Seperti yang aku katakan, suamiku ternyata memiliki fantasi seks yang sangat beda dari yang aku bayangkan. Salah satunya yang itu, setiap aku membeli jilbab baru pastilah jilbab itu menjadi incaran nafsunya juga, walaupun ya selama ini aku masih bisa menerima semua itu.
Aku tidak tahu itu kepercayaan dari mana, namun dia bilang kalau jilbab istri dipejuhin suaminya itu akan membawa keberkahan untuk istrinya disamping itu ketika aku memakai jilbab itu akan terhindar dari gangguan gangguan jin dan sebagainya, aku sih iya iyain aja meski sebenarnya aku tidak percaya, itu hanya alasannya saja untuk membenarkan fantasi nafsu seksnya yang besar.
Ada juga momen dimana aku membeli baju untuk berlebaran, aku sudah bilang kepadanya mengenai aku membeli jilbab baru. Namun uda masih belum menyuruhku memakainya, sampai hari lebaran tiba, kami pergi kerumah orang tuaku dan saat itu aku mengenakan jilbab baru.
Keluargaku ini memang keluarga besar, karena itu pastilah dirumah orang tuaku ramai sekali orang orang yang datang bersilaturahmi.
Namun disaat saat itulah suamiku menyuruhku ke belakang, padahal ini bukan momen yang tepat namun dia memaksaku untuk melakukan sepong saat itu juga.
“tapi uda disana banyak orang, kalo ketahuan gimana?”
“gak akan, makanya kamu jangan berisik” uda menurunkan celananya
“uda ih aneh aneh mulu mintanya”
“gapapa sayang, ayo kalo ada orang uda kasih tau entar”
Meskipun terpaksa, aku tetap melakukannya seperti biasa, namun disanalah aku merasakan sensasi sepong kontol yang berbeda dari sebelumnya. Ada sensasi nikmat menjilati kontol suamiku, namun ada juga sensasi takut ketahuan jika ada orang yang masuk ke dapur.
Kedua rasa itu saling bercampur dan menghasilkan sensasi yang luarbiasa aneh namun nikmat. Beberapa kali uda menyuruhku berhenti karena ada orang yang lewat, namun hanya lewat depan pintu saja.
“aaahhhh sayang uda mau keluar”
“aaah uda jangan kena jilbab kan masih banyak orang”
“yaudah kalo gitu minum sperma uda”
“aaaaah uda jangan gitu ah”
“eh ayo pilih telan atau kena jilbab dan malu”
“aaah udaaaa”
“udah ayo telan nih uda mau keluar”
Crooooooooooooot crooooooooooot crooooooooot crrrooooot
Kurasakan semprotan hangat sperma uda mengenai lidah dan gigiku, aromanya sangat anyir dan rasanya asin sekali. Namun aku terpaksa harus menelan semua cairan yang keluar dari lubang pipis suamiku itu, aku paksakan tenggorokanku menelannya.
“udah ditelen?”
“udah”
“mana liat buka mulutnya”
Aku membuka mulut menunjukan bahwa mulutku sudah bersih tidak ada spermanya.
“masyaallah, pinter banget istri uda nyepongnya”
Saat itu uda sedang membetulkan celananya, dia tidak mengeringkan dulu kontolnya yang sudah aku jilati.
“bersihin dulu uda jangan masukin dulu”
“gapapa sayang, ludah istri biar berkah”
Tidak lama setelah itu pamanku masuk ke dapur, untungnya aku sudah memegang gelas dan pura pura segera membuat teh.
“bikin apa fit?”
“mau bikin teh om, buat uda”
“wah om mau juga ya”
“iya om, dibikinin ya”
Memasuki pernikahan bulan ke 6, suamiku masih belum mau menanamkan spermanya ke dalam rahimku. Beberapa temanku yang sudah menikah lainnya sudah banyak bertukar cerita bagaimana perjuangannya menjadi seorang ibu hamil.
Namun meski aku berangan seperti itu juga, suamiku justru masih betah hidup berdua saja. Bebas kemanapun pergi berdua, melihat umurnya yang baru saja 22 tahun memang masih panjang ceritanya, namun kini umurku sudah 25 tahun, sudah lebih dari cukup tubuhku untuk siap disemai janin dalam rahim.
Setelah seharian bersilaturahmi pada hari lebaran kami segera pulang, lalu uda memintaku mengocok dan mengulum kontolnya walau keadaan pintu masih terbuka. Padahal disana orang orang banyak yang berlalu lalang, namun kami selalu ada pada posisi tersembunyi dimana tidak akan terlihat dari luar.
Beberapa menit kemudian, lahar putih yang hangat melompat bebas dan indah jatuh di wajahku. Dengan jariku yang lentik aku memasukannya ke dalam mulut, sisanya mengenai kerudung baruku. Alhamdulillah aku merasa diberkati dengan basahnya jilbabku dengan sperma suamiku.
“uda, kapanlah uda mau hamili uni?”
“kamu sudah tidak sabar ya sayang?”
“iya uda, temen temen uni udah pada mengandung”
“sabar ya sayang, uda masih sangat menikmati nikmatnya tubuh kamu sayang”
“uda, umur uni udah 25, uda enak masih 22, nanti uni keburu tua udaa”
“hem gini aja sayang, 4 bulan lagi aja, setelah uda menuntaskan fantasi seks uda”
“janji ya 4 bulan lagi?”
