Cerita Sex Dewasa di Rampok, di Culik dan di Perkosa – Sebelumnya ada juga kisah mesum yang membuat birahi seksual anda langsung naik dengan judul Cerita Sex Pemerkosaan Ternikmat Disetubuhi Bapak Tiri. Tahun 2014 di bulan Januari, tak terasa sudah 3 tahun pernikahanku dengan Merry, teman satu kampus di Jakarta satu jurusan. Perempuan keturunan Tiong Hoa yang sekarang sudah berusia 31 tahun, lebih muda 3 tahun dari aku sendiri. Semenjak lulus Master dalam bidang manajemen, rutinitas pekerjaan telah menunda akan kehadiran anak.
Untung saja hal itu ternyata tidak mengganggu keharmonisan dalam keluargaku. Kita saling mengerti dan memahami akan kesibukan masing masing dan tetap menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan intim. Di kota Bandung ini kehidupanku dengan Merry terbilang sudah mapan. Rumah berlantai dua di perumahan tergolong elit, mobil dua buah yang masing masing digunakan oleh Merry dan aku sendiri juga tampak menghiasi garasi rumah tersebut. Pekerjaan dan jabatan yang cukup tinggi antara aku seimbang dengan pekerjaan Merry sebagai office manager di sebuah perusahaan advertising ternama.
Di usianya yang sudah kepala tiga, kecantikan Merry memang masih sangat terjaga. Sebagai idola di masa kuliah dulu, Merry memang terkenal karena kecantikan dan wajah khas nya sebagai keturunan bangsa timur. Kulit putihnya tetap halus dan mulus terawat. Keindahan tubuhnya tetap tidak berubah seperti semasa aku sekuat tenaga mengejar untuk mendapatkan hatinya di masa kuliah.
Kejadian ini dimulai pada saat aku dan Merry kembali ke rumah setelah makan malam bersama di suatu akhir pekan yang berhiaskan hujan lebat di Bandung. Pukul sepuluh malam tepat aku memarkirkan BMW 320i hitamku di garasi rumah. Cuaca yang tidak mendukung membuat aku dan Merry enggan menghabiskan malam di luar rumah. Lagipula di malam itu Merry sudah mengisyaratkan keinginan untuk melewatkan malam dengan berduaan saja di rumah.
“Aku mandi dulu ya mas” bilangnya sambil merapikan daster mandinya yang berwarna ungu itu. Keseksian tingkahnya yang menggemaskan pertanda bahwa malam ini Merry menginginkan adanya hubungan intim yang istimewa.
Aku mengangguk saja sambil mengawasi Merry ngeloyor ke kamar mandi tanpa berusaha menutupi bagian depan dasternya yang belum dikancingkan. Beberapa menit kemudian sudah terdengar shower air yang mengisi bathtub di kamar mandi kami. Akupun beranjak ke kamar untuk sekedar berbaring dan membayangkan kegiatan malam ini. Sambil menunggu di kamar tidur kulewatkan waktu sambil mendengarkan alunan piano Richard Clayderman yang terdengar merdu di dalam kamar. Tak berapa lama kemudian Merry dah masuk mengikuti aku ke kamar tidur. Bau wangi harum tubuhnya sangat menggairahkan malam itu. Dia pun lalu merebahkan tubuh moleknya di sampingku, merapatkan ke tubuhku seperti mencari kehangatan. Akupun memeluk dan mencium kening perempuan yang sangat kucintai ini. Senyumannya yang memabukkan itu segera membuat nafsuku membara. Merry pun sudah bergairah juga kayaknya, dengan perlahan dia beringsut ke atas tubuhku yang masih memakai piyama lengkap. Sambil memainkan kancing bajuku dia menundukkan wajahnya, mendesak hidungku dan akupun seketika itu juga merasakan kehangatan dari tubuhnya, payudaranya yang masih terbungkus daster ungunya terasa hangat menghimpit dadaku. Segera kami larut dalam cumbuan yang begitu mesra saat itu.
“Kreek….kreekk…krosak..krosak”, suara yang terdengar cukup keras dari ruang tengah itu langsung membuat kami tersadar dari pemanasan. “Apa itu mas?”,bisik Merry sambil turun dari tempat tidur, merapikan bajunya dan menggelung rambutnya.
