MIMPI JADI KENYATAAN
Aku sampai di rumah pukul setengah sepuluh. Kamar tamu sudah gelap. Aku bergegas ke kamarku. Kulihat kamar Papa dan Mama masih menyala lampunya. Aku buka pintu kamarku dan kaget melihat Mamaku sedang tidur tanpa selimut di tempat tidurku dengan memakai gaun tidur mahal berenda yang mini dan sedikit transparan.
Gaun tidur Mama tampaknya sebatas setengah paha, namun karena posisi tidurnya miring maka bagian hemnya tertarik sampai di bawah pinggul. Sedikit pantatnya menyembul menunjukkan ia tidak memakai apa-apa. Dari pintu masuk aku hanya bisa melihat bagian belakang tubuh Mama. Aku segera menutup pintu lalu membuka seluruh bajuku.
Setelah telanjang, aku beringsut menghampiri Mama di tempat tidur.
“Baru datang?” Tanya Mama perlahan. Ternyata beliau belum tidur.
Aku tidak menjawab melainkan memeluk Mama dari belakang. Walaupun belum berhubungan seks, namun badan Mama sudah mengeluarkan bau tubuh tanpa ada campuran sabun maupun parfum. Kontolku ku tekan di belahan pantatnya. Mama menengok ke belakang.
“Kamu mau cium Mama?” tanyanya sambil mengangkat tangannya dan berbalik hingga kini tidur telentang menghadapku yang sedang tidur miring. Posisi kepalaku tepat di hadapan ketek Mama. Kini aku dapat melihat ketek Mama ditumbuhi bulu-bulu halus keriting, sesuatu yang tidak pernah kusadari sebelumnya karena hubungan kami berdua selama ini hanya seks tanpa eksplorasi.
Aku mendekatkan hidungku ke ketek Mama.
“Terserah kamu mau ngapain. Tapi Mama kasih tahu ya, Mama hari ini belum mandi. Gosok gigi Cuma tadi pagi aja.”
Rupanya Mama berusaha membuatku mengurungkan niatku untuk mencumbu Mama dengan cara ini. Namun anehnya, aku menjadi kepincut bau tubuh Mama yang belum mandi ini. Aku tidak menjawab Mama melainkan segera menubruk Mama dari samping dan membenamkan wajahku ke ketek Mama yang berbulu itu.
Aroma tubuh Mama yang tajam memasuki hidungku hingga memenuhi benakku. Keteknya yang lembat membasahi ujung hidungku. Bulu ketek halusnya menggelitik indera penciumanku ini. Mama tampak kaget dan menarik nafas. Aku segera menjilati ketek Mama yang keringetan itu. Sementara, tanganku mulai menyusup dari bawah gaunnya dan merayap ke atas.
Setelah asyik menjilati ketek kanan Mama, aku segera duduk dan menarik gaun tidur Mama ke atas sampai terbuka. Mama duduk agar memudahkanku melucuti gaun tidurnya. Kini kami berdua telanjang bulat dan saling duduk berhadapan. Tubuh Mama yang berkeringat dan mengeluarkan aroma perempuan yang tajam membuatku tak dapat menahan diri.
Awalnya aku menyerang bibir Mama dengan bibirku tanpa ada perlawanan. Aku terus menjilat, mengecup dan menyedoti bibir Mama dengan rakus sementara kedua tanganku memeluk tubuhnya yang telanjang dan basah itu. Kedua kaki Mama yang tadinya rapat aku buat mengangkang dengan kedua kakiku sehingga kini kedua kakiku di dalam kedua kaki Mama yang mengangkang.
Tangan kananku kutarik dan kini aku mengelusi paha kiri Mama dengan tangan itu. Mama belum membalas ciumanku, maka aku menyedoti bibirnya agar bibir itu membuka. Suatu kali aku berhasil mengenyoti bibir atas Mama sehingga kedua bibirnya terbuka, aku segera memutar kepalaku lalu mulai menjilati dalam mulut Mama yang sedikit terbuka.
Dengan tangan kiri yang memeluk Mama aku ubah posisi kami sehingga sedikit menyamping dengan kaki kananku di antara kedua kaki Mama. Kutarik pantat Mama dan aku tekuk lutut kananku sehingga pahaku menempel di selangkangan Mama dengan kaki kiri Mama di atas pahaku sehingga akhirnya Mama posisinya miring menghadapku.
Mama belum membalas ciumanku. Aku tetap menjelajahi mulutnya kini dengan lidahku. Kujilati bibirnya yang diam itu sementara aku meremasi pantat kiri Mama dengan tangan kananku sembari pahaku ku gesek-gesek di bibir memek Mama. Lama kelamaan Memek Mama basah. Tangan kiriku tetap memeluk badan Mama, sementara kedua tangan Mama hanya memegangi lenganku perlahan.
Kemudian aku mulai mendorong pantat Mama ke bawah sambil terus meremas pantat itu sehingga gesekan memek Mama dan pahaku bertambah keras. Memek Mama makin basah dan akhirnya Mama membuka mulutnya untuk mendesah sementara pegangan tangannya menguat di lenganku.
“Aaaahhhhh…” mulut Mama membuka dan dengan sigap aku menjulurkan lidahku memasuki mulut Mama yang terbuka. Serta merta lidahku menempel di lidah Mama. Aku jilati lidah Mama sambil sesekali mengecupi bibirnya yang sensual. Mama memejamkan matanya. Aku lalu menciumi leher Mama. Mama tetap hanya mendesah.
