Cerita Sex Desa yang Tersisih dan Terisolir – Sore itu aku dan Nurul berjalan-jalan disekitar desa, sambil menikmati indahnya senja di persawahan yg tak jauh dari rumah Nurul. Setelah lelah kami berjalan, kami duduk direrumputan dipinggir sawah, tampak begitu indah kulihat pemandangan persawahan dari sini, terutama pada senja itu, dengan matahari yg hanya tinggal beberapa saat lagi tenggelam dibalik gunung salak yg menjadi latar belakang persawahan itu.
Dengan cahayanya yg merah keemasan menyinari air sungai yg melingkar ditepi persawahan, air sungai tampak berkilat bagaikan emas, serasi dengan pohon-pohon kelapa yg tumbuh dipinggirnya yg menambah keindahan senja itu, suatu lukisan alam dengan komposisinya yg begitu sempurna.
Tak kurelakan momen yg indah itu untuk berlalu begitu saja dari hadapanku, seraya kukeluarkan ponselku, dan kuabadikan dengan kamera photonya, namun hasilnya tak seperti yg kuinginkan, ternyata hasil photo dari kamera ponsel memang kurang memuaskan, semestinya aku membawa kamera DSLR yg kutinggal dirumah.
Dengan kamera itu aku dapat mengatur diaprahgma, shutter speed, ISO, dan beberapa pengaturan yg lainnya, sehingga bisa menghasilkan gambar sesuai dengan keinginanku, terutama efek siluet yg kuinginkan untuk momen sunset seperti ini.
Ngocoks “Pulang yuk mas, udah mahgrib nih..? ” ajak Nurul, dan kamipun pulang. Sepanjang perjalanan yg menyusuri pematang sawah sesekali kami menjumpai petani yg baru pulang bekerja dengan senyumnya yg ramah kepada kami, berhenti beberapa saat untuk kemudian berbincang-bincang dengan Nurul dengan menggunakan bahasa daerah yg tak sepenuhnya kumengerti, untuk kemudian kami lanjutkan lagi perjalanan pulang.
Hari mulai sedikit gelap, dilangit kulihat burung-burung mulai pulang kesarangnya, seolah melakukan pergantian shift dengan kelelawar yg justru baru keluar dari sarang mereka setelah tidur sepanjang siang hari. Lapat-lapat terdengar suara azan mahgrib dari desa sebelah, ya, dari masjid atau surau didesa sebelah, bukan dari desa ini,
Perlu sobat Ngocokers ketahui bahwa desa X ini memang tak ada satupun masjid atau surau, begitupun gereja dan tempat ibadah lainnya, sehingga masyarakat didesa lain sering mengatakan bahwa desa X ini sebagai desa yg jauh dari tuhan, kampung kafir, kampungnya orang gak bermoral, atau apalah lagi sebutan mereka.
Sehingga desa X ini menjadi desa yg tersisih dan terisolir, bahkan dalam pembangunanpun desa ini juga terdiskriminasikan, dan tidak terjangkau atau tepatnya tidak ingin dijangkau oleh aparatur pembangunan, sebagai contoh adalah jalan.
Sewaktu dari Jakarta kesini tadi, kami melintasi jalan didesa sebelah yg jalannya sudah beraspal, namun begitu telah tiba memasuki wilayah desa X ini, aspal itu terputus sampai disitu, sehingga mobil temanku harus menyusuri jalan tanah yg becek, itu baru salah satu contoh, belum lagi dengan fasilitas yg lainnya seperti puskesmas, sekolah dll, disitu tak tersedia, sehingga untuk keperluan itu warga desa X harus mendapatkannya ke desa lain.
Pernah suatu hari seorang camat berkunjung kedesa itu untuk sekedar bersosialisasi dengan penduduk sekitar, namun apa yg didapat, cemo’oh dan hujatanlah yg diterimanya dari warga dan beberapa tokoh masyarakat, dianggap camat yg mendukung kemaksiatan lah, camat kafir lah, dan buntut-buntutnya beberapa bulan kemudian sang camat sudah berganti orang, konon dituntut mundur oleh warga, semenjak itu aparat birokrasi seolah enggan untuk menjamah desa itu, dan desa itu mungkin dianggap tak ada didalam tata wilayah daerah.
Bukan sekali dua beberapa tokoh agama berusaha untuk mengubah pola hidup mereka, baik dengan pendekatan yg halus atau radikal, namun sama sekali tak membawa hasil, mereka tak bisa merubah apapun dari desa itu, desa X tetap berjalan dengan iramanya sendiri, irama yg menurut mereka benar, mereka menjalankan hidup mereka sesuai dengan hati dan rasa mereka, yg berpedoman dengan tidak merugikan diri sendiri, diri orang lain, dan juga alam, itulah irama yg mereka jalankan, irama yg sederhana sebenarnya.
