Malam itu merupakan malam yang tak terlupakan. Aku dan ibu selalu telanjang. Rasanya kontolku dan memek ibu tak pernah terpuaskan. Hingga akhirnya tertidur. Jam sepuluh aku bangun.
Ayah datang. Kukatakan ibu masih tidur. Ayah ke kamarnya, lalu menyadari ibu tidur di ranjangku. Saat ia ke kamarku, hanya kaki ibu yang tertutupi selimut hingga kami bisa lihat tubuh telanjang ibu yang sedang tidur.
“Apa yang ayah harapkan saat ayah tidur dengan adiknya?”
“Meski begitu. Kamu tetaplah anaknya. Ya tuhan!”
“Memang. Ia tak menerimanya. Jadi ku …”
“Kau apa?”
“Ayah tahu kan…”
“Kau perkosa ibumu? Ibu kandungmu sendiri?”
“Sudah kubilang aku menyukai ibu. Dan lagi ayah malah ngentot adik ipar sendiri.”
“Tetap saja…”
“Yah. Ayah takkan menggangu milikku dan aku takkan mengganggu milikmu. Juju tahu ayah tak terangsang oleh ibu. Aku cinta ibu seperti ayah cinta bibi. Jadi gini saja. Tutup mulut ayah dan aku juga akan tutup mulut. Ibu memang istrimu, tapi seperti bibi dan ayah, ibu milikku. Jadi jangan merusak segalanya!
“Tapi dia ibumu. Belum tentu dia setuju?”
“Ibu tetaplah wanita. Dan wanita mana yang menoleransi suaminya ngentot adiknya?”
“Ya tapi dia yang memulainya.”
“Dialah yang ayah sakiti. Dia sangat percaya ayah sementara ayah …”
Ayah terdiam.
“Istri yang tersakiti sangatlah rentan. Dan juju ada selalu ada di sisi ibu. Juju memang anak ibu, tapi juju juga lelaki.”
“Lalu dia percaya padamu? Pelacur itu!”
“Tidak. Ibu masih percaya pada ayah. Tapi ayah tak ada. Jadinya aku yang ada.”
“Ia takkan rela dientot.”
“Akankah ayah lihat ia telanjang di ranjangku pagi ini jika ibu tak mau dientot?
Ayah terlihat bingung.
“Kupaksa ibu hanya saat yang pertama.”
“Apa maksudmu? Kau entot lebih dari sekali?
“Ayah tak perlu tahu.”
“Pelacur itu!”
“Ayah. Yang ibu lakukang tak jauh beda dengan ayah!
Ayah masih terlihat marah.
“Ini tak adil. Ayah selingkuh tapi saat istri ayah juga mengikuti ayah malah marah. Apa yang ayah harapkan saat ayah meniggalkan ibu dan ngentot orang lain? Tiap orang punya perasaan dan nafsu!”
Ayah gelisah. Lalu ia berteriak.
“Ke neraka saja kau dan pelacur itu!”
Ayah lalu ke kamarnya, kuikuti. Lalu ayah keluar dan ke kamarku. Ibu terbangun, mungkin karena keributan tadi. Ibu lalu menyadari posisinya lalu bangun dan menutup tubuh telanjangnnya dengan selimut. Ayah melihatnya.
“Dasar pelacur. Kau tidur dengan anakmu sendiri? Beraninya kau!”
Ayah mencoba memukul ibu, tapi kuhentikan.
“Jangan yah!”
Ibu ketakutan dan mulai menangis. Ayah melihat ibu dengan penuh kebencian dan berlalu. Ibu bangun dan meminta maaf. Ibu lalu melihatku dan terus menangis saat kupeluk ibu. Kutenangkan ibu. Lalu ayah kembali dan melihat kami. Ibu kembali bicara.
“Hentikan dia. Aku ingin bicara!”
“Tidak bu. Ia sedang tak mood bicara.”
“Hentikan dia. Aku ingin meminta maaf!”
“Ibu tak perlu meminta maaf.”
“Tidak. Aku telah bersalah!”
