Sejak itu aku menjadi pemuas nafsu pribadi untuk Davin. Berkali-kali aku sudah di setebuhi olehnya. Berkali-kali juga aku membohongi Ardika. Berbagai alasan kugunakan untuk bertemu dengan Davin. Awalnya aku merasa bersalah karena terus membohongi anakku, namun kelamaan rasa itu terkikis karena kenikmatan yang diberikan Ardika. Akupun sudah tidak merasakan sentuhan mas Abbas, karena sudah ada Davin yang memberikan.
Di berbagai tempat aku telah menyerahkan tubuhku kepada Ardika. Bahkan dia pernah bolos sekolah hanya untuk menyetubuhiku di rumahku sendiri. Seluruh penjuru rumahku menjadi saksi bisu medan tempur aku dengan orang yang membuli anakku. Gilanya aku pernah berada disetubuhi di kamar anakku dan juga kamarku sendiri, tempat aku dan mas Abbas tidur.
Sperma berliter-liter sudah kutelan. Dan juga sudah berkali-kali rahimku diisi oleh sperma yang banyak dan kental itu. Masalah hamil tinggal hanya menunggu waktu saja. Tapi aku masih bingung, bagaimana cara aku mengelabui Ardika dan Mas Abbas terkait kehamilanku kelak.
Bersama Davin, aku marasakan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya. Aku mengutuk diriku sendiri kenapa aku malah menikmatinya, bahkan kadang menanti kehadiran Davin. Apalagi saking hayut dalam persetubuhan, berkali-kali aku telah melewatkan banyak nomor telpon dari Ardika dan Mas Abbas.
Kalau begini terus, lama kelamaan aku semakin lupa tujuanku melakukan ini. Apalagi Mas Abbas di sepanjang dinasnya, aku masih tidak mengerti kenapa dia masih tidak bisa pulang.
Tak hanya menyotor sperma kentalnya ke rahim hangatku, Davin juga memberikan aku uang dalm jumlah banyak. Itu adalah alasan kenapa dia kemarin meminta rekening saya. Ketika aku bertanya kenapa dia memberikan aku uang, padahal aku bukan prostitusi, dia bilang ini untuk keperluanku sehari-hari dan untuk anaknya kelak.
Ardika pun menjadi heran, darimana aku mendapat uang tambahan di luar dari pemberian ayahnya. Aku pun berbohong kepada Ardika, kubilang aku mendapatkan uang tambahan dari arisan dengan ibu-ibu yang lain. Dan aku meminta kepada Ardika untuk merahasiakan ini dari ayahnya. Awalnya Ardika tidak mau, tapi ia nurut setelah aku iming-iming dengan uang jajan-jajan lebih.
Minggu pagi, ini aku kembali dipanggil oleh Davin. Tanpa banyak bertanya, aku segera bersiap diri. Hanya dengan memakai kemeja dan celana jeans. Aku bersyukur Davin tidak pernah memintaku untuk berpakaian yang aneh-aneh, sehingga Ardika tidak pernah curiga.
“Ibu mau pergi lagi?” tanya Ardika yang terlihat bertanya-tanya. Ia melihatku dengan penuh kecurigaan saat aku hendak pergi di pagi hari.
“Iya sayang, ibu ada arisan” ucapku berbohong.
“Arisan? Arisan lagi bu?”.
“Iya Ardika, ibu ada arisan lagi”.
“Kok belakangan ini ibu sering pergi arisan deh” ujar Ardika. Anakku sudah mulai curiga dengan alasanku. Hmmm…. Aku harus mencari alasan lain kali.
“Ya mau bagaimana lagi, kan biar ibu bisa bersosial dengan orang-orang”.
“Lagipula hidup ibu kan bukan hanya untuk ngurusin kamu doang” Aku tidak mengerti, kenapa aku berkata seperti itu. Padahal apa yang kulakukan nanti adalah untuk melindungi Ardika. Tapi entah kenapa aku menjadi tidak suka kalau di halangi untuk pergi bertemu Davin, si pembuli anakku sendiri.
Ardika pun juga kaget dengan kalimat yang keluar dari mulutku.
“Maaf bu, bukan maksud Ardika untuk ngelarang ibu pergi. Tapi sekarang aku jadi kesepian di rumah” Ardika terlihat sedih. Rasa sedihpun juga hinggap dalam diri saya. Seandainya aku bisa menjelaskan alasan sebenarnya. Meski begitu, tujuanku tidak hanya memenuhi janjiku, tapi juga meraih kenikmatan seksual bersama Davin.
“Terus kalau begitu kenapa kamu tidak pergi saja sama si Rizki, Bambang, dan Adit“ anjurku . Mereka adalah teman-teman Ardika sejak SD dan kini mereka semua satu SMA dengan anakku. Aku sengaja tidak menyebutkan Davin, karena aku tahu dia akan bertemu denganku nanti untuk memulai birahi.
“Bisa saja sih Bu….. tapi semuanya pada sibuk” ucap anakku sedih.
“Ohhh begitulah…. Ya sudah kamu main saja di rumah ya nak”.
“Iya bu, hati-hati di jalan ya bu” katanya khawatir padaku.