Dengan pola pemikiran dikehidupan mereka yg seperti itu, walaupun tidak tertulis, namun mereka menjalaninya dengan konsisten, dan itu telah ter mind-set dalam pikiran mereka semenjak mereka lahir. Dengan demikian praktis memang didesa itu tak pernah terjadi pencurian, perkelahian, apalagi tawuran antar warga, karna berpulang dari prinsip mereka itu tadi, yaitu tidak ingin melakukan tindakan yg merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain, tidak juga merugikan alam.
Hal itu memang kurasakan tadi saat jalan berkeliling desa dengan Nurul, disitu kurasakan betapa masyarakatnya begitu ramah, senyum dan tegur sapa selalu kutemukan dari wajah-wajah mereka, dan mereka saling menghargai satu sama lain.
Akhirnya kami sampai dirumah, makan malam telah tersedia dibalai-balai bambu, tak jauh berbeda menunya dengan siang tadi, menu yg menggoda selera, dan seperti tadi siang pula dua piring nasi kandas didalam perutku.
Selasai makan kami duduk bersantai diruang tengah sambil menonton tv, Nurul berbaring dilantai yg beralaskan tikar pandan, sedang pak engkos duduk dikursi sambil tak henti-hentinya merokok, bagaikan asap cerobong kereta api yg senantiasa mengepul tak putus-putus, kulihat asbak dimeja disampingnya hampir penuh oleh puntung rokok keretek.
Sementara aku duduk dikursi panjang semacam sofa, hanya tak layak untuk disebut sofa karna hanya terbuat dari kayu dan tanpa plitur, juga tak ada busa sebagai pelapisnya, dan Ratna entah kemana, mungkin sedang sibuk mencuci piring sisa makan malam kami.
Beberapa menit kemudian Ratna muncul dengan dua gelas berisikan kopi panas, satu untuk pak engkos suaminya itu, dan yg satu untuk ku.
” Ayo diminum, mumpung masih panas..” ujarnya, seraya dihempaskan dirinya duduk disampingku.
” Masih panas diminum, bisa melepuh dong mulut saya mih..” ujarku menggoda, yg dibalas oleh cubitan Ratna diperutku.
Untuk beberapa saat kami cukup serius menyaksikan tayangan sepakbola piala AFF antara kesebelasan Indonesia melawan Laos, hingga keseriusan kami terhenti sejenak setelah dibunyikannya pluit oleh sang wasit pertanda babak pertama telah usai, untuk sementara kesebelasan kesayangan kita unggul 2-0.
Sementara menunggu babak kedua dimulai, Ratna yg duduk satu kursi denganku mulai merapatkan tubuhnya padaku, mula-mula diusap-usapnya pahaku, lalu tangan itu terus merayap menyentuh-nyentuh kontolku, hingga “adik kecilku” itu terbangun.
” Wah, mas hendi kontolnya mulai bangun nih…” goda Ratna, Nurul yg sedang berbaring menengok sesaat kearah kami.
” Aduuuhh.. penganten baru, mesra terus nih, belum puas nih dari tadi..” goda Nurul
Tak enak hati juga aku, karna pak engkos masih ada disitu, aku hanya senyum-senyum saja, canggung dengan pak engkos.
Seolah paham dengan yg aku rasakan, pak engkos beranjak dari situ.
” Abah mau tidur dulu ya, ngantuk nih..” ujarnya, sebenarnya aku yakin pak engkos belum mengantuk, terlihat begitu antusiasnya tadi dia menyaksikan pertandingan dibabak pertama, dan tentu sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan babak kedua.
Sepeninggalan pak engkos aku menjadi lebih leluasa, kukecup bibir Ratna yg masih asik memijit-mijit batang kontolku yg masih terbungkus celana pendek, koni Ratna menarik celana pendekku dan mencampakkannya dilantai sehingga batang kontolku menyembul keluar setengah tegak,
Kokom turun dari kursi disampingku, kini dia berjongkok dengan wajahnya menghadap keselangkanganku, digenggamnya batang kontolku, dijilatinya dengan lembut sekujur kontolku mulai dari lubang pipisku, sampai kebiji pelirku, nikmat kurasakan hingga aku mendesah, tak kuhiraukan ocehan-ocehan Nurul yg terus menggoda kami.
Kini Ratna mulai mengulum batang kontolku, kepalanya bergerak maju mundur dengan berirama, sementara tangan kanannya digunakan untuk menggenggam pangkal batang kontolku, tangan kirinya digunakan untuk meremas-remas kantong pelirku.
