Tanpa membuang waktu lagi, Adit langsung menggerakan pinggulnya, menghujam dirinya dengan cepat. Ia memainkan kedua payudaraku. Kujulurkan menyentuh klitorisku. Kumain biji kelentitku sendiri dengan jari-jariku, menambah rasa nikmat.
Bambang dan Rizki tergeletak di sebelah kepalaku. Mereka kembali menjejalkan mulutku dengan penis mereka. Rizki menepis tangan Adit yang sedang menggengam buah dadaku yang kiri. Kemudian ia menunduk, memasukan seluruh permukaan payudara kiriku ke dalam mulut. Aku mengerang geli ketika puting kiri dan areolaku dijilatnya. Putingku dimainkan oleh lidahnya.
“Nghhh….ahhh….ngh….” Mulutku yang disumpal oleh Bambang, maka hanya desahan-desahan yang tertahan terdengar.
Selama 10 menit aku digempur oleh Adit, diriku merasakan orgasme untuk kedua kalinya hari ini. Tubuhku bergetar-hebat, vaginaku berkedut-keduut mengeluarkan cairan orgasmenya. Adit semakin beringas menyetubuhiku.
“Anjinggg…..gw…. Ngecrottt!” teriak Adit saat meraih puncaknya.
“DIT, jangan masuk ke dalam!” teriak Davin mengingatkan Adit. Lalu Adit menarik keluar penisnya dari vaginaku. Lalu ia dengan buas mengocok kemaluannya sendiri. Aku melihat cairan putih keluar dari lubang kecilnya dengan derasnya.
Kali ini aku merasakan semburan hangat mendarat di perutku yang mulus itu. Seperti tadi, aku bersihkan ceceran sperma itu dengan jari-jariku lalu aku habiskan. Ketika sudah tidak ada sisa sperma Adit yang tersisa, aku menutup mataku, beristirahat sejenak.
Setelah aku cukup bertenaga, aku hampiri Ardika yang masih terikat. Kondisinya sangat mengenaskan. Aku berlutut di depan, dengan lembut ku elus pipinya.
Kuingin melepaskan kaos yang menyumpal mulut. Tapi aku belum siap mendengarnya. Dengan pelan kuucapkan “Maafkan Ibu Don”. Ia hanya memberikan yang kosong.
“Tante Ana” panggil Davin yang sedang berjalan mendekatiku. Aku merasakan aura yang sangat jantan terpancar dari Davin. Mengingat rasa nikmat yang diberikan pemuda ini, membuat darahku kembali berdesir panas. Birahi seksual kembali muncul dalam diriku. Melupakan rasa bersalahku kepada anakku yang berada di depanku.
Davin melepas celananya, sehingga penis besar yang telah memberikanku kenikmatan itu terpampang. Meski masih setengah ereksi, ukurannya tetap lebih besar dari mas Abbas ketika sudah tegang maksimal.
Pembuli Ardika ini menyodorkan titit besarnya ke wajahku. *Cuuh….Cuuh….Cuuh…. Saking besarnya aku harus meludahi titit ini berkali-kali. Serasa cukup basah, lantas aku urut mesra dengan kedua membacanya.
Dengan tersenyum ke Ardika, kucium kepala titit Davin. Lalu kumasukan penis besar itu ke mulutku.
*Happ…
Di depan anakku, aku melumati dan menghisap kemaluan milik orang yang selalu menyiksa dirinya. *Slurp….Slurp….Slick…slick….slrup….Kubuat sepelan mungkin, se-erotis mungkin, memancing birahi Ardika. Dan usahaku berhasil, meski masih terbalut celana aku yakin penis anakku itu kembali tegang. Setidaknya ia akan kembali menikmati adegan yang tidak pantas ini.
Tak lama mengoral penisnya, Davin mengarahkanku untuk kembali berbaring di kasur yang usang itu. Punggungku sekarang kembali berbaring di kasur yang subur ini.
Davin mendekatkan kemaluan yang besar itu ke bibir vaginaku. Ia menusukkan kepala tititnya di bagian vaginaku. Aku menggeliat nikmat, merasakan titit yang keras itu membekukan-belai memekku. Tak ayal cairan pelumasku kembali membanjiri vaginaku. Dengan begitu Davin akan memudahkan penetrasi olehnya.
“Ardika gw akan bikin nyokap lo hamil, gw kasih adik buat lo” ucap Davin pada Ardika.
“Oughhhh…..Davinnn” erangku nyaring saat orang yang sering membuli anakku ini menghujam lubang vaginaku dalam-dalam dengan titit besarnya. Rasa sakit dan nikmat bercampur menjadi satu. Terasa dinding rahimku disentuh oleh kepala penis yang besar itu. Mas Abbas saja tidak pernah, tapi Davin sudah berkali-kali.