Ucapan itu menyakitkanku. Kulempar ibu ke ranjang. Kulepas dan kulempar selimut yang menutupi tubuhnya. Aku bersandar padanya. Kuelus memeknya dan kumasukan jariku.
“Akulah yang memuaskan ibu semalam saat suami ibu sibuk ngentot adikmu. Akulah yang menemani ibu dan melayani hasrat ibu. Ibu tak bersalah. Kulakukan semuanya demi ibu cintaku.”
Kucabut jariku lalu mandi dan pergi ke luar rumah. Ibu masih di ranjang saat aku pergi. Di kebun kulihat ayah sedang mengurus perkebunan. Ia melihatku saat ia bicara pada para pekerja. Setelah beberapa saat, para pekerja pergi dan hanya tinggal aku dan ayah.
“Kukira kau sibuk ngentot dia.”
“Tentu tidak. Lebih baik istirahat dulu.”
“Tak pernah menyangka ibumu akan membiarkanmu me…”
“Aku juga tak pernah menyangka. Kurasa ia juga punya nafsu!”
“Oh tuhan. Dia punya seseorang yang bisa mengurusnya.
Ayah berkata sakrasme. Aku diam saja.
“Ibumu masih menangis?”
“Saat aku pergi sih iya.”
Kami kerja lagi. Siangnya bibi mengirim makanan untuk ayah. Jadi aku pulang sendirian. Ibu masih tak mau bicara sampai kami mau makan.
“Ayahmu tak pulang?”
“Tidak. Bibi mengirim makanan.”
“Ia mencoba segala cara agar bisa memiliki suamiku. Iya kan?”
“Ia memang sudah memiliki suamimu bu.”
Ibu makan sambil diam.
“Apa makanannya dibawa olehnya sendiri?”
“Ya.”
“Maaf tadi ibu telah berkata kasar pada juju!”
“Gak apa-apa bu”
“Apa juju marah sama ibu?”
“Tentu tidak.”
Selesai makan, kami semua membereskan meja makan. Saat aku akan pergi, ibu menyuruh menunggu untuk makanan lainnya.
“Makanan lain apa bu?”
“Ini.”
Ibu merentangkan tangannya. Aku sih sebenernya masih marah tapi aku juga terangsang. Ibu membuka dasternya dan kubuka cd dan bhnya. Lalu kami ke kamar ibu dan ngentot lagi. Setelah selesai, aku pun santai sambil tiduran. Ibu melirik dan tersenyum padaku.
“Mungkin ayahmu takkan dapat makanan ini.”
“Tentu tidak. Anak perempuannya membawakan dia makanan. Jadi dia takkan dapat makanan ini kecuali …”
“Kecuali apa?”
“Kecuali ayah ngentot dia juga.”
“Dasar kau aneh. Dia masih 5 tahun.”
“Tapi punya lubang juga kan.”
“Kau ngentot ibumu bukan berarti seluruh desa juga kacau.”
“Jika dia bisa ngentot adikmu, dia juga bisa memberi pelajaran pada anak itu.”
Ibu terdiam.
“Kenapa kau mencabut selimut tadi pagi jika takkan ngentot ibu?
“Untuk meyakinkan ibu siapa bos di sini!”
“Juju pikir ibu tak tahu hal itu? Coba beritahu ibu, ibu telanjang di ranjang anak sendiri saat suami ibu datang. Apa tak ada yang lebih memalukan dari pada itu? Coba apa yang akan kau lakukan?”
“Aku akan memanggil anakku dan memintannya mengentotku dihadapan dia!”
“Wah… wah… mudah dikatakan… susah dilakukan …”
“Setidaknya sekarang dia tahu siapa suamimu yang sebenarnya. Dan aku tak perlu bilang apa-apa!”
“Dasar lelaki. Bangga saat mereka bisa menaklukan memek ibunya!”
“Menaklukan memek ibu adalah hal yang paling sulit. Impian terindah seorang pria adalah melihat ibunya bangun disertai sperma yang menyucur dari memeknya!”