“Iya nak….. Ibu pergi dulu” *Cup…kucium pipi anakku, lalu mengelusnya. ‘Tunggu di rumah ya nak, biar ibu mengarungi kenikmatan duniawi dulu demi kamu’ ucapku dalam hati seraya mengelus kedua pipi Ardika.
Dengan rasa berat aku meninggalkan Ardika di rumah. Maaf nak, ibu terpaksa pergi, ini semua demi kamu. Awalnya aku berpikir begitu, tapi benarkah aku melakukan semua ini demi Ardika saja? Belakangan rasa ini terpaksa hanya dibuat-buat olehku. Yang ada rasa bersalah kepada orang-orang kusayangi semakin pudar.
Dengan ojek online, sampailah aku di rumah kosong tua yang menjadi tempat pertama kali aku di perkos@ oleh Davin. Masuk ke dalam, disana aku melihat Davin yang sudah menunggu.
“Tumben lama” tanya Davin dingin. Aku takut dia marah.
“Maaf Vin, tadi tante ketahan dulu sama Ardika” alasanku.
“Ohhh begitu….. Kenapa? Dia mulai curiga ya?”.
“He-eh” singkatku.
“Saya pikir dia anak yang bodoh” ucap Davin dengan santainya. Aku jengah mendengar Ardika di ejek.
“Davin ingat janjimu. Kamu tidak boleh menyakiti Ardika lagi, termasuk menghina dia” ucapku dengan tegas. Meski terkadang lupa dengan tujuanku menyerahkan tubuhku, setidaknya aku masih bisa mempertahankan harga diri Ardika.
“Ya-ya” jawab dia dengan nada menyebalkan. Pemuda itu mendekatiku, langsung menciumku. Dia mencumbuiku dengan buas, akupun juga membalasnya. Sekarang aku dan pembuli anakku terlibat cumbuan yang panas. Aku baru saja masuk ke dalam permainan ini.
“Oh ya tan, hari ini bukan cuma muasin aku ya” ucap dia setelah melepaskan tawaran dari bibirku.
“Hah? Maksudmu?” tanyaku tidak mengerti.
“Ayo masuk sini semuanya” teriak Davin.
Lalu pintu rumah ini terbuka, lalu tiga orang pemuda masuk. Aku kenal dengan mereka semua. Mereka berempat adalah teman sekolah anakku. Mereka adalah Rizki, Bambang, dan Adit. Dia bertiga sering main kerumahku.
Merekapun masuk mendekati aku dan Davin, menatap tubuhku dengan lapar. Kini ada empat pria dan satu wanita dalam ruangan ini.
“Halo tante Ana” sapa Rizki sambil cenggesan. Aku bergidik ngeri, tahu apa yang akan terjadi nanti.
“Hehehe, halo tan lama gak ketemu nih kita” aapa Adit seraya cengesan yang membuat diriku meremehkan. Yang lain pun juga sama, tersenyum menjijikan.
“Ka-kalian…..”
“Kenapa ada disini?!” pertanyaan yang bodoh menurutku.
“Masa tante pakai nanya sih hehehe” kali ini Bambang yang berbicara.
“Apa-apaan ini? Perjanjiannya kan tante cuma hanya melayani kamu, Davin” ucapku dengan nada tinggi, tidak senang dengan kehadiran orang-orang itu.
Mendengar aku ngomel, raut muka Davin langsung berubah menjadi dingin. Terasa aura yang sangat mengerikan keluar dari pembuli anakku. Tatkala rasa takut hinggap pada diriku. Perawakannya terus mengingatkan diriku, bahwa ini kulakukan demi Ardika. Aku tidak berani lagi protes. Kukubur dalam-dalam niat melawankku.
Rupanya hari ini akan menjadi pertama kalinya melakukan seks dengan lebih dari satu pria. Tak kusangka masalahku menjadi runyam begini. Melakukannya dengan Davin saja sudah salah, sekarang menambah beberapa orang lagi yang akan menyetubuhiku. Parahnya orang-orang itu adalah teman-teman anakku sendiri.
“Silahkan dinikmati” ucap Davin dengan santainya mempersilahkan bocah-bocah ini untuk menyetubuhiku.
Mendengar lampu hijau dari Davin, teman-teman Ardika mendatangi saya. Teman? Celanakah mereka disebut sebagai seorang teman. Semuanya memutari diriku, dengan menguraikan mereka menelanjangi diriku. Pemuda-pemuda ini bagai sekelompok serigala yang mengitari mangsanya. Dan aku adalah mangsanya yang akan segera ditangkap mereka.
Salah satu dari membuka suara. “Sudah dari dulu gw penasaran sama body tante Ana” ujar Rizki sambil terus memutari tubuhkuku.
“Sama Bro, sejak SD malahan” ujar Adit.
“Gw juga” seru Bambang tidak mau kalah dengan yang lain.
“Kenapa kalian tega melakukan ini semua? Tante ini ibu teman kalianlah loh” ucapku dengan suara parau.
“bukankah kalian temannya Ardika?” lanjutku dengan wajah yang sedih dan kecewa.
“Ya memang kami teman, tentunya kami bukan manusia bodoh untuk menolak tubuhmu tante” kali ini Bambang yang menjawab, dari mereka berempat dia yang paling gemuk.