*Plok Plook Plookk
Davin langsung menggerakan pinggulnya dengan cepat dan bertenaga. Aku merasakan hujaman yang memberikan aku nikmat tiada tara.
*Plokk Plokk Plokkk
“Aahhhh….Davinnnn…..terusssssss…..ahhhhh….enakkkkk”.
“Lihat Donnn nyokap lu ke enakan gw entotin” ucap Davin memanasi Dino. Karena sedang mengerang ke enaakan, aku tak berani menatap Ardika, tak mau melukai hati anakku lebih jauh.
Kini aku dan Davin berciuman dengan buasnya. Lidahku bertautan dengan lidahnya, saling membelit nikmat. Bunyi kecipak basah pun terdengar nyaring. Sambil digenjot, mulutku dan Davin tetap saling mengunci.
Davin mekepaskan lumatanya, dan membisikan sesuatu ke telingaku. “Tapi Vin….” protesku ketika mendengar permintaannya. Namun ku urungkan niat untuk membantahnya.
*Plok Plokk Plokkk
Ku alihkan pandanganku ke Ardika yang terikat tidak berdaya “Lihattt…ahhhhh…..Ardikai……lihat….Ibu….sayanggg…eughh” ucapku di sela desahan-desahan akibat pompaan titit Davin di liang cintaku yang sempit.
Ardika memandang dengan penis yang ngaceng di baliknya.
“Ibu… ahhhh…. lagi di entot sayangggg….ahhhh”.
“Sa-sama Davin yang perkasaaaa…..oghhhh….yang….suka buli kamuuuu….ahhhhh” ucapku memanasi Ardika. Ya, Davin memintaku untuk melakukanya. Dengan berat hati aku melakukannya.
“Kontol Davinn…besarrr……Donnnn…..kontolll…Davinnn….besarrrrr” racauku gila.
“Ahhhh….enakkkk….bikin hamil tante Vinbbbb, bikin tanteeee…hamill….ohhhhh” lanjutku meracau, yang sambil terus di gempur oleh titit Davin.
“Ahhhh…..aku….dapettt sayangggg…akuuu….dapetttt…..” erangku mendapatkan orgasme pertama dengan Davin.
Davin mencabut penisnya dari dalam tubuhku. Lubang vaginaku menyemburkan cairannya dengan derasnya membasahi kasur dan tubuh Davin. Tubuhku bergetar di setiap semburan yang keluar.
“Wuih….. gokil sampe muncrat gitu” komentar salah satu teman Ardika.
“Hh….hh…hh…hh” deru nafasku berat setelah klimakks. Orgasme kali ini terasa sangat enak dan Hebat. Mungkin salah satu yang terbaik yang pernah kurasakan. Penonton oleh titit berukuran super ditambah ditonton oleh anak sendiri membuat menggapai puncak yang sangat nikmat.
“Oghhh….pelan Davinn”.
Kembali Davin memasukan tititnya ke dalam vaginaku yang sudah menganga lebar. Tanpa basa-basi ia keluar masukan penis besarnya dengan kecepatan tinggi. Lagi dinding vaginaku berbergesekan dengan guratan penisnya, terasa nikmat. Urat-urat penisnya yang besar memberikan kenikmatan yang luar biasa. Hasilnya dengan cepat, saya mencapai orgasme lagi.
“Davin…..tanteeee…keluarrr…lageeehee” beda dengan tadi, Davin diamkan penisnya di dalam tubuhku. Tak ayal, cairan orgasmeku menyirami penis besarnya.
“Enggg…” erangku ketika Davin menarik keluar penis besarnya. Ia tergeletak di sampingku, menyodorkan penis besarnya yang berlumuran cairan putih, cairan nikmatku. Tanpa di suruh aku masukan ke mulut, tititnya yang basah itu.
Lidahku bermain didalam mulutku, memanjakan penis Davin. Mengecapi cairan orgasmeku sendiri. Setelah sudah bersih dari cairanku, ia tarik penis dari mulutku.
“Ayo tante, sekarang di atas” ucap Davin. Entah kenapa aku yang sudah berkali-kali orgasme, masih memiliki tenaga. Tampakya karena rasa nikmat yang kuterima dari Davin, memberikan diriku tenaga untuk terus meraih kenikmatan puncak seksual.
Kulihat titit Davin yang tegak mengacuk basah karena air liurku. Vaginaku berkedut-kedut, tanda meminta kembali pada jejal barang yang keras dan perkasa itu. Kugenggam batangnya, lalu keberikan kecupan di kepala penisnya, tepatnya lubang kencingnya. Benang pre-cum pun terjalin dari ujung kepala penis hingga bibirku, ketikaku menarik kepalaku menjauh.