“Tunggu aja di sini ma”, jawabku sambil ikut turun menengok ruang tengah yg kebetulan masih terang karena lampu besar yang masih menyala itu. Perlahan aku mengitari ruang tengah, kosong,tv yang masih menyala dengan suara perlahan tak matikan. Menuju ruang tamu yang sudah gelap. “Ctek..”,saklar lampu kunyalakan, melihat sekeliling,gak ada apa apa. Pada saat berbalik, “DEG…”,pintu samping menuju garasi ternyata terbuka sedikit. Ternyata lupa tidak dikunci sewaktu aku pulang tadi. Perasaan khawatir mulai menghinggapi diriku, segera ku tutup pintu itu dan sekaligus saya kunci. Tiba tiba “Pettt…”,lampu tengah mati dengan sendirinya, begitu juga lampu kamar,ruang makan, dapur dan ternyata semua lampu di rumahku mati. “Sialan..siapa ini yang berbuat?” pikirku sambil gelapgapan mencari senter dan korek api.
“Bentar ma…nyari senter”,jawabku sambil terus mencari posisi lemari cabinet yang ada di dekat pintu samping.
Gludukk…gludukk…krosakk…..
Terdengar suara gaduh yang entah dari mana asalnya. “Maassss…..Maasss….Mmaahhppp…MMhmp…hmmppp..” terdengar kayak suara Merry.
“Maa…kenapa kamu?” teriakku sambil secepat mungkin bergegas kembali ke kamar tidur ku yang gelap.
“Dukkk…Deepp….Buukk..Buukk..” terasa sebuah hantaman keras dan telak menghajar pelipisku,perut dan dengan telaknya menghantam terakhir daguku yang membuat aku langsung terhuyung ke samping.
“Sudah pingsan kayaknya”, kata itu yang pertama kali kudengar berikutnya. Suara berat dari seorang laki laki yang aku tidak tau siapa. “Ikat dia kuat kuat”,suara lain terdengar gak dekat dari posisiku terduduk dekarang.
Berikutnya yang terlihat adalah diriku yang terikat erat di kursi tak berdaya dan Merry istriku yang meringkuk di lantai sambil menangis sesenggukan dengan mulut tersumpal, tangan terikat ke belakang dan kedua kaki terikat di betisnya.
“Cari barangnya wok..”,perintah seorang dari mereka. Yang dipanggil wok segera mengobrak abrik kamar kami, mencari barang berharga,sementara seorang lagi mengintip keluar kamar dari jendela, mengamati situasi dan pimpinan mereka kayaknya tengah menghunus pisau tepat di samping kepalaku. “Berharap saja uangnya ketemu dan ini segera berakhir boss”,bilangnya dengan dingin kepadaku. “Dan tidak ada yang akan terluka”.
“kamu yang bener nyarinya” bentak komandan nya
“Bener gak ada disini ndan”, jawab Wok
“Brakkkkk….!!”, tendangan keras ke kursi ku mebuat aku terhuyung
“Dimana kamu simpan uang itu..Haa!!”, bentaknya sambil mendekatkan pisaunya ke leherku.
Aku cuma menggeleng saja….sambil melirik istriku yang makin ketakutan dengan ulah mereka.
“Jawab!!!…Bego kamu”. “Plakk…”, tamparan keras mengenai pipiku membuat perih dan mata berkunang kunang, tetapi aku juga tidak memberi jawaban.
“Ndan….ada yang lewat” kata orang yang berjaga di jendela
“Siapa Jon..??”, jawab si komandan
“Gak tau….tetangga mungkin balik ke rumah”, balas Jon sambil terus mengintai keluar jendela.
“Kamu jangan main main yha sama aku”,desis komandan sambil menempelkan pisaunya lebih ketat ke leherku, membuat darahku berdesir merasakan mata pisau yang dingin menempel di kulit leherku.
“Sekarang kamu kasih tau dimana uang kamu”, kata si komandan. Sementara wok bergerak menghampiri Merry.
Komandan tampak berpikir sejenak, melirik Merry dan kemudian menatap aku berhgantian.
“Coba tanya istrinya..!!” desis komandan pada akhirnya.
“Sreet…”, Wok tampak menghunus pisaunya dan mendekati Merry yang meringkuk ketakutan.
“Sebaiknya kita dapat kabar bagus dari nyonya…hehe”,kata si Wok pada Merry
“Kasih tau dimana kamu nyimpan uangmu nyonya cantik’, sambil mengancam wajah Merry dengan pisau belati mengkilapnya.