“Jadi kamu memilih untuk memerankan Ardika, temanmu sendiri demi tubuh tante?”
“Apapun akan kami lakukan demi meniduri tante” ujar Adit dengan yakin.
Ohhh Ardika, kamu memang salah memilih teman. Akibatnya, sekarang teman-temanmu ini akan merasakan tubuh ibu kandungmu.
Mereka semua berhenti memutar diriku. Dan kini mereka memepet diriku, sehingga aku tepat di tengah-tengah mereka. Kulihat Davin hanya duduk di kursi sambil menonton diriku di lecehkan.
Dalam hatiku berpikir, lebih baik menikmati ini daripada terus dipaksakan. Setidaknya aku akan merasakan nikmat dan tidak tersiksa. Dan tidak lupa, sekaligus melindungi Ardika. Maaf mas Abbas, istrimu akan menjajakan tubuhnya kepada para ABG ini. Maaf mas, aku akan bersenang-senang dulu, kamu sih nggak pulang-pulang.
*Plak…..”Akhhhh….sakittt” peikku kaget sekaligus kesakitan, ketika seseorang menampar pantatku.
“Gila ni pantat semok bet” ucap Rizki. Ternyata dia yang baru saja menamparku. Setelah itu seluruh bagian tubuhku menjadi bulan-bulanan mereka. Seluruh bagian sensitifku di raba-raba oleh mereka. Buah dadaku, di remas-remas gemas oleh mereka. Pantatku di remas dan di tampar gemas oleh mereka.
“Kalau gw sih dari dulu penasaran sama tokednya” ucap Bambang yang dengan kedua mengulurkan tangan sedang meremas kedua bongkahan dadaku yang masih berada di balik kemeja.
Walau terkadang aku suka lupa diri jika bersenggama dengan Davin, kali ini aku belum siap di garap beramai-ramai. Namun dirangsang terus oleh teman-teman anakku, lama kelamaan malah membuat jadi terangsang hebat. Meski enggan menolak, tapi tubuh tak bisa berbohong. Cairan wanitaku merembes ke celana dalam, membuat area selangkanganku lembab.
“Ayo tante, buka dong bajunya. Tapi yang seksi ya” pinta salah satu dari mereka. Mendengar itu aku hanya bisa menghela nafas. Sesuai dengan permintaan mereka, kubuka kemejaku yang sudah acak-acakan akibat ulah mereka.
Secara perlahan kulepaskan kancing-kancing bajuku. Sambil melakukan itu, kutatap mereka dengan menggoda. Kugigit bibir bawahku, memancing birahi mereka. Wajah para ABG itu terihat sumringah kala aku berlagak sensual.
“Ohhhhh tanteeee, dari dulu saya mengagumi tanteee” ucap Adit yang semakin bernafsu saat melihat membuka kemaja dengan pelan.
“Tahu gak tan? Tante Ana kan sering jadi bacol kami loh, Hehehe” tawa bambang.
“Engghh….Bacol?” aku tidak mengerti dengan kata itu.
“Bahan coli tan” jawab Rizki. Mendengar jawabanya, aku hanya bisa menghela nafas. Tapi aku tersanjung, ternyata masih banyak yang tertarik denganku.
Kini terpampanglah bongkahan dadaku yang masih berada dibalik BH-ku. Kuturunkan cup Bh-ku, memperlihat buah dadaku dengan putingnya yang sudah tegak ngacung. Para ABG itu terlihat semakin mupeng. Teman-teman Ardika memuji payudaraku yang masih kencang meski aku sudah tidak muda lagi. Senang aku mendengarnya. Aku meremas kedua payudaraku dengan lemas, sambil terus menggigit bibir bawahku dengan sensual.
Ketika mereka ingin maju, aku langsung berkata “Eits tunggu dulu….”. Ucapanku itu menghentikan mereka. Kuturun melepas kembali rok-ku yang ada dibelakang. Lalu kuturunkan rok-ku dengan perlahan. Pelan namun pasti celana dalamku yang basah memanjang-angur terpampang. Begitu juga dengan pahaku yang montok.
Aku sekarang hanya memakai pakaian dalam saja. Empat pria di dalam ruangan ini menatap tubuh dengan sangat bernafsu.
“Ohhh gila…tante seksi banget” puji Rizki.
“Don, maaf nyokap lu bakal gw entot sepuasnya” ucap Mambang. Sedangkan Adit hanya diam saja.
“Nah silahkan nikmatin tubuh tante, terima kasih tante kenikmatan yaaaa” ucapku sensual. Aku sendiri tak sabar merengkuh nikmatnya dengan para ABG ini.
Rizki langsung maju dan melumat bibirku dengan nafsu, lidahnya bermain di dalam mulutku. Meski tidak sehebat Davin, saya cukup menikmati cumbuanku dengan Rizki. Air liur berhamburan keluar dari mulut, membasahi dadaku yang terpampang bebas dan masih disangga oleh Cup bh-ku.
Terasa telapak besar meremas dadaku. Pasti si Bambang pikirku. Si gemuk memelukku dari belakang dan meremas dadaku dari belakang. Ia memainkan kedua puting kerasku, ditarik, dicubit, dan dipelintir nikmat. Ia juga menciumi tengkuk, terasa geli dan nikmat.
