nyalahin kamu koq, tapi for fun aja yah, jangan sampai kebablasan, mama gak mau punya menantu orang-orang semacam mereka”

“Iyaaa ma, nasehat mama akan Fei ingat, tapi mama gak marah kan Fei main sama pak Nurdin?” tanyaku kuatir.

Mama tersenyum”kalau mama marah gimana?hehehe ya enggalah, namanya juga for fun, asal dia pake kondom aja, kalau gak nanti mama punya anak sekaligus cucu donk” mama tertawa kecil.

Aku mencubit mama”Iiih mama gitu, masa Fei mau punya anak dari pak Nurdin, amit-amit dehhhh, hihihi eh ma, sebentar lagi Fei punya adik lagi dong” kataku kemudian sambil mengelus perut mama yang masih belum membesar itu

“benerkan mama hamil?”tanyaku juga. Mama mengangguk, tampak wajahnya jadi kuatir.

“iya Fei, kemarin-kemarin mama sudah bilang papamu, dia marah besar, entahlah sampai sekarang dia belum mau bicara, mama sudah siap cerai koq, habis papamu tidak bisa memenuhi nafkah batin mama”

“Fei sudah tau cerita itu ma, tapi koq mama pilih Pak Nurdin? Apa gak ada pria lain?” tanyaku penasaran.

“Yah apa boleh buat, cuma dia yang dari dulu dampingin mama sebelum ketemu papa kamu, mama sempat lakuin seperti yang kamu lakuin sama pegawai kita, tapi mama cuma sama Nurdin aja” kata mama menatapku dengan mata nakal.

Kembali aku cubit paha mama ” Idih mama gitu deh, Fei juga kan gara-gara mama yang hot banget sama Pak nurdin” belaku. “haahaha tapi enak kannnn??” goda mama kembali.

“Udahlah ma, jangan diungkit terus, Fei kan jadi malu” kataku mungkin dengan wajah merah.

Aku senang ternyata mama bisa menerimaku, mungkin karena kami senasib. Tiba-tiba terdengar Nurdin didepan pintu kamar mandi

“Ayo cici cepat mandinya, sudah 1 jam nih, nanti masuk angin!” aku dan mamapun cekikikan di dalam kamar mandi.

Pagi harinya aku dan mama diantar pulang oleh Nurdin menggunakan mobil mama. Pakaianku tampak lusuh sekali, begitu juga dengan mama. Sepanjang jalan aku melamun disamping mama yang sebelah tangannya memeluk bahuku.

Cerita Sex Sang Penakluk Akhwat

Aku teringat masalah Oman yang naksir cici Christine, apakah aku harus memberitahu mama? Juga masalah cairan yang harus rutin kuberikan pada minuman cici? Belum lagi masalah adiku Evelyn yang akhir-akhir ini sering digoda anak-anak punk, memang itu aku tahu gara-gara Oman atau Usep yang menyebarkan foto Evelyn secara sembunyi-sembunyi?

Mungkin untuk saat ini belum mau kuungkap didepan mama, hari ini terlalu banyak kekagetan yang terjadi, meskipun semuanya berakhir dengan baik. Akupun saat itu masih menunggu kabar perceraian mama, pasti itu sangan mengganggu pikirannya, ditambah lagi dengan kehamilan mama diusianya yang ke 38 ini. Begitu banyak yang kupikirkan saat di perjalanan.

Aku menghela nafas panjang, biarlah semuanya terjadi seperti apa adanya, yang penting tidak ada yang merasa dirugikan. Apakah ciciku dirugikan? Entahlah, itu tergantung tanggapannya dikemudian hari.. aku sebagai adiknya cuma membantu perjodohan cici, masalah jodoh sebenarnya kan rahasia Tuhan, Jadi apapun yang kulakukan, jodoh ciciku tak akan lari kemana-mana.

1 2 3 4 5
ABG Anak di Bawah Umur Berlanjut Bersambung Cantik Gangbang Ibu Muda Istri Orang Keluarga Kenangan Kenikmatan Mesum Ngentot Perawan Perkosaan Rame Rame Tergila Ternikmat Threesome Umum
Share. Twitter Telegram WhatsApp Email Copy Link
Previous ArticleRumah Sakit
Next Article Dynasty Warrior
ceritasex

    Ngocoks adalah situs dewasa yang berisi kumpulan cerita sex tergres yang di update setiap hari. Jangan lupa bookmark situs ini biar tidak ketinggalan cerita dewasa lainnya, -terima kasih.

    Related Post

    9.0

    Dynasty Warrior

    9.5

    Rumah Sakit

    8.5

    Kamu yang Kusebut Rumah

    9.0

    Budak Seks

    9.5

    Sebuah Jimat (Amulet)

    9.3

    Monster Kraken

    Follow Facebook

    Recent Post

    Dynasty Warrior

    Broken Home

    Rumah Sakit

    Kamu yang Kusebut Rumah

    Budak Seks

    Sebuah Jimat (Amulet)

    Monster Kraken

    Nona Majikan dan Temannya

    Malapetaka KKN

    Perempuan Polos Berjilbab

    Kategori

    Terekspos

    Ngocoks.com adalah situs dewasa berisi kumpulan cerita sex, cerita dewasa, cerita ngentot dengan berbagai kategori seperti perselingkuhan, perkosaan, sedarah, abg, tante, janda dan masih banyak lainnya yang dikemas dengan rapi dan menarik.

     

    ✓ Update Cerita Sex Setiap Hari
    ✓ Cerita Sex Berbagai Kategori
    ✓ 100% Kualitas Cerita Premium
    ✓ Semua Konten Gratis dengan Kualitas Terbaik
    ✓ Semua Konten Yang Diupload Dipilih & Hanya Update Konten Berkualitas

     

    Cara Akses Situs Ngocoks

    Akses menggunakan VPN atau kamu bisa juga akses situs Ngocoks ini tanpa VPN yang beralamat ngocoks.com kalau susah diingat, Silahkan kamu buka saja Google.com.sg Lalu ketikan tulisan ini ngocoks.com, terus klik halaman/link paling atas situs NGOCOKS no 1 di Google. Selamat Membaca!


     

    Indonesian Porn Fetish Sites | Indonesian Porn List | Ulasan Bokep Indonesia

    © 2025 Ngocoks - Support by Google Inc.
    • Warning!
    • Iklan
    • Privacy Policy
    • Kirim Cerita Sex
    • Channel Telegram

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.