Aku kangkangani, tubuh Davin. Meraih penis tegaknya yang keras bak baja. Kugesekan kemaluannya di gerbang cintaku. Membalarinya perkakas Davin dengan cairan orgasmeku yang terus banjir. Kebiasaan itu, dengan sendirinya aku mendorong tubuhku turun. Dengan perlahan namun pasti, batang titit Davin tenggelam dalam liangku yang hangat dan basah. Erangan nikmat keluar dari mulutku di setiap inci batang Davin memasuki kembali diriku.
“Ohhh…mentok Vin” ucapku. Dibantu gravitasi, penis Davin menyentuh bagian paling dalam vaginaku, pintu rahimku. Kudiamkan diriku, merasakan denyutan dari urat-urat tebal di sekujur titit Davin.
Aku naik turunkan tubuhku dengan pembohong. Selagi berpacu dalam birahi, aku menangkap Ardika sedang memperhatikanku tanpa berkedip. Jangan sampai muncul dengan yang tidak kumengerti. Apakah dia marah padaku, atau malah nafsu padaku. Atau malah keduanya. Yang pasti nafsu, karena dia ereksi.
“Ah…..ahhh….ahhhh…..Davinnn” erangku.
“Brengsek Don, memek nyokap lu sempit bangettt” ucap Davin.
“Ini memek punya gw…oghhhh” erang Davin keenakan dengan himpitan dinding vaginaku yang basah dan mencengkeram erat.
“Iyahhh Davin…. memek tante punya kamuhhhh” ucapku.
Tak hanya menaik turunkan tubuhku, terkadang aku menggoyangkan pinggulku, mengulek penis Davin yang tertancap sempurna dalam tubuhku. Penjantan pembuli ini, meremas kedua dadaku. Menambah rasa nikmat. Aku menambahkan kedua diterimanya sendiri, membantu dia meremas-remas payudaraku.
Puas meremasi, ia letakkan kedua tangan di pinggulku. Lekas ia menggenjotku dari bawah, membawa tubuhku yang naik turun di atas tubuhnya. Aku mengerang nikmat. Dengan ini aku bakal mencapai klimaks lagi.
“Ah….ah…ah…”.
Benar, sensasi orgasme pun kembali hadir. Kalau begini, bersama Davin di setiap posisi aku selalu mendapatkan klimaks. Saat akan orgasme, aku berdiri dari tubuh Davin, hingga penisnya terlepas dari cengkraman vaginaku. Kuusap-usap memekku dengan cepat, klitorisku yang keras dan menonjol tak lupat dari telapak tangan diterima.
“Daviiiiiiiiiiiiinnnnnn!” teriakku saat orgasme.
*Cret Cret Cret……vaginaku menyemburkan cairan orgasme dengan deras, membasahi Davin yang berada di bawahku. Ohhhh…gilaaa….aku muncrat lagi….. Aku terus saja mengusap dengan cepat memancing cairanku keluar. Terasa tidak keluar lagi, aku mengepaskan tubuhku di atas Davin. Kuletakaan kepalaku, di samping kepala Davin.
“Gile-gile, gw gak nyangak tante Ana bisa seliar ini” ucap Adit menyampaikanku.
“Hahaha, nyokap lu ngesquirt lagi, sampai basah begini gw” ujar Davin sambil mengelus punggungku mesra.
“Tante pernah muncrat gak sama suami tante?” tanya Davin.
“Hh…ng-nggak…hh…pernah…Vin….hh, cuma sama…hh…kamu…doang….” jawabku jujur dengan sengal-sengal. Walaupun mas Abbas tidak gagal dalam urusan kematian, tapi ia kalah jauh dengan pembuli anakku ini. Maaf mas, kamu sibuk kerja tapi aku malah memuji kenikmatan yang kuterima darimu selama ini dengan nikmat yang di berikan Davin.
“Hahahah denger tuh Don, bokap lu payah gak pernah bikin nyokap lu kencing enak kayak gini” kata Davin bangga sekaligus meledek Ardika. Tak hanya membuli anakku, dia juga menertawakan suamiku. Aku hanya diam saja, terlalu capek untuk membela mas Abbas dan Ardika. Atau terlalu malas? entahlah.
Bermenit-menit kami diam saja, memulihkan tenaga. Nafasku sudah tidak lagi berburu. Davin kembali menusuk dirinya sendiri dengan penisnya yang masih keras. Ia rangkul punggungku dengan kedua tanganya, lalu ia berdiri.
Ohhh…. Ternyata aku akan disengamai dengan di gendong olehnya. Takut jatuh, kedua kaki mengapit pinggulnya, dan kedua diterimanya.
“Ahhhh….Daviiinnnn…kamu kuat bangett…ahhhhh” pujiku terkesima dengan kekuatannya. Mas Abbas tidak pernah menyetubuhiku dengan gaya ini. Mungkin karena dia tidak menyetujui Davin. Kuberi dia mencium hangat sebagai tanda kagumku. Davin pun membalas menciumku. Kini aku dan Davin bercumbu hebat.