“Hmmppff…”, Merry keliatan tidak mau menjawab dan malah menangis lagi dengan lebih keras.
“Diam kamu..!! Diam…!! Bodoh”, hardik Wok yang tampaknya makin marah melihat istriku menangis dan membuat suara gaduh.
“Weeiiittss….mantab juga neh nyonya”, wok yang sambil menghunus pisau keliatan sekali sangat menikmati pemandangan istriku itu.
“Ndan….ndan…”,panggil wok sambil menatap komandan lalu matanya mengerling ke istriku yang masih menangis itu.
“Dadanya ndan…..teteknya putih banget ndan”, seloroh wok yang langsung membuat aku berontak keras, menghentakkan kaki kursi tempatku di ikat ini.
“Duukkk….Plakkk”, tendangan dan tamparan keras dilancarkan si Jon yang beranjak dari jendela berjalan ke arahku, membuat iga ku serasa remuk dan hanya bisa tertunduk. Sementara Jon bergabung dengan dua temannya di pojok yang sedang mengerubuti istriku. “Jangan macam macam kamu!!”, cuma itu yang dia bilang sambil berlalu melewatiku.
Sekarang ketiganya tampak mengerubuti istriku, dan aku yakin pasti mereka mempunyai niat buruk pada Merry.
Remasan itu kadang diselingi dengan memilin milin puting susu Merry yang memang sudah tidak mengenakan BH dibalik dasternya, pilinan itu membuat tubuh Merry menggerinjal sampe melengkung keatas, membusungkan dadanya berusaha menghindari gerayangan tangan Wok dan meronta kiri kanan, tetapi hal itu percuma saja karena posisi tubuhnya yang ditindih Wok seakan terkunci dan tidak bisa bergerak banyak.
“Sreett…”, daster yang dipakai Merry disibak dengan kasar ke kiri, menampakkan payudara kanan nya yang tampak putih membusung,begitu mulusnya payudara istriku terlihat kontras dengan tangan Wok yang hitam itu. Masih memegangi daster istriku supaya tetap terbuka, Wok tampak terpana melihat pemandangan dibawahnya. Putting susu istriku yang tampak begitu mencuat itu bagaikan sebuah buah anggur ranum diatas buah melon yang begitu bulat. Putting berwarna kecoklatan itu terlihat bergerak naik turun seiring nafasnya, lingkaran susu di sekitar putingnya seakan membengkak kontras dengan kulit payudaranya yang putih mulus bagai lilin.
“cuupp…cuppp…mmuuahhh”,goda Wok dengan kurang ajarnya memonyongkan bibirnya.
Istriku langsung berontak lagi dengan keras dan berhasil membuat tubuhnya tengkurap kembali.
“Hadooohh….nih nyonya bandel amat sih”, gerutu Wok karena pegangan nya terlepas. Dengan sekenanya dia berusaha membalikkan tubuh Merry yang sedang berontak dengan liar. Bagian manapun dari Merry berusaha dia kunci kembali, tangan nya akhirnya berhasil menekan pinggang dan dada istriku, dengan spontan tangan Wok mengunci bahu istriku dan menelikungnya, lalu dengan sekenanya dia menggelitik ketiak Merry, menggelitik perut dan pinggangnya yang membuat Merry menggerinjal gerinjal kegelian. “Hayooo….hayooo…rasakan…”,sergah Wok yang masih menggelitiki bagian samping payudaranya sambil menekan tubuhnya ke lantai.
“Breettt…”,Jon tampak sibuk menyimpulkan sebuah tali di ujung ranjang kami. “Bawa ke atas aja wok daridapa main di lantai”, bilangnya sambil beranjak ke ranjang bawah dan mulai menyimpulkan sebuah tali juga.
Wok lalu beringsut ke pinggir tubuh istriku, melepaskan gelungan rambut Merry sehingga rambutnya tergerai lepas semakin menambah kecantikan dari istriku itu. Tangan nya mulai dengan meraba raba perut Merry yang datar itu, mengelus elus pinggang dan pusarnya, membuat Merry hanya bisa memalingkan wajahnya tak kuasa untuk melawan.