Sedangkan Adit kesamping tubuhku dan menggapai selangkanganku dengan tangan. Ia raba-raba vaginaku yang masih tertutup celana dalam, namun sudah basah. Kulihat Davin hanya menonton teman-temannya sambil ngelus-elus selangkangan sendiri. Siapapun pasti terheran melihat seorang wanita berumur sedang digumuli oleh abg-abg. Tak hanya dia, tapi juga pasti terangsang.
Desahan merdu nan seksi keluar dari mulutku, menikmati perbuatan mereka pada tubuhku. Tubuhku dirangsang sedemikian rupa, aku menjadi lupa daratan. Habis sudah milikku, tak lagi punya harga diri.
“Perasaan tadi tante ogah-ogahan loh, kok sekarang mendesah-desah keenakan hehehe” ucap teman Ardika yang menyadari dengan perubuhanku, sekaligus menyindirku.
“Dia memang pada dasarnya binal, lama gak di belai sama suaminya hahahaha” tawa Davin yang masih duduk. Aku tidak peduli dengan omongannya, karena dia benar. Meski diriku tetap yakin jika semua ini terjadi demi melindungi Ardika, namun sayangnya kini tidak begitu lagi. Sekarang aku mengejar kenikmatan duniawi.
“Hihihi iyah ni….suami tante lama nggak pulang-pulang” ucapku centil.
“Suaminya kerja, ini tante malah selingkuh sama teman-teman anaknya, hahaha” ujar Rizki.
“Hihihihi” aku hanya tertawa mendengar turunnya.
“Ok,kalau begitu saatnya tante sepongin titit-kontol kita” ucap Adit.
Aku menghilangkan sisa pakaian dalam yang masih menempel di tubuhku. Setelah itu aku berlutut di depan mereka. Aku sendiri sudah tidak sabar untuk menghisap titit-kontol abg ini. Diriku penasaran dengan ukuran dan bentuk titit mereka. Kuperhatikan selangkangan mereka sudah mengelembung semua.
Kudekati diriku ke selangkangan Rizki. “Bukain dong tante Ana” perintahnya kepada. Aku manis tersenyum mendengar permintaan itu.
Kubuka celana jeans Rizki, sekaligus celana dalam. Kini kepala titit Rizki hanya beberapa centi dari mulutku. Lalu kukecup kepala titit itu, lalu aku tersenyum hangat kepada empunya.
Lalu aku berpindah ke teman Ardika yang lain. Sehingga yang lainnya juga menerima perlakuan yang sama dengan Rizki. Sekarang aku dikelilingi oleh titit remaja yang sudah ereksi dengan kerasnya. Kuamati dengan penuh perhatian, tak ada yang sehebat kepunyaan Davin. Namun semuanya berukuran lebih besar dari milik mas Abbas. Maaf mas, kamu kalah hebat dengan abg-abg ini.
Kututapi dengan lekat titit-kontol yang mengelilingi diriku, kubasahi bibirku lidah tanda sabar menyepong. Ternyata Davin sadar dengan hal itu “Sudah gak sabar nyepong ya tan?”.
Kuraih titit bambang yang gemuk, dan langsung menyala rakus. Seperti orangnya, tititnya paling lebar diameternya bukan milik teman. Kedua terjadi kuletakan di kedua paha Bambang yang besar. Pahanya kugunakan sebagai tumpuan.
*Slurp Slurp Slurp Slurp
“Oshs…***k nyangka gw, kita bagal nge-gangbang nyokap Ardika” erang bambang ketika aku menghisapi tititnya dengan rakus. Aku nikmati titit yang berada di dalam mulutku ini.
“Tan titit aku jangan di anggurin dong” protes Rizki.
“Ehhmm…hiya(iya)…*Slrup…swihih(sini)….” jawabku dengan mulut masih penuh dengan titit bambang.
“Punyaku juga tan, kocokin dong” Adit juga protes, karena aku terlalu asin dengan satu titit saja.
Mereka mengarahkan aku untuk mengocoki titit yang sedang nganggur. Maklum ini kali pertama aku melakukan seks dengan 3 laki-laki sekaligus. Ketika mulutku menghisap satu titit, maka dirasakan akan mengocoki kedua titit yang lain. Dengan rakus aku sepong titit teman-teman Ardika.
Cukup lama aku menghisap ketiga titit teman Ardika ini. Semua kemaluan mereka sudah sangat basah karena air liurku. Tubuhku juga tetap sama oleh mereka.
“Gw gak sabar pengen entotin ni lonte” ucap Bambang tidak sabar.
“Sama Bro” ucap Rizki.
“Jangan ada yang crot di dalam memek lonte satu ini” sergah Davin.
“Kenapa memangnya Vin?” tanya Adit.
“Tanya saja sama lonte ini” ucap Davin.
“Tante pengen hamil anak Davin” lirihku. Bukan pengen tapi aku terpaksa harus hamil oleh benih-benih Davin. Walau menikmati seks ini, tapi kalau hamil aku masih belum siap.
*Klontang….tang….Bruk…
Kami semua terkejut dengan bunyi barang jatuh yang terdengar sangat nyaring. sepertinya sumber bunyinya berada di balik jendela ruangan ini. Pengintipkah?.