“Ah…ah….ah…..Daviiinnn!”
“Fuckkk…..nih memek legitt bangetttt” erang Davin.
*Plok Plook Plookkk
Baru pertama kali disetubuhi dengan gaya ini, sebentar saja aku akan meraih orgasme.
“Lagiii…..Davin….lagiii….tanteeee…keluarrrr….owhhhh” erangku keras ketika vaginaku kembali menyemburkan cairannya keluar dengan deras. Membasahi lantai di bawahku, dan juga kaki Davin.
Davin menurunkan tubuhku, hingga penis terlepas dari vaginaku. Kakiku terasa sangat lemas. Hingga aku harus berpegangan pada badan Davin yang kekar ini.
“Hh…..He-hebat kamu Vin…hh…”pujiku.
“Makasih tante Ante”.
“Kamu belum keluar juga Vin? Tante sudah capeek bangettt” ucapku.
“Sebentar lagi aku mau keluar tan” ucap Davin. Ia membawa tubuhku ke depan Ardika yang masih duduk dan terikat, dengan mulut tersumpal kaos.
Davin memposisikan aku untuk berbaring di depan Ardika. Untuk menjaga keseimbangan tubuh, mau tak mau kamu kedua memegangi sandaran tangan kursi yang di duduki Ardika.
“Ardikai…..” panggilku lirih kepada anakku.
“Gw pengen Ardika lihat ibu keenakan gw entot” ujar Davin.
Kini jarak antara wajahku dengan wajah Ardika tidaklah jauh. Ardika bakal bisa melihat wajahku saat keenakan saat di sodok titit milik orang yang sering membulinya. Aku tidak bisa membayangkan perasaannya.
“Ssst….Davinn…nghhhh….okhhhhh” desisku tatkala penis besarnya kembali memenuhi liang vagina tanpa ada lagi ruangan tersisa. Davin langsung tancap gas menghujam memekku dengan kuat dan cepat. Aku mencoba menggigit bibirku agar tidak ada desahan yang keluar. Tapi usahaku sia-sia, genjotan Davin terlalu enak dan nikmat.
“Ma-maaf sayanggg…..iniiii…enakkk bangetttt….ahhhhhh” erangku di depan Ardika. Aku tidak bisa menahan eranganku lagi. Mataku merem melek.
“Ahh…ahh…ahh….Ardikaii….Davinnn”.
“Oghhh…..lihat Don……nyokap lu gw entotttt” ucap Davin seraya mengaduk-aduk memekku dengan titit keras dan besarnya.
“Ardikaiii…ah…lihatttt…Ibuuu….sayangggg”.
Ardika memelotot kearahku, ia menatap wajahku dengan penuh perhatian.
“I-bu…ahh..keenakan…ahhh..dientottt…. samaaaaa….. yang suka buli kamu….ohhhhh” tubuhku mulai bergetar dengan hebatnya. Mataku mendelik keatas, hanya putihnya saja yang terlihat. Orgasme hebat
“Maafkaann…ibuuu nakkk” lanjutku meracau nikmat di ambang orgasme akan memancing Ardika.
“I-ni semuaaaa…. demiiiii kamuuuu…aku keluar lagii Daviiinnnnn….ohhhhhhh” erangku dengan luar biasa saat mencapai puncak seksi. Aku meraih orgasme yang luar biasa dan sangat nikmat!
*Cret Cret Cret memekku memuncratkan cairan orgasmenya. Meski masih disumpal oleh titit Davin, lendir nikmatku tetap keluar dari sela-sela himpitan kemaluan kami.
Tubuhku yang lunglai, langsung di peluk oleh Davin. Dalam dekapan Davin, sesekali tubuhku masih bergetar kecil. Aku terpejam dengan nafas yang terasa sangat berat. Mendapatkan orgasme di depan anakku sangatlah luar biasa.
“Hosh….Hosh…Hosh….aku dikit keluar lagi tan….”
“Hosh…..Aku mau menghamili tante di depan Ardika sekarang” ucap Davin sambil mengelusi perutku. Yang nanti akan tumbuh janinnya di dalam.
Terlalu lelah, aku tidak tanggapi ucapannya. Ia bungkukan tubuh ke arah Ardika, namun kali Davin menarik kedua ke belakang. Dengan membabi buta, Davin menghujam memekku.
*Plok Plokkk Plookkk
“Ah….ah…ah….ah…” aku hanya bisa mendesah sambil menatap sayu ke Ardika yang sedang menangis. Dengan sisa tenaga aku mengucapkan “Ini demi kamu Ardika”.