“asal uni mau nurutin maunya uda”
“iya uda, sebisa mungkin akan uni turutin”
Minggu demi minggu berlalu, aku tidak tahu dari mana suamiku melihat dan tahu hal itu, fantasinya sungguh diluar nalarku. Namun aku selalu mencoba mengerti dan menuruti kemauannya, ada kalanya mataku harus ditutup dan aku harus berpura pura memberontak seperti wanita yang diperkosa.
Ada kalanya bagian bagian tubuhku diikat, lalu beberapa bagian tubuhku ditampar cukup keras sampai aku meringis kesakitan. Namun aku merasa cukup aneh karena dia terlihat sangat menikmati ketika memperlakukanku seperti itu.
Kadang aku harus menahan rasa sakit ketika puting susuku harus dijepit oleh jepitan jemuran. Ada kalanya juga aku harus berkelakuan seperti seorang budak yang menurutin semua kemauannya.
Namun, jujur aku juga menikmati apa yang dia lakukan padaku, aku juga tidak pernah merasa bosan ketika harus bersetubuh dengannya, karena setiap hubungan intim kami melakukan skenarion seperti film yang berbeda beda dan itu terasa sangat nikmat.
Namun semua yang terjadi disana adalah rahasia kami, betapapun gilanya dia ketika melakukan seks. Dia juga tetap selalu menyayangiku dan selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami.
Aku sangat bersyukur dinikahi oleh lelaki pekerja keras sepertinya. Juga bukan hanya kerjanya saja yang keras, kontolnya yang menghantam pintu rahimku juga keras, alhamdulillah.
Menjelang akhir tahun aku dan suami harus pindah ke daerah dimana disana dominan suku batak. Kepindahan kami kesana bukan tanpa alasan, semua karena suamiku yang memindahkan kantor kerjanya kesana untuk mencoba peruntungan baru.
Disana, meskipun orang batak dikenal cukup kasar namun justru yang aku temukan mereka sangat baik sekali. Memang pada dasarnya ketika kita berlaku baik dan hormat kepada orang lain merekapun akan menghormati kita juga.
Tersebutlah disana tetanggaku bernama Pak Sitar, beliau bekerja sebagai tukang ojek di daerah itu. Rumahnya hanya terhalang 2 rumah dari rumahku, orangnya baik sekali, karena itu biasanya aku selalu ngojek kepada pak sitar jika harus pergi keluar untuk belanja dan sebagainya.
Pak Siter memang beragama kristen, namun beliau selalu menghormatiku yang notabene adalah perempuan muslim. Beliau menjagaku seperti anaknya sendiri ketika suatu hari ada keributan di pasar dimana ada kelompok yang memukuli para pedagang islam oleh tukang ojek kristen.
Aku yang memakai kerudung saat itu tentu merasa terancam dan benar saja ada beberapa orang yang berlari ke arahku, namun aku sangat bersyukur sekali karena disana ada pak sitor.
“heh anjing, pergi kalian, dia saudara aku”
Para preman itupun kabur karena disana pak sitor memang cukup dihormati dan senior. Saat itu umur pak sitor sudah S2 tahun, namun penampilannya masih segar dan gagah, preman preman disana sangat menghormati pak sitor, konon katanya pak sitor pernah ditembak oleh polisi namun tidak mempan sehingga orang lain menakutinya.
Dari sini awal mula perselingkuhanku dengan pak sitor dimulai, jujur aku sangat menghormati pak sitor sebagai seorang pria yang memang layak aku panggil ayah.
Namun kala itu pak sitor sakit dan dia hanya dirawat oleh cucunya yangmasih SMP. Jika dia sedang sekolah, aku yang menggantikannya merawat pak sitor, beberapa minggu kemudian alhamdulillah pak sitor sembuh.
Suatu hari aku sedang mencuci piring dirumah pak sitor, tidak ada angin tidak ada hujan tiba tiba saja pak sitor memeluku dari belakang.
“upik lagi apa?” upik adalah panggilan untuk anak perempuan
“astaghfirullah pak, jangan peluk pak”
“gapapa pik, ini pelukan sayang ayah ke anaknya”
“ehm… tapi pak”
“udah gapapa maaf yah”
Setelah itu aku cepat pulang karena merasa tidak nyaman apa yang pak sitor lakukan tadi. Sampai pada suatu hari aku yang jatuh sakit karena kecapean dengan banyak kegiatan, kemudian pak sitor datang menjenguk kerumah.
Disana dia memberikan aku beberapa ramuan herbal untuk obat, lalu dia memijati kakiku, sungguh rasa pijatan kakinya enak sekali, aku tidak tahu kalau ternyata di pijat kaki itu bisa senikmat itu.
Aku sungguh tidak mengerti apa yang terjadi dengan diriku, seakan aku sedang dihipnotis. Aku sadar dan aku melihat tangan pak sitor naik perlahan ke arah pahaku namun sungguh saat itu aku tidak bisa mengatakan jangan. Bahkan ketika tangan pak sitor mulai menyingkap gamisku pun aku hanya melihatnya saja dan diam.
Aku tidak merasa lemas ataupun hilang kesadaran, hanya saja aku hanya tidak mengerti kepada diriku sendiri ketika pak sitor mulai menarik celana dalamku dan melepaskannya. Bahkan ketika jarinya mulai menyentuh area vaginaku, aku hanya bisa diam dan memperhatikan apa yang dia lakukan.
Sungguh dibalik sentuhan jari jemarinya ada rasa nikmat yang membuat vaginaku mengeluarkan cairannya, aku melihat pak sitor memainkan cairan itu di jarinya depan mataku. Sungguh aku merasa aku sudah dihipnotis olehnya, setiap sentuhannya di vaginaku membuat diriku tiba tiba saja sangat bergairah.
Bersambung…