“Rizki, Bambang coba cek keluar, ada siapa disana” perintah Davin. Dan kedua ABG itu menurutnya, layaknya mereka adalah kacung dan Davin adalah rajanya.
“Bos Bos, lihat nih ada siapa” kulihat mereka berdua sedang menyeret seseorang. Ternyata benar dugaanku, ada yang mengintip dari tadi.
Ketika aku melihat orang itu, aku menutup mulutku dengan kedua diterima dan kedua mataku terbelalak lebar….
Ardika…
Itu Ardika anakku…..
Kenapa dia disini.
“La-Ardika…. Kamu ngapain disini?”
“A-aku tadi ngikutin ibu……” lirih Ardika menjawabku. Aku langsung berdiri dan mengambil pakainku untuk menutupi diriku dari Ardika.
“Kenapa?” tanyaku.
“Aku penasaran ibu selama ini pergi kemana, jadi Ardika diem-diem ikut Ibu” jawab Ardika sambil menunduk, tidak berani menatap diriku sendiri.
“Lihat bos, dia nganceng loh hahahahah” ucap Rizki. Kulihat ada gundukan di balik celana Ardika. Ternyata dia terangsang melihat aku, ibunya sendiri.
“Hmmmm, menarik. Gw nggak nyangka bakal ada Ardika. Oke, iket dia di kursi” perintah Davin. Rizki dan Bambang mengikat doni di kursi kantor yang sudah usang.
“Davin tante mohon, jangan sakiti Ardika. Kamu sudah janji sama tante”. Aku memohon sambil memeluk kaki Davin. Tapi si pembuli tidak bergeming mendengar ucapanku.
“Ja-janji apa bu?” Ardika tergagap bertanya padaku.
“Ibu…..” ucapku menggantung, tidak yakin apakah harus memberitahu Ardika yang sebenarnya.
“Jawab anakmu LONTE!” hardik Davin dengan keras.
“Demi melindungi kamu……. Ibu harus menjadi budak seks untuk Davin dan juga hamil olehnya” ucapku pelan. Ardika kaget dengan ucapan yang keluar dari mulutku. Ia melihat dengan pemandangan yang menandakan tidak percaya.
“Ibu kenapa mau melakukan itu semua? Ibu tidak perlu melakukan hal seperti untuk Ardika” panjang Ardika dengan tidak percaya.
“Saya tidak mau kamu kenapa-kenapa nak, jadinya kuserahkan tubuh ibu untuk Davin”. Ardika hanya terdiam mendengar jawabanku. Aku yakin saat ini pikirannya sangatlah kacau.
“Denger tuh nyokap lu bilang apa, ibu lu berkorban demi lu. Dan sekarang lu harus nonton nyokap lu di entotin sama kita-kita” ucap Davin yang membuat terperangah kaget. Astaga….. Aku akan melakukan seks di depan anakku sendiri.
“Plis Davin, ini juga bukan dari perjanjian, tante gak mau disetubuhi di depan Ardika” mohonku.
“Kalau begitu…..” Davin mendekati Ardika yang terikat di atas kursi, Ia mengepalkan tangannya.
*Bugh….”Arghhhh……” Ardika mengerang sakit. Davin memukul keras anakku tepat di kedalaman.
“Stopppp….plisss jangan pukul Ardika….” teriakku, setitik air mata mengalir kepipiku. Tak tega melihat anak kandungku kesakitan.
“Aku bisa melakukan lebih dari sekedar pukulan….” ancam Davin sambil memandang dengan amarah. Aku tahu maksudnya, Davin tak segan-segan untuk membunuh Ardika. Saya tidak mengerti mengapa ada orang sejahat itu dunia ini.
“Ba-baik tante akan melakukannya…..” lirihku.
“Bagus….. Ok lanjutkan lagi” perintah Davin kepada yang lain.
Adit menyodorkan penisnya ke mulutku. Kulirik anak semata-mata wayangku yang terikat “Maaf nak, ini semua demi kamu”
*Hap…..
Kuhisap penis Adit dengan pelan. Seperti tadi diterima mengocok penis yang tidak ada di dalam mulutku.
“Bu-Buuu hentikan, jangan lagiii” mohon Ardika saya untuk tidak lagi mengoral penis teman. Aku tidak hiraukan permohonan Ardika. Maaf nak, ibu harus tetap melakukannya. Lalu aku terus memaju mundurkan kepalaku, mengocok penis Rizki dalam mulutku.
“Buuuuu….Ibuuu…..stop…..plissss” teriak Ardika berharapaku berhenti.
“Elah ni bocah berisik banget sih, gw sumpel aja ya mulut” usul Rizki. Davin mengangguk setuju. Ia mencabut penisnya dari mulutku dan berjalan menuju Ardika.
“Lihat nih Don, titit gw basah sama ludah nyokap loe”.
Kulihat Rizki memamerkan penisnya yang basah dengan air liurku, ke muka Ardika. Teman macam apa sih dia, menghina temannya sendiri.
“Rizki…. Lu kenapa tega sama gw? Itu nyokap gw Riz, itu nyokap gw….” untuk Ardika ke temannya.