“Seperti sekarang. Mungkin kau harus pergi. Kita tak mau ayahmu marah lagi!”
“Ia mungkin sudah menyangkanya. Tapi lebih baik aku pergi.”
Aku bangkit dan berpakaian. Ibu juga bangkit dan mulai memakai cd dan bh nya.
“Kenapa ibu melakukan ini dengan juju?”
“Melakukan apa?”
“Ngentot!”
“Ibu kan mesti menyenangkan pria ibu. Ada banyak gangguan di luar sana.”
“Jadi ibu anggap aku sebagai pria ibu?”
“Kau tak berlaku seperti anakku… jadi …”
“Lalu cium priamu sebelum dia pergi.”
Saat aku akan beranjak, aku ditahan ibu. Lalu dia menciumku dan kubalas. Kami berciuman. Lalu aku pergi. Aku ke kebun tapi ayah tahu aku agak telat. Lalu aku kerja dan beberapa saat kemudian aku dan ayah ngobrol.
“Sepertinya kau beruntung siang ini!”
“Kukatakan ayah dapat makanan dari bibi”
“Kau cepat memanfaatkan situasi ya!”
“Juju juga punya cara sendiri!”
Ayah membereskan pekerjaan sore itu dan sikapnya tak lagi sama dengan saat tadi pagi. Setelah selesai ayah pulang ke rumah dan mulai bicara pada ibu. Saat kami mau makan, anak perempuan bibi datang. Mungkin disuruh bibi mematai-matai ayah. Kami mengajak anak perempuan bibi makan bersama. Setelah makan, aku dan ayah keluar.
“Mungkin ayah harus pergi!”
“Tapi ibumu takkan suka!”
“Ya, tapi ayah hanya punya waktu sampai akhir minggu untuk bersama bibi!”
“Ibumu pasti marah!”
“Sekarang ibu tahu. Takkan ada bedanya. Ibu bakal normal lagi minggu depan saat ayah pulang!”
“Sepertinya kau lebih suka ayah pergi!”
Aku lalu mendekat dan berbisik.
“Juju telah kerja keras belakang ini agar ibu mau sama juju. Jika ayah tinggal, usaha juju sia-sia. Ayah beruntung bisa mendapatkan ibu dan bibi. Sedangkan juju hanya ingin ibu. Beri kami seminggu yah. Setelah ayah pulang, kita tahu ibu bakal kembali pada ayah. Sampai hari itu setidaknya beri juju kesempatan!
“Menarik mendengarmu ingin tidur dengan istri ayah!”
“Karena aku ingin terus terang di hadapan ayah.”
“Ok. Ayah tak ingin tahu lagi. Ayah hanya berpikir ayah meninggalkan istri ayah sendirian dengan anak ayah.”
“Terimakasih.”
Setelah itu kami berdua masuk rumah. Ayah bilang ke ibu dia akan pergi ke rumah bibi. Ibu tak bicara sepatah kata pun. Setelah ayah pergi, ibu menangis.
“Dia baik-baik saja sampai wanita itu datang.”
Aku tetap diam.
“Ia bahkan bilang ia akan tidur bersama ibu.”
“Kusuruh ayah pergi, bu!”
“Kenapa? Bukankah ibu kasih apa yang juju mau?”
“Ayah hanya punya waktu minggu ini untuk tidur dengan bibi. Dan juju juga butuh waktu berdua dengan ibu!”
“Lalu kenapa mesti berubah jika ayahmu dengan ibu?”
“Karena ibu pasti tidur dengan ayah!”
“Dia suami ibu. Ibu miliknya dan ibu telah tidur selama 20 tahun dengannya!”
“Itulah kenapa juju suruh ayah pergi ke mana pun ayah suka!”
“Juju bilang ke suami ibu agar pergi meniduri ibu dan dia setuju?”
“Jika ingin tentu dia takkan pergi.”
“Tidak. Ibu tak percaya sama juju!”
“Hadapi saja bu. Ayah tak suka ngentot ibu. Ia ngobrol dengan ibu karena tadi pagi ayah marah. Setelah itu ayah pergi.”