“Sssttt….diam kamu…diam kamu..!!”, hardik wok sambil mencekik leher Merry. Membuat Merry terhenyak terdiam ketakutan setengah mati. Wok melepaskan cekikan tangan nya pada leher Merry dan tangannya kembali menelusur ke bawah melewati leher bahu dan mengusap ketiaknya. Seketika Merry menggerinjal kegelian, karena aku tau di bagian itulah salah satu titik tubuhnya yang paling sensitive. Wok juga tampak menyadari hal itu, dia tampak terpana dengan reaksi kegelian Merry, dia nampak berpikir sesuatu dan lalu menindih kembali tubuh Merry pada bagian perutnya. Sebelum bertindak lebih lanjut dia nampak menyuruh Jon melakukan sesuatu untuknya, tak jelas apa yang diminta karena Jon nampak melangkah keluar sambil terkekeh kekeh.
“Sekarang saatnya kembali ke urusan kita ya sayang”,seloroh Wok sambil memeluk erat tubuh istriku.
“Kamu katakan dimana kamu menyimpan uang maka ini gak bakal lama akan selesai”,sambungnya.
Istriku cuma terdiam saja melihat wajah lelaki itu.
“Hayoo…mau nangis lagi….kitik kitik kitik kitik……sllruupp…cup..cupp..muuaahhh”. Tampak wok sambil terus menggelitik mulutnya sempat mengecup putting susunya, menyedotnya,dan memainkan lidah kasarnya di puncak putting susunya.
“Jangaaannnnn…..hoohh….hoohh…hehehehehe……eemmhhhh… ..hehehehe…..Geliiiiii…..iiihhhhh……hehehehehe……”,c uma itu yang terdengar dari mulut Merry.
Wok dengan terampilnya tetap memainkan jari jarinya itu, seakan menari nari di lembah ketiak istriku yang harum itu, terkadang tangannya berpindah ke samping payudara Merry, bergerak ke bawah lagi,jarinya tetap menari di pinggang Merry, membuatnya berkelojotan bak cacing kepanasan, kegelian tak tertahankan, tetapi juga tidak berdaya apa apa karena pinggulnya yang juga seperti didekap dan dipeluk oleh kedua kaki Wok.
Darahku sudah naik keatas kepala rasanya melihat kejadian itu. Aku juga berusaha berontak tetapi ikatan di kursi ini membuatku tak bisa bergerak sama sekali, ditambah rasa pusing akibat kebentur di lantai masih membekas terasa sekali di kepala.
“Muuacchhh..muaacchhh…kitik kitik kitik kitik…..kitik kitik kitik kitik”,cuma itu yang terus kudengar dari Wok, sementara Merry masih meronta ronta liar kegelian sambil meracau tak karuan.
Hampir lima menit itu dilakukan Wok kepada Merry, hingga akhirnya berhenti. “hehehehe…asyik kan”, kata wok melepaskan tangannya dari ketiak Merry sambil bangun tetapi masih dalam posisi menduduki perut Merry.
Dengan terampil Wok menggerakkan pena bulu itu, sengaja membiarkan ujung bulunya tidak menyentuh lingkaran susunya tetapi hanya mengusap tepat di ujung putingnya saja, membuat Merry menjerit tertahan histeris. Gelitikin yang terasa pada ujung putingnya seakan akan terdapat aliran listrik yang menyengat simpul simpul syarafnya. Tangan nya mengepal berusaha berontak kembali, lengan nya nampak menegang kuat, bibirnya terkatup rapat dan matanya terpejam.
“Hiii..hi…ayoo..aku mau bikin penthil kamu sekeras mungkin sayang…..hehehehe”,seloroh Wok.
Dan perubahan itupun jelas terjadi, setelah beberapa menit berlalu, aku tidak pernah melihat putting susu istriku mencuat setegak itu, lingkaran susunya tampak membengkak merah, bintik bintiknya terlihat jelas dan putingnya mencuat merah hampir setinggi ujung jari kelingking. Kelihatan keras sekali karena usapan dari bulu itu tidak membuat putting itu bergerak sama sekali, pertanda bahwa putting itu sangat kaku.
Wok tampak puas melihat hasil kerjanya, setelah meletakkan pena bulu itu di samping tubuh istriku, tubuhnya kembali mendekap Merry, tangan kanannya bergerak meraup payudara kiri Merry dan meremas remasnya dengan kuat.