“Maaf sob, tubuhnya nyokap lu terlalu istimewa untuk dilewatkan, lagipula gw gak berani ngelawan Davin Don” ujar Rizki ke anakku.
“Mengatur….” Ardika tidak mampu menyelesaikan ucapannya, karena keburu tersumpal dengan baju bekas. Ia meronta-ronta, namun sia-sia saja.
Aku tidak tega melihat keadaan Ardika, tapi apalah daya yang bisa kulakukan. Saat ini yang bisa kulakukan adalah menuntaskan hasrat para bajingan yang disebut teman oleh Ardika. Kini aku fokus untuk memuaskan penis-penis yang ada dengan mulutku. Suara basah pun menggema di ruangan ini, terdengar menggairakan dan merdu bagi siapapin yang mendengarnya.
“Ohhhh….Donnn….sepongan nyokap loe enakkkk bangettt” erang Bambang ketika memutar penis dia yang kulumat. Dengan begitu, penis Rizki dan Adit yang aku urutkan dengan berlangganan.
Di depan Ardika, aku Silih menambah memanjakan penis teman-temannya. Aku merasa bersalah sekaligus terangsang. Vaginaku menesteskan lendir lengketnya ke lantai dimana aku sedang berada disimpuh.
Dengan penis yang masih di dalam mulutku, kulirik Ardika. Tak lagi meronta, ia hanya melihat dengan nafas berburu. Kulihat tersirat ada rasa marah sekaligus cemburu.
“Su-sudah tan, gw gak mau keluar sekarang” pinta Rizki. Ia memimpin tubuhku untuk berdiri tidak jauh dari Ardika sekaligus menghadap anakku. Kemudian Rizki barangkan dirinya sendiri di lantai.
“Tan, duduk di muka aku sini” pintanya.
Aku kangkangi kepalanya, lalu aku turun ke tubuhku. Dengan sesekali menatap ke arah Ardika, aku memposisikan mulut vaginaku, di atas mulut Rizki bertahan.
Ketika sudah berada dalam jangkauannya, lidah Rizki langsung menjilat kemaluanku. “Ohhhh…..” desahku panjang, merasakan nikmat jilatan Rizki. Agar tidak terjungkal, kugunakan penis Bambang dan Adit sebagai pegangan. Aku terus mendesah-desah disetiap jilatan dan lumatan Rizki di lubang cintaku. Mataku merem-melek nikmat karena jilatan Rizki di kemaluanku.
“Hahahaha liat dong, nyokap lu keenaakan di jilmet sama Rizki” ledek Bambang.
Payudaraku diremas oleh Adit dan Bambang. Kedua putingku juga tidak luput dari kejahilan mereka. Sekuat apapun aku menahan rasa birahi, tubuhku tidak bisa diajak kerjasama. Terus menerus cairan vaginaku keluar tumpah meruah yang langsung diminum Rizki.
Kulihat Ardika ereksi melihatku di kerjai oleh temannya. Kullihat cairan mazinya merembes keluar celananya. Anakku sendiri, terangsang ketika ibunya sedang di cabuli oleh temannya. Terlintas dalam pikiranku, apakah aku lepas saja dari perasaan bersalah ini, dan menikmati ini semua. Toh aku berbuat ini demi dia juga kok.
Yah…..aku akan membebaskan diriku….
“Ardika…..okhhh….sayangggg” desahku manja, panas-manasi Ardika.
“Tan sepongin lagi dong” minta Adit. Kembali titit Adit kumasukan ke mulutku. Kini dengan perlahan kuhisap penis Adit. Sesekali lidahku menjulurkan keluar menjilat kepala penis dan lubang kencing Adit. Benang cairan precum menjuntai dari lubang kecing adit dan lidahku.
Puas memanjakan Adit, giliran Bambang. Teman Ardika yang gemuk ini, mendesah-mendesah keenakan saat aku melayani dirinya.
Sekarang aku bergantian menghisap penis-penis anak muda ini, dengan Rizki dibawah sana, menikmati vaginaku. Berkali-kali aku berpandangan kepada Ardika, menggodanya.
Rizki mendorong pinggungku mundur, membuatku melepaskan hisapan dan kocokan terjadi pada titit bambang dan Rizki. Sekarang selangkanganku bertahan di atas titit Rizki yang mengacung keras. Aku menduduki penis Rizki. Dengan inisiatif sendiri, aku meggesek penis rizki yang terhimpit di antara bibir memekku yang basah.
“Ohhhh….tante” erang Rizki.
Tak tahan lagi, ku angkat tubuhku sedikit dan meraih penis Rizki. Kemudian aku posisikan kepala penis Rizki di gerbang nikmatku yang sudah basah bagai banjur. Ketika sudah pas, aku turun dari tubuhku. Penis Rizki melesak masuk, memenuhi lerung nikmatku.
“Ahhhhh…..enakkk” desahku.
“Nghh….ngentotttt” erang Rizki.
Aku dan pemuda ini mendesah bersamaan, ketika kemaluan kami bertemu. Kudiam sendiri merasakanpi rasa penis yang baru pertama kali masuk ke dalam tubuhku.Dalam hati kuberkata ‘Maaf mas Abbas, sekarang nambah titit lagi yang sudah masuk ke dalam tubuhku’.