Kucupangi lehernya dan kujilati juga. Lalu aku kembali mengarahkan mulutku ke bibir Mama. Ternyata kedua bibir Mama tidak tertutup melainkan terbuka walau tidak terlalu lebar. Aku menjilati mulutnya dan mengenai giginya. Ketika lidahku masuk di giginya, Mama mendesah lagi yang menyebabkan mulutnya terbuka lagi sehingga kini lidahku menjilati lidah Mama lagi.
Kemudian aku mengecupi pipi Mama sambil menjilati sekali-kali. Kuselomoti juga seluruh wajah Mama yang cantik khas oriental itu lalu kembali aku menjilati bibirnya. Mama mendesah lagi dan membuka mulutnya. Aku kembali dapat menjilati lidahnya.
Kemudian aku menarik kepalaku lalu sedikit mendorong tubuh Mama dengan kedua tanganku sehingga kini aku dapat melihat kedua tetek Mama yang berukuran sedang namun dengan bulatan yang lebih besar dibanding miliknya Siska.
Dengan cepat aku mulai menciumi dada kiri Mama. Seperti biasa, aku menyelomoti seluruh gundukannya dulu sebelum beralih ke pentilnya yang sudah mengeras dan mancung.
Pentil dan areola Mama lebih besar dibanding Siska. Aku berikan cupangan disekeliling toket kiri itu, terkadang aku lama juga mengenyoti satu tempat sebelum pindah ke tempat berikutnya. Toket Mama lebih lembut dibanding Siska yang memiliki toket dengan otot yang lebih keras.
Namun toket Mama menawarkan sensasi bola yang memantul, atau bisa dibilang sofa yang empuk namun memantul sehingga memiliki cita rasa yang berbeda dengan payudara Siska. Ngocoks.com
Setelah payudara itu penuh dengan liur dan cupanganku, aku mulai mengenyot-ngenyot pentil Mama yang besar itu. Kunikmati rasa menjepit pentil di antara langit-langit mulut dan lidahku. Lidahku membelai-belai pentil itu kadang dengan gerakan memutar kadang dengan gerakan menjilat. Saat ini Mama mulai mendekap kepalaku dengan kedua tangannya sambil mendesah.
Aku ingin mengetes Mama, maka aku kini kembali menjilati bibir Mama. Mama membuka mulutnya dan aku mulai menjilati lidahnya lagi.
“Julurin lidah Mama… kurang nih…” kataku diselingi desahan penuh nafsu.
Mama tetap memejamkan mata namun perlahan lidahnya keluar. Aku mulai mengenyoti dan menjilati lidah Mama. Kupegang kepala Mama sehingga agak tegak, lalu aku mulai meludah tepat ke lidah Mama yang terjulur.
Mama membuka matanya dan melihat ketika aku meludah kedua kalinya ke lidahnya.
“Telan ludah Koko, Mah…”
Mama menatapku dengan tatapan aneh lalu menutup mulutnya. Terlihat sejenak Mama mengulum-ngulum lalu menelan ludahku. Aku menjilati bibir Mama lagi dan Mama otomatis membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Sementara, memek Mama sudah basah kuyup jadinya.
Aku menghentikan aksiku untuk sejenak. Kuposisikan Mama tidur dan aku menaruh kontolku di depan lubang memeknya. Kemudian aku memasuki Mamaku. Mama mengerang-erang. Ketika aku peluk tubuh Mama, Mama balas mendekapku. Aku mulai mengocok kemaluan Mama dengan kontolku. Mama terus mengerang-erang kenikmatan.
Aku mencium bibir Mama dan kali ini Mama membalas! Dengan gembiranya aku menciumi bibir Mama dengan penuh nafsu dan Mama pun mengimbangi dengan ciuman yang ganas pula. Akhirnya pertahanan Mamapun jebol!
Kamar tidurku kini dipenuhi suara selangkangan beradu ditingkahi dengan suara kecipak kecipuk ciuman dan juga terkadang erangan dan desahan. Bau tubuh kami berpadu menjadi satu mengisi segenap penjuru kamar.
Keringat pada tubuh kami sudah tidak jelas lagi dari pihak yang mana karena sudah menyatu seperti halnya tubuh kami yang sudah bersatu di alat kelamin kami.
Dengan jeritan kecil Mama mencapai orgasme yang disambut dengan muntahan spermaku yang memenuhi rahimnya. Kami berciuman lama setelahnya.
EPILOGUE
Si dukun berkata bahwa kami harus melakukan ritual tiga kali dalam sebulan, namun pada kenyataannya, kami melakukannya hampir tiap hari dengan pengecualian malam minggu aku harus memuaskan pacarku, Siska.
Mama hamil anak kami tiga bulan kemudian, sementara Siska untungnya tidak hamil ketika kami melakukannya pertama kali tanpa kondom. Untuk selanjutnya dengan Siska, aku selalu memakai kondom.
Usaha Papaku semakin maju. Papa mengambil isteri kedua dan tinggal di rumah yang berbeda dengan kami. Kehidupanku, singkatnya sangat Bahagia. Hanya saja, aku masih bingung untuk ke depannya. Pada akhirnya aku pasti akan menikahi Siska dan tinggal dengannya. Bagaimanakah caranya agar hubunganku dengan Mama dapat berlanjut seterusnya?
TAMAT