“shlrruupppp……shlruupp..” suara yang ditimbulkan karena sedotan mulutnya terdengar keras, kecipak lidahnya juga tampak saat melumat putting susu Merry, membuat Merry terlonjak hingga melengkung tubuhnya ke atas tak tahan dengan perlakuan Wok, tubuhnya merenggut kesana kemari tetapi tak kuasa melepaskan pagutan wok dari payudaranya.
Puas melumat putting susu istriku, Wok melepaskan pagutannya. Dia beringsut turun sambil tangannya masih meremas dan menggerayangi sekujur tubuh Merry.
“Nikmat bener teteknya tuh Jon”,seloroh Wok pada temannya. Jon tampak biasa aja melihatnya. Wok mengerling kepadaku.
“Kamu suka kan ngeliat istrimu kayak gitu tadi…hehehehe”,lontar wok padaku. Aku cuma memandang wok dengan penuh dendam saat itu.
Wok tak perduli dengan pandanganku, dia tampak masih terpikat dan bernafsu mengerjai istriku yang nampak masih terngah engah nafasnya. Dia lalu mengambil posisi di samping tubuh Merry,mengerling nakal pada istriku yang sudah mulai kelelahan itu.
“Ketiak yang harum….enaknya emang buat dikitikin neh”,kata wok nakal pada istriku.
Mendengarnya istriku cuma bisa menggeleng gelengkan kepalanya,dia sudah kelelahan akibat terkuras tenaganya sewaktu berontak tadi. Tetapi kayaknya wok masih belum puas mengerjai istriku lagi. Cukup lama dia memainkan putting susu istriku seperti itu, akhirnya dia beringsut agak ke bawah dengan posisi masih di samping Merry,tanpa diduga kedua tangan nya kembali meraup ketiak Merry secara bersamaan. Memainkan jari jarinya tetapi dengan lebih brutal,jari jarinya bergerak cepat sekali menggelitik kedua ketiak Merry tepat di tengah nya, membuat Merry malah seakan terbungkam,tak kuasa mengelak,tubuhnya hanya menggeliat geliat kegelian yang makin membuat wok bernafsu menggelitikinya. Merry hanya bisa berusaha menjauhkan ketiaknya dari jangkauan tangan wok, memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berusaha keras mengatupkan lengannya, tetapi hal yang sia sia saja, kedua lengannya tetap terentang dengan kuatnya ke samping, membuka ketiaknya lebar lebar, memberi kebebasan pada lelaki itu untuk memainkan jari jarinya disana.
“kitik kitik kitik kitik…..kitik kitik kitik kitik ……kitik kitik kitik kitik…”. Kali ini tanpa henti dia menggelitiki istriku.
Hampir 10 menit itu berlalu, dan aku tidak bisa lagi membedakan suara Merry antara tertawa dan menangis, yang ada hanya rontaan tubuhnya yang makin lama makin lemah seiring dengan terkurasnya tenaga dia. Tubuh istriku tampak sudah mengkilap bermandi keringat, rambutnya nampek lengket lengket di kening dan lehernya. Akupun sudah tertunduk lesu pasrah dengan yang sudah terjadi.
Si komandan lalu tampak mendekat ke anak buahnya, berbicara sesuatu yang aku tidak bisa mendengarnya. Lalu wok keluar dari kamar entah menuju kemana. Jon tampak mendekati istriku dengan perlahan, ternyata dia kembali menyumpal mulut Merry dengan sapu tangan dan mengikatnya hingga ke belakang kepala Merry. Istriku nampak melotot saja sambil terus mengawasi pergerakan kedua lelaki itu. Setelah Jon mengikat sapu tangan itu ke mulut Merry, tangannya mulai menggerayang ke tubuh istriku, pandangan nya nampak terpaku pada payudara istriku yang masih nampak bercak bercak kemerahan bekas dimainkan si Wok tadi. Sesekali dia meremas lembut payudara itu, memainkan putingnya dan mengecupnya beberapa kali. Merry masih terdiam saja dengan perlakuan itu. Tangan Jon kemudian bergerak ke bawah, menelusup ke CD istriku.