Sambil menatap Ardika, aku berkata “Ardika…. titit rizki didalam memek Ibu…..nhghhh”. Ardika menggeliat di kursinya.
Dengan bertumbu pada Dada Rizki, aku menaik turunkan tubuhku. Rasa nikmatnya menjalar keseluruh tubuhku.
“Ah…Ah…Ah…kontol kamu enak”.
“Memek tante juga enak….Oghhh” balas Rizki.
Bambang di kanan dan Adit dikiri, kembali menyodorkan penis mereka ke wajahku. Tanpa perintah aku hisap kedua penis remaja ini, sambil terus menaik turunkan tubuhku di atas Rizki.
“Don…Donnnii….mama….ngentot samaa temannn kamu….” Ucapku di sela-sela menghisap penis Bambang dan Adit.
Tiba-tiba aku melihat tubuh Ardika yang terikat itu bergetar hebat, ada cairan putih merembes keluar dari dalam celananya. Astaga, anakku mengeluarkan spermanya……
“Hahahaha” tawa teman-teman Ardika melihat dia klimaks tanpa disentuh penisnya.
“Haha dia malah ngecrot” ucap Bambang sambil terus tertawa sambil memegangi perut besarnya.
“Masa ibu lo di perkosa lu ngecrot sih” sindir Adit. Bambang dan Adit terus menonton Ardika yang masih terkulai lemas. Ardika hanya bisa memejamkan mata. Nafasnya berat.
“Sayangku, Ardika kamu suka ya mama di perkos@sama teman-temanmu” tanyaku yang tetap memegang titit Bambang dan Adit, dan Kontol Rizki yang masih berada dalam diriku.
Ardika membuka matanya, melihat ke arahku. Dia menggeleng tanda tidak setuju dengan kata-kataku.
“Terussss sayang…..ahhhh…., kenapa kamu keluarin peju?” aku bertanya lagi di sela-sela menaik turunkan tubuhku. Ardika hanya diam, tak bisa mengelak. Ia membuang muka, tidak berani melihatku.
Karena tak ada jawaban dari Ardika, aku menggenjot penis Rizki yang masih ada di Vaginaku dengan buas. Mengejar puncak kenikmatan tersendiri. Desahan kembali keluar dari mulutku. Diriku tak lagi malu untuk mengekspresikan kenikmatan yang kurasakan.
“Eh tante Ana mah sudah nggak di perkosa lagi kali, wong nih lonte aja mendesah-desah keenakan terus” ucap Bambang yang sadar dengan perubahanku.
“Iyaahhh, ahh…. habis kalian…..ah….. ngentotin tante enak bangeettt”.
Sensasi disetubuhi sambil di tonton oleh anakku sendiri, membuat birahi semakin tak-tertahankan. Tak lama, aku mendapatkan orgasme perdanaku bersama teman anakku, dan gilanya aku meraihnya di depan anakku sendiri .
“Ouhhh…iyahhhh…aku…dapettt” jeritku merasakan orgasme. Vaginaku menyemprotkan cairan hangatnya, mengguyur Penis Rizki.
“Gilaaaa bro titit gw disemprot…Ohhhh…Fuckkkk gw mau keluarrr” erang Rizki. Mendengar itu aku langsung berdiri, melepaskan tautan penis Rizki di liang cintaku. Rizki langsung berdiri, sambil mengocoki penisnya yang basah karena cairan orgasmeku dengan cepat.
“Hh…hh…hh….” nafasku berat setelah mendapatkan orgasme.
“Tannnnn bukaaa mulutaa….Oghhhh” perintah Rizki. Aku langsung berlutut dan membuka mulutku lebar-lebar untuk menampung lahar panasnya. Jangan lupa kujulurkan lidahku.
*Jatuh,Jatuh,Jalan…. Rizki menembaki mulutku dengan peju remajanya. Beberapa semprotan masuk ke dalam mulutku, ada yang jatuh kelidah dan ada yang juga tumpah ke bibirku. Dengan jari kuseka peju di bibirku dan kumasukan ke dalam mulutku, menambah peju yang sudah tertampung. Kumasukan titit Rizki ke dalam mulutku, aku mengempotkan mulutku untuk menyedot sisa peju yang ada.
Di depan Ardika, Aku mengenyam-enyam kental sperma milik temannya, Lalu menelannya habis tanpa. Kubuka mulutku lebar, bagai memberitahu Ardika kalau aku menelan habis sperma temannya.
“Phuahhh……hmmmm…..enakkk” godaku ke Ardika.
Aku pegang kedua paha Ardika “Anakku sayang….kamu tonton mama main sama temen-teman kamu ya……”
“Nikmatin ya sayang……. ini semua juga demi kamu” ucapku pelan, berharap dia mengerti.
“Ayo tan sekarang giliran aku yang ngentotin tante” ucap Bambang tak sabar. Tanpa memberi aku jeda untuk istirahat. Bambang memintaku menungging di lantai dengan posisi miring, pemuda gemuk memegang kedua pinggulku.
“Nghhhh….Bambangggg….” aku mengeram ketika kepala penis bambang melesak masuk. Terasa batangnya yang lebar menyeruak masuk melebarkan lubang vaginaku. Punya dia memang tidak sepanjang dan berurat seperti milik Davin.