“Tapi dia janji akan bersamaku malam ini!”
“Sekarang ibu tahu kekuatan anakmu! Jujulah yang menyuruh ayah pergi lalu ayah pergi!”
“Tak ada suami yang akan pergi untuk bersenang-senang dengan yang lain!”
“Suamimu lakukan itu!”
Ibu terdiam.
“Bu, tak ada gunanya kembali ke ayah. Juju tahu hubungan ibu telah sangat lama sekarang jaraknya semakin lebar. Ibu mesti move on dan mencari hal baru. Jika ibu terus-terusan melihat ke belakang, ibu bakal tersakiti! Tataplah masa depan. Kita memang ibu dan anak. Zaman ayah di rumah ini sudah selesai.
Sekarang zamanku. Tapi ibu takkan berubah. Ibu tetaplah satu-satunya wanita di rumah ini. Ibu memang ibuku tapi aku akan lebih bertanggung jawab pada ibu. Ibu mesti membuat ranjang ayah tetap hangat! Sekarang aku yang mengambil tempat ayah jadi ibu mesti mengurus agar aku dan ranjangku tetap hangat!
“Bagaimana kau bisa bicara begitu pada ibumu?”
“Aku hanya menyampaikan kenyataan. Saat ibu ribut dengan ayah, datanglah padaku dan beri aku ‘makanan’ itu. Tapi saat ayah datang dan bermanis-manis pada ibu, ibu ada di belakangnya dan kita jadi ibu dan anak lagi!”
“Dia suamiku. Apalagi yang bisa kuperbuat?”
“Itulah kenapa ayah memanfaatkan ibu. Apa ibu tak menyadarinya?”
“Mungkin. Tapi aku istrinya!”
Aku menggeleng.
“Apapun, ibu bakal tetap bicara hal yang sama! Jika ayah memang suami yang baik, bilang agar dia datang dan menyelamatkan ibu.”
Lalu kulepaskan dasternya. Ibu berdiri tanpa emosi saat aku ternganga melihat dadanya. Lalu kutatap matanya.
“Ayah takkan datang. Karena kusuruh begitu. Karena ayah sibuk ngetot adik ibu tersayang. Hadapi saja. Jujulah satu-satunya buat ibu. Jujulah yang akan melindungi ibu dan akulah satu-satunya yang menjarah ibu. Ayah hanya suami ibu di depan orang-orang.
Aku terdiam sesaat.
“Juju mencoba agar ibu mengerti. Juju mencoba agar ibu nyaman dan bahagia dengan juju. Tapi ibu lebih suka dipaksa. Dan itulah yang akan juju lakukan!”
Lalu kulepaskan celanaku dan menunjukan kontolku pada ibu.
“Lihat ini bu. Inilah untuk ibu untuk selamanya. Sekarang berlututlah dan hisap kontol anakmu!”
Ibu terkejut mendengarnya tapi aku tetap kukuh dan berteriak.
“SINI! SEKARANG!”
Ibu lalu mendekat dan berlutut. Lalu kumasukan kontolku ke mulut ibu.
“Aku ingin ibu sebagai kekasihku. Tapi akan kujadikan ibu sebagai pelacurku! Sekarang hisap!”
Ibu mulai menghisap kontolku pelan. Rasanya sungguh nikmat. Tak pernah kusangka aku akan disepong ibuku. Aku sungguh menikmati setiap momennya. Kumulai ngentot mulut ibu hingga akhirnya keluar di mulutnya.
Setelah keluar, aku ke kamar mandi dan kencing. Ibu menyusul dan membersihkan mulutnya. Setelah selesai, ibu pergi ke kamarnya. Aku datang saat ibu akan memakai daster. Ibu lalu berbicara.
“Kau akan tidur denganku.”
“Telanjang! Buka pakaian ibu dan ke kamarku telanjang!”
Lalu kupakai kembali celanaku dan pergi ke kamarku. Beberapa menit kemudian ibu datang telangjang. Lalu ibu menutup pintu, berbaring dan memakai selimut. Lalu kelebarkan paha ibu dan kuentot dia.