Kontol Davin terasa semakin besar dalam liang peranakanku. Urat-uratnya berdenyut-denyut kuat. Davin akan segera melihat benih-benih suburnya di rahimku.
“Oghhhh….. Ardikai….gw kasih lu adekkk”
“Tanteeee….terimaa pejuku…okhhhhh” teriak Davin. Lalu terasa ia berkali-kali menyemprotkan pejunya ke dalam tubuhku. Rasanya sangat nikmat, lantas aku kembali klimaks.
“Ardikaiii….ibuu….hamilll…Donnn..iiibuuuuu…hamillll…ohhhh” erangku saat kembali orgasme karena semprotan merasakan peju yang kuat di dalam liang cintaku, memenuhi seluruh lerung rahimku. Terasa sangat hangat rahimku, dan aku bisa merasakan betapa banyaknya sperma Davin yang tersimpan di dalam tubuhku. Dengan ini aku pasti hamil.
Pada saat yang sama, Ardika bergetar sangat hebat, ia sedang berejakulasi. Saking kuat orgasmenya, sperma muncrat keluar dari balik celananya dan mendarat di wajahku. Ohhh….aku dipejuhin anakku sendiri.
“Hh…..hhh….hhhh….”
“Hosh….Hoshh….Hoshhh…..”
Seketika ruangan hening, hanya ada deru nafas yang berat. Teman-teman Ardika hanya bisa terbenggong melihat adegan yang luar biasa ini.
Davin mencabut tititnya dari liang senggamaku. Langsung peju kentalnya tumpah ke lantai dan mengalir juga ke pahaku.
Davin menarik tubuhku, memelukku dari belakang, dengan begini aku bisa bersandar ke tubuhnya. Ia mengangkat kaki kiriku untuk berpjiak di paha Ardika. Dengan begini Ardika bisa melihat dengan jelas vaginaku yang merupakan tempat dia keluar dulu penuh dengan cairan putih kental, sperma subur pembulinya sendiri. Namun anakku masih menutup matanya.
Davin melebarkan bibir vaginaku, seketika setetes benihnya jatuh ke paha Ardika.
“Buka mata lu Don” perintah Davin. Namun Ardika hanya diam tetap terpejam, tidak mau menuruti permintaan si tukang buli.
“Tan” singkat Davin saya, memberi kode. Aku pun mengerti.
“Ardika sayang, buka mata kamu sayang, lihat ibu sayang” pintaku dengan lembut.
Kemudian ia membuka matanya, seketika ia langsung terbelalak.
“Bro memek nyokap penuh sama peju gw” Ucap Davin.
Ardika hanya bisa menatap vaginaku merekahh merah dan penuh sperma Davin. Ia tatap tanpa berkedip, dan nafasnya memburu.
“Coba tante Ana korek memek tante pake jari, terus kasih lihat ke Ardika” perintah Davin saya. Meski aku tahu itu akan menyakiti Ardika, tapi aku tidak berani membantah. Masukkan jari tengahku ke dalam lubang cintaku, terasa hangat dan lengket. Aku mengais-ngais sperma Davin.
Kutunjukan sperma Davin kepada Ardika, lalu aku berucap “Ardika Anakku sayang, lihat nih peju Davin kentel banget lohh”.
“Ibu pasti bakal hamil anaknya, kamu bakal punya adik Don” ucapku dengan lembut.
“Jaga anak gw ya Don” ucap Davin. Ardika teringat, lalu pingsan karena shock dengan kejadian yang terjadi di depannya. Naluri sebagai ibu pun langsung bekerja.
“Vin, Vin tolong…. Ardika pingsan, tolong lepasin dia Vin, tante mohon” Aku khawatir dengan keadaan anakku.
“Ok-ok, woi tuh sana lepasan Ardika sekarang” perintah Davin kepada Rizki, Adit, dan Bambang. Mereka melepaskan Ardika, dan menidurkannya di kasur usang yang sudah basah dengan cairan orgasmeku. Masih pingsan, aku mengelusi kepalanya yang bersandar di pahaku. Setitik air mataku jatuh ke dahi.
“Hari ini masih panjang tan, Pejuku masih banyak nih” ucap Davin di telingaku membuat bergidik.
Nampaknya hari ini masih panjang. Dengan rela aku harus menyerahkan tubuh kepada teman-teman Ardika lagi. Namun ada pikiranku yang membayangkan kenikmantan yang aku raih nanti. Dan tenju saja Ardika harus menonton ibunya sampai tuntas.
Hari itu aku melakukan seks beramai-ramai sampai malam. Tentu saja di saksikan oleh Ardika terus. Berbagai posisi seks yang saya lakukan bersama teman-teman Ardika. Jumlah Orgasme pun tidak lagi bisa dihitung lagi. Tubuhku berkeringat dan penuh sperma yang sudah berkerak kering. Rizki, Adit, dan Bambang selalu menumpahkan sperma kental mereka di seluruh tubuhku. Mereka juga tak lupa menyetor sperma mereka ke lambungku melalui mulutku dan kerongkonganku.