Tampaknya Nurul tak tahan melihat aksi kami, dilucutinya seluruh pakaiannya hingga kini Nurul benar-benar bugil, Nurul naik dan berdiri diatas kursi yg aku duduki, dikangkanginya wajahku, sehingga memeknya tepat berada diwajahku, sementara kedua tangannya bertumpu pada dinding kayu yg berada tepat dibelakang kursi,.
” Ayo mas, jilatin memek Nurul mas.. mas hendi curang ya, tadi ngentot sama mamih Nurul enggak diajak..” ujarnya manja, dengan rakus segera ku”makan” memek yg ada dihadapanku itu, kujilati seluruh areanya, tak terkecuali dinding bagian dalamnya kukerek-korek dengan lidahku.
” Zzzzzz..aaaaahhh enak mas..terus jilatin memek Nurul mas…” gumamnya
Tampaknya birahi Nurul semakin tinggi ditandai dengan memeknya yg mulai basah, asin-asin gurih kurasa cairan pelumas yg mulai membaluri memeknya. Kini Nurul menggosok-gosokan dan menekan-nekan memeknya dengan kasar kewajahku, sampai-sampai belakang kepalaku terbentur-bentur dinding kayu dibelakang kursi.
Beberapa saat kemudian Nurul turun dari kursi, kini Nurul memposisikan dirinya menungging dilantai yg beralaskan tikar pandan.
” Ayo mas, entot Nurul mas..biar mamih nanti saja, kan mamih tadi sudah…” ujarnya.
Kusuruh Ratna untuk “merelakan” kontolku keluar dari hisapan mulutnya, kuhampiri Nurul yg menungging, kupegang batang kontolku dengan tangan kanan, dan bless.. masuklah kontolku kedalam memeknya yg sudah basah oleh cairan birahi, bersamaan dengan itu pula dari pesawat televisi pluit babak kedua pertandingan sepakbola berbunyi, bertanda pertandingan segera dilanjutkan, begitu juga dengan pertandinganku dengan kedua wanita-wanita yg cantik dan seksi ini.
Kupompakan pantatku maju mundur mendobrak pertahanan Nurul, begitu juga dengan pertandingan sepakbola ditv pemain-pemain Indonesia mulai menggebrak pertahanan laos dengan gencar.
Hingga beberapa menit kemudian Nurul mencabut kontolku dari memeknya , lalu dia mendekatiku
” Mas, Nurul ingin lubang dubur Nurul dientot, seperti yg difilm tadi, boleh ya mas..mas hendi mau kan ngentotin dubur Nurul..mau ya mas..? ” pintanya memelas, seolah begitu memohon
” Sudah tentu sayang, mas akan dengan senang hati ngentotin lubang dubur Nurul..” ujarku seraya kukecup bibirnya dengan mesra.
Mendengar jawabanku Nurul tampak begitu senang, sambil memekik kegirangan digoyang-goyangkannya tubuhnya seolah seperti menari.
” Horeeee…asik, mas hendi mau ngentotin lubang dubur Nurul, makasih ya mas hendi…” ujarnya sambil diciuminya bibirku berkali-kali.Agen Judi
Kini Nurul kembali denganposisi menungging, kujilati sebentar lubang anusnya, kuludahi beberapa kali, kuraih kepala Ratna agar dia mengoral kontolku, dioralnya batang kontolku oleh Ratna, setelah itu kusuruh Ratna untuk membaluri batang kontolku dengan air ludahnya, setelah kurasa cukup banyak air ludah membaluri kontolku dan kupikir itu cukup sebagai pelumas didalam lubang anus Nurul nanti.
Kuarahkan batang kontolku tepat kelubang anus Nurul, dan bless..masuklah ujung kontolku kedalam lubang anus Nurul, terlihat dari pesawat tv bola menjebol gawang laos, gol tambahan untuk tim Indonesia,tepat bersamaan dengan masuknya kontolku kedalam anus Nurul.
” Aaaaahhh… agak sakit mas, pelan-pelan.. ” erang Nurul pelan
” Enggak apa-apa rul, sakitnya cuma sebentar koq.. sebentar lagi kamu pasti keenakan..” ujarku
Mulailah kudorong lebih kedalam batang kontolku hingga tandas seluruh batang kontolku memasuki lubang anusnya, Nurul masih merintih, lalu mulai kupompakan maju mundur, namun tak terlalu cepat, aku paham anus Nurul belum familier dengan gesekan-gesekan.
Hingga beberapa saat kemudian kulihat Nurul mulai enjoy, kini Nurul mulai dapat menikmati penetrasi dari lubang anusnya, itu ditandakan dengan senyum yg mulai menghiasi wajahnya, yg sebelumnya merintih kesakitan kini berganti dengan merintih nikmat.
