Esoknya ibu menangis terus sepanjang hari tapi ayah mengacuhkannya. Malamnya ayah bahkan tak pulang meski ibu memasak makanan kesukaan ayah. Jadi ibu menyuruhku mengantar makanan ke rumah bibi.
Aku antarkan dan segera kembali karena mereka merasa gugup bicara padaku. Di rumah aku dan ibu makan. Ibu bertanya apa yang ayah bilang.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Kubilang masuk saja. Ibu masuk dan bertanya aku sedang apa. Kujawab sedang baca buku. Ia lalu duduk di ranjang dan memutar tubuhku dan melihatku yang sedang menatap tangannya. Ibu terlihat seksi dengan baju tidurnya.
“Aku tak bisa tidur jadi… Rasanya baru kemarin ibu melahirkanmu. Ibu sangat bahagia. Ibu menyusuimu dan juju sangat lucu. Kita tak terpisahkan. Tak pernah ibu kira kita akan terpisahkan. Kita sering bermain bersama. Juju bahkan tidur dengan ibu sampai umur sembilan tahun. Sejak juju punya kamar sendri, ibu mulai merelakan anak ibu pergi.
Semuanya baik-baik saja. Kita keluarga kecil bahagia. Tapi sekarang, sembilan tahun kemudian semuanya berubah. Juju tumbuh dan mengajari ibu pengalaman yang takkan didapat ibu lainnya. Dan ayahmu memutuskan bahwa adik ibu lebih menarik daripada ibu. Dan sekarang ibu sendirian.”
Aku merasa sedih mendengarnya.
“Meski kita sering tidur bersama sejak juju lahir, ibu sadar keadaan telah berubah saat juju bilang ibu mesti menawarkan diri agar bisa tidur sama juju. Ibu menyadari ada arti lain saat ‘kita’ tidur bersama. Sebelumnya juju tak pernah peduli ibu pake baju apa. Tapi sekarang juju tertarik pada tubuh ibu.
Aku menjadi pendengar yang baik dan membiarkan ibu bicara.
“Ibu tak tahu mesti gimana. Kedua pria yang ibu cintai telah menkhianatiku.”
“Aku tak mengkhianati ibu. Aku mencintaimu dan apapun yang juju perbuat itu semua demi orang yang juju cintai.”
“Tak ada anak yang mencintai dan bernafsu pada ibunya.”
“Ada, aku. Mengertilah bu.”
“Tapi ini tak boleh. Aku ibumu juga istri seorang pria.”
“Suamimu sungguh teladan. Ibu disini ceramah dan mungkin ibu benar saat ini ia sedang ngentot adik ibu.”
“Itu bukan urusanmu. Dia tetap suami ibu.”
“Kenapa ibu tak pergi dan bicara padanya? Kenapa ibu membuang waktuku?”
Aku buka lagi buku madilog yang tak kumengerti sama sekali isinya. Ibu berhenti bersua lalu mulai menangis.
“Suamiku meninggalkanku dan juju bilang tinggalkan juju sendiri. Apa yang bisa ibu lakukan? Ibu masih istrinya, ju.”
“Akan kukatakan sekali lagi jika ibu mau pemecahannya.”
Aku mencoba tegas. Ibu tetap terisak.
“Bagaimana solusimu?”
“Tinggalkan dia. Ibu mesti meninggalkannya dan jalani hidup ibu sendiri.”
“Mudah bagimu mengatakannya. Apa yang bisa ibu lakukan jika ibu meninggalkannya?”
“Jangan khawatir. Ibu bersama juju”
“Maksudmu ibu akan dijadikan gundik juju?”
Aku terkejut.
“Maksudku sebagai ibu tapi …”
“Ibu atau gundik. Bagimu sama saja.”
Kata-katanya keras. Aku diam saja
“Jika juju anak yang baik, mungkin ibu akan nurut.”
“Lalu apa yang akan ibu lakukan jika aku menikah?”
“Seperti ibu lainnya. Menjaga jarak dan kadang menengok juju dan anak juju.”
“Menurut ibu ada berapa ibu yang hidup dengan anaknya setelah anaknya berkeluarga?”
Ibu terdiam.
“Tak ada istri anak yang membiarkan mertuanya berkuasa di rumah. Lihat aja di sekeliling ibu”
“Tapi itu tak berarti …”
“Itu tak berarti itu dan tak banyak yang menginginkannya.”
“Lalu kenapa kamu mau?”
“Karena juju cinta ibu.”
“Tiap anak pasti cinta ibunya. Mereka tidak …”
“Karena cintaku lebih dari itu!”
Ibu terdiam.
“Lalu ibu mesti gimana?”