Kukeluarkan spermaku di memek ibu. Ibu bangkit, ke kamar mandi dan kembali lagi lalu tidur. Esoknya aku bangung saat ayah datang dan ibu terkejut melihatnya dan mulai menutupi tubuhnya.
“Taka pa-apa!”
Ayah tenang saja saat dia lihat istrinya telanjang lagi di ranjang anaknya lalu ke kamarnya sendiri. Ibu mencoba bangkit lalu menyadari pakaiannya ada di kamarnya. sumber Ngocoks.com
“Mau sarapan?”
Ibu bertanya sambil tetap berbaring di ranjang. Ayah bilang mau. Jadi ibu bangkit sambil menutupi badan dengan selimut dan ke kamarnya. Aku tersenyum melihatnya. Lalu aku ke kamar mandi.
Setelah keluar, kulihat ayah sedang sarapan ditemani ibu. Mereka berdua duduk dalam diam. Aku ingin mempermalukan ibu lagi dan menunjukan siapa bosnya. Jadi kupanggil ibu lalu bicara pada ayah.
“Permisi yah! Juju ingin sarapan di ranjang.”
Ibu melihat ayah sambil curiga.
“Silakan saja. Lagian ayah juga udah makannya dan mau pergi lagi!”
Kupanggil lagi ibu agar datang sementara ayah hanya melihat. Lalu bicara pada ayah.
“Tidakkah kau katakan sesuatu saat dia meminta istrimu ke ranjangnya?”
Ibu mencemooh ayah.
“Kenapa harus kuhentikan pelacur yang telanjang tanpa malu di ranjangnya?”
“Jadi ini salahku! Kamu dan anakmu tak ada urusannya.”
“Bahkan jika dia mendekatimu, dimanakah rasa malumu?”
“Dimanakah rasa maluku? Saat diperkosa disitulah rasa maluku! Kau seharusnya melindungiku. Dimana kamu saat anakmu memaksaku menanggalkan pakaian dan memperkosaku? Kau malah senang-senang dengan pelacurmu.
Rasa maluku hilang saat suamiku tak datang untuk melindungiku! Anakku menelanjangiku dan menantangku agar aku meminta suamiku menyelamatkanku!
Ibu menangis. Ayah menatapku. Aku tetap diam. Ibu kembali bicara.
“Kau melakukan semuanya dan malah menyalahkanku! Kau ngentoto pelacur itu dan tak peduli pada istrimu sendiri?”
“Pelacur itu melayaniku lebihbaik dibanding kamu!”
Ayah marah. Ibu berteriak.
“LALU PERGILAH KE PELACUR ITU!”
“Iya. Lebih baik tinggal sana daripada di lubang neraka ini!”
Ibu terkejut. Ayah melanjutkan.
“Kau tahu? Kau berhak apapun yang juju lakukan. Aku bahkan akan menyemangati juju saat ia memperkosamu di depanku dan aku takkan menyelamatkmu.
Ayah ke wastafel mencuci tangannya. Itulah yang ingin kudengar. Sebelum ibu bicara lagi kudekati ibu dari belakang dan dan kuangkat ibu sambil bicara ke ayah.
“Itulah yang ingin juju dengar, yah!”
Kuangkat ibu ke ranjangnya. Ibu teriak agar meninggalkannya sendiri. Ibu meminta ayah agar menolongnya tapi ku kubawa ibu ke ranjang lalu ku tutup pintu. Setelah itu ibu tak protes dan mengangkat dasternya. Kubuka cdnya dan kuentot ibu.
Duapuluh menit kemudian kubuka pintu kamar dan keluar. Ayah masih dirumah. Aku tak berharap ayah masih ada tapi aku senang ngentot istrinya saat ayah ada dirumah. Sebelum ayah pergi dia menunjuk ibu dan bilang bahwa ibu pelacur dan pantas mendapat itu. Aku lalu berpakaian dan pergi ke ladang.
Bersambung…