” Zzzzzzz…aaaaahhh.. enak mas, ternyata sekarang enak mas.. aaahh nikmaaaattt..” gumamnya.
Sementara Ratna yg sebelumnya hanya bengong menyaksikan aksi sodomiku dengan Nurul, kini dia mendekatiku dan berkata setengah berbisik ditelingaku.
” Mas hendi, sambil ngentotin dubur Nurul, mas hendi jilatin juga dubur mamih ya mas..biar mas hendi puas dapat sekaligus dua lubang dubur hi..hi..hi..” ujarnya, sebuah ucapan vulgar yg membuatku semakin bergairah, kukecup bibirnya.
” Iya mih..ayo mih, aku jilatin lubang dubur mamih, cepet mih..” ujarku tak sabar
Kini Ratna bangkit berdiri, dia berdiri mengangkangi Nurul yg menungging, posisinya membelakangiku, sehingga pantatnya tepat berada dihadapanku, seraya disibaknya lubang anusnya dengan kedua tangannya, sehingga memperlihatkan lubang anusnya yg menganga dengan warna agak kemerahan, begitu bernafsu aku melihatnya.
” Ayo mas, jilatin lubang dubur mamih…” pintanya manja
Segera dengan rakus kijilati lubang anusnya yg menganga, nikmat kurasakan, sebuah sensasi yg luar biasa, batang kontolku menyodomi anus Nurul, sementara mulutku menikmati anus ibunya, wuiihh..mantap, sungguh berkah, pikirku.
Sementara Nurul semakin liar, Nurul yg untuk pertama kalinya melakukan sodomi rupanya dia merasa mendapatkan kenikmatan tersendiri yg tidak dirasakan saat penetrasi dengan lubang memeknya.
“Aaaaaahhhh…enak mas..terus mas, entotin lubang dubur Nurul mas, rasanya nikmat, terasa sampai ke ulu hati aaaahhh…” oceh Nurul, sambil tangan kirinya mengobel-ngobel lubang memeknya.
Semakin bersemangat aku memompakan kontolku menghujami anus Nurul, yg sebelumnya aku memompakannya hanya dengan pelan, kini telah dengan kecepatan penuh, hingga tubuh Nurul ikut terguncang-guncang.
Sementara makin rakus aku menjilati lubang anus mamih, sesekali kusedot anus itu, atau kubenamkan wajahku kedalamnya, sehingga wajahku menyusup masuk kedalam belahan bokongnya yg besar dan montok itu.
” Zzzzzz…uuuuhhh… terus mas..terus jilatin lubang dubur mamih mas, lubang pantat mamih, lubang tai mamih..hi..hi..hi..” ujarnya
Hingga beberapa menit kemudian tubuh Nurul tampak mulai mengejang, semakin sepat lubang memeknya dikocok-kocok dengan jari-jarinya, rupanya Nurul telah sampai pada puncak birahinya
” Aaaaaaaahhhhh….lilkis keluar maaaaaaaasssss….” Setelah teriakan keras yg terakhir itu tubuh Nurul terdiam, klimaks untuk yg pertama kalinya dalam kenikmatan anal seks.
Melihat Nurul yg sudah tak berdaya, Ratna segera menjauhkan lubang anusnya dari wajahku, seraya dia menungging disamping Nurul.
” Mas, sekarang entotin lubang dubur mamih.. langsung lubang dubur mamih aja ya mas, enggak usah dimemek dulu, soalnya mamih belum pernah, kalau lubang memek kan sudah sering.. ayo mas, mamih udah kepingin nih.. cepet dong mas..” pinta Ratna
Kucabut batang kontolku dari anus Nurul, dan kuhampiri Ratna yg menungging, pantatnya yg montok tampak lebih besar dan bulat dalam posisi menungging seperti itu, kujilati sejenak, kuludahi beberapa kali seperti yg tadi kulakukan pada Nurul, setelah cukup kutancapkan kontolku pada lubang anusnya, seperti juga Nurul, untuk pertama kalinya Ratna merintih sakit, namun tak sampai satu menit, rintihan Ratna berubah menjadi rintihan nikmat.
” Aaaaaahhhh… terus mas, entotin lubang dubur mamih…aaaahhh..” ujarnya
” Enak mih.. lubang pantatnya saya entot..? enak ya mih..? ” ocehku, sambil terus memompakan batang kontolku dalam lubang anusnya
” Iya mas, sedap mas…mas hendi harus ngentotin lubang dubur mamih terus ya mas, aaahhh” jawab Ratna
” Lubang apanya lis yang dientot..? ” tanyaku, menggoda
” Lubang dubur mamih mas, lubang pantat, lubang tai, lubang berak hi..hi..hi..” jawab Nurul, sambil tertawa merasa lucu dengan ucapannya itu.