“Jangan tergesa karena tak wajar bu. Coba pikir kata-kata juju. Suatu saat paman pasti mengetahuinya lalu ayah dan bibi hidup bersama. Akhirnya ibu tinggal sendirian!”
“Lalu katakan yang mesti ibu lakukan!”
“Tinggalkan ayah bu. Tinggalkan ayah dan pergi bersamaku. Aku akan mengurus ibu.”
Ibu melihatku dengan jijik.
“Apa kau tak malu bicara seperti itu?”
“Tidak bu. Aku pria yang bisa memberi dan ibu wanita yang butuh dukungan!”
“Tak ada ibu yang mau menerima tawaranmu ju!”
“Terserah ibu saja. Itu masalah ibu. Aku bisa saja tinggal dengan ayah dan bibi.
Ibu melihatku. Kulihat kecemburuan di matanya.
“Juju mau tinggal dengan bajingan itu?”
“Ya, ibu tak mau tinggal denganku. Jadi mungkin aku akan tinggal dengan mereka.”
“Ibu tak mau juju tinggal dengan mereka!”
“Lalu terima saja tawaran juju. Kita berdua pasti bahagia!”
“Bagaimana? Apa kata dunia?”
“Dunia takkan tahu kita tidur bersama. Dunia tahunya kita ibu dan anak. Ayah akan tinggal dengan bibi tapi takkan menceraikan ibu!”
“Jadi kamu mau hubungan gelap?”
“Hubungannya hanya antara juju dan ibu! Ayah dan bibi mungkin bakal tahu tapi mereka takkan berani menganggu karena mereka sendri sesat!”
“Kamu memang bajingan licik yang pintar.”
“Itulah maksud juju! Takkan ada yang berubah. Ibu tetap istri ayah dan ibuku. Yang berubah hanya soal ranjang. Bukannya seranjang dengan ayah tapi ibu seranjang dengan juju. Begitulah. Tetap jadi istrinya dan jadi ibuku. Juju janji juju akan mengurus ibu lebih baik daripada ayah. Nanti juga ibu akan bahagia jadi istriku!
“Ibu tak percaya kau bisa berkata seperti itu. Dimana kau mempelajarinya?”
“Aku tak perlu mempelajarinya dari orang lain bu. Aku punya kamu!”
“Tapi kita tak pernah ngobrol seperti ini sebelumnya?”
“Tidak sampai aku mulai mengagumi kecantikanmu!”
“Kamu terobsesi. Kamu terobsesi karena ibu adalah buah terlarangmu!”
“Ibu tak sekedar buah terlarang. Ibu adalah cinta dalam hidupku!”
“Bukan ju! Cintamu harusnya yang seusia dengan juju dan segenerasi. Aku ibumu dan ibu sudah tua.”
Ibu mulai menggeser duduknya.
“Tua? Ibu mestinya ngaca. Ibu terlihat lebih muda daripada gadis seusiaku!”
“Itu hanya tampilannya saja. Ibu sudah tak muda!”
“Kau tak muda? Jika juju hamili ibu setahun lagi anak juju akan disusui ibu.”
Ibu lantas terdiam. Aku juga. Terkejut akan ucapanku.
“Juju mau menghamili ibu? Ibumu sendiri?”
“Bukan. Maksudku adalah ibu masih muda!”
“Tapi kau berniat melakukannya kan?”
“Mungkin. Dengar, kita masih muda dan jika ibu tidur denganku mungkin bisa terjadi. Memangnya kenapa?”
“Awalnya kau bicara soal tidur dengan ibu dan sekarang soal menghamili ibu! Kenapa kau memberi ibu begitu banyak kejutan? Apakah ibu tak becus membesarkanmu?”
“Ibu membesarkanku dengan baik. Tanyakan saja pada orang sekitar. Kenapa malah menghubungkannya? Beritahu juju gimana rasanya saat ibu dan ayah jatuh cinta?”
“Kenapa?”
“Coba katakan!”
“Ya seperti suami istri lainnya!”
“Siapa bilang setiap suami istri merasakan hal yang sama?”
“Tak perlu ada yang bilang. Kita tahu begitu saja!”
“Jadi, jika orang lain bisa merasakanmu, kenapa aku tak bisa? Bahkan sejak aku lahir aku merasa ikatan yang kuat antara kita. Ibu selalu di dekatku. Tapi sejak juju tumbuh dewasa, juju tak pernah memimpikan wanita lain kecuali ibu. Aku merasa bersalah tapi saat aku melihat sapi kita mengawini induknya sendiri rasa bersalahku hilang.