Hanya Davin yang menyuntikan benih suburnya dalam ke dalam rahimku. Aku yakin sekarang sel telurku sedang di gempur habis-habisan, agar hamil.
Aku dan Ardika di antar pulang Davin menggunakan mobilnya. Tak ada ucapan katapun terucap keluar di mobil itu. Hanya desahanku yang terdengar. Aku yang berada di samping Davin yang sedang menyetir, tidak luput dari ulah jailnya. Karena sudah capek, kubiarkan saja si Davin.
Sesekali aku menoleh ke belakang, khawatir dengan anakku. Ardika hanya menatap keluar, memandangi daratan. Aku yang lelah juga mengerti, Ardika pasti terpukul dengan kejadian yang terungkap di lihat olehnya. Sebagai ibu aku mengerti bahwa dia sangat terluka, melihat ibu orang yang melahirkannya dan mencintainya di jadikan budak seks oleh teman-temannya.
Sampai di rumah pun, Ardika tetap diam, bahkan terkesan menyebutkan diriku sendiri. Rasa bersalah dalam diri saya kembali hadir. Padahal aku melakukan ini semua demi keselamatannya. Aku harap dia mengerti.
Keesokan harinya.*Tok….tok…Tok….“Donnnn, bangun sayang, sudah siang” karena kejadian kemarin aku membiarkan Ardika tidak sekolah. Agar ia bisa menenangkan dirinya, memulihkan mentalnya.*Clek….pintu dalam ruangan terbuka. Ardika terlihat tidak karuan.
Wajahnya sangatlah kusut. Tak ada suara yang keluar dari kami berdua. “Don, ibu minta maaf atas perbuatan ibu semalam ya” ucapku membuka suara, memecahkan kenyamanan.Ia memeluk dengan sangat erat. Akupun membalas pelukannya.*Hiks…hiks…hiks….
Terdengar tangisannya keluar, aku pun ikut menangis. Cukup lama kami berpelukan. “I-tapi nggak salah kok, D-Ardika mengerti kenapa ibu melakukan itu. De-demi Ardika kan Bu?” tanyanya sambil sesenggukan. “Iya nak, ibu mau menjadi budak seksnya Davin, karena untuk melindungi kamu” jawabku sambil juga terisak. “Terima kasih Bu” ucapnya pelan.
“Maaf ya Bu…. kemarin Ardika berejakulasi sampai kena muka Ibu” ucapnya meminta maaf perihal dia mengotori mukaku dengan “Ngak apa-apa kok sayang, ibu mengerti” “Tapi Kamu nikmatin kan Don? Hayooo kemarin sampe berkali-kali loh kamu muncratnya” lanjutku “Hehehe I-iya Bu, maaf” jawabnya dengan malu-malu.
“Oh iya Bu, terus gimana kalau ibu hamil beneran? Nanti ayah gimana?” tanyanya cemas.”Ibu akan menyusul ayahmu, untuk sementara waktu kamu tinggal sendiri ya”.“Loh, ibu mau ngapain pergi ke tempat ayah?” tanyanya binggung. “Ibu sudah yakin pasti hamil Don, meski belum ibu cek. Tapi ibu yakin anak Davin sudah tumbuh di perut ibu sekarang” ucapku.
“Begita ya Bu….” jawab Ardika lalu menatap perutku.”Makanya ibu mau mengikuti ayahmu. Ibu ingin disetubuhi ayahmu, biar dia percaya kalau anak ada dalam perut ibu adalah anaknya” jelasku kepada Ardika mengenai rencanaku untuk mengelabui mas Abbas.”Ardika, minta maaf bu. Jadi ada yang tidak berguna bagi ibu dan ayah”.Mendengar itu aku kembali memeluk anakku.
Kutatap matanya dalam-dalam “nggak nak, kamu bukan anak tidak berguna, tapi kamu anak yang sudah berbakti kepada orangtuanya”.”Oleh karena itu, ibu rela berkorban demi kamu nak”.”Terima kasih Bu, sudah berkorban demi aku.”. “Iya nak.
Dan ingat ya nak, ini hanya rahasia kita ya”. “I-ya Bu”.Jadilah aku menyusul ke tempat suamiku kerja yang berada di luar kota. Suamiku kaget melihat kedatanganku. Tak menyangka akan melihat istrinya jauh dari rumah.
Aku melepas rindu dengan suamiku, cinta sahku. Ada rasa bersalah saat itu, tapi aku harus tetap menjalankan rencanaku.Malamnya di hotel, dengan akal-bulusku, kurayu mas Abbas untuk bersetubuh denganku. Kupaksa dia untuk mengeluarkan benihnya ke dalam tubuhku.