Namun rasanya cukup enak, bahkan lebih enak dari punyanya mas Abbas. Dari semua penis yang telah kucoba, semuanya lebih enak dari mas Abbas. Maafkan aku mas, aku berperikiran seperti itu. Tapi kenyataannya, penis para anak muda ini lebih enak dan hebat dari milikmu.
“Oghhh… gila memek tante Ana sempit banget, becek-becek anget ohhh” ucap Bambang, yang langsung mengempur diriku. Pantatku diremas-remasnya gemas, bahkan di tampar-tamparnya hingga meraj.
“Bersihin dong Tan” pinta Rizki menyodorkan penis setengah ereksinya yang basah dengan lendir orgasmeku. Tidak jelek, kubersihkan penisnya. Aku sudah sering melakukanya dengan Davin. Dalam mulutku terasa penisnya Rizki kembali meminumnya.
“Eh tot!, gantian napa” hardik Adit kepada Rizki yang sedang menikmati proses pembersihan kelaminnya.
“Iye-iye sabar tengkuk, nih titit gw lagi di bersihin dulu” Ucap Rizki.
Rizki kemudian menyingkir, memberikan kesempatan kepada Adit. Dengan tak sabar, Adit menghujam mulutku dengan brutal. Hingga kini kedua lubangku dihujam oleh dua penis remaja yang merupakan teman-teman anakku. Ardika kembali memperhatikan diriku bersubuh dengan temannya.
Tak lagi kupedulikan perasaan Ardika, kini isi kepalaku hanya memuaskan mereka dan juga diriku. Lalu aku mengerang-mengerang keenakan akibat hentakan penis Bambang di dalam vaginaku.
Beberapa menit, aku merasakan penis bambang berkedut-kedut dalam lubang vaginaku. Kemudian Bambang mengerang hebat “Ohh tanteeee….”. Bambang mencabut penis dari jepitan lubang vaginaku. Ia menembakan spermanya panas di pantatku.
“Ohhhh…shhhhh” desisku merasakan sperma yang tumpah di pantatku, terasa panas dan banyak sekali. Kuseka ceceran sperma yang berada di pantatku, lalu seperti tadi, aku habiskan sperma Bambang.
Aku sedikit kecewa karena tidak dapat orgasme dari genjotan Bambang. Namun tak apa pikirku, masih ada Adit dan Davin yang belum menyetubuhiku.
“Aku nggak nyangka, ternyata tante demen peju hak…hak…hak….” ucap Rizki yang melihatku terus menyeka sperma Bambang yang tercecer di pantatku.
“Hihihi soalnya kata orang-orang, peju anak muda katanya bikin awet muda” ujarku centil, sambil terus mengemuti sperma yang terseka dengan jariku. Sejak menjadi budak seks Davin, aku jadi terbiasa meminum peju. Jadi tak hanya vaginaku yang menampung benih pembuat anak, tapi juga lambungku melalui kerongkongan.
“Lihat don, nyokap elu suka peju gw hahaha” ledek Bambang sambil memegangi perut yang besar. Hah, nih anak banyak gaya, tapi mainnya bentar doang.
Ardika menggeliat di kursinya, terlihat raut wajahnya yang penuh amarah kepada Bambang. Maaf sayang, kamu harus bersabar ya. Biarkanlah ibumu ini disenggamai sama temanmu.
“Sini Bambang, tante bersihiin titit kamu“ tawarku kepada Bambang, yang pasti tak akan di tolaknya. Lalu aku membersihkan penis yang gemuk dengan mulutku.
“Ayo tan, sekarang sama aku” ajak Adit yang terus mengocoki tititnya sendiri agar tidak berbaring.
“Tapi di kasur itu aja ya, tante sudah agak capek” tunjuk ke kasur yang sudah usang itu. Ia mengganguk. Lalu mereka menyiapkan kasur yang akan menjadi medan tempur selanjutnya.
Kulihat Davin masih hanya duduk di kursi santainya, ia terlihat mengusap-ngusap selangkangannya. Sejujurnya, aku tak sabar untuk kembali merasakan titahnya yang perkasa itu. Ia lebar tersenyum, ketika melihatku mengamatinya. Aku pun membuang mukaku, malu karena ketahuan memuat selangkannya.
Ketika kasur sudah siap, aku berbaring disana. Dengan tergesa-gesa Adit memposisikan dirinya di antara kedua kakiku. Ia tekuk kedua kakiku dan di dorongkan ke dadaku. Hingga vaginaku yang basah merekah terpampang, menggodanya.
“Okhhh…Dit” desahku geli, ketika Adit menggesekan kepala penis di bagian vaginaku yang basah. Teman Ardika ini juga memukul klitorisku dengan kepala penisnya.
“Sempit bangat tan” ucap Adit. Dengan susah payah ia terus mendorong masuk penis yang berukuran lumayan itu ke celah sempitku. Dari temannya, kepala tititnya paling besar.
“Ohhh…..ditttt….pala titit kamu gedeee bangettt” erangku enak, ketika liang vaginaku kembali disesaki dengan batang penis yang keras. Ini adalah penis kelima yang berhasil masuk ke dalam memeku, yang seharusnya hanya penis mas Abbas yang boleh memasukinya.
Bersambung…