Kusadari bahwa aku tak sendirian. Sapi jantan merasa normal seperti mengawini sapi lainnya. Sejak itu, juju sangat ingin ibu. Ibu tahu kenapa juju perkosa ibu? Karena juju tahu ibu tak pernah tertarik dengan hal yang tabu. Jadi ibu tak pernah menyetujui ikatan seksual kita. Jadi kulewati batas tabu dengan memaksa ibu.
Aku berhenti sejenak.
“Beritahu juju apalagi yang harus dilakukan? Juju telah mengambil kesucianmu dan membuktikan bahwat suamimu tak bisa dipercaya. Juju juga telah mengatakan perasaan juju pada ibu. Ibu ingin juju ngapain lagi? Apa ibu ingin juju menikahi ibu untuk mengekspresikan rasa cinta juju? Beritahu juju bu!”
Aku berhenti. Aku merasa telah mengatakan segalanya. Sejenak ibu seperti terdiam.
“Aku ibumu…”
“Ibu? Aku buka cd mu seperti pelacur bu! Kulucuti keibuanmu dan menyemburkan spermaku di rahimmu. Seorang ibu takkan lagi hanya menjadi ibu setelah itu!”
“Mungkin. Tapi seorang ibu takkan pernah melupakan anaknya!”
“Sempurna. Biarkan saja seperti itu!”
“Bukan itu saja. Aku juga telah menikah!”
“Sempurna. Ibu telah menikah dan ayah adalah suami sempurnamu. Dia ngentot adikmu sekarang saat ibu mengajari moral pada anaknya.
Aku marah. Kujambak rambut ibu hingga terlentang di kasur. Ibu teriak dan saat ia terlentang di kasur, kutindih dia dan kudekatkan wajahku pada wajah ibu.
“Juju bisa perkosa ibu di sini sekarang dan suami ibu tak bisa menolong. Sadarlah bu. Ia bukan lagi pelindungmu. Tapi aku.”
“Lalu kenapa pelindungku tak mencium ibunya seperti cintanya?”
Aku terkejut mendengarnya. Aku tak percaya apa yang kudengar.
“Aku juga perempuan, ju! Aku juga ibumu! Gimana bisa aku datang dan bilang bawa aku? Aku telah lama jadi ibu rumah tangga! Aku telah terbiasa diperintah. Bagi ibu rumahtangga tak ada perkosaan. Tapi pemaksaan. Juju bilang tentang memperkosa ibu tapi ayahmu kadang memaksa ibu seperti itu. Tapi tentu saja dia suamiku!
“Aku tersenyum padanya dan kucium ibu penuh nafsu. Ibu menutup matanya saat kami mulai berciuman dan lidah kami saling beradu dalam mulut. Setelah beberapa saat aku berhenti dan menatapnya. Pelan-pelan ia membuka matanya.
“Mulai sekarang ibu takkan merindukan ayah!”
“Ibu yakin tidak. Ibu akan melepas daster ibu. Kecuali kau ingin …”
“Tidak, buka sendiri saja. Juju ingin melihat.”
“Tak pernah semalu ini buka baju di dekatmu.”
“Mungkin karena sekarang ibu tahu aku sedang melihat.”
“Tak pernah membayangkan akan melepas daster di depan mata anak sendiri.”
“Hidup memang seperti itu. Suatu saat kau tidur dengan suamimu tapi di lain waktu kau tidur dengan anakmu!”
Ibu melempar dasternya dan berbaring di sebelahku. Aku lalu berbalik hingga menatapnya.
“Ibu sungguh seksi. Apalagi sekarang hanya memakai bh dan cd.”
“Maksudmu ibu terlihat jalang? Tidur dengan pria yang bukan suamiku!”
“Kau tahu, rasanya juju ingin membuka bh itu dengan tangan sendiri.”
“Lalu kenapa diam saja? Buka saja. Dulu susu ibu kau gunakan untuk minum asi. Sekarang susu ibu kau gunakan untuk memuaskan nafsumu.”
Kubuka kaiatan bh nya. Lalu kulempar entah kemana. Nampaklah susunya. Kuremas susunya sambil kuhisap putingnya. Ibu mengerang merintih saat kumainkan susunya. Sambil menyusu, kubuka cd ibu dengan tanganku. Ibu membantu dengan mengangkat pantatnya hingga akhirnya ibu pun telanjang. Kuelus bulu nya sambil jari tengahku kugesek-gesek ke memek ibu.
Lalu kutekan jari tengahku hingga agak masuk memeknya. Pelan-pelan jari tengahku masuk ke memeknya, reflek ibu membuka kedua pahanya lebar-lebar. Saat jariku mulai masuk, kutekan lagi lebih dalam. Ibu makin mengerang tak karuan saat jariku bermain di memeknya. Lalu kumainkan juga itil ibu dengan jempolku.