Tanpa menunggu lama Wok mendekati ranjang, sambil duduk di pinggiran ranjang, dia langsung mengusapkan kemoceng bulu itu ke dada Merry yang seketika itu juga tersentak kaget. Aku sudah panas kembali melihatnya. Kelakuan Wok ini memang benar benar keterlaluan, karena dia sengaja ingin mempermainkan istriku, mengerjai istriku dengan memanfaatkan tubuh istriku yang memang tidak tahan geli itu. Kemoceng itu diusapkan dengan gerakan cepat, mengusap permukaan kedua payudara Merry, menggelitik putting susunya , kemudian mengarah ke samping payudara nya, mengarah ke ketiak Merry, memutar mutar kepala kemoceng itu di ketiak Merry, kemudian turun ke pinggang, perut dan pusarnya juga tak luput dari gelitikan kemoceng itu. Benar benar membuat Merry seakan mati kutu, kali ini tertawanya tampak lepas cuma tertahan oleh sumpalan di mulutnya. Yang terdengar olehku hanyalah ketawa dan jeritan histerisnya. Mata Merry nampak terbeliak ke atas, yang bisa dilakukan hanyalah meronta, tertawa dan tertawa kegelian. Aku juga tahu bahwa Merry merasa sudah tidak punya harapan untuk bisa lepas lagi, yang dia inginkan hanyalah orang itu menghentikan gelitikannya saja.
Aku sudah tak tahan lagi….
“Mau apa kamu heee!!”, bentak mereka
Sambil meludah ludah menahan emosi dan pedih di kepala, aku berusaha bicara.
“Brankas ada di ruang sebelah….kuncinya 3366”, kataku sambil terengah engah.
“Tapi demi Tuhan lepaskan istriku…!!!”, teriakku
“Hehehehe…..akhirnya menyerah juga”, tawa mereka.
Cuma Wok yang nampaknya belum mau mengakhiri permainan nya dengan istriku. Dengan cepat nampak dia malah melepas celananya sendiri dan telanjang, membuka kacamata hitamnya dan topinya.
“Mau apa kamu….kurang ajar..!!!”, bentak ku yang sudah tau gelagatnya bahwa dia mau memperkosa merry sekarang.
“Apa pedulimu?? Mau gua entot istrimu…..emang kenapa??!!” sergahnya tidak kalah kasar.
Jon malah mendekatiku dan menyumpal mulutku kembali, tapi dia juga menggulingkan kursiku ke belakang, membuat aku tertekuk ke dinding, sakitnya di punggung bukan main. Tetapi aku masih melihat dengan jelas Wok yang nampak mendekati Merry. Istriku mulai menjerit jerit tetapi tak berdaya ketika Wok dengan bebas dan kuatnya mengangkangkan paha istriku.
Pedih sekali melihatnya…
Hancur aku melihatnya
Tidak salah lagi….orang itu yang punya warung di dekat jalan kantorku.
Pikiranku langsung hilang seiring dengan teriakan Wok yang cukup keras
“Hoohhh…hoohhh…hoohhh..ampuuun..enaknya sayang…..OOOhhhh”,dan dengan mengejan nampak Wok memuncratkan spermanya ke dalam vagina istriku. Dan Merry nampak langsung terkulai dengan lemasnya.
“terima kasih yha….”, bilang komandan pada aku
Dan komandan nampak menghampiri merry, dengan sekali sentak saja dengan pisau, diputusnya kedua ikatan di tangan Merry. Wok nampak memakai celananya kembali dan ngeloyor keluar sambil sempat mengerling dengan bengis kepadaku yang aku balas dengan mata melotot juga walau masih dalam posisi tertekuk dan terikat di kursi.
Mereka pergi…iya betul…mereka benar benar pergi.
SKIP……..
Laporan ke Polisi sama sekali kuacuhkan, aku malah mengumpulkan para anak buah kepercayaanku, tanpa bercerita aku minta mereka mencari keberadaan Wok. Setelah beberapa hari kabar baik kuterima dari anak buahku. Keberadaan Wok ditemukan. Kusuruh mereka menguntit dan mengambil foto dari tempat tinggalnya.
HHmmmm…….
Sebuah rencana langsung kususun, beberapa saat kemudian aku menelpon beberapa orang anak buahku. Selesai itu aku termangu sendiri.
Sreekk….kubuka laci dan aku keluarkan sebuah kuas, pena bulu elangku dan aku pandang kemoceng yang tergeletak di meja kerjaku. Aku ambil kuas bulu itu, aku mainkan di tanganku sambil memandang foto perempuan itu……..sebuah alur rencana langsung terpikir di bawah otakku.