Meski aku yakin bakal percuma, pasti sperma encer mas Abbas tidak bisa membuahiku. Toh pasti sekarang sudah ada janin dari benih Davin. Tiga hari berlalu sejak saya bertemu dengan mas Abbas, saya mengalami gejala-gejala kehamilan. Nyatanya aku dinyatakan hamil oleh testpack yang kubeli dari apotik.
Dengan demikian aku yakin janin dalam perutku adalah milik Davin, bukan milik suami sahku. Orang yang menghamiliku itu dengan baik hati mengantarkan aku ke dokter kandungan. Saya juga memberi tahu mas Abbas mengenai kehamilanku. Ia senang mendengarnya namun juga khawatir perihal keuangan kita.
Namun aku menenangkan mas Abbas, dengan bercerita bahwa aku di rumah mulai berjualan online, jadi dia tidak perlu khawatir. Jadi aku tidak lagi kekurangan. Padahal aku saat ini dihibur juga oleh Davin.Empat bulan Kemudian. “Gimana Don, kamu bakal punya adik loh” tanyaku lembut kepada Ardika yang duduk di sampingku.
Aku pegang tangan dan kuletakan di atas perutku yang sudah membuncit. Ardika hanya diam menatap perutku dan mengelus-elus perutku yang sudah terisi adiknya, yang dalam waktu lima bulan kurang akan lahir ke dunia ini. “Ardika, inget ya, meski ini bukan anak ayahmu, tapi ini tetap adik kamu ya Don.
Karena darah ibu, yang juga darah kamu, mengalir dalam adikku kamu ini. Jadi ibu minta kamu jaga dan sayangi adikmu ya” pintaku dengan lembut. “I-ya Bu, anak di dalam kandungan ibu akan Ardika dianggap sebagai adik, jadi pasti akan bersama Ardika sayangi” ucapnya yang membuat tersenyum.Hari-hari berikutnya, kujalankan dengan Ardika. Meski hamil pun aku tetap menjalankan tugasku sebagai budak seks.
Sekarang anakku ikut ketika aku ditelepon untuk memuaskan hasrat orang yang suka membulinya, Davin. Tapi Davin menepati janjinya, kini dia dan Ardika berteman baik.Secera terang-terang Ardika menikmati aku, ibunya di gumuli oleh teman-temannya sendiri. Aku pun juga senang, sensasi bersenggama sambil ditonton oleh anak sendiri menghasilkan kenikmatan yang berlipat-lipat.
Pernah dia memintaku untuk memberikan apa yang kuberikan kepada teman-temannya. Namun kutolak mentah-mentah permintaannya. Kujelaskan kepada Ardika, bahwa kita adalah ibu dan anak, tidak sepatutnya berhubungan seks. Dan aku mengingatkan Ardika bahwa ini semua terjadi karena demi melindungi dia dari Davin, jadi aku harap dia mengerti.
Aku kira tugasku sebagai budak seks pribadi untuk Davin berhenti ketika aku melahirkan anaknya. Nyatanya sampai anak keduaku lahirpun aku tetap menjadi budak seks Davin. Hingga kini aku masih tidak percaya semua ini terjadi karena demi anakku… Ardika…..Tamat….. tapi ini tetap adik kamu ya Don.
Karena darah ibu, yang juga darah kamu, mengalir dalam adikku kamu ini. Jadi ibu minta kamu jaga dan sayangi adikmu ya” pintaku dengan lembut. “I-ya Bu, anak di dalam kandungan ibu akan Ardika dianggap sebagai adik, jadi pasti akan bersama Ardika sayangi” ucapnya yang membuat tersenyum.
Hari-hari berikutnya, kujalankan dengan Ardika. Meski hamil pun aku tetap menjalankan tugasku sebagai budak seks. Sekarang anakku ikut ketika aku ditelepon untuk memuaskan hasrat orang yang suka membulinya, Davin. Tapi Davin menepati janjinya, kini dia dan Ardika berteman baik.
Secera terang-terang Ardika menikmati aku, ibunya di gumuli oleh teman-temannya sendiri. Aku pun juga senang, Sensasi bersenggama sambil ditonton oleh anak sendiri menghasilkan kenikmatan yang berlipat-lipat. Pernah dia memintaku untuk memberikan apa yang kuberikan kepada teman-temannya.
Namun kutolak mentah-mentah permintaannya. Kujelaskan kepada Ardika, bahwa kita adalah ibu dan anak, tidak sepatutnya berhubungan seks. Dan aku mengingatkan Ardika bahwa ini semua terjadi karena demi melindungi dia dari Davin, jadi aku harap dia mengerti.