Itulah pertama kali kulihat ibu orgasme. Lalu ia menatapku. Kucabut tanganku dan kubersihkan dengan mulutku.
“Cairan memek ibu rasanya enak!”
“Juju sepertinya lupa ibu punya oven hangat untuk kenikmatanmu. Ayo cek dan entot ibu!”
“Ingin kontol anakmu ya? Apa yang terjadi dengan semua pembicaraan tadi?”
“Kau hanya bilang akan merawatku seperti ayahmu. Ayo ju, cukup bicaranya. Entot ibu sekarang!”
“Ibu ingin kontolku? Akan kuberi!”
Lalu aku jongkok di atas ibuku. Kumasukan kontolku ke memek ibu. Darahku mengalir ke seluruh tubuh membuatku merasakan kenikmatan yang sangat dalam. Kupompa kontolku ke memek ibu. Ia tak henti mengerang kenikmatan.
“Kau ingin ngentot ibumu? Dasar anak bajingan. Entot saja. Entot saja seperti pelacur”
Ibu semakin meracau tak karuan. Kata-katanya malah semakin menambah daya rangsang yang kurasakan. Entah berapa lama kami bercinta lalu kurasakan orgasmeku semakin dekat. Aku mendengus tapi tetap ngentot.
Akhirnya muncratlah spermaku di dalam memeknya. Tubuhku pun ambruk menimpa tubuh ibu. Jantung kami rasanya berdetak lebih cepat. sumber Ngocoks.com
“Tinggalkan saja ayah bu. Jangan sia-siakan memek ibu untuk ayah. Ayah tak pantas mendapatkannya!”
“Kenapa? Karena kamu udah tahu nikmatnya memek ibu ya?”
“Lihatlah dia. Dia tak menyadari betapa spesialnya dirimu!”
“Apa juju lupa, jika dia tak menyadarinya, maka juju takkan ada di dunia ini!”
Aku terncengang.
“Juju lupa ya. Juju lahir dari lubang yang sama yang barusan juju entot. Dan ayahlah yang membuat juju!”
Aku terdiam.
“Semua berubah. Dia akhirnya tertarik memek lain! Ibu masih mencintainya kan?”
“Ayahmu suami ibu dan cinta pertama ibu, ju!”
Aku agak kecewa.
“Tapi ibu juga mulai suka kontol lain. Khususnya kontol anak ibu!”
Ibu tersenyum. Aku juga tersenyum. Lalu ibu mengelus kontolku.
“Jika ada sesuatu yang bisa membuat ibu meninggalkan ayahmu. Maka itu adalah kejantananmu. Jika juju bisa kasih lebih lagi seperti tadi, maka peduli setan dengan ayahmu!”
“Aku mau bu. Akan juju kasih lebih dari yang tadi. Jadilah milikku dan tinggalkan ayah. Ibu takkan menyesalinya.”
Kuelus susunya.
“Juju suka bilang gitu ya. Juju suka menyuruh ibu meninggalkan ayah dan menjadi milik juju!”
“Tentu saja. Juju seneng bila denger ibu akan meninggalkan ayah dan jadi kekasih juju!”
“Jika itu yang juju mau, mulai sekarang aku tak hanya ibumu tapi juga milikmu!”
“Juju ingin ibu jadi kekasihku, bukan milikku!”
“Jangan lupa. Ibu seorang ibu rumah tangga. Ibu tak sebebas gadis lajang. Jadi ibu tak bisa kerja mengurus rumah tangga sambil jadi kekasih juju. Juga tak bisa pergi atau menceraikan ayahmu. Dan aku juga ibumu. Juju tak bisa memerintah ibu seenaknya. Juju tak memiliki ibu atau tubuh ibu sampai ada ayahmu.
Ibu tetap memainkan kontolku.
“Bahkan saat ayah tak ada?”
“Ibu telah jadi istri ayahmu sejak lama. Bahkan ibu lupa kapan kami pertama kali ngentot.”
“Jadi ibu diam saja saat ayah memaksa ibu setiap waktu?”
“Tidak. Jangan salah. Walau bukan ibu yang memulai, akhinya selau ibu nikmati dientot ayahmu.”
“Gini saja. Mulai sekarang anggap saja ibu tinggal dengan dua pemerkosa.”
Aku tetap memainkan susu ibu.
“Baiklah. Tapi ibu ingin lebih serang diperkosa juju. Seolah olah selain jadi ibu juga jadi menantu sendiri.”
“Jadi juju bisa perkosa ibu juju lagi?”
Kontolku jadi keras lagi.
“Sesaat setelah ibu keluar dari kamar mandi.”
Kulihat ibu bangkit menuju kamarmandi. Sedangkan aku hanya bisa memegang kontolku sambil berharap keberuntunganku.
Bersambung…