Aku kira tugasku sebagai budak seks pribadi untuk Davin berhenti ketika aku melahirkan anaknya. Nyatanya sampai anak keduaku lahirpun aku tetap menjadi budak seks Davin. Hingga kini aku masih tidak percaya semua ini terjadi karena demi anakku… Ardika…..Tamat….. tapi ini tetap adik kamu ya Don.
Karena darah ibu, yang juga darah kamu, mengalir dalam adikku kamu ini. Jadi ibu minta kamu jaga dan sayangi adikmu ya” pintaku dengan lembut. “I-ya Bu, anak di dalam kandungan ibu akan Ardika dianggap sebagai adik, jadi pasti akan bersama Ardika sayangi” ucapnya yang membuat tersenyum.
Hari-hari berikutnya, kujalankan dengan Ardika. Meski hamil pun aku tetap menjalankan tugasku sebagai budak seks. Sekarang anakku ikut ketika aku ditelepon untuk memuaskan hasrat orang yang suka membulinya, Davin. Tapi Davin menepati janjinya, kini dia dan Ardika berteman baik.
Secera terang-terang Ardika menikmati aku, ibunya di gumuli oleh teman-temannya sendiri. Aku pun juga senang, sensasi bersenggama sambil ditonton oleh anak sendiri menghasilkan kenikmatan yang berlipat-lipat. Pernah dia memintaku untuk memberikan apa yang kuberikan kepada teman-temannya.
Namun kutolak mentah-mentah permintaannya. Kujelaskan kepada Ardika, bahwa kita adalah ibu dan anak, tidak sepatutnya berhubungan seks. Dan aku mengingatkan Ardika bahwa ini semua terjadi karena demi melindungi dia dari Davin, jadi aku harap dia mengerti.
Aku kira tugasku sebagai budak seks pribadi untuk Davin berhenti ketika aku melahirkan anaknya. Nyatanya sampai anak keduaku lahirpun aku tetap menjadi budak seks Davin. Hingga kini aku masih tidak percaya semua ini terjadi karena demi anakku… Ardika….. jadi pasti akan bersama Ardika sayangi” ucapnya yang membuat tersenyum.
Hari-hari berikutnya, kujalankan dengan Ardika. Meski hamil pun aku tetap menjalankan tugasku sebagai budak seks. Sekarang anakku ikut ketika aku ditelepon untuk memuaskan hasrat orang yang suka membulinya, Davin. Tapi Davin menepati janjinya, kini dia dan Ardika teman baik.
Secera terang-terang Ardika menikmati aku, ibu di gumuli oleh teman-temannya sendiri. Aku pun juga senang, sensasi bersenggama sambil ditonton oleh anak sendiri menghasilkan kenikmatan yang berlipat-lipat. Pernah dia memintaku untuk memberikan apa yang kuberikan kepada teman-temannya.
Namun kutolak mentah-mentah permintaannya. Kujelaskan kepada Ardika, bahwa kita adalah ibu dan anak, tidak sepatutnya berhubungan seks. Dan aku mengingatkan Ardika bahwa ini semua terjadi karena demi melindungi dia dari Davin, jadi aku harap dia mengerti. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Aku kira tugasku sebagai budak seks pribadi untuk Davin berhenti ketika aku melahirkan anaknya.Nyatanya sampai anak keduaku lahirpun aku tetap menjadi budak seks Davin. Hingga kini aku masih tidak percaya semua ini terjadi karena demi anakku… Ardika….. jadi pasti akan bersama Ardika sayangi” ucapnya yang membuat tersenyum.
Hari-hari berikutnya, kujalankan dengan Ardika. Meski hamil pun aku tetap menjalankan tugasku sebagai budak seks. Sekarang anakku ikut ketika aku ditelepon untuk memuaskan hasrat orang yang suka membulinya, Davin. Tapi Davin menepati janjinya, kini dia dan Ardika teman baik.
Secera terang-terang Ardika menikmati aku, ibu di gumuli oleh teman-temannya sendiri. Aku pun juga senang, sensasi bersenggama sambil ditonton oleh anak sendiri menghasilkan kenikmatan yang berlipat-lipat. Pernah dia memintaku untuk memberikan apa yang kuberikan kepada teman-temannya.
Namun kutolak mentah-mentah permintaannya. Kujelaskan kepada Ardika, bahwa kita adalah ibu dan anak, tidak sepatutnya berhubungan seks. Dan aku mengingatkan Ardika bahwa ini semua terjadi karena demi melindungi dia dari Davin, jadi aku harap dia mengerti.
Aku kira tugasku sebagai budak seks pribadi untuk Davin berhenti ketika aku melahirkan anaknya. Nyatanya sampai anak keduaku lahirpun aku tetap menjadi budak seks Davin. Hingga kini aku masih tidak percaya semua ini terjadi karena demi anakku… Ardika